Modul Rica Remed Neonatus
Modul Rica Remed Neonatus
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS BENGKULU
TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kasih atas rahmat
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul pertolongan pertama pada
bayi keracunan ,tenggelam,luka bakar,kemasukkan benda asing ,dan gigitan bintang
berbisa Kebidanan. Modul ini disusun untuk memudahkan mahasiswa mengikuti
proses belajar mengajar mata kuliah Dokumentasi kebidanan khususnya
pendokumentasian dalam menerapkan managemen kebidanan pada bayi baru lahir
dan anak balita. Penulis berharap Modul ini dapat berguna bagi mahasiswa terutama
dalam proses belajar mengajar dan proses belajar mandiri. Akhir kata penulis sangat
mengaharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan Modul ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Keracunan ................................................................................................ 3
B. Luka bakar .............................................................................................. 4
C. Tenggelam ...............................................................................................12
D. Kemasukkan benda asing ………………….. …………………………..
E. Gigitan bintang berbisa ………………………………………………….
A. Kesimpulan................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat
disimpulkan adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat tentang
pertolongan pertama kegawatdaruratan
BAB II
PEMBAHASAAN
A. KERACUNAN
a. Pengertian keracunan
Keracunan merupakan keadaan yang dapat mengancam jiwa jika tidak
segera ditangani secara tepat dan cepat oleh orang-orang di sekitar korban.
Oleh sebab itu, setiap orang harus mampu melakukan pertolongan pertama
(Thygerson, 2011). Namun, ketika suatu kedaruratan terjadi, pada umumnya
orang-orang sering menjadi panik dan histeris karena bingung dan tidak tahu
apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Keraguan tersebut muncul
diantaranya karena ketidaktahuan dan ketakutan akan akibat yang
ditimbulkannya (Junaidi, 2010
f. Perawatan luka
Pada fase akut, intervensi bedah mencakup tindakan untuk menjaga
patensi jalan nafas, melakukan eskarotomi, dan manajemen trauma
penyerta. Pada kondisi yang stabil, perencanaan perawatan selanjutnya
dan manajemen perawatan luka dibutuhkan untuk meminimalkan
komplikasi lanjutan. Kolonisasi bakteri pada permukaan dalam eskar
yang nekrotik akan menjadi sumber infeksi bagi pasien luka bakar pada
masa perawatan. Penggunaan antibiotik topikal merupakan salah satu dari
pilar manajemen perawatan luka bakar.Idealnya, antibiotik topikal yang
layak memiliki kemampuan penetrasi eskar yang baik, bersifat empirik,
dan tidak memiliki efek samping sistemik.
Namun, perlu diingat dengan adanya konsistensi bakterial terhadap
antibaterial ini pada dosis subterapetik, maka kemungkinan resistensi
pada golongan, antibakterial tersebut semakin besar. Oleh karena itu,
higiene tiap individu yang melakukan kontak dengan pasien sangat
penting untuk meminimalkan pembentukan resistensi antibakterial dan
mencegah penyebaran organisme nosokomial di rumah sakit.
C. TENGGELAM
a. Definisi
Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar
atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda
asingdalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar
tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen
terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terbagi
terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka bintang) dan zat organik seperti
paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam
benda cair yang bersifat iritatif seperti zat kimia, dan benda cair non iritatif
yaitu cairan dengan pH 7
Benda asing eksogen dapat berupa sekret kental, darah, bekuan darah,
nanah, krusta. Benda asing pada hidung merupakan masalah kesehatan
keluarga yang sering terjadi pada anak-anak.
d) Gigitan Ular
Hanya empat spesies ular asli dari amerika serikat yang beracun :
rattlesnake (yang menyebabkan 65% gigitan ular beracun dan hampir
semua kematian akibat gigitan ular di amerika serikat),
copperhead,water Moccasin (dikenal juga sebagai cottonmouth), dan
koral snake. Ular derik (rattlesnake), copperhead, dan water
moccasin, semuanya adalah ular beracun yang hidup didalam lubang.
Coral snake berukuran kecil dan berwarna warni, dengan moncong
hitam dan serangkaian pita merah terang, kuning, dan hitam di sekitar
tubuhnya. Ular beracun dari negara lain juga menimbulkan masalah
gigitan ular.
Pertolongan pertama Pertolongan pertama dilakukan segera setelah
gigitan ular dan sebelum pasien sampai di rumah sakit atau klinik, dapat
dilakukan oleh korban maupun orang lain dengan prosedur yang sesuai .
Pertolongan pertama yang direkomendasikan adalah upaya
menenangkan korban, melakukan imobilisasi seluruh tubuh korban
dengan membaringkannya dalam recovery position¸ dan melakukan
imobilisasi pada tangan/kaki yang terkena gigitan baik menggunakan
sling, splint, maupun metode pressure bandage immobilization (PBI).
Selain itu, transportasi secepat mungkin korban menuju ke fasilitas
kesehatan terdekat dan apabila memungkinkan bersama dengan ular
yang menggigit, karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir
dari penanganan medis korban.
Manifestasi klinik Tanda dan gejala yang umum di temukan
pada pasien bekas gigitan ular adalah : Lokasi sakit bukan gambaran
umum, Tandatanda bekas taring, laserasi, Bengkak dan kemerahan,
kadang –kadang bulae/ vasikular, Sakit kepala, mual muntah, Rasa
sakit pada otot- otot , dinding perut, Demam, keringat dingin, Untuk
bisa neurotoksik : Kelumpuhan otot pernafasan, Kardiovaskuler
terganggu, Kesadaran menurun menurun sampai koma. Untuk bisa
haemolitik, Luka bekas patukan yang terus berdarah, Haematoma
pada tiap suntikan IM, Hematuria , Haemoptisis/ atau haematimisi,
Kegagalan ginjal (HTN), Ular yang hidup di dalam lubang , Nyeri
terbakar hebat, Satu atau dua luka tusuk kecil berjarak sekitar satu cm
, Bengkak, Lepuh berisi darah dan berubah warna kemungkinan
terjadi beberapa jam setelah gigitan, Mual muntah, berkeringat dan
lemah.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan di lapangan : Secara umum :
Mintak korban dan orang orang di sekitarnya untuk menjauhi ular,
Tenangkan korban dan batasi gerakan, Cuci area yang tergigit secara
lembut dengan sabun dan air, Stabilkan ekstermitas yang tergigit
seperti halnya saat menangani fraktur, Cari pertolongan medis dengan
segera.
Jenis gigitan ular berbisa Mintak korban dan orang orang di
sekitarnya untuk menjauhi ular, Tenangkan korban dan batasi
gerakan, Cuci area yang tergigit secara lembut dengan sabun dan air,
Berikan tekanan ringan dengan melilitkan perban elastik di atas
tempat gigitan dan di seluruh panjang lengan atau tungkai, Cari
pertolongan medis dengan segera.
Jenis gigitan ular tidak berbisa Minta korban dan orang orang
di sekitarnaya menjauhi ular, Cuci area yang tergigit secara lembut
dengan sabun dan air.Jika lukanya kecil, oleskan salep antibiotik dan
tutupi lukanya.Cari pertolongan medis, ( Thygerson,2009)
Penatalaksanaan dilapangan menurut Harrison tahun 2013 :
Bawa korban ketempat perawatan yang memadai sesegera mungkin,
Jaga agar korban tidak bergerak untuk meminimalisir penyebaran bisa
secara sitemik, Pasang belat pada ekstremitas yang tergigit, dan dijaga
ekstremitas itu dalam posisis setinggi jantung, Lalu lakukan
imobilisasi dengan tekanan ( pembebatan seluruh ekstremitas dengan
perban dengan tekanan 40-70 mmHg dan pemasangan belat)dapat
dilakukan bisa itu terutama bersifat neurotoksid tanpa adanya
pengaruh lokal pada jaringan,jika penyelamat terampil melakukan
teknik ini dan jika korban dapat dibawa ketempat, perawatan
kesehatan.
Hindari menyayat kedalam luka gigitan, dinginkan,
mengkonsumsi minuman berakohol oleh korban, dan kejut listrik.
Pertolongan pertama yang terbaik adalah : melakukan dengan benar
(RIGHT) =Reassure (tenangkan) korban, imobilisasi ekstremitas,
ggettodhe hospital (=bawa kerumah sakit), berikan keterangan kepada
dokter tentang tanda dan gejala yang timbul. (RIGHT : reassure
victim, imobilize ektremity, get the hospital, inform physician of tale
signs and symptoms.
Penatalaksanaan di rumah sakit
1. Monitor tanda vital, irama jantung,saturasi o2 secara
ketat, dan awasi adanya tanda-tanda kesulitan
menelan atau insuvisiensi pernafasan.
2. Perhatian tingkat eritema dan pembengkakan dan
lingkar ekstremitas setiap 15 menit sampai
pembengkakan telah stabil.
3. Mula-mula obati syok dengan resusitasi cairan
kristaloid menggunakan cairan isotonis. Jika
hipotensi masih menetap, coba berikan albumin 5%
dan fasofresor.
4. Mulailah pencarian anti bisa ular spesifik yang
sesuai, untuk semua kasus gigitan ular berbisa yang
diketahui jenisnya. Di amerika serikat, tersedia
bantuan 24 jam dari pusat pengendalian racun
regional.
5. Adanya bukti keracunan bisa ular secara sistematik (
gejala sistemik adnormalitas laboratorium) dan
(kemungkinan) tanda lokal progresif yang signifikan
adalah indikasi untuk pemberian bisa ular.
6. Pemberian anti bisa ular sebaiknya dilanjutkan
sampai korban memperlihatkan perbaikan yang
pasti. Tetapi neurotoksisitas akibat gigitan seekor
ular (misalnya kobra) lebih sulit disembuhkan
dengan menggunakan anti bisa ular. Diperlukan
intubasi, pemberian lebih banyak anti bisa ular
biasanya tidak dapat membantu.
7. Crofab, yaitu antibisa ular yang digunakan di
amerika serikat untuk spesies pit viver (ular ekor
mira atau ular bangkai laut) berbisa di amerika
utara, mempunyai resiko yang cukup rendah umtuk
menimbulkan alergi.
8. Jika terdapat resiko alergi yang sinifikan, pasien
sebaiknya diberikan terapi antihistamin IV
(misalnya difenhidramin, 1 mg kg sampai dosis
maksimal sebesar 100 mg; ditambah dengan
simetidin,5-10 mg/kg sampai dosis maksimal
sebesar 300 mg) dan diberikan cairan kristaloid IV
untuk mengembangkan volume intravaskula.
9. Penhambat asetilkolinesterase mungkin
menyebabkan perbaikan neurorogis pada penderita
yang digigit ular yang mengandung neurotoksin
pasca sinaps. Setelah dilakukan pemberian anti bisa
ular naikan ekstremitas yang tergigit. Perbarui
imunisasi tetanus, Observasi apakah ada sindroma
kompartemen-otot. observasi pasien yang
memperlihatkan tanda keracunan. (Harrison,2013)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tingkat keparahan suatu seperti gigitan binatang buas tergantung, bagian tubuh yang
diserang dan seberapa keparahan gigitan atau sengatan. Oleh karena itu, kita harus
mengetahui hal pertama yang harus dilakukan ketika terjadi sengatan atau orang
sekitar terjadi gigitan suatu hewan.Kita juga harus waspada terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi setelah pertolongan pertama. Tetapi jangan melupakan bahwa
hewan jika diperlakukan dengan baik dan benar tidak akan memberontak kepada
manusia. Tetap bersikaplah tenang dan waspada terhadap tanda-tanda yang terjadi