Anda di halaman 1dari 56

Interna

- Endokrin…………………1
- Gastroenterology……….7
- Hematologi…………….15
Ilmu Telinga Hidung dan
- Infeksi…………..………21
- Kardiologi………………33
Tenggorok
- Reumatologi…………...51
- Uro-Nefrologi…….........55
Anak……………………...59
Kulit Kelamin…………….69
Psikiatri…………………..75
CATATAN TUTORIAL OPTIMA
Neurologi………………...81
Forensik & Medikolegal..91
Kedokteran Komunitas…95
Obstetri & Ginekologi…..99
Mata…………………….117
THT……………………..125
Pemeriksaan Telinga
Data
Pasien
Nama, usia, jenis Keluhan utama
kelamin, alamat,
pendidikan,
pekerjaan, tgl Nyeri/
pemeriksaan otalgia

Gangguan
pendengaran Tinitus/ suara
Vertigo/ pusing berputar (tuli) berdenging

- Gangguan keseimbangan?
- Timbul pada posisi tertentu?
- Disertai mual + muntah? Keluar cairan?
- Telinga berdenging dan
pendengaran penuh? • Warna
- Riwayat Penyakit DM, hipertensi, • Bau
arteriosklerosis • Frekuensi
• Purulent/ serous
• Mucoid/ mucupuruletn?
• Berapa lama
• Mulai kapan
Alat Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik lampu kepala, corong telinga,


otoskop, pelilit kapas, pengait
serumen, pinset telinga dan
garputala

• Pasien duduk dengan posisi badan condong


sedikit kedepan, dan kepala lebih tinggi
sedikit dari kepala pemeriksa untuk
memudahkan pemeriksa melihat liang
telinga dan membran timpani
• Lihat keadaan dan bentuk daun telinga,
daerah belakang daun telinga, apa ada
tanda peradangan atau bekas sikatriks bekas
operasi.
• Secara gentle tarik daun
telinga keatas dan ke
belakang, lihat keadaan
liang telinga dan membran
timpani
• Gunakan otoskop untuk
lihat detail membran
timpani
– Pegang dengan tangan kanan
untuk memeriksa telinga
kanan, dan sebaliknya
• Bila terdapat serumen,
dalam liang telinga yang
menyumbat maka
dikeluarkan
Membran timpani
– Warna putih mengkilat seperti mutiara
– Perubahan warna
• Merah :hiperemi akibat radang
• Hitam : fungi
• Kuning : fungi
• Putih: fungi atau asidum borikum pulveratum
– Perubahan posisi
• Retraksi : malnubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan
lebih horizontal
• Bombans: membrana timpani terdesak ke latera, cembung, warna
merah
– Perubahan struktur
• Perforasi :setral atau marginal, atik
• Ruptura : akibat trauma (berbentuk bintang)
• Sikatriks: bekas perforasi yang sudah menutup
Tes Pendengaran
• Tes bisik
– Syarat ruangan sunyi, tidak ada echo, serta ada
jarak sepanjang 6 M
– Penderita
• Mata ditutup agar tidak bisa lihat gerak bibir pemeriksa
• Telinga yang akan diperiksa dihadapkan ke pemeriksa
• Telinga yang tidak diperiksa ditutup agar tidak salah
hasil
• Minta penderita mengulang dengan keras, kata – kata
yang dibisikkan
• Tehnik pemeriksaan :
– Penderita dan pemeriksa sama – sama berdiri,
penderita tetap ditempat, pemeriksa yang
berpindah tempat
– Mulai jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata
– Bila semua kata dapat didengar pemeriksa
mundur kejarak 2 m disibisikkan lagi sampai jarak
dimana penderita mendengar 80% kata – kata
mendengar 4 dari 5 kata yang dibisikkan), pada
jarak itulah tajam pendengaran dites
• Hasil tes pendengaran dapat dinilai secara
kuantitatif (tajam pendengaran), dan secara
kualitatif (ketulian)
• Uji pendengaran : memakai
garputala, dan hasil dari
pmeriksaan dapat diketahui
tuli konduktif, atau tuli
sensorineural.
• Uji yang dilakukan Rhinne dan
Weber
• Uji Rhinne
– Getarkan garputala 512 HZ
dengan jari atau
menggetukkannya pada suku
atau lutut, taruh kaki garputala
di tulang mastoid telinga pasien
yang akan diperiksa selama 2 –
3 detik. Kemudian pindahkan ke
liang telinga 2 – 3 detik
• Pasien menentukan mana yang terdengar
lebih keras
• Telinga normal atau telinga tuli sensorineural
akan mendengar bunyi didepan telinga lebih
keras dari pada dibelakang telinga
• Rhine negatif bila bunyi terdengar lebih keras
di tulang mastoid berarti tuli konduktif
Uji Webber
• Garputala tigetarkan kemudian bagian kaku
diletakkan pada garis tengah wajah atau
kepala dan ditanyakan pada telinga mana yang
terdengar lebih keras.
• Normal pasien mendengar suara ditengah
atau tidak dapat membedakan telinga mana
yang terdengar lebih keras
• Tuli sensorineural : pasien
akan mendengar lebih baik
pada telinga yang baik/ tidak
dikeluhkan (lateralisasi ke
telinga yang baik)
• Tuli konduktif : pasien
mendengar bunyi lebih keras
(lateralisasi ke telinga yang
sakit)
Tes Pendengaran & Tuli
• Tes WEBER • Tes RINNE
– Garpu tala digetarkan di linea – Membedakan persepsi hantaran
mediana, dahi atau di gigi insisivus AC dan BC
atas – AC : Garpu tala digetarkan 2,5-3
– Vibrator BC : tes Weber cm dari telinga (arah kedua kaki
audiometrik garpu tala sejajar dengan arah
– Prinsip tes Weber : bunyi terdengar liang telinga)
di mana : di tengah kepala/sama – BC : Garpu tala digetarkan di
keras di kedua telinga/terdengar prosesus mastoid
lebih keras di salah satu telinga – Rinne positif : hantaran AC lebih
– Tidak ada lateralisasi (suara keras / lama dari BC ( normal atau
terdengar di tengah / terdengar SNHL)
sama di kanan dan kiri) – Rinne negatif : hantaran BC lebih
– Lateralisasi ke kanan atau ke kiri keras / lama dari AC ( konduktif)
– Sheehy :
• Persepsi : AC dan BC sama
• Rinne positif : AC lebih keras dari BC
• Rinne negatif : BC lebih keras dar AC
• Tes SCHWABACH
• Membandingkan kepekaan hantaran tulang (BC) penderita dengan
pemeriksa (normal)
• Interpretasi :
• Schwabach sama : normal
• Schwabach memanjang : konduktif
• Schwabach memendek : SNHL
• Noise induced hearing loss → sensorineural deafness
• Tympanic membrane rupture, hearing bones dislocation → conductive deafness

Rinne Weber Schwabach Diagnosis


Positive No lateralization The sama as Normal
examiner
Negative Lateralize to prolong Conductive
deafer ear deafness
Positive Lateralize to shortened Sensorineural
better hearing ear deafness
• Tuli konduktif • Tuli Sensorineural
• Kelainan di telinga luar : • Tuli sensorineural
– Kelainan kongenital : – Tipe koklea
• Atresia liang telinga – Tipe retrokoklea
• Mikrotia • Pemeriksaan Audiometri
– Otitis Eksterna khusus :
– Osteoma liang telinga – Berfungsi untuk membedakan
– Sumbatan serumen tuli tipe koklea atau
• Kelainan di telinga tengah : retrokoklea
– Gangguan fungsi tuba – Jenis tes :
eustakhius • SISI,ABLB,ToneDecay,
• Tympanometri,Bekessy,BERA,
– Barotrauma • Elektrokokleografi,OAE
– Otitis media
– Otosklerosis,
Timpanosklerosis
– Hemotimpanum
– Dislokasi tulang pendengaran
• Presbiakusis • Tuli akibat bising
• Atrofi & perubahan vaskuler pd • Kerusakan bagian organ Corti :
stria vaskularis. Degenerasi sel- membran, stereosilia, sel rambut,
sel rambut penunjang di organ • Klinis:
Corti. Berkurangnya jumlah & – pendengaran terganggu biasanya
ukuran sel ganglion & saraf bilateral
• Klinis: – Telinga berdenging
– Usia >60 tahun – Riwayat terpajan bising
– pendengaran berkurang perlahan – Riwayat bekerja di lingkungan
& progresif, simetris, bising cukup lama
– Telinga berdenging – Bising > 85 dB >8 jam perhari atau
40 jam perminggu
– Tidak enak berbicara di tempat
ramai(Cocktail party deafness) – Pada gangguan pendengaran
cukup berat, sukar menangkap
– Bila mendengar suara keras percakapan
terasa nyeri (recruitment)
– Uji Penala : R: +, W : tak ada
– Uji Penala : R: +, W tak ada lateralisasi, atau lateralisasi ke sisi
lateralisasi (tuli sensorineural) yg lebih baik (tuli sensorineural)
– Audiogram : tuli sensorineural – Audiogram : tuli sensorineural,
penurunan biasanya mulai penurunan pada frek 3000-
frek.>1000Hz 6000Hz, terdapat takik pd frek
– Audiometri tutur : gangguan 4000Hz (“Kahart Notch”)
diskriminasi wicara – Audiometri tutur : gangguan
diskriminasi wicara
• Tuli akibat obat ototoksik
• Kerusakan sel rambut, stria vaskularis
• Klinis:
– pendengaran terganggu Kadang disertai vertigo
– Telinga berdenging
– Riwayat konsumsi obat ototoksik : aminoglikosida,
diuretik,anti inflamasi (salisilat),anti malaria
(Klorokuin), anti Kanker (CIS platinum)
– Riwayat penyakit lain shg memakai obat ototoksik
– Uji Penala : R: +, W : tak ada lateralisasi, atau
lateralisasi ke sisi yg lebih baik (tuli sensorineural)
– Audiogram : tuli sensorineural, penurunan tajam pada
pada frekuensi tinggi
– Audiometri tutur : gangguan diskriminasi wicara
Diagnosis Clinical Findings
Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or
Rhinorrhea
nasal discharge as one of them and: facial pain/pressure
or hyposmia/anosmia.
KNF Elderly with history of smoking, preservative food.
Tinnitus, otalgia epistaxis, diplopia, neuralgia trigeminal.
Posterior rhinoscopy: mass at fossa rosenmuller

Angiofbroma Male, young adult, with recurrent epistaxis. Anterior


rhinoscopy: red shiny/bluish mass. No lymph nodes
enlargement.
Ozaena/atrophi Caused by Klebsiella ozaena or staphyloccoc,
c rhinitis. streptoccoc, P. Aerugonas in poor economic/hygiene
people. Thick, greenish secrete, foul breath, nasal
obstruction, decrease ability to smell, headache.
Rhinoscopy: hypotrophy or atrophy of konka inferior &
media, purulent secrete & greenish crust.
Th:  wide  spectrum  AB  or  surgery  if  there’s  no  
improvement
Traumatic Can occur in about 10% of patients with significant head
anosmia injury → shearing action of olfactory fibers at the
cribiform plate.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Rhinitis
• Rhinitis vasomotor: Suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa
adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan
pajanan obat. Pencetus: asap rokok, bau menyengat, parfum.
Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan.
• Rhinitis medikamentosa: kelainan hidung yang disebabkan oleh
penggunaan vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan
berlebihan (drug abuse)
• Rhinitis atrofi: infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi
progresif mukosa dan tulang konka.
• Rhinitis akut: umumnya disebabkan oleh rhinovirus, sekret srosa,
demam, sakit kepala, mukosa bengkak dan merah.
• Rhinitis alergi: penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi
dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan berulang.
• Klinis – Tatalaksana
• Pada rhinoskopi anterior: • Hindari faktor pencetus
mukosa edema, basah, • Medikamentosa
(antihistamin H1, oral
pucat/livid dekongestan, kortikosteroid
• Allergic shiner: bayangan topikal, sodium kromoglikat)
• Operatif konkotomi
gelap dibawah mata (pemotongan sebagian konka
akibat stasis vena inferior) bila konka inferior
hipertrofi berat.
• Allergic salute: anak • Imunoterapi dilakukan
menggosok-gosok hidung pada kasus alergi inhalan
dengan punggung tangan yang sudah tidak responsif
karena gatal dengan terapi lain. Tujuan
imunoterapi adalah
• Allergic crease: pembentukan IgG blocking
antibody dan penurunan IgE
penggosokan hidung
berulang akan
menyebabkan timbulnya
garis di dorsum nasi
sepertiga bawah
Rhinosinusitis
Diagnosis Clinical Findings
Acute Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal
discharge as one of them and: facial pain/pressure or
hyposmia/anosmia.

Chronic sinusitis Subacute: 4 weeks-3 months. Chronic: > 3 months. Symptoms


are nonspesific, may only consist of 1 or 2 from these →
chronic headache, post nasal drip, chronic cough, throat
disturbace, ear disturbance, sinobronchitis.
Dentogen sinusitis The base of maxilla are processus alveolaris, where tooth roots
are located. Tooth infection can spread directly to maxillary
sinus. Symptoms: unilateral sinusitis with purulent nasal secrete
& foul breath.
Fungal sinusitis Predisposition: diabetes, neutropenia, AIDS, long term
treatment in hospital. Etiology: Candida or Aspergillus.
Symptoms/signs: unilateral sinusitis which not responded by
antibiotic, destroyed sinus wall, greyish white membrane

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


Rhinosinusitis
• Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
– Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya
menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan
yang tampak: perselubungan, air fluid level,
penebalan mukosa.
– CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,
adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta
perluasannya → gold standard. Karena mahal, hanya
dikerjakan utk penunjang sinusitis kronik yang tidak
membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


Rhinosinusitis
• Terapi rhinosinusitis
– Tujuan:
• Mempercepat penyembuhan
• Mencegah komplikasi
• Mencegah perubahan menjadi kronik
– Prinsip:
• Membuka sumbatan di kompleks osteomeatal (KOM) → drainasi &
ventilasi pulih
– Farmakologi:
• AB amoksisilin 10-14 hari
• Dekongestan
• Lain-lain: analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, NaCl
– Operasi
• untuk sinusitis kronik yang tidak membaik, sinusitis disertai kista atau
kelainan ireversibel, polip ekstensif, komplikasi (kelainan orbita,
intrakranial, osteomielitis, kelainan paru), sinusitis jamur.

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.


Rontgen Rhinosinusitis
OTITIS MEDIA AKUT
(OMA)
•Radang akut telinga
tengah,
•yang terjadi terutama
Definisi pada bayi dan anak,
yang biasanya
didahului infeksi sal.
napas atas
Faktor risiko
Tuba
eustachius
Sumbatan Infeksi
pendek, lebar,
tuba saluran napas
letak agak
eustachius atas
horisontal
(pada bayi)
Etiologi
Bakteri piogenik: H. influenza,
E. Coli
Proteus vulgaris,
Pseudomonas aeruginosa
Streptokokus Stafilokokus Streptokokus anhemolitikus
Pneumokokus
hemolitikus aureus
Gambaran klinik

Keluhan tergantung dari stadium OMA:


• Stadium oklusi tuba eustachius
• Stadium hiperemis (pre-supurasi)
• Stadium supurasi
• Stadium perforasi
• Stadium resolusi
Gejala OMA umumnya:
• Anak gelisah, atau ketika sedang tidur tiba-tiba
terbangun, menjerit, memegang telinga
• Demam dengan suhu tubuh tinggi kadang sampai
kejang
• Kadang disertai muntah dan diare
Stadium OMA

Stadium oklusi tuba eustachius

Retraksi membran timpani (MT)

MT kadang tampak normal, atau keruh pucat

Refleks cahaya (RC) memendek atau


menghilang
Efusi mungkin telah terjadi, tapi tak bisa
terdeteksi
Stadium hiperemis (pre-supurasi)

MT tampak hiperemis dan edem

RC menghilang

Sekret mungkin masih bersifat eksudat,


sehingga sukar terlihat
Stadium supurasi
Edema hebat mukosa telinga tengah & sel epitel
superfisial hancur & terbentuk eksudat purulen di
cavum timpani MT bulging ke arah liang telinga
luar

Px tampak sangat sakit:


nadi dan suhu ↑,  nyeri hebat di telinga
Stadium perforasi
Jika pemberian antibiotik terlambat atau virulensi kuman
↑   ruptur MT nanah keluar mengalir ke telinga luar

Otoskopi: MT perforasi

Anak menjadi tenang, suhu badan ↓,  anak dapat tidur


nyenyak
Stadium resolusi
Bila MT tetap utuh perlahan MT akan normal kembali

Bila MT perforasi sekret berkurang akhirnya kering

Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah


resolusi bisa terjadi walau tanpa pengobatan

Bila perforasi menetap & sekret keluar terus atau hilang


timbul OMSK

Bila sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi


sequele OM serosa
Penatalaksanaan
• Bergantung pada stadium penyakit

Stadium oklusi

• AB 7 hari: ampisilin 4dd1, amoksisilin 3dd1,


eritromisin 4dd1 PO
• Obat tetes hidung dekongestan (misal: HCl
efedrin dalam larutan fisiologis {0,5% untuk
<12 tahun, dan 1% untuk >12 tahun})
• Antihistamin bila ada tanda2 alergi
• Antipiretik
Stadium hiperemis Stadium supurasi

• AB 14 hari: ampisilin • Rawat AB ampisilin


4dd1, amoksisilin 3dd1, atau amoksisilin
eritromisin 4dd1 PO parenteral dosis tinggi
• Obat tetes hidung 3 hari, bila ada
dekongestan maks. 5 perbaikan lanjut AB
hari PO 14 hari
• Antihistamin bila ada • Bila tidak ada fasilitas
tanda2 alergi rawat rujuk THT
• Antipiretik, analgetik, untuk miringotomi
dan obat simptomatis
lain
Stadium perforasi Stadium resolusi

• Antibiotik selama • Bila tidak terjadi


14 hari resolusi lanjut AB
• Obat cuci telinga hingga 3 minggu
solutio H2O2 3% • Bila sekret keluar >
frekuensi 2 – 3 3 minggu OM
x/hari selama 3 – 5 supuratif subakut
hari • Bila perforasi
menetap&sekret
keluar > 1,5 atau 2
bulan OMSK
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
DEFINISI

Infeksi kronis pada sebagian atau seluruh


telinga tengah yang dikarakteristikkan dengan
perforasi permanen dari membran timpani dan
adanya sekret telinga yang keluar secara terus
menerus.

Waktu :
- Proctor (1980) 6 minggu
- Paparella (1983) 12 minggu
Etiologi dan Patogenesa

• Infeksi aerob 42%


Infeksi • Infeksi anaerob 2%
• Infeksi aerob-anaerob 55%

Bakteri aerob • Pseudomonas aeruginosa 31 %,


• Klebseilla pneumoniae 27%
: • Proteus mirabilis 16%

Bakteri • Bacteroides fragilis 71 %

anaerob
Etiologi dan Patogenesis
Infeksi Akut Telinga Tengah

Respon peradangan: edema, ulserasi,


kerusakan jaringan epitel

Infeksi tidak dapat teratasi

Terbentuknya jaringan granulasi

Destruksi struktur sekitar


Perbedaaan OMSK Tipe Benigna dan
Maligna
Kelainan Tipe Benigna Tipe Maligna

Daerah terkena tubotimpanik atikoantral


Perforasi anterior atau sentral atik atau marginal
Nanah mukoid, tidak berbau tebal, berbau busuk
Granulasi tidak biasa didapat biasa didapat
Polip jika ada, pucat, oedem jika ada, hiperemi, lunak
Tuli konduktif ringan-sedang konduktif atau campuran
Radiografi mastoid normal tidak ada sel udara
Kolesteatoma
sangat jarang sering
Kolesteatom?
Epitel kulit yang berada di tempat
yang salah.

Epitel fisiologis bertransfromasi


akibat:
• Invaginasi membran timpani
• Invasi epithelial
• Metaplasia
• Hiperplasia sel basal
Gejala

Otorrhea

Gangguan pendengaran

Demam, vertigo, atau nyeri dapat menunjukkan adanya


komplikasi intratemporal atau intrakranial.

Riwayat OMSK persisten harus dicurigai sebagai adanya


kolesteatoma.
Pemeriksaan Fisik

KAE: edema, krusta, radang

Otoskop: sekret, perforasi,


jaringan granulasi, kolesteatom

Mukosa telinga tengah yang


terlihat edema dan/atau pucat
Diagnosis OMSK
• D/ OMSK tegak perforasi MT + riwayat
otore menetap atau berulang lebih dari 2
bulan
Pemeriksaan Penunjang

Lab Pencitraan
• Kultur • Stenver
• Resistensi • Schuller Audiometri
• Lateral
• CT Scan
• Mri
OMSK Benigna

• Prinsip terapi konservatif atau medikamentosa


• larutan H2O2 3 % selama 3-5 hari sekret yang keluar terus
menerus
• antibiotika dan kortikosteroid tetes telinga
• oral ampisilin atau eritromisin atau ampisilin asam
klavulanat.
• Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah
diobservasi selama 2 bulan miringoplasti atau timpanoplasti
• sumber infeksi diobati misalnya adenoidektomi dan
tonsilektomi.
OMSK Maligna

• Prinsip terapi pembedahan, yaitu


mastoidektomi
• mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanopplasti
• konservatif dengan medikamentosa
sementara sebelum pembedahan
Mastoidektomi
• Tujuan pembedahan : sederhana

- Eradikasi penyakit yang


bertujuan tercapainya Mastoidektomi radikal
drainase yang baik
- Menghindari rekurensi Mastoidektomi radikal
infeksi Jenis Pembedahan dengan modifikasi
(operasi Bondy)
- Mencegah komplikasi
- Miringoplasti
Mempertahankan/memp
erbaiki fungsi
pendengaran Timpanoplasti
Epistaksis
• Epistaksis anterior • Epistaksis posterior
• Perdarahan dari arteri • Perdarahan dimulai dari
eithmoidalis anterior atau anterior eithmoidalis
pleksus kisselbach posterior atau arteri
• Biasanta diawali oleh sphenopalatina
trauma atau infeksi • Mempengaruhi pasien
• Penanganan awal berupa dengan hipertensi atau
penekanan digital selama arteriosklerosis
10-15 menit. Jika • Terapi: aplikasi
perdarahanterlihat dapat tamponbelloq/posterior
dikauter selama 2-3 hari.
• Jika masih berdarah dapat
ditampon anterior 2x24
jam
Tonsillitis
• Acute tonsillitis:
– Viral: similar with acute rhinitis +
sore throat
– Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
• Detritus → follicular tonsillitits
• Detritus coalesce → lacunar tonsillitis.
• Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
• Th: penicillin or erythromicin

• Chronic tonsillitis
– Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
– Lymphoid tissue is replaced by scar widened
crypt, filled by detritus.
– Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.

Anda mungkin juga menyukai