Anda di halaman 1dari 159

ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI

CATATAN TUTORIAL OPTIMA


HUKUM NAEGELE
 Hari Pertama Haid
Contoh Tgl Bln Thn Terakhir
HPHT (Hari 13 06 2012  Saat persalinan

Obstetri Fisiologi FK UNPAD, 2011


tergantung pada saat
Pertama Haid ovulasi. Karena saat
ovulasi ditentukan oleh
Terakhir) lamanya siklus, hukum
Naegele hanya berlaku
untuk siklus +28 Hari.
Siklus 28 hari +7 -3 +1  Jika siklusnya panjang,
ovulasi terjadi lebih jauh
20 3 2013 dari hari pertama haid
terakhir dan persalinan
Untuk Siklus 35 +14 -3 +1 juga akan jadi lebih jauh
Hari
dari haid terakhir
Pemeriksaan Kebidanan
(Status Obstetrikus)
Dibagi dalam : 1. Inspeksi (periksa pandang)
2. Palpasi (periksa raba)
3. Auskultasi (periksa dengar)
Inspeksi :
- Muka : Kloasma gravidarum, edema
- Leher : Vena terbendung, kel. Gondok, kel. Limfe
- Dada : Buah dada (pigmentasi, putting susu, kolostrum)
- Perut : Asites, pigmentasi, gerak anak, kontraksi rahim,
striae gravidarum, bekas luka
- Vulva : Varises, tanda chadwick
- Anggota bawah : Varises, edema
Palpasi :
1. Menentukan besar rahim - tuanya kehamilan
2. Letak anak

CARA MELAKUKAN PALPASI :


1. LEOPOLD I
- Tinggi fundus uteri
- Bagian apa yang terdapat dalam fundus
2. LEOPOLD II
Bagian apa yang terdapat di kanan-kiri perut ibu
3. LEOPOLD III
Apa yang terdapat di bagian bawah & bagian bawah
sudah/belum tergpegang oleh PAP
4. LEOPOLD IV
Berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul
Auskultasi
 Stetoskop monoaural, Doptone
 Bunyi terdengar :
a. Dari anak :
 Bunyi jantung anak
 Bising tali pusat
 Gerakan anak
b. Dari ibu :
 Bising rahim
 Bunyi aorta
 Bising usus
Yang dapat diketahui dari
Bunyi Jantung Anak :

1. Adanya bunyi jantung anak :


 Tanda pasti kehamilan
 Anak hidup

2. Tempat bunyi jantung anak :


 Presentasi, posisi, sikap anak
 Anak kembar

3. Sifat bunyi jantung anak :


 Keadaan anak (sehat 120-160 /mnt
Reguler)
Pemeriksaan Dalam :

Pada hamil muda & usia 8 bulan, terutama primigravida

Persangkaan panggul sempit :


1. Primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir
2. Multigravida dengan riwayat obstetrik jelek
3. Kelainan letak pada hamil tua
4. Kelainan badan
5. Ukuran-ukuran luar sempit
Yang diperiksa 1.
: Konjugata diagonalis
2. Linea inominata
3. Sakrum
4. Dinding samping
5. Spina isiadika
6. Arkus pubis

Pemeriksaan tambahan :
1. Pemeriksaan Rontgen
2. Pemeriksaan biologis dan imunologis
3. Amnioskop
4. Amniosintesis
5. Pemeriksaan sitologis
6. Pemeriksaan ultrasonografi
I. Hamil atau Tidak

Tanda-tanda kehamilan dibagi :


a. Tanda-tanda pasti
b. Tanda-tanda mungkin

Tanda-tanda pasti :
 Mendengar BJA
 Melihat, meraba atau mendengar
pergerakan anak oleh pemeriksa
 Melihat rangka janin
Tanda-tanda mungkin :

 Pembesaran, perubahan  Hiperpigmentasi


bentuk & konsistensi  Tanda Chadwick
rahim  Amenore
 Perubahan pada serviks
 Mual-muntah
 Kontraksi Braxton Hicks
 Ibu merasa
 Balotemen
pergerakan anak
 Meraba bagian anak
 Sering kencing
 Pemeriksaan biologis
 Perasaan dada berisi
 Pembesaran perut
 Keluarnya kolostrum & agak nyeri
TANDA LAINNYA:
Tanda Chadwick:
TANDA-TANDA KEHAMILAN
-
kebiruan pada vulva,
vagina dan serviks.
Tanda Tidak Pasti - Tanda Goodell:
Tanda pasti : 1. Amenorhea perubahan konsistensi
1. Terdengarnya denyut 2. Perubahan payudara serviks
jantung janin melalui dan puting (tegang, - Tanda Hegar:
auskultasi/ Doppler. membesar dan sensitif) pelunakan dan
2. Gerak janin yang 3. Hiperpigmentasi kulit kompresibilitas ismus
dirasakan ibu mulai usia (kloasma gravidarum, serviks
gestasi 16-20 minggu linea nigra, - Tanda Piskacek:
3. Gambaran USG yang 4. Pembesaran uterus pembesaran uterus
mengkonfirmasi adanya 5. Mual muntah/ morning yang asimetris
kehamilan sickness - Kontraksi Braxton
6. Fatique Hicks: terjadi akibat
peregangan
miometrium karena
pembesaran uterus;
Identifikasi dan Riwayat Kesehatan
Data umum pribadi
Keluhan saat datang
ANTENATAL CARE Riwayat haid
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan saat ini
 Dokter/ bidan Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit ibu
Riwayat operasi
 Minimal 4 kali: (trim. I 1x,
Riwayat KB, imunisasi, menyusui
trim. II 1x dan trim III 2x),
termasuk minimal 1 kali
kunjungan diantar suami
Pemeriksaan Fisik
atau keluarga ke dokter Keadaan umum (tanda vital, TB,
BB, jantung paru, payudara, dsb)
Pemeriksaan abdomen (inspeksi,
palpasi, auskultasi)
Pemeriksaan Obstetri (Leopold)
Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Hb, MCV, Gol. darah, hitung
jenis, GDS, HbsAg, HIV/ VDRL, antibodi
Rubella, urinalisis, feses lengkap) dan USG
Kehamilan dikatakan
normal, bila:
•Ibu sehat
•Tidak ada riwayat obstetri
buruk (lahir mati, BBLR,
distosia persalinan, IUFD,
abortus berulang)
•Ukuran uterus sesuai
kehamilan
•Hasil pemeriksaan klinis
dan penunjang dalam
batas normal.
 Rongga panggul
 Rongga panggul dibagi atas dan bawah oleh PERSALINAN
apertura pelvis superior (pintu atas panggul,
PAP), dibentuk oleh :
 promontorium os sacrum di bagian posterior
 linea iliopectinea (linea terminalis dan pecten
ossis pubis) di bagian lateral
 symphisis os pubis di bagian anterior

 Pintu keluar panggul disebut apertura pelvis


inferior (pintu bawah panggul, PBP),
merupakan dua segitiga yang bersekutu pada
alasnya (pada garis yang menghubungkan kedua
tuber ischiadica)
 Diameter anteroposterior pintu atas panggul
(conjugata interna, conjugata vera)(CV ± 12 cm)
 Jarak antara promontorium os sacrum sampai
tepi atas symphisis os pubis. Tidak dapat
diukur secara klinik pada pemeriksaan fisis.
Secara klinik dapat diukur conjugata
diagonalis, jarak antara promontorium
ossacrum dengan tepi bawah symphisis os
pubis, melalui pemeriksaan pelvimetri
pervaginam.
 Diameter transversa pintu atas panggul(± 13,5 cm)
 Diameter terpanjang kiri-kanan dari pintu atas
panggul. Bukan sungguh "diameter" karena
tidak melalui titik pusat pintu atas panggul.
 Diameter obliqua pintu atas panggul
 Jarak dari sendi sakroiliaka satu sisi
sampai tonjolan pektineal sisi
kontralateralnya (oblik/menyilang).
 Diameter / distantia interspinarum
pada rongga panggul(± 10,5 cm)
 Jarak antara kedua ujung spina
ischiadica kiri dan kanan.
 Diameter anteroposterior pintu
bawah panggul (± 7,5 cm)
 Jarak antara ujung os coccygis sampai
pinggir bawah symphisis os pubis.
 Diameter transversa pintu bawah
panggul (± 10,5 cm)
 Jarak antara bagian dalam dari kedua
tuberositas os ischii.
 Diameter sagitalis posterior pintu
bawah panggul
 Jarak antara bagian tengah diameter
transversa sampai ke ujung os
sacrum.
 Hodge
 Bidang Hodge I: Bidang
pintu atas panggul, dengan
batas tepi atas simfisis.
 Bidang Hodge II: Bidang
sejajar H-I setinggi tepi
bawah simfisis
 Bidang Hodge III: Bidang
sejajar H-I setinggi spina
ischiadica
 Bidang Hodge IV: Bidang
sejajar H-I setinggi ujung
bawah os coccygis
 Hubungan fetus dengan
jalan lahir
 Habitus 1. Situs/Letak : Sumbu
 Fleksi mengikuti jalan lahir panjang anak terhadap
 Situs sumbu panjang ibu
 Letak memanjang 2. Habitus/Sikap : Letak
 Letak melintang bagian-bagian anak satu
 Letak oblik terhadap yang lain
 Presentasi 3. Positio/Posisi : Letak salah
 Memanjang: kepala, sungsang satu bagian anak tertentu
 Melintang/oblik: bahu, punggung terhadap dinding perut
 Posisi 4. Presentatio/Presentasi :
 Hubungan antara bagian yang menjadi bagian
tertentu fetus (ubun-ubun kecil, terendah
dagu,mulut, sakrum, punggung)
dengan bagian kiri, kanan,
depan,belakang, atau lintang,
terhadap jalan lahir
 Faktor utama persalinan
 Power: His (kontraksi ritmis otot polos uterus),
kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular
respirasi metabolik ibu.
 Passage: Keadaan jalan lahir

 Passenger: Keadaan janin (letak, presentasi,


ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik
mayor)(++ faktor2 “P” lainnya : psychology,
physician, position)
 Kala I
PERSALINAN  Dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan
adanya kontraksi yang teratur, adekuat dan menyebabkan
perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan
 Persalinan normal: lengkap. Terdiri dari:
 Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm (8
 proses pengeluaran buah jam).
kehamilan (bayi, plasenta  dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan
dan selaput ketuban) mendekati 4 cm
 kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih
 usia gestasi aterm (>37 – diantara 20-30 detik
42 minggu)  Berlangsung sekitar 8 jam
 persalinan spontan (dari  Fase aktif:
rahim ibu melalui jalan  kontraksi di atas 3 kali/ 10 menit
lahir dengan tenaga ibu  lama kontraksi ≥ 40 detik dan mules

sendiri (tidak ada  pembukaan dari 4 cm sampai lengkap (10cm)

intervensi dari luar).  terdapat penurunan bagian terbawah janin

 Berlangsung sekitar 6 jam (Kecepatan rata-rata


 presentasi kepala (posisi 1cm/jam pada nulipara dan 1-2cm/jam pada
belakang kepala) multipara).
 tidak lebih dari 18 jam  Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan
 Tidak ada komplikasi 3 cm sampai 4 cm.
pada ibu maupun janin.  Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam),
pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
 Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan
9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
 His: Timbul tiap 10 menit dengan
amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik
 Tanda dan gejala persalinan:  Kala II
 Timbulnya his persalinan, yaitu  Dimulai pada saat
his pembukaan dengan sifat : pembukaan serviks telah
 Nyeri melingkar dari lengkap dan berakhir pada
punggung hingga ke perut saat bayi telah lahir lengkap.
depan  His menjadi lebih kuat, lebih
 Teratur sering, dan lebih lama.
 Makin lama interval makin Selaput ketuban mungkin
pendek dan intensitas juga sudah pecah/ baru
makin kuat pecah spontan pada awal
 Jika berjalan bertambah
Kala 2.
kuat  Rata-rata waktu untuk
 Berpengaruh pada
keseluruhan proses Kala 2
pendataran atau
pada primigravida ± 1,5 jam,
pembukaan serviks
dan multipara ± 0,5 jam
 Keluar lendir bercampur darah
 Kala II lama: > 1 jam pada
multigravida; > 2 jam pada
 Keluar cairan banyak tiba-tiba
primigravida
dari jalan lahir (bila ketuban
• His: Amplitudo 60 mmHg,
pecah) frekuensi 3-4 kali / 10 menit
 Pada pemeriksaan dalam:
terjadi pendataran dan
pembukaan serviks
 Kala III  Kala IV
 Dimulai pada saat bayi telah lahir  Segera setelah lahirnya plasenta
lengkap, dan berakhir dengan hingga 2 jam post partum
lahirnya plasenta.  Monitor pada kala IV
 Berlangsung ± 30 menit.  Pemantaun kontraksi dan
pencegahan perdarahan
• His: Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi pervaginam:
kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun  Setiap 2-3 kali dalam 15 mrenit
pertama pasca salin
 Tanda-tanda pelepasan plasenta  Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
 Tali pusat memanjang pasca salin
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua
 Uterus membulat pasca salin
 Keluar semburan darah  Pemeriksaan tekanan darah, nadi
 Manajemen aktif kala III dan kandung kemih ibu setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap
 Menyuntikan oksitosin dalam 1 30 menit pada jam kedua pasca
menit setelah bayi lahir, 10 IU salin.
secara IM pada 1/3 paha atas
bagian lateral  Pemeriksaan tanda vital bayi
 Memastikan bayi bernapas baik (40-
 Melakukan penegangan tali pusat
60x/ menit) dan suhu stabil (36.5-
terkendali dan dorongan dorso- 37.50C)
kranial sampai plasenta terlepas
 Melakukan masase uterus segera
setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir
 Masalah kala II:
 Distosia Bahu
 Kala II lama
 Masalah kala I:
 Gangguan His/ Power:
 Inersia uteri  persalinan lama  Masalah kala III:
 Kontraksi uterus hipertonik

 Inkoordinasi kontraksi uterus


 Retensio Plasenta
 Gangguan Passage
 Disproprosi kepala-panggul
 Gangguan Passenger  Masalah kala IV:
 Malposisi, malpresentasi
 Disproporsi kepala-panggul
 Perdarahan Post Partum
 Atonia uteri (Tone)
 Robekan (Tissue)
 Jaringan (Tissue)
 Faktor koagulasi
(thrombin)
DISTOSIA  Kekuatan mengejan kurang kuat,
misalnya karena kelainan dinding
 Distosia adalah persalinan yang perut seperti luka parut baru,
sulit yang ditandai adanya diastase muskulus rektus
hambatan kemajuan dalam abdominis, atau kelaianan keadaan
persalinan. Distosia ibu seperti sesak napas atau
dikarakteristikan progres kelelahan.
persalinan yang lambat secara  Kelainan presentasi, posisi, atau
abnormal. Biasanya persalinan perkembangan janin.
abnormal muncul setiap ada
 Misalnya presentasi dahi,
disproporsi antara bagian yang
presentasi bahu, presentasi muka,
terpresentasi dari fetus dengan
presentasi bokong, anak besar,
jalan lahir.
hidrosefal, dan monstrum.
 Sedangkan persalinan normal
 Kelianan tulang panggul ibu
(eutocia) ialah persalinan dengan
presentasi belakang kepala yang  Kelainan jaringan lunak dari
berlangsung spontan dalam 18 saluran reproduksi
jam.  Kelainan ini secara mekanik
 Etiologi disederhanakan menjadi 3
kategori:
 Distosia merupakan konsekuensi
dari 4 kelainan berbeda yang bisa  Kelainan power – kontraktilitas
muncul sendiri atau kombinasi: uterus dan usaha mendorong ibu.
 Kelainan kekuatan mendorong  Kelainan passenger – Janin
 Kelainan his merupakan penyebab  Kelainan passage – Pelvis
tersering.
DISTOSIA BAHU
 Suatu keadaan  Kepala bayi sudah lahir
diperlukan tambahan tetapi tetap menekan
manuver obstetrik oleh vulva dengan kencang
karena dengan tarikan  Dagu tertarik dan
biasa ke arah belakang menekan perineum
pada kepala bayi tidak
 Traksi pada kepala tidak
berhasil untuk melahirkan
berhasil melahirkan bahu
bayi.
yang tetap tertahan di
 Diagnosis distosia bahu kranial simfisis pubis
 Kepala bayi sudah lahir,  Penanganan : episiotimi
tetapi bahu tertahan dan luas, posisi McRobert
tidak dapat dilahirkan atau posisi dada - lutut
MANUEVER MAC ROBERTS
 Maneuver ini terdiri dari
melepaskan kaki dari penyangga
dan melakukan fleksi sehingga
paha menempel pada abdomen
ibu. Tindakan ini dapat
menyebabkan sacrum mendatar,
rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut
inklinasi. Meskipun ukuran panggul
tak berubah, rotasi cephalad
panggul cenderung untuk
membebaskan bahu depan yang
terhimpit.
 Maneuver Mc Robert
 Fleksi sendi lutut dan paha serta
mendekatkan paha ibu pada
abdomen sebaaimana terlihat pada
(panah horisontal). Asisten
melakukan tekanan suprapubic
secara bersamaan (panah vertikal)
GANGGUAN PERSALINAN COHEN DAN
FRIEDMAN (1983)
INDUKSI
 Inisiasi aktivitas uterus dan  INDIKASI
perubahan serviks dengan  Bila resiko melanjutkan
penurunan janin secara persalinan terhadap ibu dan
farmakologis atau cara lain janin lebih besar daripada
pada wanita yang sedang resiko induksi dan
tidak dalam keadaan melahirkan
bersalin  Janin: kondisi ekstrauterin
 PEMATANGAN SERVIKS akan lebih baik daripada
 Promotion of cervical intrauterin, atau kondisi
change secara intrauterin lebih tidak baik
farmakologis atau cara lain atau mungkin
membahayakan
 Ibu: menghindari /
mencegah / mengatasi rasa
sakit atau masalah2 lain
yang dapat membahayakan
nyawa ibu
Induksi elektif
Induksi, dengan tidak adanya indikasi ibu dan
janin, tidak dapat dilakukan

 Indikasi - Darurat
 Hipertensi gestasional yang berat
 Diduga komplikasi janin yang akut
 PJT (IUGR) yang berat
 Penyakit maternal yang bermakna dan tidak respon dengan pengobatan
 APH yang bermakna
 Korioamnionitis

Indikasi – Tidak segera ( Non-


Indikasi – Segera (urgent) Urgent )
–KPD saat aterm atau dekat aterm –Kehamilan „post-term‟
–PJT tanpa bukti adanya komplikasi akut –DM terkontrol baik
–DM yang tidak terkontrol –Kematian intrauterin pada
–Penyakit isoimun saat aterm atau dekat aterm kehamilan sebelumnya
–intrauterine fetal demise
–Problem logistik (persalinan cepat,
jarak ke rumah sakit)
INDUKSI PERSALINAN
 Metode:
 Surgikal
 Melepaskan / memisahkan selaput kantong ketuban dari
segmen bawah uterus (stripping)
 Manual (jari tengah/telunjuk)

 Foley cathether

 Memecahkan selaput kantong ketuban (amniotomi)

 Obat-obatan: Spartein sulfat, prostaglandin


(misoprostol), oksitosin
INDUKSI PERSALINAN
 Keberhasilan tergantung pada skor pelvis
 Skor ≥ 6  oksitosin, bila ≤ 5, serviks dimatangkan dulu
(prostaglandin/ kateter Foley)
Manajemen :
 Induksi dengan oksitosin drip oksitosin dalam dekstrose
atau NaCl dinaikkan perlahan sampai his adekuat
 Induksi dengan prostaglandin tempatkan tablet misoprostol
25 mcg di forniks posterior, dapat diulangi setelah 6 jam. Dosis
tidak melebihi 50 mcg/ kali atau lebih dari 4 dosis/ 200 mcg.
 Induksi dengan alat: kateter foley tidak dilakukan bila ada
riwayat perdarahan, ketuban pecah, pertumbuhan janin
terhambat atau infeksi vagina.
BISHOP SCORE (SKOR PELVIC)
 Suatu klasifikasi objektif untuk memilih pasien yang
memnuhi syarat untuk persalinan pervaginam pada

RSHS
pedoman diagnosis dan terapi OBGYN
presentasi belakang kepala
Faktor Skor
0 1 2 3
Pembukaan serviks (cm) 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran serviks (%) 0-30 40-50 60-70 80
Station -3 -2 -1 atau +1 atau
0 +2
Konsistensi serviks Kaku Medium lunak -
Posisi serviks Posterio Ditenga Anterior -
r h
Bila skor > 6 maka keberhasilan induksi persalinan tinggi, sedangkan
bila kurang dari 6 keberhasilannya rendah
UTEROTONIKA

1.Network SMaNC. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guideline. Primary postpartum
haemorrhage. Queensland: Queensland Government; 2012.
PERSALINAN DENGAN VAKUM
 Indikasi:
 persalinan sulit dengan ibu masih bisa mengedan

 Syarat:
 presentasi belakang kepala/ vertex
 janin aterm
 pembukaan lengkap
 kepala di H III-IV

 Komplikasi
 Janin: edema scalp, (hilang 1-2 hari), sefal hematom (hilang
3-4 minggu), aberasi dan laserasi kulit kepala serta
perdarahan intrakranial (sangat jarang).
 Ibu: robekan jalan lahir
PERDARAHAN ANTEPARTUM
 Definisi
 Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang
terjadi sebelum/setelah kehamilan 28 minggu.
 Sebelum 28 minggu : abortus, mola hidatidosa,
KET
 Setelah 28 minggu : plasenta previa, solusio
plasenta, vasa previa
ABORTUS
 Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan.
 Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
KLASIFIKASI ABORTUS
 Sarwono (2008) membagi abortus menjadi beberapa
klasifikasi yaitu
1. Abortus Spontan
2. Abortus Imminens (keguguran mengancam)
3. Abortus Incipiene (keguguran berlangsung)
1. Abortus incomplete
2. Abortus complete
3. Abortus infeksiosa dan abortus septik
Ditemukan pada abortus buatan yang dikerjakan
tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis
1. Missed abortion (retensi janin mati)
2. Abortus habitualis
3. Abortus provokatus , adalah terminasi kehamilan
secara medis atau bedah sebelum janin mampu
hidup, dibagi lagi menjadi :
a. Abortus therapeutic (abortus medisinalis)
b. Abortus kriminalis
c. Unsafe Abortion
KLASIFIKASI ABORTUS
1. Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis
atau ,medis untuk mengosongkan uterus. Disebut
juga keguguran (misscarriage)

2. Abortus Imminens (keguguran mengancam)


Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelumnya <20 minggu, hasil konsepsi
masih dalam uterus dan adanya dilatas iserviks.
KLASIFIKASI ABORTUS
3. Abortus Insipiene (keguguran berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan <20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri.
Abortus ini dibagi lagi menjadi :
a. Abortus Incomplete : pengeluaran sebagian hasil
konsepsi dan masih terdapat sisa tertinggal di
uterus.
b. Abortus Complete : seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dengan lengkap dari cavum uteri .
c. Abortus infeksiosa dan septik : abortus yang disertai
infeksi genitalia, sedangkan abortus septik adalah
abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau
toksin nya ke dalam peredaran darah atau peritonium
ABORTUS LAINNYA
1. Missed abortion (retensi janin mati):
Janin mati tertahan didalam kavum uteri tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih
2. Abortus habitualis
Keadaan dimana pasen mengalami keguguran
berturut-turut 3 kali atau lebih.
3. Abortus provokatus
Terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum
janin mampu hidup, dibagi lagi menjadi
ABORTUS
insipien kompletus Inkomplet iminens missed

Ostium uteri membuka menutup membuka menutup menutup


Hasil Dalam Seluruh Sebagian Masih baik mumi
konsepsi kavum uteri nya telah telah keluar
keluar
Besar uterus Sesuai Mengecil, Sesuai Tidak
kehamilan sehingga dengan sesuai
perdarahan umur umur
sedikit kehamilan kehamilan
Tes urin + + sampai + + -
7-10 hari
PENATALAKSANAAN
 Abortus Insipiens :
- evakuasi
- kuretase bila perdarahan banyak
- Pasca tindakan perbaiki keadaan umum, pemberian
uterotonika, antibiotik profilaksis
 Abortus Complete : tidak memerlukan tindakan khusus
atau pengobatan . Biasanya hanya diberi roborantia bila
pasien memerlukan.
 Abortus Incomplete :

-evakuasi
-uterotonika
-Antibiotik
PENATALAKSANAAN
 Abortus Iminens
 Pengelolaan penderita ini tergantung informe consent
yang diberikan . Bila ibu ini masih menghendaki
maka pengelolaan harus maksimal untuk
mempertahankan kehamilan. - Pemeriksaan USG
diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin
yang ada dan mengetahui keadaan plasenta
 Tirah baring sampai perdarahan berhenti
 Spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi
progesteron untuk mencegah terjadinya abortus.
 Pasien boleh pulang setelah tidak terjadi
perdarahan dengan pesan khusus pasen tidak boleh
berhubungan seksual dulu sampai kurang 2 minggu.
MOLA HIDATIDIFORM
 DEFINISI  Berdasar karakteristik dan
 Mola hidatidiform/ susunan DNA-nya, mola
hidatidosa merupakan suatu hidatidosa dibagi menjadi:
kondisi kehamilan di mana  Mola Komplit
ovum dan sperma yang  Mola komplit terjadi apabila
bertemu memiliki materi 1 ovum yang telah
genetik/ DNA yang kehilangan DNA-nya (ovum
abnormal (seharusnya kosong) dibuahi oleh 1
ovum 23 X, dengan sperma sperma yang kemudian
23 X atau 23 Y). mengalami reduplikasi
menjadi 46 XX homozigot
(sekitar 90% kejadian mola
komplit) atau dibuahi oleh 2
sperma menjadi 46 XX/XY
heterozigot (sekitar 10%
dari kejadian mola komplit).
 Mola Parsial
 Mola parsial terjadi
apabila 1 ovum dibuahi
oleh 1 atau 2 sperma
yang mengalami
reduplikasi DNA hasil
sehingga hasil
konsepsinya menjadi
triploid atau tetraploid.
 Kondisi mola parsial lebih
sering dijumpai dan
cenderung kurang
beresiko mengakibatkan
keganasan tropoblastik.
 TANDA DAN GEJALA Karakteristik Mola Komplit Mola Parsial
 Tanda dan gejala mola hidatidosa, Jaringan Tidak Ditemukan,
terutama mola hidatidosa komplit cukup Embrionik/ ditemukan tidak
khas dan beragam antara lain: Fetal sempurna
 Ukuran uterus yang lebih besar
dibanding usia kehamilannya Pembengkaka Difus Fokal
n hidatidiform
 Kadar beta-hCG yang amat tinggi vili korionik
 Hiperemesis gravidarum
Hiperplasi Difus Fokal
 Hipertensi dan proteinuria (menyerupai
tropoblas
kondisi preeklamsia, namun pada usia
kehamilan muda) Scalloping vili Tidak Ditemukan
 Adanya benjolan karena kista theca korionik ditemukan
lutein ovarium Inklusi Tidak Ditemukan
 Tanda-tanda abortus (perdarahan/ stroma ditemukan
spotting) tropoblas
 Mola hidatidosa parsial biasanya hanya
mengalami gejala seperti abortus di
mana ditemukan perdarahan dan
kontraksi uterus, namun sangat jarang
menunjukkan tanda dan gejala mola
hidatidosa komplit.
ULTRASONOGRAFI
 Mola Komplit
 Ditemukan gambaran
sarang lebah/ honeycomb
ataupun gambaran
menyerupai badai salju/
snowstorm (lihat gambar)
yang merupakan
karakteristik pembengkakan
vili korionik yang difus dan
vesikuler.
 Mola Parsial
 Ditemukan gambaran kistik
pada jaringan plasenta dan
pemanjangan diameter
transversa dari kantong
gestasional.
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
 KET ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel
telur yang telah dibuahi tidak menempel pada
dinding endometrium kavum uteri.
 Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada disaluran
telur (tuba fallopi).
 Pars ampularis 55%, pars ithmus 25%, pars
fimbrae 17%,pars interstitial 2%
 Kehamilan ektopik lain < 5% antara lain terjadi di
serviks uterus , ovarium, atau abdominal
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU:
 KE: kehamilan yang hasil  Pemeriksaan ginekologis
konsepsinya implantasi di luar  Inspekulo: fluksus sedikit
kavum uteri  Pemeriksaan dalam: uterus
yang membesar, nyeri
 KET : KE yang berakhir dengan goyang serviks +, nyeri pada
abortus atau rupture tuba perabaan adneksa, kavum
douglas menonjol
 Diagnosis:  Pemeriksaan penunjang
 Anamnesis:  Laboratorium: Hb, Leukosit,
 Terlambat haid, usia
βHcg dalam serum, uji
kehamilan
kehamilan trimester I, gejala
 USG: uterus membesar, tidak
subjektif kehamilan lainnya, ada kantung kehamilan,
nyeri perut yang disertai kelainan adneksa (adanya
spotting, kantung kehamilan, massa
kompleks, cairan bebas
 PF: tanda shock hipovolemik, sampai ke kavum douglas)
nyeri abdomen (perut tegang,  Kuldosentesis: untuk
nyeri tekan dan nyeri lepas, mengetahui adanya darah
dalam kavun douglas
dapat ditemukan pekak samping
 Diagnosis laparoskopi
dan pekak pindah)
GAMBARAN KLINIS
 Pada kehamilan tuba yang  PROGNOSIS
belum terganggu gambaran  Kematian karena KET
klinisnya tidak khas dan cenderung turun dengan
penderita maupun diagnosis dini dan
dokternya biasanya tidak persediaan darah yang
mengetahui adanya cukup. Akan tetapi bila
kelainan dalam kehamilan , pertolongan terlambat
sampai terjadinya abortus angka kematian dapat
tuba atau ruptur tuba. tinggi.
 Nyeri perut bawah
mendadak
 Perdarahan pervaginam
 Pingsan
 Syok
PLASENTA PREVIA
Plasenta yang
letaknya tidak
normal sehingga
menutupi sebagian
atau seluruh ostium
uteri internum
PEMBAGIAN :
1. Plasenta previa totalis :
Seluruh ostium internum tertutup oleh
plasenta (lebih sering terjadi)
2. Plasenta previa lateralis :
Hanya sebagian ostium tertutup oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis :
Hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan
plasenta
Letak plasenta normal Plasenta let. rendah Plasenta previa lateralis Plasenta pre
PLASENTA PREVIA TOTALIS

perdarahan >>> !!!

Plasenta previa marginalis


Plasenta

serviks
DERAJAT PEMBUKAAN PADA PLASENTA PREVIA

Marginal

Lateral

Pembukaan >
Pembukaan

Perdarahan

Amnion
Segmen bawah

Serviks

Perdarahan
 Sebab-sebab :  Gejala :
 Keadaan
endometrium kurang  Perdarahan berulang
baik  Biasanya timbul
 Misalnya pada : setelah bl ke-7
 - multipara  (perdarahan terjadi
karena terlepas plasenta
 - mioma uteri dari dasarnya)
 - kuretase berulang  Plasenta letak rendah
 - usia lanjut robekan selaput
marginal
 Kepala anak tinggi
 Kelainan Letak
Bahaya yang dapat terjadi :
Ibu :
 Perdarahan hebat (daerah perlekatan
luas, plasenta akreta, kontraksi SBR < )
 Infeksi sepsis
 Emboli udara

Anak :
 Hipoksia
 Perdarahan dan syok
DIAGNOSIS
Anamnesa : - Perdarahan
- Nyeri/tanpa
- Predisposi

Pemeriksan :
 Umum (tanda vital, konjuctiva)
 Obstetrik
 Penunjang (Hb)
Pemeriksaan :
Obstetrik
1. Pemeriksaan luar
2. Inspekulo
3. Perabaan fornises (hanya pd let. kepala)
4. Pemeriksaan dalam (hanya di K. Operasi)
5. USG
PENGELOLAAN
Ekspektatif : - Anak hidup < 37 mg
- KU baik
- His -
- Perd. << / berhenti
Aktif :
 Pervaginam : pemecahan ketuban,
 Versi Braxton Hicks
 Cunam Willett
 Perabdominal
Pemecahan ketuban :
 Pengelolaan plasenta letak rendah,
plasenta previa marginalis dan plasenta
previa lateralis yang menutupi ostium <
0,5 bagian
 Menghentikan perdarahan karena :
 uterus retraksi sehingga kepala anak
menekan plasenta
 Tidak terjadi pergeseran antara
plasenta dan dinding rahim
Seksio sesarea :
• Mempersingkat lamanya perdarahan
• Mencegah terjadinya robekan servik dan
SBR
 Dilakukan pada plasenta previa totalis
& plasenta lainnya dengan perdarahan
hebat
 Kadang dilakukan untuk kepentingan
ibu (anak sudah mati)
Cara menyelesaikan persalinan :

Tergantung faktor :
1. Keadaan ibu dan anak
2. Besarnya pembukaan
3. Jenis plasenta previa
4. Paritas
Cara mana pun yang dipilih persediaan
darah yang cukup sangat menentukan
SOLUSIO
PLASENTA
Terlepasnya plasenta
sebagian atau seluruhnya
(yang letaknya normal)
sebelum janin lahir
Nama lain :
 Abruptio placentae
 Ablatio placentae
 Accidental haemorrhage
 Premature separation of
the normally implanted
placenta
Perdarahan Perdarahan keluar :
Tersembunyi :
 Pelepasan  Biasanya komplit
biasanya  Jarang
disertai
inkomplit toxaemia
 Sering disertai  80%dari solusio
toxaemia plasenta
 Hanya 20%
DERAJAT SOLUSIO PLASENTA
1. Ringan :
- Perdarahan keluar kurang dari 100-200 cc
- Uterus tidak tegang
- Belum ada tanda renjatan
- kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%
2. Sedang
- Perdarahan lebih dari 200 cc
- Uterus tegang
- Teradapat tanda renjatan
- Gawat janin atau mati
- Kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%
3. Berat
- Uterus tegang dan kontaksi tetanik
- Terdapat renjatan
- Janin biasanya sudah mati
Perdarahan tersembunyi
Perdarahan keluar
Sebab-sebab :
 Hipertensi esensial
 Preeklamsi
 Tali pusat pendek
 Trauma
 Tekanan rahim pada vena cava inferior
 Uterus yang membesar (hidramnion, gemelli)
 Predisposisi : usia lanjut, multiparitas, defisiensi,
asam folat
Gejala :

 Perdarahan disertai nyeri


 Anemi dan syok
 Rahim keras dan nyeri
 Palpasi anak sukar
 Fundus uteri makin naik
 Ketuban teraba tegang
 Proteinuria bila disertai toksemia
Plasenta previa Solusio plasenta
 Perd. tanpa nyeri  Perd. dengan nyeri
 Perd. berulang  Perd. disusul partus
 Perd. Banyak  Perd. Sedikit
 Perut tdk tegang  Perut tegang/nyeri
 Palpasi anak +  Palpasi anak sulit
 BJA (+)  BJA (-)
 TD bervariasi  Syok >>
 Bag. terendah anak  Normal
masih tinggi / kel.
Letak  Pd.Ketuban menonjol
 Teraba plasenta  Impresi pada plasenta
 Robekan selaput
marginal
Penyulit solusio plasenta
a. Timbul dengan segera :
 Perdarahan
 Syok
b. Timbul agak lambat :
 Kelainan pembekuan darah
karena hypofibrinogenaemi
 Gangguan faal ginjal
Prognosis
 Untuk anak buruk; kematian 90%
 Untuk ibu penanggulangan
perdarahan
Tergantung : besarnya bagian plasenta yang
terlepas, banyaknya perdarahan, beratnya
hypofibrinogenaemi, ada tidaknya toksemi,
perdarahan nampak/ tersembunyi, lamanya
keadaan solusio berlangsung
Pengelolaan

Umum :
 Pemberian darah cukup
 Pemberian O2
 Pemberian antibiotika
 Pada syok yang berat diberi
kortikosteroid dalam dosis tinggi
Pengelolaan

Khusus :
1. Terhadap hypofibrinogenaemi
• Human fibrinogen 10 gr / darah
segar
• Menghentikan fibrinolyse dengan
trasylol
2. Merangsang diurese
Pengelolaan

Obstetris :
Sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam
6 jam
Alasan :
 bagian plasenta terlepasnya meluas
 perdarahan bertambah
 hypofibrinogenaemi menjelma atau
bertambah
Tujuan ini dicapai dengan :

a. Pemecahan ketuban
b. Pemberian infus pitocin : 5 U dalam
500 cc glucose 5%
c. Seksio Sesarea
d. Histerektomi
PERDARAHAN PASCASALIN
 Batasan : perdarahan yang lebih dari 500 ml yang
terjadi setelah janin lahir.
 Klasifikasi :
 Perdarahan pascasalin dini yaitu perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama sesudah janin lahir
 Perdarahan pascasalin lambat yaitu perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam setelah janin bayi lahir.
PERDARAHAN PASCASALIN DINI

 Etiologi
 Atonia uteri
 Perlukaan jalan lahir
 Retensio plasenta/ sisa plasenta
 Gangguan pembekuan darah
 Kriteria diagnosis
 Atonia uteri (TONUS)
 Kontraksi rahim buruk
 Perdarahan banyak
 Tidak ada perlukaan jalan lahir
 Tidak ada sisa plasenta
 Pada umumnya disertai tanda – tanda syok hipovolemik
 Perlukaan jalan lahir
 Perdarahan banyak
 Umumnya kontraksi rahim baik, kecuali pada robekan
rahim
 Sisa plasenta
 Perdarahan
 Kontraksi baik
 Pada pemeriksaan teraba sisa plasenta

 Gangguan pembekuan darah


 Kontraksi baik, tidak ada perlukaan jalan lahir, tidak ada
sisa jaringan
 Terdapat gangguan faktor pembekuan darah
 Pemeriksaan penunjang
 Hemoglobin, hematokrit
 Faktor pembekuan darah
 Waktu perdarahan
 Masa pembekuan
 Trombosit
 fibrinogen

 Pengelolaan
 Segera setelah diketahui perdarahan pascasalin,
tentukan ada syok atau tidak, bila ada segera berikan
transfusi darah, infus cairan, kontrol perdarahan dan
berikan oksigen
 Bila syok tidak ada, atau keadaan umum telah optimal,
segera lakukan pemeriksaan untuk mencari etiologi
PENGELOLAAN (LANJUTAN)
 Atonia uteri (Protab RSHS)
 Masase uterus, pemberian oksitosin 20 IU dalam 500 cc
Dekstrosa 5% dan ergometrin intravena, atau misoprostol
Jenis dan Cara Oksotosin Ergometrin misoprostol
Dosis dan cara IV : 20 unit dalam 1 IM atau IV Oral atau rectal
pemberian awal L larutan garam (lambat):0,2mg 400 mg
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM: 10 unit
Dosis lanjutan IV: 10 unit dalam 1 Ulangi 0,2 mg IM 400 mg 2 – 4 jam
 x L larutan garam setelah 15 menit. setelah dosis awal
fisiologis dengan Bila masih
40 tetes/menit diperlukan beri
IM/IV setiap 2 -4
jam
Dosis maksimal Tidak lebih dari 3 L Total 1 mg atau 5 Total 1200 mg atau
per hari larutan dengan dosis 3 dosis
oksitosin
Indikasi kontra Pemberian IV Preeklamsi, vitium Nyeri kontraksi
 Bila perbaikan +, perdarahan berhenti, oksitosin atau
misoprostol diteruskan
 Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual
 Bila tetap tidak berhasil, lakukan lapartotomi, kalau
mungkin lakukan ligasi arteri uterina atau hipogastrika
(khusus pasien belum ada anak), bila tidak mungkin
lakukan histerektomi

 Langkah-langkah Rinci Penatalaksanaan Atonia


Uteri Pascapersalinan (lihat tabel di bawah)
PONED
No. Langkah Keterangan
No. Langkah Keterangan
1. Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta Masase merangsang kontraksi uterus. Sambil melakukan
dilahirkan masase sekaligus dapat dilaku-kan penilaian kontraksi uterus

2. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan Selaput ketuban atau gumpalan darah dalam kavum uteri akan
darah. dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik

3. Mulai lakukan kompresi bimanual interna. Jika uterus Sebagian besar atonia uteri akan teratasi dengan tindakan ini.
berkontraksi keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika Jika kompresi bimanual tidak berhasil setelah 5 menit,
uterus tetap tidak berkontraksi teruskan kompresi diperlukan tindakan lain
bimanual interna hingga 5 menit

4. Minta keluarga untuk melakukan kompresi bimanual Bila penolong hanya seorang diri, keluarga dapat meneruskan
eksterna proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda
melakukan langkah-langkah selanjutnya.

5. Berikan Metil ergometrin 0,2 mg intramuskular/ intra vena Metil ergometrin yang diberikan secara intramuskular akan
mulai bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi
uterus
Pemberian intravena bila sudah terpasang infus sebelumnya

6. Berikan infus cairan larutan Ringer laktat dan Oksitosin 20 Anda telah memberikan Oksitosin pada waktu penatalaksanaan
IU/500 cc aktif kala tiga dan Metil ergometrin intramuskuler. Oksitosin
intravena akan bekerja segera untuk menyebabkan uterus
berkontraksi.
Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang
hilang selama atoni. Jika uterus wanita belum berkontraksi
selama 6 langkah pertama, sangat mungkin bahwa ia
mengalami perdarahan postpartum dan memerlukan
penggantian darah yang hilang secara cepat.
7. Mulai lagi kompresi bimanual interna atau Jika atoni tidak teratasi setelah 7 langkah pertama,
Pasang tampon uterovagina mungkin ibu mengalami masalah serius lainnya.
Tampon uterovagina dapat dilakukan apabila
penolong telah terlatih.
Rujuk segera ke rumah sakit

8. Buat persiapan untuk merujuk segera Atoni bukan merupakan hal yang sederhana dan
memerlukan perawatan gawat darurat di fasilitas
dimana dapat dilaksanakan bedah dan pemberian
tranfusi darah

9. Teruskan cairan intravena hingga ibu mencapai tempat rujukan Berikan infus 500 cc cairan pertama dalam waktu 10
menit. Kemudian ibu memerlukan cairan tambahan,
setidak-tidaknya 500 cc/jam pada jam pertama, dan
500 cc/4 jam pada jam-jam berikutnya. Jika anda
tidak mempunyai cukup persediaan cairan
intravena, berikan cairan 500 cc yang ketiga tersebut
secara perlahan, hingga cukup untuk sampai di
tempat rujukan. Berikan ibu minum untuk
tambahan rehidrasi.

10. Lakukan laparotomi : Pertimbangan antara lain paritas, kondisi ibu,


Pertimbangkan antara tindakan mempertahankan uterus dengan jumlah perdarahan.
ligasi arteri uterina/ hipogastrika atau histerektomi.
 Luka jalan lahir
 Segera lakukan penjahitan atau laparotomi pada ruptura uteri
 Retensio Plasenta
 Bila plasenta belum lahir, plasenta dilahirkan dengan menarik
tali pusat/ secara manual. Bila tidak berhasil dan curiga
plasenta akreta dilakukan histerektomi
 Bila curiga hanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran secara
digital atau kuretase
 Gangguan pembekuan dara
 Transfusi darah segar, kontrol D.I.C dengan heparin
 Penyulit
 Syok ireversibel
 D.I.C
 Sindroma Sheehan
 Bila ada kecurigaan plasenta akreta diperiksakan ke
bagian patologi anatomi
PERDARAHAN PADA MASA NIFAS
 Etiologi
 Sisa plasenta
 Kriteria diagnosis
 Perdarahan berulang
 Pemeriksaan fisik, kadang – kadang pasien febris, nadi
cepat dan syok
 Pemeriksaan obstetri, fundus uteri masih tinggi,
subinvolusi
 Uterus lembek dan nyeri tekan bila ada infeksi, teraba
ada sisa plasenta dalam kavum uteri
 Pemeriksaan penunjang
 Hb, Ht, Leukosit
 USG untuk melihat sisa plasenta
 Pengelolaan
 Uterotonika
 Antibiotika berspektrum luas
 Transfusi darah bila perdarahan banyak
 Kuretase, bila tidak berhasil lakukan histerektomi
 Penyulit
 Syok ireversible
 Lama perawatan`
 Bila dapat diatasi selama 5 – 6 hari
 Bila dilakukan tindakan operatif 7 – 10 hari
GEJALA DAN TANDA TANDA DAN GEJALA LAIN DIAGNOSIS KERJA

GEJALA DAN TANDA TANDA DAN GEJALA LAIN DIAGNOSIS KERJA

Uterus tidak berkontraksi dan lembek Syok Atonia uteri


Perdarahan segera setelah anak lahir Bekukan darah pada serviks atau posis
terlentang akan menghambat aliran
darah ke luar

Darah segar yang mengalir segera Pucat Robekan jalan lahir


setelah bayi lahir Lemah
Uterus kontraksi dan keras Menggigil
Plasenta lengkap

Plasenta belum lahir setelah 30 menit Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
Perdarahan segera (P3) berlebihan
Uterus berkontraksi dan keras Inversio uteri akibat tarikan
Perdarahan lanjutan

Plasenta atau sebagian selaput Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus Tertinggalnya sebagian plasenta atau
(mengandung pembuluh darah) tidak tidak berkurang ketuban
lengkap
Perdarahan segera (P3)

Uterus tidak teraba Neurogenik syok Inversio uteri


Lumen vagina terisi masa Pucat dan limbung
Tampak tali pusat (bila plasenta belum
lahir)

Sub-involusi uterus Anemia Endometristis atau sisa fragmen


Nyeri tekan perut bawah dan pada Demam plasenta (terinfeksi atau tidak)
uterus Late postpartum hemorrhage
Perdarahan Perdarahan postpartum sekunder
Lokhia mukopurulen dan berbau
PERLUKAAN JALAN LAHIR (TEAR)

 Derajat laserasi perineum


 I : Laserasi pada epitel
vagina atau kulit perineum
saja
 II : Melibatkan kerusakan
pada otot-otot perineum,
tetapi tidak melibatkan
kerusakan sfingter ani
 III: Kerusakan pada otot
sfingter ani
 3a : robekan <50% sfingter
ani eksterna
 3b: robekan >50% sfingter ani
eksterna
 3c: robekan juga meliputi
sfingter ani interna
 IV: Robekan stadium tiga
disertai robekan mukosa
rektum
 Retensio Plasenta (Tissue)
 Plasenta yang belum lahir  Sisa Plasenta (Tissue &
dalam setengah jam setelah Thrombin)
janin lahir  Sisa plasenta dan ketuban
 Karena kontraksi rahim yang masih tertinggal dalam
kurang kuat untuk rongga rahim dapat
melepaskan plasenta disebut menimbulkan perdarahan
plasenta adhesiva. postpartum dini (perdarahan
 Karena villi korialisnya dari rongga rahim setelah
menembus desidua sampai plasenta lahir dan kontraksi
miometrium disebut plasenta rahim baik)atau perdarahan
akreta pospartum
 karena terhalang oleh lambat(perdarahan yang
lingkaran konstriksi di bagian berulang atau berlangsung
bawah rahim disebut terus dan berasal dari rongga
plasenta inkarserata Rahim)
 Tatalaksana  Tatalaksana:
 plasenta manual  Kuretase, plasenta manual
 kompresi bimanual  Uterotonika
 ergometrin 0,2mg IM  Antibiotika
HIPERPLASIA ENDOMETRIUM

 Penebalan endometrium akibat


penambahan/pembesaran kelenjar endometrium 
merupakan prekursor dari keganasan endometrium
 Wanita pasca menoupose (50-60 thn) dengan
perdarahan uterus yang banyak, lama, dan sering
(< 21 hari)
 Perdarahan uterus yang tidak teratur pada wanita
menopause, atau menjelang menopause.
 Setelah disingkirkan adanya keganasan
 Myoma uteri
 Neoplasma jinak otot polos yang berasal dari
myometrium.
 Perdarahan per vaginam, menorrhagia, Dismenore,
Berhubungan dengan infertilitas
 Perdarahan uteri disfungsional (DUB)
 penyebab organik dari perdarahan uteri tidak dapat
ditemukan, disebut DUB
 Penyebab:
 DUB anovulasi (~90% kasus). Disfungsi aksis hipothalamus-
thalamus-ovarium  anovulasi  progesteron tidak dihasilkan
 proliferasi endometrium  perubahan vaskular
endometrium & penurunan prostaglandin  perdarahan
 DUB ovulasi. Akibat dilatasi vaskular endometrium
 Endometriosis
 Kelainan ginekologi jinak di mana terdapat kelenjar
endometrium dan stroma di luar lokasi normal.
Dapat ditemukan di peritonium pelvis, ovarium,
septum rektovaginal, ureter, vesika, perikardium,
dan pleura
 Endometriosis di myometrium dinamakan
adenomyosis
 Klinis: nyeri pada pelvis, Dyspareunia

 Tatalaksana: bedah, Non-bedahGonadotropin-


releasing hormone agonists, Danazol,
Norethindrone, Gestrinone
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

 Definisi, keluhan mual,muntah pada awal


kehamilan yang berat hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari.
 Etiologi : ? Diduga berhubungan dengan
meningkatnya HCG, estrogen, atau keduanya
(Goodwin 1994)
 Predisposisi ; primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda.
• Akibat mual muntah  dehidrasi  elektrolit
berkurang, hemokonsentrasi, aseton darah
meningkat  kerusakan liver
GRADE
Tingkat Keterangan
1 lemah,napsu makan↓, BB↓,nyeri epigastrium, nadi↑,turgor

Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo


kulit berkurang,TD sistolik↓, lidah kering, mata
cekung.

2 apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata
sedikit ikterik, kadang suhu sedikit ↑, oliguria, aseton
tercium dalam hawa pernafasan.
3 KU lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih
cepat,
TD lebih turun. Komplikasi fatal ensefalopati
Wernicke : nystagmus, diplopia, perubahan
mental.Ikterik
PENANGANAN
• Edukasi tentang kehamilan
• Makan porsi kecil tapi sering
• Bangun pagi : makan ditempat tidur dengan roti
atau biskuit dengan teh hangat.
• Makanan berminyak dan berbau dihindari,
diusahakan tinggi glukosa
• Berikan sedativa seperti phenobarbital dan
vitamin B complex
• Terkadang diperlukan terapi psikologik
• Jika dirawat di RS, berikan rehidrasi parenteral
glukosa 5% dalam NaCl sebanyak 2-3 liter/24 jam
• Antasida jika ada keluhan gastritis dan kontrol
asam lambung
• Jika kesadaran baik pasien tidak perlu dipuasakan
KONTRASEPSI
KONTRASEPSI
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim

Akseptabilitas :cara kontrasepsi ini terus dipilih dan baru


ditinggalkan jika kehamilan ingin dicapai
Efektivitas : menilai jumlah kehamilan yang terjadi setelah
menggunakan kontrasepsi tersebut
KONTRASEPSI IDEAL
 Dapat dipercaya
 Tidak menimbulkan efek yang mengganggu
kesehatan
 Daya kerjanya dapat diatur menurut
kebutuhan
 Tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus
 Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
 Mudah pelaksanaannya
 Murah harganya (dapat dijangkau)
 Dapat diteirma penggunaannya oleh
pasangan yang bersangkuta
METODE KB ALAMIAH
Pantang Berkala (Rhythm Method), Ogino-Knaus
 Daur menstruasi

 Wanita daur haidnya relatif teratur, masa subur : 48


jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah
ovulasi. (H-2 sampai H+1)
 Kegagalan : terutama apabila wanita yang memiliki
siklus haid yang tidak teratur
Coitus Interruptus (Sanggama Terputus)
 senggama terputus atau dalam artian penis dikeluarkan
dari vagina sesaat seblum ejakulasi terjadi  cairan
sperma tidak akan masuk kedalam rahim  ≠
pembuahan.

Metode Suhu
 menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun, dan
sekitar 24 jam setelah ovulasi, suhu basal badan akan
naik kembali lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi

Metode Mukus Servikal (Metode Billings)


 mendekati masa ovulasi,mukus menjadi relatif bening
dan sangat licin (seperti putih telur), dan dapat
diregangkan di antara kedua jari (spinnbarkeit)
Amenorhea Laktasi (Lactational Ammenorhea Method /
LAM
 sangat efektif,

 dapat langsung dimulai postpartum,

 memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif,

 memfasilitasi transisi untuk penggunaan kontraseptif


yang modern,
 menjaga kontraksi uterus,

 membina hubungan baik ibu-anak, nutrisi sehat


untuk bayi,
 meningkatkan tumbuh kembang bayi,

 non-invasif dan tidak memiliki efek samping


METODE KB BARIER
KONDOM
 Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan

 Efektif, praktis, murah & dapat dipakai secara


umum
 Memberi dorongan bagi pria untuk berpartisipasi
dalam kontrasepsi
 Dapat mencegah ejakulasi dini

 Metode kontrasepsi sementara bila metode


kontrasepsi lainnya harus ditunda
DIAFRAGMA
 Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan

 Segera dirasakan efektivitasnya

 Dapat dikontrol oleh klien sendiri

 Sebagai metode kontrasepsi sementara yang

 baik setelah metode lain ditunda

 Dapat mencegah kanker servix


SPERMISIDA
 Kontrasepsi busa, tablet dan krim dapat efektif bila
digunakan dengan atau tanpa kontrasepsi lain
 Kurang efektif  Kegagalan (pemakaian benar?)

 Harus menunggu sekitar 7 – 10 menit

 Hanya efektif dalam 1-2 jam


METODE KB HORMONAL
Pil KB (dosis rendah estrogen & progesteron)
 Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur)
 Meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga
menghalangi masuknya sperma
 Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil
pembuahan

Jenis :
 Pil kombinasi
 Pil sekunseal
 Once a month pil
 Pil mini
 Morning after pil
Suntik KB
 Depo provera (medroxyprogestin acetate)

 Cyclofem (medroxyprogesteron acetate dan estrogen)

 Noresterat (Norethindrone enanthate) derivat testosteron.

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan


 Menghalangi pengeluaran FSH dan LH

 Mengentalkan lender serviks

 Merubah suasana endometrium


Implan
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah
menekan ovulasi membuat getah serviks menjadi kental
dan membuat endometrium tidak sempat menerima hasil
konsepsi.
Sangat efektif untuk masa 3 tahun (untuk jenis 1 dan 2
batang) dan 5 tahun (untuk jenis 6 batang).
TRANSDERMAL
IUD
 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii
 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
cavum uteri
 Mencegah sperma dan ovum bertemu

Jenis:
a.Lippes-Loop
b. Saf-T-Coil
c. Dana-Super
d. Copper-T (Gyne-T)
e. Copper-7 (Gravigard)
f. Multiload
g. Progesterone IUD
Kontrasepsi mantap (Sterilisasi)
 Metode Operasi Wanita (MOW)/TubektomiTubektomi
setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan
wanita bersangkutan tidak hamil lagi. Dilakukan dengan
mengikat / ligasi tuba fallopii.
 Metode Operasi Pria (MOP)/Vasektomivasektomi
tindakan mengikat / ligasi vas deferens untuk menghambat
lewatnya sperma dari testis
 Definisi
 Tidak mampunya pasangan untuk hamil (apapun sebabnya)
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa kontrasepsi
 Primer belum pernah bisa hamil
 Sekunder  sebelumnya pernah hamil
 Analisis sperma
 Normozoospermia
 Jumlah sperma > 20 juta/mL
 Oligozoospermia
 Jumlah sperma < 20 juta/mL
 Astenozoospermia INFERTIL
 Motilitas sperma a < 25 % ; a+b < 50%
 Motilitas sperma :
 Kriteria a : bergerak cepat dan lurus ke depan
 Kriteria b : bergerak lambat dan tidak lurus
 Kriteria c : bergerak ditempat
 Kriteria d : tidak bergerak
 Teratozoospermia
 Morfologi sperma normal < 30%
CA CERVIX

Pembentukan
Zona Transformasi
dan perubahan
serviks sesuai
tahapan usia

Zona Transformasi/TZ
merupakan tempat
karsinoma skuamosa
serviks.
KANKER SERVIKS
 Adalah kanker primer dari serviks (kanalis servikalis
dan atau porsio).
 Level Kompetensi Dokter Umum: 2

 Epidemiologi di Indonesia: kedua setelah kanker


payudara
FAKTOR RISIKO KANKER SERVIKS

• Usai rata-rata 35-45 tahun.Lesi prekanker terjadi 10-15 tahun


sebelumnya.
• Pasangan seksual multipel (terutama > 4 orang)
• Pasangan pria dengan riwayat pasangan seksual multipel
• Riwayat infeksi berpapil (warts) atau penyakit menular
seksual
• Infeksi persisten terhadap HPV yang memiliki onkogenitas
tinggi, misalnya, HPV 16 atau HPV 18
• Usia muda pada saat pertama kali melakukan coitus (< 16
tahun)
• Partus pertama usia < 20 tahun
• Paritas tinggi
• Imunosupresi, termasuk pasca transplantasi
• Merokok dan penyalahgunaan obat termasuk alkohol bersifat
imunosupresif
• Wanita yang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
dan tes Pap smear .
• Kebersihan diri rendah
ETIOLOGI
HPV
(Human Papilloma Virus)
Terutama tipe risiko tinggi
memiliki kemampuan
untuk menonatifkan p53
dan pRb epitel serviks
berperan sebagai
penghambat
kelangsungan siklus sel.
PATOFISIOLOGI
 Infeksi HPV

Tipe Infeksi Kondisi Gejala Risiko


Infeksi Progresi
Transien Laten Tanpa lesi ?
Produktif LSIL Rendah
Abortif HSIL yang Sedang
cepat
berkembang
pada wanita
usia muda
Persisten Laten Tanpa lesi ?
Produktif LSIL Rendah
berlangsung
lebih dari 2
tahun
Abortif HSIL Tinggi
PATOFISIOLOGI
Hubungan Seksual

HPV risiko tinggi HPV risiko rendah

Zona Transformasi Epitel


Faktor penunjang lain
Infeksi transien/jinak
Lesi kondiloma Infeksi persisten

HSIL LSIL

Integrasi gen virus ke sel inang

Kanker invasif
TANDA DAN GEJALA
 Tidak spesifik: duh vagina, bercak perdarahan
minim (sering diabaikan).
 Nyeri punggung atau kaki

 Gangguan di sistem urogenital atau gastrointestinal

 Tanda klasik: postcoital bleeding


PEMERIKSAAN
 Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA)
Digunakan apabila fasilitas
kesehatan terbatas untuk seleksi
perujukan Pap smear.

Acetowhite tanpa batas


menyentuh SCJ dianggap tidak
signifikan.
PEMERIKSAAN
• Pap smear
Rekomendasi pelaksanaan skrining terkini:
 Wanita < 21 tahun: tidak direkomendasikan
 21 – 29 tahun: pemeriksaan sitologi setiap 3 tahun
 30 – 65 tahun: pemeriksaan sitologi setiap 3 tahun
atau pemeriksaan sitologi ditambah dengan tes
HPV setiap 5 tahun (lebih dianjurkan)
 > 65 tahun: tidak direkomendasikan skrining jika
skrining sebelumnya negatif dan tidak termasuk
kelompok berisiko tinggi.
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
• Kolposkopi
 Mempelajari serviks saat hasil Pap
mendeteksi sel abnormal.
 Menentukan area abnormal dan mengambil
biopsi.
 Mengetahui luas lesi abnormal.
 Operasi konservatif dengan panduan
kolposkopi.
 Tindak lanjut/follow up setelah terapi
konservatif.

 Area abnormal: area acetowhite,


mosaik, pembuluh darah abnormal.
PEMERIKSAAN
 Biopsi Cone
Prosedur diagnostik dan terapeutik
PEMERIKSAAN
 HPV DNA testing
 Meningkatkan sensitifitas hingga 96%
bersama dengan Pap Smear.
 HPV tidak dapat dikultur di laboratorium
sehingga digunakan teknologi molekuler
untuk mendeteksi DNA HPV dari sampel
servikal, misalnya, dengan PCR.
TATA LAKSANA CIN
TATA LAKSANA KANKER SERVIKS
• Stadium 0: ablasi lokal, eksisi cryosurgery, ablasi
laser, loop excision. Terapi bedah disarankan.
• Stadium IA1: terapi bedah (histerektomi radikal,
total, atau conization).
• Stadium IA2, IB, IIA: bedah kombinasi dengan
radiasi brakiterapi dan histerektomi radikal dengan
limfadektomi pelvis bilateral utk IB atau IIA.
TATA LAKSANA KANKER SERVIKS
 Stadium IIIB, III atau IVA: Kemoterapi dengan
Cisplatin + radiasi
 Stadium IVB: terapi paliatif
PREVENSI
 Vaksin Bivalen (HPV2) 16 & 18 (Cervarix)
 Vaksin Kuadrivalen (HPV4) 6, 11, 16, 18 (Gardasil)

 Diberikan sebelum aktif secara seksual dan diharapkan


memberikan perlindungan 70%

Rekomendasi vaksinasi:
Vaksinasi rutin dilakukan pada usia 11 – 12 tahun baik dengan HPV2 & HPV4.
HPV4 untuk anak laki-laki rutin pada usia 11 – 12 tahun.
HPV4 untuk laki-laki usia 9 – 26 tahun guna pencegahan kondiloma akuminata.
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
 Definisi
 Hipertensi Gestasional :
 Didapatkan desakan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada
kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan desakan darah kembali normal <
12 minggu pasca persalinan.
 Preeklamsi :
 Kriteria minimum: Desakan darah ≥ 140/ 90 mmHg setelah umur kehamilan 20
minggu, disertei dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau dipstick ≥ 1+
 Eklamsi :
 Kejang-kejang pada preeklamsi disertai koma
 Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi :
 Timbulnya proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil yang sudah mengalami
hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu.
 Hipertensi kronik :
 Ditemukannya desakan darah ≥ 140/ 90 mmHg, sebelum kehamilan atau sebelum
kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.
 Sindrom HELLP
 Hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Platelets
 Tatalaksana
 Hipertensi Kronik
 Jika pasien sebelum hamil sudah mendapatkan pengobatan
dengan obat anti hipertensi dan terpantau dengan baik,
lanjutkan pengobatan tersebut
 Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg atau tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg, berikan anti hipertensi. Obat pilihan
adalah metildopa.
 Pencegahan PreEklampsia
 Antioksidan vit E, beta carotene
 PREEKLAMPSIA RINGAN
 Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda
perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat
jalan
 Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi
kehamilan
 PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
 Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24
jam, sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala
eklampsia timbul
 Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi
sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg. Obat pilihan
adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat
diulang sampai 8 kali/24 jam
 Anti konvulsan
 MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
 Dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan Ringer

Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam atau MgSO4 (40%) 5 g IM


dengan 1 ml Lignokain (dalam semprit yang sama)
 Jika terjadi henti nafas:

 Bantu pernafasan dengan ventilator

 Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan 10%) IV


perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
DIABETES PADA KEHAMILAN
 Diabetes pragestasional atau overt diabetes atau
preexisting : ibu hamil yang sudah diketahui mengidap diabetes
sebelum kehamilan

Obstetri Patologi FK UNPAD


 Riwayat kadar gula tinggi dengan glukouri atau ketoasidosis
 Kadar gula sewaktu ˃ 200 mg / dl dengan gejala trias
(polidipsi, poliuri dan berat badan turun yang tidak bisa
dijelaskan )
 Kadar gula puasa ˃ 125 mg/dl
 Tergantung Insulin

 Diabetes gestasional : Adanya intoleransi karbohidrat


dengan derajat bervariasi yang terjadi atau diketahui
pertama kali pada saat kehamilan tanpa memandang
apakah insulin dipergunakan atau tidak dalam
penanganannya.
DIAGNOSIS DAN SKRINING DIABETES
MELLITUS GESTATIONAL (DMG)
 Skrining awal DM gestational dengan
melakukan pemeriksaan beban 50g glukosa
pada kehamilan 24 – 28 minggu. Untuk tes

2010
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,
ini pasien tidak perlu puasa.
 Kadar glukosa serum yang normal harus
kurang dari 130 mg per dl atau kurang dari
140 mg per dl.
 diagnosis yang praktis ialah menggunakan
beban 75 g glukosa dan apabila ditemukan
nilai > 140 mg/dl dianggap DMG dan nilai >
200 mg/dl merupakan DM yang jelas (berat)
Obstetri Patologi FK UNPAD
TATALAKSANA
 Perawatan antenatal dengan ketat.
 Diet sekitar 25-35 Kkal/kgBB, umumnya sekitar 1800-
2400 Kkal/hari.
 Glukosa darah perlu dipantau ketat dalam konsentrasi
optimal yaitu glukosa darah puasa sekitar 70-95 mg/dL
dan glukosa 2 jam post prandrial <120 mg/dL.
 Pemantauan kesejahteraan janin tidak kalah penting,
USG perlu dilakukan untuk mengetahui taksiran berat
badan dan kemungkinan anomali kongenital.
 Jika pengendalian pola makan makan tidak berhasil
mengatur gula darah, insulin menjadi pilihan terapi
yang sesuai.
KETUBAN PECAH DINI
 Robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan
(sebelum onset persalinan berlangsung)
 PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes) :
ketubanpecah saat usia kehamilan < 37 minggu
 PROM (Premature Rupture of Membranes) : usia
kehamilan > 37minggu
 Kriteria diagnosis :
 Usia kehamilan > 20 minggu
 Keluar cairan ketuban dari vagina
 Inspekulo : terlihat cairan keluar dari ostium uteri
eksternum
 Kertas nitrazin merah  biru
 Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa

Anda mungkin juga menyukai