KEDOKTERAN GIGI
UNMAS DENPASAR
Oleh :
Cluster : 20-AI-III
1
I. Kontrol Infeksi dalam Bidang Kedokteran Gigi
penyakit di antara pasien, dokter gigi, mahasiswa klinik, dan petugas kesehatan
seseorang ke orang lain memerlukan adanya sumber infeksi, perantara dan cara
Salah satu infeksi yang disebabkan oleh infeksi silang adalah Infeksi
rumah sakit. Kondisi ini merujuk pada keadaan bahwa pada saat pasien masuk
kerumah sakit, tidak sedang mengalami infeksi atau tidak dalam masa inkubasi
(Anies 2015).
berkembang.
2
lalu menjadi terkontaminasi, dan kemudian mengembangkan
infeksi.
infeksi, pasien yang terkena penyakit, bayi yang baru lahir, dan
3
Beberapa penerapan yang harus diperhatikan di klinik agar kewaspadaan
1) Kebersihan Tangan
patogen pada tangan dan faktor penting untuk mengurangi resiko transmisi pada
pasien.14 Hal yang sama juga disampaikan oleh Kementerian Kesehatan yang
menyatakan bahwa Kebersihan tangan merupakan salah satu pilar terpenting dari
tangan dengan mengunakan sabun/antiseptik atau larutan berbasis alkohol pada air
mengalir.
4
(1) Saat tangan tampak kotor,
(1) Sanitasi tangan berbasis alkohol Pertama letakan cairan pada tangan lalu
gosokan kedua tangan bersamaan sampai semua permukaan tertutupi dan
tangan terasa kering, lakukan selama 20 detik.
(2) Sanitasi tangan dengan menggunakan sabun dan air Pertama basahi tangan
dengan air lalu letakan sabun cair sesuai yang disarankan oleh pabrik pada
tangan, gosokan kedua tangan secara bersamaan selama 15 detik meliputi
seluruh permukaan tangan dan jari.
a) Basahi kedua tangan dengan air mengalir, ambil sabun dan gosok kedua
telapak tangan secara bersamaan
5
Gambar 2. Mencuci tangan pada daerah
diantara jari-jari (Menurut WHO 2018)
6
Gambar 5. Mencuci ibu jari lalu dibasuh oleh telapak
tangan yang berlawanan (Menurut WHO 2018)
(APD) untuk melindungi dokter gigi dari kontak dengan agen infeksius.
7
Memilih APD berdasarkan penilaian risiko (Kemnkes 2020):
Perlindungan
Petugas Fasilitas Umum (kegiatan Masker Bedah 3ply
melakukan pasien)
interview langsung
terhadap pasien
memberikan pakai
8
bantuan langsung Masker kain 3 lapis (katun)
Ruang administrasi
Supir ambulans Ambulans, tidak kontak Masker bedah 3ply
kabin terpisah.
Dokter dan Ruang poliklinik, Masker bedah 3ply
pakai
Perlindunga Headcap
Ruang perawatan pasien Masker bedah 3ply
n II Tenaga COVID-19 Gown
pakai
dan
Pelindung mata / Face
Pendukung
shield Headcap
Mengantar pasien ODP Masker bedah 3ply
9
Sarung tangan karet sekali
pakai
shield
Headcap
Supir ambulans Ambulans, ketika Masker bedah 3ply
shield
Headcap
Dokter, perawat Pengambilan sampel Masker bedah 3ply
sampel)
pakai Headcap
Analis Masker bedah 3ply
sampel)
10
Headcap
Radiografer Pemeriksaan pencitraan Masker bedah 3ply
pakai
sampel)
Headcap
Farmasi Bagian rawat jalan pasien Masker bedah 3ply
Headcap
Cleaning Service Membersihkan ruangan Masker bedah
11
Pelindung mata
Face shield
Headcap
Tingkat
Apron
Perlindungan Kegiatan yang Masker N95 atau ekuivalen
konfirmasi COVID19
Dokter, perawat Pengambilan sample Masker N95 atau ekuivalen
pelindung sepatu
Pelindung mata
Face shield
sekali pakai
Headcap
12
Apron
Tabel 1. Tingkatan APD berdasarkan Levelnya (Kemenkes 2020)
13
Gambar 8. APD Level 2 (JAMA 2020)
14
Gambar 8. APD Level 3 (JAMA 2020)
15
3) Sterilization and Disinfection of Patient-Care Items
infeksi dan harus disterilkan dengan panas (Kohli & Puttaiah 2017).
yang tidak utuh dan memiliki risiko penularan lebih rendah; karena
rendah, karena hanya berkontak dengan kulit yang utuh, yang berfungsi
16
berkontak dengan tulang, masuk scaler, scalpel blades, bur bedah
lainnya
Semikritis Kontak membran mukosa atau Kaca mulut, kondensor amalgam,
Menurut Kohn dkk. 2013, Instrumen dental yang tahan panas biasanya
langsung menguapinya pada suhu dan tekanan pada jangka waktu tertentu
17
Gambar 10. Autoclave (Kohn ddk. 2013)
2. Dry Heat
sterilisasi material yang dapat rusak oleh sterilisasi panas yang lembab
namum membutuhkan waktu proses yang lama dan tempratur yang tinggi
18
3. Unsaturated chemical vapor
Menurut Kohn dkk (2013), sterilisasi unsaturated chemical vapor
rendahnya tingkay air yang terdapat selama siklus. Instrumen harus dalam
antiseptik.
1. Sterilants
• Glutaraldehyde
• Chlorine dioxide
• Hydrogen Peroxide
• Hydrogen peroxide
• Sodium Hypochlorite
• Chlorine Dioxide
• Iodophors
• Synthetic Phenols
19
3. Antiseptik (untuk penggunaan oral dan non-oral)
• Chlorhexidine Compounds
• Cetylpiridium compounds
• Parachlorometaxylenol compounds
terutama yang sering tersentuh (misalnya, light handle, unit switches, dan
surfaces antara lain: light handle, switches, peralatan dental radiografi, sisi
20
kursi komputer dental, tempat penyimpanan material dental yang reusable,
pegangan laci, countertops, pena, telefon dan pegangan pintu (Kohn dkk,
2013).
21
15. RVG equipments
clinical contact surfaces, tetapi ini sangat efektif bagi permukaan yang sulit
dibersihkan. Yang termasuk lapisan pelindung adalah bungkus plastik bening, tas,
seprai, tabung, dan plastic-backed kertas atau bahan lain yang tahan terhadap
dan dibuang dengan kondisi tangan yang masih bersarung. Setelah menghilangkan
lapisan pelindung, periksa permukaan untuk memastikan tidak ada yang kotor.
Pertimbangan Khusus
1. Dental Handpiece
22
retensi virus DNA dan virus lainnya di dalam kedua handpieces
intraoral lainnya yang melekat pada dental unit air atau waterlines. Untuk
memproses setiap perangkat dental yang dapat dilepas dari dental unit air
dan pelumasan adalah faktor paling penting dalam menentukan kinerja dan
sterilisasi harus diikuti erat dengan baik memastikan efektivitas proses dan
2. Saliva Ejector
Aliran balik dari volume saliva yang rendah terjadi ketika tekanan
suction dapat terjadi dan adanya mikroorganisme dalam pipa yang ditarik
kembali ke dalam mulut pasien pada saat terciptanya seal disekitar ujung
saliva ejector (misal, pada saat pasien menutup bibir maka membentuk
23
3. Dental Radiography
24
b.Pastikan bahwa tenaga medis yang menangani limbah medis dilatih
tentang penanganan limbah yang tepat, metode pembuangan dan
bahaya kesehatan,
e. Darah, cairan suction atau limbah cair lain di buang ke dalam drain
yang terhubung dengan sistem sanitari,
pasien.
25
II. Persiapan Pasien Sebelum Tindakan Perawatan Pada
Kedokteran Gigi
munculnya injury dari proses perawatan gigi dan mulut (Sipahutar, 2020).
perawatan gigi.
Dokter gigi telah lama paham bahwa posisi duduk lebih disarankan
terlalu lama dan melelahkan. Akan tetapi, tidak dipungkiri bahwa terdapat
duduk. Banyak tindakan medis yang dilakukan dokter gigi dalam posisi
duduk dan statis, sehingga jika tidak dilakukan dengan tepat akan tetap
26
perbaikan posisi dan postur dokter gigi saat merawat pasien, namun juga
.Peralatan seperti kursi dokter gigi, kursi asisten dan dental chair
klinik akan menjadi kebiasaan hingga menjadi dokter gigi. Jika postur
ergonomik, maka hal itu adalah baik. Namun jika postur tubuh yang
diterapkan merupakan postur yang salah dan hal ini menjadi kebiasaan,
Tabel 3. Kriteria postur tubuh yang ergonomi berdasarkan test of visual perception
( Rasmidar, 2015)
1. Sudut antara paha dan betis harus membentuk sudut yang besarnya 110º atau lebih
2. Dokter gigi harus simetris ke depan dan punggung sejauh mungkin dari sandaran
tempat duduk, atau badan dimiringkan ke depan maksimal hingga 10-20º, hindari
27
35-40 cm
7. Instrument harus diposisikan dengan area penglihatan dari dokter gigi pada jarak
antara 20-25 cm
8. Lampu dari dental chair harus diposisikan di atas kepala dokter gigi sebelum dan
saat dokter gigi bekerja, sehingga cahaya yang dihasilkan terpancar lurus searah
diterapkan
3-4 Cukup Hanya 50% sikap/postur
diterapkan
5-7 Baik 75% sikap/postur tubuh
diterapkan
8 Sangat baik 100% sikap/postur tubuh
diterapkan
28
Gambar 12. Postur tubuh yang ergonomi; A posisi dan sudut kaki, punggung
(duduk), dan posisi kepala; B posisi lengan diangkat hingga 10-25º dari sumbu
horisontal; C jarak antara area kerja (mulut pasien) 35-40 cm dan instrumen 20-25
cm ke mata (kacamata pelindung), serta posisi lampu dental chair yang tepat ke
area kerja; D posisi pedal drive dekat dengan salah satu kaki (Sumber: Atas izin
Sarwo Edy).
29
A. Posisi kerja pada perawatan Rahang Atas kanan
Posisi operator yang nyaman pada jam 10, asisten pada jam 3,
sedangkan meja instrument pada jam 2. Kepala pasien menoleh ke kiri, jari
telunjuk tangan kanan fixasi pada permukaan bukal Molar 1 Rahang Atas,
kaca mulut posisi di dekat I1 atau I2 Rahang Bawah. Bisa juga melakukan
menyesuaikan(Finkbeinr 2010).
Operator pada posisi jam 9 atau 10. Kepala pasien menoleh ke arah
operator, kaca mulut agak jauh dari bagian oklusal gigi RA kiri, dekat
dengan bibir bawah. Daerah proksimal dan gingiva akan mudah terlihat.
Fiksasisi jari pada gigi Molar 1, juga berfungsi untuk membuka mukosa
30
Gambar 14. Posisi Kerja RA Kiri
(Finkbeinr 2010)
operator. Kaca mulut dekat dengan molar RB. Tangan operator menyilang,
tangan kiri yang memegang kaca mulut terletak dibawah tangan kanan
31
D. Posisi kerja pada perawatan Rahang Bawah kanan
bukal gigi molar dengan bantuan kaca mulut dan gigi lain yang dekat
32
Gambar 17. Posisi Kerja Gigi Ante RA dan RB
(Finkbeinr 2010)
1. Saat pasien duduk diatas dental chair, punggung bersandar dan kepala
pada head rest, dilihat dari samping : kepala, leher dan punggung
posisinya lurus.
2. Pada posisi ini apabila pasien membuka mulut maka dataran oklusal gigi
tuna grahita / tuna mental / atau nakal khusus duduk diatur agak berbaring.
33
4. Posisi Orang Tua
anaknya agar anak merasa nyaman pada saat pemeriksaan gigi berada pada posisi
penting. Jadi perlu diperhatikan posis dan letak dari lampu tersebut, diusahakan agar
cahaya lampu mengenai obyek yang dijadikan area kerja. Cahaya jangan mengenai tubuh
atau terhalang oleh bagian tubuh. Suhu ruangan tempat praktik dokter gigi harus nyaman
dan tidak boleh terasa panas, karena akan mengganggu aktivitas dokter gigi saat bekerja.
Suhu yang diakibatkan oleh lampu penernangan perlu diperhatikan, sehingga perlu
memilih lampu yang tidak menimbulkan panas tinggi saat dipergunakan. Lampu
penerangan untuk bekerja harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dipindah
pindahkan. Berikut adalah posisi lampu pada saat melakukan perawatan gigi : (Nurahmi,
2014)
2. Saat lampu menyala yang terkena sinar adalah bibir atas ke bawah,jauhkan
34
4. Matikan lampu, bila meninggalkan pasien atau selesai bekerja
DAFTAR PUSTAKA
35
Kementerian Kesehatan. (2020). “Daftar Info Alat Kesehatan.” Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat, Kementerian Kesehatan RI,
http://infoalkes.kemkes.go.id/. Diakses pada tanggal 31 Maret 2020.
Kohn, W.G., Collins, A.S., Cleveland J.L., Harte J.A., Eklund K.J., Malvitz D.M.,
2003, Guidelines for Infection Control In Dental Health-Care Settings,
MMWR; 23(17): 1-76
WHO Clean Care is Safer Care team. Evidence of hand hygiene to reduce
transmission and infections by multidrug resistant organisms in health-care
settings. Switzerland: World Health Organization; 2018.
Windi, S.R. and Samad, R., 2015. Penerapan postur tubuh yang ergonomis oleh
mahasiswa tahap profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin selama prosedur perawatan (Application of ergonomic posture
by clinical dental students of Faculty of Dentistry Hasanuddin University
during. Dentofasial, 14, pp.32-7.
36
37