DISUSUN OLEH:
NAMA : DikaAnggraini
NIM: P05120318013
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini terdiri dari
dua variabel yaitu variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel bebas penelitian ini
adalah tingkat kesejahteraan spiritual yang diukur menggunakan kuesioner SWBS (spiritual
well-being scale) pada keluarga pasien dengan stroke yang dikembangkan oleh Paloutzian8 .
Sedangkan variabel tergantung pada penelitian ini adalah depresi keluarga pasien stroke
yang diukur menggunakan alat kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner Center for
Epidemiologycal Studies Depression Scale (CES-D) yang terdiri dari 20 item pertanyaan
meliputi gejala-gejala gangguan depresi yang sesuai untuk deteksi awal pada populasi pasien
dengan penyakit kronik
CITATION
READS
1
1,710
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhamad Zulfatul A'la on 04 May 2016.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
ISSN2354-7642
JOURNAL NERS
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia AND MIDWIFERY INDONESIA
1
Dosen Ilmu Keperawatan, Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37 Jember, Indonesia 2,3Dosen Ilmu
Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jember, Jl. Karimata 49
Jember, Indonesia
Abstrak
Penyakit stroke merupakan permasalahan utama dalam perawatan paliatif. Pengkajian spiritual dan depresi
keluarga pasien adalah elemen penting dalam proses perawatan paliatif pasien stroke. Tujuan penelitian ini
mengetahui gambaran kesejahteraan spiritual keluarga dan kaitannya dengan depresi. Desain penelitian ini adalah
cross-sectional dengan jumlah responden 44 keluarga pasien stroke. Penelitian menggunakan spiritual well-being
(SWBS) untuk melihat kesejahteraan spiritual keluarga dan Center for Epidemiologycal Studies Depression Scale
(CES-D) untuk mengukur depresi keluarga. Hasil penelitian menyebutkan kesejahteraan spiritual keluarga pasien
stroke dalam kategori tinggi dan depresi dalam kategori sedang. Terdapat hubungan antara kesejahteraan spiritual
dan depresi pada keluarga pasien stroke (p=0,000). Saran penelitian ini adalah perlu adanya pengkajian secara
komprehensif mengenai kesejahteraan spiritual dan depresi pada keluarga pasien stroke serta perlu adanya
penelitian tentang intervensi terhadap keluarga dalam upaya penurunan depresi dan peningkatan kesejahteraan
spiritual.
Kata Kunci: depresi, kesejahteraan spiritual, keluarga pasien stroke, keperawatan paliatif
Info Artikel:
Artikel dikirim pada 7 Oktober 2015
Artikel diterima pada 7 Oktober 2015
130 Muhamad Zulfatul A’la, Komarudin, Defi Efendi, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015, 130-134
PENDAHULUAN perawatan yang berfokus terhadap keluarga. keluarga
dianggap sebagai elemen penting dalam proses
Perkembangan Keperawatan paliatif kekinian
perawatan terhadap pasien dalam keadaan terminal
berkembang pesat dengan banyaknya penyakit
untuk menuju kematian yang damai. Selain penyakit
terminal dengan kebutuhan perawatan end-of-life1.
kanker, penyakit stroke merupakan permasalahan
Keperawatan paliatif juga mengarahkan terhadap
utama dalam perawatan paliatif2. adanya intervensi untuk mempersiapkan berduka yang
Stroke adalah salah satu masalah kesehatan efektif (anticipatory grieving).
yang serius. Tahun 2015, WHO mengistemasi terdapat Dari data pengamatan selama tiga hari
20 juta orang yang akan meninggal karena stroke. didapatkan hampir 90% pasangan suami/istri
Proporsi kematian stroke adalah 15,4% pada tahun mendampingi pasien di ruang perawatan. Hasil
2007. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 wawancara pada keluarga mengatakan bahwa
diantaranya disebabkan karena stroke3. kebutuhan psikososial merupakan hal yang penting
Stroke sering terjadi mendadak dan tidak salah satunya dalam upaya menurunkan stres. Dari
terprediksi4. Hal ini membawa dampak yang berat bagi data dan fakta diatas, perlu adanya penelitian dalam
keluarga, terutama pasangan hidupnya 5 . Seperti melihat Kesejahteraan spiritual keluarga pasien stroke
halnya penelitian sebelumnya yang dilakukan pada 114 dan kaitannya dengan depresi. Tujuan penelitian ini
pasangan pasien yang mengalami stroke kejadian adalah untuk mengetahui gambaran kesejahteraan
kecemasan dengan prevalensi sekitar 27,6%- spiritual keluarga pasien stroke dan hubungan antara
28,9%3. kesejahteran spiritual dengan depresi keluarga pasien
Masalah Spiritual merupakan masalah mandiri stroke.
keperawatan dan diselesaikan dengan intervensi
mandiri6. Dukungan spiritual tidak hanya terbatas
BAHAN DAN METODE
dalam praktik keagamaan seperti halnya membaca
kitab suci maupun berdoa, akan tetapi dukungan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
spiritual juga mengacu pada menenangkan, korelasional. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu
menghibur, mendengarkan, menghormati privasi variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel
serta membantu mencari makna dan tujuan hidup bebas penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan
keluarga7. Depresi adalah salah satu faktor yang spiritual yang diukur menggunakan kuesioner SWBS
mempengaruhi spiritual7. (spiritual well-being scale) pada keluarga pasien
Proses Keperawatan end-of-life diperlukan di dengan stroke yang dikembangkan oleh Paloutzian8.
RSD Soebandi jember karena merupakan Rumah sakit Sedangkan variabel tergantung pada penelitian ini
daerah tipe B sebagai rujukan untuk wilayah bagian adalah depresi keluarga pasien stroke yang diukur
timur provinsi Jawa Timur. Peneliti mendapatkan data menggunakan alat kuesioner yang dimodifikasi dari
dari rekam medis bahwa jumlah kunjungan pasien kuesioner Center for Epidemiologycal Studies
dengan diagnosa Stroke selama bulan Januari-Agustus Depression Scale (CES-D) yang terdiri dari 20 item
2013 sebanyak 408 pasien. pertanyaan meliputi gejala-gejala gangguan depresi
Hasil wawancara dengan tiga orang perawat ada yang sesuai untuk deteksi awal pada populasi pasien
bulan Agustus 2013 di Ruang Melati RSD Dr. dengan penyakit kronik9.
Soebandi, menyebutkan bahwa dukungan spiritual Populasi yang ditargetkan pada penelitian ini
sangat perlu untuk keluarga maupun pasien. Hasil adalah keluarga pada pasien dengan stroke yang di
wawancara dengan perawat pelaksana dan kepala rawat di RSD Soebandi Jember. Rata-rata jumlah
ruang menyebutkan bahwa pernah terjadi histeria populasi dalam dua bulan adalah 50 pasien. Sampel
keluarga terhadap kejadian kematian pasien. Hal ini dipilih dengan cara consecutive sampling, yaitu
dapat mengindikasikan adanya berduka yang tidak jumlah sample yang dipilih dari urutan pasien yang
efektif dari keluarga. perawat mengatakan perlu dirawat. Penentuan sample menggunakan kriteria
inklusi: keluarga pada pasien dengan diagnosa
stroke oleh dokter yang dirawat lebih dari dua hari,
keluarga adalah orang yang terdekat yaitu suami/istri
pasien, atau anak kandung pasien atau adik/kakak
kandung pasien, keluarga yang bisa membaca dan
menulis, sedangkan kriteria eksklusi: keluarga dengan
penyakit jiwa yang didiagnosa oleh dokter. Jumlah
sampel yang dipakai menggunakan rumus Slovin
adalah sebanyak 44 keluarga pasien stroke.
Kesejahteraan Spiritual Keluarga Pasien Stroke dan Kaitannya dengan Depresi 131
HASIL DAN BAHASAN stroke di RSD Soebandi Jember Bulan April 2014.
Hasil penelitian menggambarkan tentang
Karakteristik Responden
karakterisitik responden keluarga pasien stroke,
gambaran tentang kesejahteraan spiritual dan Sampel total dalam penelitian ini adalah 44
depresi keluarga pasien stroke dan hubungan antara orang. Karakteristik responden (jenis kelamin,
kesejahteraan spiritual dan depresi keluarga pasien pendidikan, status pernikahan dan hubungan dengan
pasien) dalam penelitian ini terlihat dalam Tabel 1. Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan
di Ruang Melati, RSD Soebandi Jember pada April 2014
Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis
Kelamin, Pendidikan, Status Pernikahan dan Karakteristik Rata-Rata SD
Hubungan dengan Pasien di Ruang Melati, RSD Umur 39,1 5,13
Soebandi Jember pada April 2014 Lama merawat pasien 3,14 0,73
Karakteristik n %
Jenis Kelamin dari pasien stroke4. Namun dalam penelitian tersebut
tidak disebutkan bahwa ada perbedaan kesejahteraan
spiritual antara laki-laki dan perempuan sehingga
jumlah mayoritas jenis kelamin tidak mempengaruhi
tingkat kesejahteraan spiritual keseluruhan4.
Status pernikahan responden terbanyak adalah
sudah menikah, hal ini tidak berpengaruh terhadap
kesejahteraan spiritual. Velasco dan Rioux
menyebutkan bahwa kesejahteraan spiritual
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan10. Dalam
penelitian ini kriteria inklusi responden ditentukan
sesuai dengan umur dalam tingkat perkembangan
dewasa dan dewasa tua, sehingga tidak akan
Laki-Laki 7 84,1 mempengaruhi tingkat kesejateraan spiritual
Perempuan 37 15,9
Tingkat Pendidikan Gambaran Kesejahteraan Spiritual dan depresi
Tidak Sekolah 3 6,8 keluarga pasien stroke di RSD Soebandi Jember
SD/ Sederajat 1 2,3
SMP/Sederajat 10 22,7 Rata-rata skor kesejahteraan spiritual dan depresi
SMA/Sederajat 27 61,4
keluarga pasien stroke di RSD Soebandi Jember
Diploma/Lebih Tinggi 3 6,8
Status Pernikahan terlihat dalam Tabel 3.
Menikah 40 90,9
Tidak Menikah Hubungan 4 9,1 Tabel 3. Gambaran Skor Kesejahteraan Spiritual dan
dengan Pasien Depresi Keluarga Pasien Stroke di RSD Soebandi Jember
Suami/Istri 6 13,6 bulan April 2014
Adik/Kakak Kandung 32 72,7
Ayah/Ibu Kandung 0 0 Variabel Rata-Rata SD
Anak 6 13,6 Kesejahteraan Spiritual 99,91 2,24
Keluarga Lain/Orang Lain Yang 0 0 Depresi 55,79 2,46
Merawat Pasien
132 Muhamad Zulfatul A’la, Komarudin, Defi Efendi, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015, 130-134
Hubungan antara kesejahteraan spiritual dan
depresi keluarga pasien stroke. Tabel 4. Uji Korelasi antara Kesejahteraan Spiritual dan
Depresi Keluarga Pasien Stroke di RSD Soebandi Jember,
Hubungan antara kesejahteraan spiritual dan April 2014
depresi keluarga pasien stroke di RSD Soebandi
terlihat dalam Tabel 4.
Variabel Rata-Rata SD r p-value perawat akan mampu memberikan intervensi dengan
waktu yang tepat, sehingga dapat memaksimalkan
intervensi yang diberikan terhadap keluarga.
SIMPULAN
Tingkat kesejahteraan spiritual keluarga pasien
stroke dalam kategori tinggi 99,91 (2,24). Tingkat
Depresi pasien stroke dalam kategori tinggi 55,76
(2,46). Ada hubungan antara tingkat kesejateraan
Kesejahteraan 99,91 2,24 0,896 0,000 spiritul dan depresi pada keluarga pasien stroke
Spiritual (p=0,000) dengan nilai keeratan 0,896. Semakin
Depresi 55,79 2,46 tinggi kesejahteraan spiritual, semakin rendah depresi
keluarga pasien stroke. Saran dalam penelitian ini
Tabel 4 memperlihatkan bahwa terdapat adalah perlu adanya pengkajian secara komprehensif
hubungan antara kesejahteraan spiritual dan mengenai kesejahteraan spiritual dan depresi pada
depresi pada keluarga pasien stroke (p=0,000). Uji keluarga pasien stroke serta untuk penelitian
kerekatan didapatkan nilai -0,896 sehingga dapat selanjutnya perlu adanya intervensi terhadap keluarga
diinterpretasikan bahwa semakin tinggi skor spiritual dalam upaya penurunan depresi dan peningkatan
keluarga akan semakin rendah tingkat depresi kesejahteraan spiritual.
keluarga dengan nilai kerekatan 0,896. Hal ini sesuai
dengan penelitian Strada-Russo yang menyebutkan
RUJUKAN
bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kesejahteraan spiritual dan tingkat depresi pada 1. Wright LM. Spirituality, Suffering, and Illness: Ideas
keluarga pasien penyakit terminal7. Penelitian Tan, et al for healing. Philadelphia: F.A. Davis Comp; 2005.
juga menyebutkan bahwa tingkat depresi sangat 2. Friedman M. Keperawatan Keluarga Teori dan
berkaitan erat dengan spiritual seseorang13. Praktek Jakarta: EGC; 2007.
Depresi adalah gangguan mood (perasaan 3. Kementerian Kesehatan. Buletin Jendela Data dan
dasar), kondisi emosional berkepanjangan yang Informasi. 2012:1–48.
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, 4. Haley WE, Allen JY, Grant JS, Clay OJ, Roth DL.
berperasaan, dan berprilaku) seseorang. McDowell & Problems and Benefits Reported by Stroke Family
Nowell menjelaskan bahwa pola depresi dapat disebut Caregivers: Results from a Prospective
sebagai dysfungsional beliefs, yaitu faktor kerentanan Epidemiological Study. Ahajournals stroke.
seseorang dimana ketika seseorang mengalami suatu 2010;40(6):2129–33.
peristiwa yang negatif (stress), seseorang cenderung 5. Wallace S, Christianna S. Emotional and Physical
menjadi depresi dan menginterpretasikan kejadian atau Health of Informal Caregivers of Residents at ...
pengalaman tersebut sebagai suatu yang negatif14. Journal of Gerontology. 2008;63B(3):171–83.
Keadaan negatif ini dapat mempengaruhi pemahaman 6. CNA. Spirituality, Health and Nursing Practice Vol. 5.
terhadap diri, orang lain dan terhadap Tuhan. Ketika In Canada; 2009:1-4.
depresi muncul, spiritual seseorang akan terganggu 7. Strada-Russo E. Spirituality as a Protective Factor in
akibat pemaknaan terhadap diri, orang lain dan Tuhan Complicated Bereavement. San fransisco; 2006.
berubah. Peristiwa negatif, pengalaman yang lalu akan 8. Paloutzian RF, Bufford RK, Wildman AJ. Spiritual
mempengaruhi penerimaan terhadap eksistensi diri. Well-Being Scale: Mental and Physical Health
Ketidak terimaan terhadap keadaan juga akan memicu Relationships. In: Oxford Textbook of Spirituality in
marah terhadap Tuhan, sehingga aspek religiusitas Healthcare. 2012.p.353-8.
akan terganggu15. 9. Radloff LS. The CES-D scale: A self-report
Penelitian ini berguna sebagai landasan untuk depression scale for research in the general
mendapatkan data psikologis keluarga pasien population. Applied Psychological Measurement.
stroke. Hal ini berkaitan dengan pemberian informasi Sage Journals. 1977(1):385-401.
terhadap keluarga, ketika perawat mampu untuk
mengkaji tingkat depresi dan tingkat spiritualitas,
Kesejahteraan Spiritual Keluarga Pasien Stroke dan Kaitannya dengan Depresi 133
10. Velasco-Gonzalez L, Rioux L. The Spiritual Well- family members’ presence during intensive care
Being of Elderly People: A Study of a French stay: a qualitative study. Intensive & critical care
Sample. J Relig Health. 2013. nursing : the official journal of the British Association of
11. lsen KD, Dysvik E, Hansen BS. The meaning of Critical Care Nurses. 2009;25(4):190–8.
12. Burton CR, Payne S. Integrating Palliative Care 13. Tan HM, Wilson A, Olver I, Barton C. The
Within Acute Stroke Services: Developing a Experience of Palliative Patients and Their Families of
Programme Theory of Patient and Family Needs, a Family Meeting Utilised as an Instrument for
Preferences and Staff Perspectives. BMC palliative Spiritual and Psychosocial Care: A Qualitative
care. 2012;11,22. study. BMC palliative care. 2011;10(1):7.
14. Mc Dowell J, Nowell DK. Dimensions of the event
that influence psychological distress; An evaluation &
synthesis of the literature. In H. B. Kaplan .(Ed).
Psychosocial Stress: Trends in Theory & Research.
New York: Academic Press; 2001:33-103.
15. Fisher JW. Assesing & Nurturing Spiritual Well-
Being via Education. Ballarat. 2009:1-266.
134 Muhamad Zulfatul A’la, Komarudin, Defi Efendi, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015, 130-134