Anda di halaman 1dari 141

MODUL RINGKAS

GEOGRAFI
Disusun Oleh:

M. Dzaki Albiruni
KSN-K SMA/MA 2021
SEMAKIN DEKAT!
Segera persiapkan dirimu dengan belajar materi dan pembahasan soal-soal sesuai silabus
KSN-K terbaru.

Download GRATISSS!!! MODUL RINGKAS dan SOAL PREDIKSI KSN-K SMA 2021 untuk
semua bidang pada link bit.ly/PaketJuaraKSN.

Olympia Gold Academy juga menyediakan REKAMAN VIDEO PELATIHAN KSN-K yang
dapat kamu simak sebagai bahan belajar sebagai PENJELASAN DARI MODUL RINGKAS INI.
Termasuk soal prediksi juga dibahas disana. Lengkap untuk semua bidang! Materi
disampaikan oleh para tutor berprestasi. Profil tutor, judul semua materi, dan cuplikan rekaman
video dapat dilihat pada akun INSTAGRAM @olympiagoldacademy.
Simak CUPLIKAN REKAMAN masing-masing bidang.
CHECK IT OUT!

MATEMATIKA : https://www.instagram.com/p/CMjQ96NBMtj/

FISIKA : https://www.instagram.com/p/CMjQlcIBfbl/

KIMIA : https://www.instagram.com/p/CMjQVn2BkTY/

BIOLOGI : https://www.instagram.com/p/CMjP1DEBIZz/

ASTRONOMI : https://www.instagram.com/p/CMjPH7jhbfN/

GEOGRAFI : https://www.instagram.com/p/CMjOsLLhrjw/

KEBUMIAN : https://www.instagram.com/p/CMjN4HEhNgh/

EKONOMI : https://www.instagram.com/p/CMjLaWjBj6N/

INFORMATIKA : https://www.instagram.com/p/CMjJXRUBHNG/

FYI, semua akun INSTAGRAM berisi REKAMAN LENGKAP di-set dalam MODE TERKUNCI.
Kamu bisa mendapatkan akses untuk menonton rekaman lengkap tersebut dengan membayar
biaya membership sebesar IDR 499K/akun/bidang studi. CUKUP SEKALI BAYAR, AKSES
SEUMUR HIDUP.

Segera hubungi admin di nomor


085314573245 (WA chat only).
Ini adalah halaman kosong
Isi modul dimulai pada halaman berikutnya
DAFTAR ISI

1. Meteorologi dan Klimatologi: Dinamika Atmosfer 2

2. Oseanografi: Dinamika Laut dan Arus Dunia 64

3. Geografi Ekonomi dan Globalisasi: Perkembangan, Sistem, dan Teori Ekonomi 71

4. Geografi Pembangunan, Kota dan Pembangunan Wilayah 73

5. Peta dan Konsep Pemetaan, SIG, Penginderaan Jauh 82

6. Geologi: Awal Pembentukan Bumi dan Tenaga Endogen-Eksogen 91

7. Geografi Pariwisata dan Manajemen Pariwisata 98

8. Geografi Pertanian dan Sejarahnya 100

9. Kependudukan dan Dinamika Penduduk 104

10. Sumber Daya Alam dan Manajemen SDA 107

11. Bencana dan Manajemen Bencana 109

12. Geografi Budaya dan Identitas Regional 111

13. Geologi Struktur: Batuan dan Mineral, Siklus Batuan 115

14. Geomorfologi: Struktural, Karst, Pantai, Eolian, dll 125

1
BAB I Meteorologi dan Klimatologi
A. Definisi Cuaca dan Iklim

Cuaca (weather) adalah keadaan lapisan udara (atmosfer) pada suatu wilayah tertentu yang
berlangsung dalam waktu yang relatif sempit. Sedangkan, iklim (climate) dalam artian sempit
didefinisikan sebagai kondisi rata-rata cuaca pada suatu wilayah. World Meteorological Organization
(WMO) mendefinisikan iklim sebagai deskripsi statistik yang menjelaskan kondisi rata-rata dan
variabilitas kuantitas atmosfer tertentu selama periode tertentu, yang dapat berlangsung dari bulanan
hingga ribuan tahun. Periode yang dipakai dalam mendefinisikan suatu iklim umumnya berlangsung
selama 30 tahun. Kuantitas atmosfer yang menjadi variabel dalam penentuan iklim dapat berupa suhu
udara, curah hujan, maupun angin.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang membedakan cuaca dan
iklim adalah waktu. Cuaca berlangsung secara relatif singkat sementara iklim berlangsung relatif lama.

B. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim

1. Radiasi Matahari

Sumber utama yang mempengaruhi dinamika cuaca dan iklim di atmosfer adalah cahaya
matahari. Cahaya matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh reaksi fusi
yang terjadi dalam inti matahari dan menyebar ke segala arah dalam bentuk radiasi. Radiasi merupakan
perpindahan energi tanpa memerlukan medium tertentu. Spektrum gelombang radiasi matahari terbagi
menjadi sinar tampak, sinar panjang dan sinar pendek. Sinar tampak merupakan radiasi matahari yang
dapat dilihat oleh mata kita, dimana mata manusia dapat melihat gelombang elektromagnetik dengan

Gambar 1.2 Gunung Hkakabo Razi, Myanmar yang merupakan


gunung tertinggi di Asia Tenggara memiliki berbagai macam tipe iklim,
mulai dari iklim bersalju di puncaknya hingga iklim sejuk di kaki
gunungnya.

2
panjang gelombang 400-700 nanometer. Radiasi matahari yang memiliki panjang gelombang yang
lebih pendek atau lebih panjang dari angka tersebut tidak akan terlihat oleh mata manusia. Sinar
ultraviolet, sinar X, dan sinar gamma merupakan contoh sinar bergelombang pendek. Sedangkan, sinar
inframerah merupakan contoh dari sinar bergelombang panjang yang tidak dapat dilihat oleh mata
manusia.

Tidak semua radiasi matahari yang diterima oleh atmosfer sampai ke permukaan bumi. 19%
radiasi matahari mengalami proses pembauran (scattering) ketika melewati atmosfer. Pembauran
adalah proses dimana gas dan partikel membelokkan cahaya matahari menjadi berkas cahaya yang
lebih lemah. Awan menerima 20% radiasi matahari, 17% dipantulkan dan sisanya diserap. Partikle-
partikel debu dan aerosol memantulkan 6% dari radiasi matahari. Radiasi matahari yang sampai ke
permukaan bumi setelah mengalami pembauran, pemantulan, dan penyerapan oleh atmosfer adalah
sekitar 55% dari total radiasi matahari yang diterima oleh bumi. Secara global, permukaan bumi
kemudian menyerap 51% radiasi matahari tersebut dan memantulkan 4% sisanya kembali ke atmosfer.

Nilai banyaknya energi cahaya yang dipantulkan oleh suatu benda disebut albedo. Skala nilai

Gambar 1.2. Neraca radiasi


matahari

albedo dimulai dari angka 0 (menyerap semua cahaya) hingga 1 (memantulkan semua cahaya).
Permukaan berwarna gelap cenderung memiliki albedo yang rendah sedangkan permukaan berwarna
terang cenderung memiliki albedo yang tinggi. Oleh karena itulah, memakai baju berwarna hitam akan
terasa sangat panas di siang hari dibandingkan dengan memakai baju berwarna putih. Permukaan bumi
memiliki nilai albedo yang berbeda-beda. Permukaan salju memiliki albedo yang tinggi sehingga
banyak memantulkan cahaya, sedangkan permukaan aspal memiliki albedo yang rendah sehingga

3
banyak menyerap cahaya. Es memiliki nilai albedo sekitar 0,3-0,5, sedangkan nilai albedo tanah gelap
adalah 0,05.

2. Tekanan Udara

Tekanan udara adalah nilai tekanan hidrostatik yang dihasilkan dari berat udara yang berada di
atas suatu tempat. Tekanan udara dapat diukur menggunakan barometer raksa. Nilai tekanan udara
berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat. Semakin tinggi suatu tempat, maka tekanan udara
di tempat tersebut akan semakin rendah. Oleh karena nilainya yang berbanding terbalik, tekanan udara
juga dapat dipakai untuk mengukur ketinggian tempat. Alat untuk mengukur ketinggian tempat
berdasarkan tekanan udara disebut altimeter.

Tekanan udara dapat diukur dalam satuan milimeter raksa (mmHg) atau bar dan milibar (mb).
Tekanan udara di permukaan laut bernilai 760 mmHg atau 1013 mb. Tekanan udara di pemrukaan laut
didefinsikan sebagai tekanan udara standar atmosfer (simbol: atm). Umumnya, tiap kenaikan 100
meter dari permukaan laut, tekanan udara akan turun sebanyak 10 mmHg atau 1 cmHg. Hubungan
antara ketinggian tempat dan tekanan udara dapat dinyatakan dalam rumus berikut:

Ph = (Pu-h/100) cmHg

atau h = (Pu-Ph) x 100 m

dimana:

Ph = tekanan udara pada ketinggian h (cmHg)

Pu = tekanan udara pada permukaan air laut


(76cmHg)

h = ketinggian suatu tempat (m)


3. Suhu Udara

4
Suhu udara adalah nilai yang menyatakan banyaknya kalor (panas) yang dikandung oleh udara.
Suhu udara dapat diukur menggunakan termometer. Suhu udara umumnya dinyatakan dalam satuan
derajat celcius (°C) atau derajat fahrenheit (°F). Nilai suhu udara juga berbanding terbalik dengan
ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu udara di tempat tersebut akan semakin
rendah. Pada udara basah, suhu udara turun 0,6 °C setiap kenaikan 100 meter. Pada udara kering, suhu
udara turun 1°C setiak kenaikan 100 meter. Hubungan antara ketinggian tempat dan suhu udara dapat
dinyatakan dalam rumus berikut:

Th = Tu - 0,6 x h/100

dimana:

Th = suhu udara pada ketinggian h (°C)

Tu = rata-rata suhu udara pada permukaan air


laut di daerah tropis (26,3°C)

h = ketinggian suatu tempat (m)

Catatan: konstanta 0,6 berlaku pada udara


basah atau di daerah tropis. Jika dalam soal
disebutkan udara kering, konstanta bernilai 1.

26,3°C merupakan suhu rata-rata permukaan air


laut di daerah tropis. Angka tersebut dapat
diganti dengan nilai lain apabila diketahui dalam
soal. Tanda (-) akan berubah menjadi (+) apabila
suhu udara yang dicari berada di ketinggian yang
lebih rendah daripada suhu udara yang diketahui

4. Kelembaban Udara

Kelembaban udara merupakan banyaknya uap air yang terkandung dalam suatu massa udara.
Kelembaban udara dapat diukur menggunakan higrometer. Terdapat dua macam nilai kelembaban
udara, antara lain:

• Kelembaban Mutlak (Absolut), yaitu jumlah uap air yang terkandung dalam suatu massa udara
yang berada pada tempat tertentu. Kelembaban mutlak dinyatakan dengan satuan g/m3

5
• Kelembaban Nisbi (Relatif), yaitu perbandingan jumlah uap air yang ada dengan jumlah uap
air maksimum yang dapat ditampung oleh suatu massa udara (nilai jenuh). Kelembaban udara
nisbi dinyatakan dengan satuan persen (%) dan menjadi satuan yang paling umum dalam
menyatakan kelembaban udara. Rumus kelembaban nisbi (relatif) adalah sebagai berikut:

5. Perawanan

Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air yang tergantung di atmosfer di atas
permukaan bumi atau permukaan planet lain. Tutupan awan merupakan salah satu komponen cuaca
yang sangat penting. Tutupan awan dapat dinyatakan secara kualitatif (berawan, cerah) maupun
kuantitatif (perbandingan luas tutupan awan dengan luas suatu daerah).

6. Presipitasi

Presipitasi adalah banyaknya produk kondensasi (air, es, salju) yang jatuh ke permukaan bumi
melalui peristiwa atmosferik. Presipitasi juga sering disebut juga sebagai curah hujan. Curah hujan
dapat diukur menggunakan pluviometer dalam satuan milimeter (mm). Satuan ini merupakan
penyederhanan dari satuan liter per meter persegi (l/m2). Artinya, tiap satu milimeter curah hujan,
terdapat satu liter air yang turun terhadap permukaan bumi seluas satu meter persegi.

8. Angin

Angin merupakan udara yang bergerak. Gerakan angin dapat diukur menggunakan berbagai
satuan kecepatan. Satuan kecepatan yang paling banyak digunakan untuk mengukur kecepatan angin
adalah knot, dimana 1 knot = 0,51 m/s = 1,85 km/jam. Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut
anemometer. Untuk menyatakan kekuatan angin, digunakan. Skala Beaufort yang bernilai 1 hingga
12. Skala Beaufort menyatakan kekuatan angin berdasarkan pengaruh visual di darat dan laut, bukan
berdasarkan kecepatan angin secara objektif.

C. Struktur Atmosfer

6
Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi. Atmosfer bumi
melindungi kehidupan di bumi dengan membentuk tekanan udara yang mempertahankan keberadaan
air di permukaan bumi. Atmosfer juga berperan menyerap radiasi ultraviolet dan menjaga perbedaan
suhu harian bumi tetap rendah. Atmosfer tersusun atas berbagai macam gas (termasuk uap air), aerosol,
dan partikel-partikel debu. Berdasarkan volumneya, udara kering (tanpa mengandung uap air) dalam
atmsofer mengandung gas-gas sebagai berikut:

Presentase di
Nama Gas
Atmosfer Global

Nitrogen (N2) 78,084%

Oksigen (O2) 20,946%

Argon (Ar) 0,934%

Karbondioksida
0,4%
(CO2)

Neon (Ne) 0,001818%

Helium (He) 0,000524%

Metana (CH4) 0,000179%

Sifat nitrogen yang mudah menguap, tidak mudah bereaksi, dan stabil terhadap cahaya
membuat nitrogen menjadi gas yang paling umum ditemukan di atmosfer. Oksigen hanya mencakup
seperlima dari total volume keseluruhan atmosfer karena sebagian besar oksigen terdapat pada
persenyawaan batuan di dalam bumi serta berbagai reaksi kimia baik organik maupun anorganik.
Argon merupakan gas mulia yang cukup banyak terdapat dalam atmsofer (1% dar total volume
atmosfer, 23x lebih banyak dibandingkan karbondioksida). Argon di atmosfer berasal dari peluruhan
isotop potasium yang banyak terdapat pada batuan-batuan litosfer. Pada udara yang lembab,
keberadaan uap air dapat berkisar hingga 5%.

Struktur vertikal atmosfer dapat dibagi berdasarkan karakteristik suhunya, komposisi


udaranya, maupun sifat radiolektriknya.

Berdasarkan karakteristik suhunya, atmosfer dibagi menjadi:

7
• Troposfer (0-12 km), merupakan lapisan atmosfer yang paling bawah dan tempat terjadinya
berbagai fenomena cuaca. Pada lapisan ini, suhu akan semakin turun seiring dengan
bertambahnya ketinggian. Suhu berkisar antara 25°C di permukaan bumi hingga -57 °C di
tropopause. Tropopause adalah batas antara troposfer dan stratosfer. Tropopause berada di
ketinggian sekitar 12 km, namun ketinggian sebenarnya bervariasi karena kepepatan bentuk
bumi. Di khatulistiwa, tropopause berada di ketinggian 17 km. Sementara di kutub bumi,
tropopause hanya berada di ketinggian 9 km.

• Stratosfer (12-50 km). Berbeda dengan lapisan troposfer, suhu di lapisan ini akan semakin
naik seiring dengan bertambahnya ketinggian. Suhu berkisar antara -57°C pada ketinggian
terendah hingga -3°C pada ketinggian tertingginya (stratopause), yang merupakan batas
dengan mesosfer. Di ketinggian 35-50 km dari permukaan bumi banyak terdapat gas-gas ozon
yang mampu memantulkan radiasi ultraviolet dari matahari. Dikarenakan tidak adanya
fenomena cuaca di lapisan ini, maka lapisan ini sangat cocok untuk penerbangan pesawat jet
dan balon pengamat cuaca.

• Mesosfer (50-85 km). Pada lapisan ini, suhu kembali menurun seiring dengan bertambahnya
ketinggian. Suhu berkisar antara -3°C di stratopause hingga -100°C pada ketinggian
tertingginya (mesopause), yang merupakan batas dengan termosfer. Di lapisan inilah meteor
yang jatuh ke bumi habis terbakar.

• Termosfer (85-690 km), dengan suhu berkisar antara -100°C di mesopause hingga 2500°C
pada ketinggian tertingginya (termopause). Pada lapisan ini terjadi peristiwa ionisasi gas-gas
atmosfer oleh angin surya yang membuat lapisan ini sangat panas.

• Eksosfer (690-10.000 km), merupakan lapisan atmosfer bumi yang terluar. Pada lapisan ini,
molekul-molekul udara sangat kecil dan jarang ditemukan. Ketiadaan gravitasi membuat
banyak molekul-molekul udara di lapisan ini terlepas ke ruang angkasa.

8
Gambar 1.3. Diagram Struktur Atmosfer. Perhatikan hubungan
antara ketinggian, suhu,, dan tekanan udara.

Berdasarkan komposisi udaranya, atmosfer dibagi menjadi:

• Homosfer, yakni lapisan atmosfer yang dimulai dari pemukaan bumi hingga mesopause.
Lapisan ini memiliki komposisi dan massa molekul gas yang cukup konstan.

• Heterosfer, yakni lapisan atmosfer yang dimulai dari mesopause hingga ketinggian ratusan
kilometer dimana molekul nitrogen dan oksigen mengalami disosiasi atau penurunan besar
massa molekul seiring dengan bertambahnya ketinggian.

Berdasarkan sifat radiolektriknya, atmosfer dibagi menjadi:

• Netrosfer, yakni lapisan atmosfer yang gas-gas penyusunnya tidak terionisasi.

• Ionosfer, yakni lapisan atmosfer yang gas-gas penyusunnya mengalami ionisasi akibat
pengaruh angin surya. Lapisan ini ditandai dengan konsentrasi elektron yang tinggi. Ionosfer
terletak di ketinggian 100-400 km dari permukaan bumi dan bertumpang tindih dengan lapisan
termosfer. Lapisan ini bermanfaat sebagai pemantul gelombang radio yang dipancarkan dari
permukaan bumi. Di lapisan ini juga terdapat fenomena langit unik yakni aurora, yang
merupakan pelangi kosmik yang terbentuk akibat pertemuan angin surya dengan gas-gas
9
atmosfer sehingga terjadi ionisasi yang spektakuler. Aurora hanya dapat terbentuk di kutub
utara dan kutub selatan bumi saja, dimana medan magnet bumi mencapai titik terlemahnya dan
membuat angin surya dapat menerobos ke lapisan atmosfer yang lebih dalam. Lapisan ini
terbagi lagi menjadi:

- Lapian D, yang terletak di bagian paling bawah dalam ionosfer. Lapisan ini hanya terdapat pada siang
hari dimana angin surya mencapai intensitas yang sangat kuat. Pada malam hari, lapsian D menghilang.
Lapisan ini tidak efisien dalam memantulkan gelombang radio. Maka dari itu, daya jangkau gelombang
radio pada siang hari lebih sempit dibandingkan pada malam hari.

- Lapisan E (Kennely-Heavyside) yang terletak pada ketinggian 100-150 km.

- Lapisan F (Appleton) yang terletak pada ketinggian 200-300 km. Lapisan F akan terbagi menjadi dua
lapisan pada malam hari. Lapisan inilah yang bermanfaat dalam pemantulan gelombang radio,
terutama pada malam hari.

Gambar 1. 4. Lapisan Ionosfer pada siang


dan malam hari
Gambar 1.5. Aurora Borealis di Arktik

D. Sirkulasi Atmosfer

Atmosfer bergerak dan bersirkulasi dalam bentuk angin. Angin adalah udara yang bergerak
dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara umumnya dipicu
oleh perbedaan intensitas matahari. Udara juga dapat menghantarkan panas matahari lewat berbagai
proses, antara lain:

10
• Konveksi, penyebaran panas udara secara vertikal.

• Adveksi, penyebaran panas udara secara horizontal.

• Turbulensi, penyebaran panas secara berputar-putar hingga menimbulkan pencampuran.

• Konduksi, pemanasan udara dengan adanya kontak/singgungan.

Dalam proses terjadi dan bergeraknya angin, terdapat gaya-gaya yang bekerja, yaitu:

• Gaya Gradien Tekanan. Gaya gradien tekanan merupakan gaya yang dihasilkan dari dua
wilayah yang memiliki nilai tekanan udara berbeda. Gaya inilah yang akan menghasilkan
angin. Angin akan bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Semakin besar gradien/perbedaan tekanan antara kedua wilayah tersebut, maka angin yang
dihasilkan akan semakin besar.

• Gaya Coriolis. Gaya Coriolis atau Efek Coriolis adalah gaya semu yang muncul akibat
pengaruh rotasi bumi. Akibat dari gaya ini, angin tidak bergerak searah dengan gaya gradien

Fc = 2  v. sin 

dimana:

Fc = Besar gaya coriolis (N)

 = Kecepatan sudut roatasi bumi (7,29 x 10-5


rad/det)

V = Kecepatan angin (m/s)

tekan melainkanterbelokkan ke kiri


= Nilai Lintang ataupun
suatu tempatke kanan. Hukum Buys Ballot menyatakan:
“Angin mengalir dari tempat yang bertekanan maksimum (dingin) ke tempat yang bertekanan
minimum (panas). Angin yang datang dari Belahan Bumi Utara (BBU) dibelokkan ke kanan,
sedangkan angin yang datang dari Belahan Bumi Selatan (BBS) dibelokkan ke kiri”. Besar
pembelokkan arah angin bergantung pada lintang tempat. Semakin tinggi lintang suatu tempat,
maka pembelokkan akan semakin besar. Di khatulistiwa, besar gaya coriolis adalah 0 sehingga
angin tidak berbelok ke arah kanan maupun kiri. Di kutub, gaya coriolis begitu besar sehingga
angin dapat bergerak sejajar dengan isobar, atau berbelok 90° ke kanan ataupun ke kiri. Rumus
penghitungan gaya coriolis adalah sebagai berikut:

11
• Gaya Gesekan. Angin akan melambat atau berubah arah apabila menabrak atau menggesek
benda-benda yang menghalanginya. Gaya gesekan terhadap angin dapat ditimbulkan oleh
bangunan, pepohonan, maupun keadaan topografi.

• Gaya Gravitasi. Setiap benda dan proses yang terjadi di bumi merupakan subjek dari gravitasi
bumi.

Angin-angin yang terjadi di bumi dapat dikategorikan menjadi berbagai jenis, yakni:

1. Berdasarkan Arah Gerak

Berdasarkan arah geraknya, angin dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni;

a. Angin Geostropik, yakin angin yang bergerak sejajar dengan isobar dengan kecepatan tetap. Isobar
adalah garis khayal yang memisahkan dua wilayah yang bertekanan berbeda. Angin Geostropik dapat
bergerak sejajar dengan karena terdapat keseimbangan antara gaya gradien tekan dengan gaya coriolis.

Gambar 1.6. Perhatikan gambar! Angin yang seharusnya bergerak


menuju tekanan udara yang lebih tinggi (Isobar 1016 mb) secara tegak
lurus terhadap isobar malah bergerak sejajar dengan isobar. Hal tersebut
terjadi karena adanya gaya coriolis, yang jika berada pada BBU akan
membelokkan angin ke arah kanan. Angin yang tersebut disebut sebagai
Angin Geostropik.

b. Angin Gradien, yakni angin yang timbul akibat adanya pengaruh gaya sentrifugal-sentripetal pada
isobar yang melengkung. Arah lintasan angin akan melengkung akibat gaya tersebut.

c. Angin Vertikal, yakni angin yang bergerak naik dan turun karena adanya pengaruh gaya gravitasi
bumi maupun perbedaan tekanan udara.

2. Berdasarkan Skala Terjadinya

a. Angin Global
12
Angin global atau sirkulasi umum atmosfer merupakan angin yang terjadi karena gradien tekanan
udara yang dihasilkan oleh perbedaan lintang bumi. Angin ini bersifat umum dan terjadi terus menerus.
Pengaruh lintang bumi menyebabkan munculnya tempat-tempat yang memiliki karakteristik tekanan
udara tetap, yakni:

• Doldrum, yakni wilayah bertekanan udara rendah di sepanjang lingkar khatulistiwa (equator)
karena adanya intensitas pemanasan matahari yang tinggi.

• Sub-Tropical High, atau Horse Latitude, yakni wilayah bertekanan udara tinggi pada lintang
25o-35o karena adanya massa udara yang turun setelah kembali dari doldrum.

• Sub-Polar Low, yakni wilayah bertekanan udara rendah pada lintang 60o-70o

• Cold Polar High, yakni wilayah bertekanan udara tinggi pada puncak kutub yang dingin.

Adanya pengaruh wilayah bertekanan udara tetap pada lintang-lintang tersebut menyebabkan
terjadinya sel sirkulasi global, yakni:

• Sel Hadley, berupa pola gerakan udara yang naik pada doldrum dan turun di wilayah Sub-
Tropical High atau sekitar daerah subtropis. Di dalam sel ini terdapat Angin Pasat (Trade
Winds) yang bergerak dari Sub-Tropical High menuju doldrum di permukaan dan Angin Anti-
Pasat yang bergerak dengan arah sebaliknya di atas angin pasat. Angin pasat bersifat basah
karena membawa uap air dari permukaan bumi, sedangkan angin anti-pasat bersifat kering
karena bergerak di atas angin pasat dan tidak berhubungan langsung di permukaan. Hal inilah
yang menyebabkan banyaknya curah hujan di daerah tropis dan terbentuknya gurun pasir pada
daerah subtropis yang minim curah hujan.

Sesuai dengan arah datangnya, angin pasat di belahan bumi utara dinamai Angin Pasat Timur Laut
sedangkan angin pasat di belahan bumi selatan dinamai Angin Pasat Tenggara. Kedua angin pasat
tersebut bertemu dan naik di daerah khatulistiwa lalu kemudian bergerak berlawanan darah dengan
angin pasat sebagai angin anti-pasat. Tempat bertemunya dan naiknya kedua angin pasat disebut
sebagai Daerah Konvergensi Antar Tropis (DKAT)/ Intertropical Convergence Zone. Angin anti-pasat
di belahan bumi utara dinamai Angin Anti-Pasat Barat Daya sedangkan angin anti-pasat di belahan
bumi selatan dinamai Angin Anti-Pasat Barat Laut.

• Sel Ferrel, berupa pola gerakan udara yang berasal dari daerah Sub-Tropical High menuju
daerah Sub-Polar Low. Gerakan udara tersebut mendapat pengaruh gaya coriolis sehingga
terbelokkan menuju arah barat. Angin yang dihasilkan dari sirkulasi ini disebut Angin Barat
(Westerlies). Pengaruh Angin Barat tidak begitu terasa di belahan bumi utara karena adanya

13
rintangan topografis berupa benua. Sebaliknya, Angin Barat sangat terasa di samudera-
samudera luas yang berada pada belahan bumi selatan. Para pelaut banyak menyebutnya
roaring forties karena angin tersebut sangat kuat pada daerah di sekitar 40o LS.

• Sel Kutub, berupa pola gerakan udara dari Cold Polar High menuju daerah Sub-Polar Low.
Gerakan udara tersebut mendapat pengaruh gaya coriolis sehingga terbelokkan menuju arah
timur. Angin yang dihasilkan dari sirkulasi ini disebut Angin Timur (Polar Esterlies) . Karena
berasal dari kutub, Angin Timur bersifat dingin dan kering.

Gambar 1.7. Sirkulasi Global Atmosfer

b. Angin Regional

Angin regional merupakan angin yang berlangsung antar wilayah benua dan samudera yang umumnya
berbalik arah secara musiman. Angin musiman ini disebut juga Angin Monsun. Angin Monsun
disebabkan karena adanya perbedaan termal antara benua dan samudera. Samudera memiliki kapasitas
termal yang lebih besar sehingga mampu menyimpan dan melepaskan panas secara bertahap.
Akibatnya, wilayah yang berada di dalam benua akan cenderung lebih dingin di musim dingin dan
lebih panas di musim panas dibandingkan dengan wilayah yang dekat dengan samudera. Perbedaaan
musim akan menyebabkan terjadinya Angin Monsun. Pada saat musim panas, angin monsun bergerak
dari samudera menuju benua. Sebaliknya, angin monsun bergerak keluar dari benua menuju samudera
di musim dingin. Angin monsun pada musim panas cenderung bersifat basah karena berasal dari

14
samudera yang memiliki tingkat evaporasi yang lebih tinggi. Pada kenyataanya, sistem monsun
merupakan sistem yang sangat kompleks karena melibatkan interaksi antara topografi, hidrografi, dan
sirkulasi atmosfer umum yang terjadi. Beberapa contoh dari angin monsun antara lain:

• Monsun Asia Timur dan Tenggara.

• Monsun Asia Selatan

• Monsun Australia Utara

• Monsun Afrika Timur

• Monsun Afrika Barat

Di Indonesia, pengaruh angin monsun lebih terasa dibandingkan dengan angin pasat. Wilayah
Indonesia dilintasi oleh sirkulasi Angin Monsun Asia Timur dan Tenggara. Sirkulasi inilah yang
menyebabkan terjadinya musim kemarau dan penghujan di Indonesia. Musim penghujan terjadi antara
bulan Oktober-April. Benua Asia yang berada di belahan bumi utara mengalami musim dingin dan
bertekanan udara tinggi. Hal tersebut menyebabkan mengalirnya angin dari Asia ke Australia yang
dikenal di Indonesia sebagai Angin Monsun Barat. Angin ini cenderung bersifat basah karena
membawa uap air dari wilayah tropis di Asia Tenggara. Sebaliknya, musim kemarau yang terjadi

Gambar 1.8. Pada musim dingin, benua Asia memiliki tekanan udara yang
tinggi sehingga Angin Monsun bergerak menjauhi benua. Sedangkan, pada
musim panas, benua Asia memiliki rekanan udara yang lebih rendah
sehingga Angin Monsun bergerak menuju benua.

antara bulan April-Oktober ditandai dengan Angin Monsun Timur yang mengalir dari Australia ke
Asia. Angin ini tidak membawa uap air karena melewati gurun pasir Australia yang kering.

c. Angin Lokal
15
Angin Lokal merupakan angin yang mencakup wilayah yang relatif sempit dan umumnya dipengaruhi
oleh bentuk medan (topografi) setempat. Angin lokal dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

• Angin Laut dan Angin Darat, merupakan tipe sirkulasi harian yang disebabkan oleh perbedaan
suhu antara laut dan daratan pada siang dan malam hari. Pada siang hari, daratan akan lebih
cepat panas dibandingkan lautan karena sifat lautan yang memiliki kapasitas panas yang tinggi.
Akibatnya, tekanan udara di darat menjadi lebih rendah dibandingkan di laut. Oleh karena
angin bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, maka terjadilah
angin yang bergerak dari lautan menuju daratan pada siang hari. Angin ini disebut sebagai
Angin Laut (Sea Breezes) karena berasal dari laut. Hal sebaliknya akan terjadi pada malam
hari, dimana lautan akan lebih panas dibandingkan daratan karena efek dari kapasitas termal
lautan sehingga laut mampu menyimpan panas lebih lama. Angin akan bertiup dari darat ke
laut pada malam hari. Angin ini disebut sebagai Angin Darat (Land Breezes).

• Angin Gunung dan Angin Lembah, merupakan tipe sirkulasi harian yang disebabkan oleh
perbedaan suhu antara gunung dan lembah pada siang dan malam hari. Pada siang hari, puncak
gunung akan lebih panas dibandingkan lembah karena mengalami tingkat pemanasan yang
lebih tinggi. Akibatnya, tekanan udara di puncak gunung menjadi lebih rendah dibandingkan
di lembah dan erjadilah angin yang bergerak dari lembah menuju gunung pada siang hari.
Angin ini disebut sebagai Angin Lembah (Valley Breezes). Arus angin yang dihasilkan oleh
Angin Lembah disebut Arus Anabatik. Jika kondisinya sesuai, angin lembah akan
menyebabkan terjadinya awan kumulus di puncak pegunungan. Hal sebaliknya akan terjadi
pada malam hari, dimana lembah akan lebih panas dibandingkan daratan. Angin akan bertiup

16
dari gunung ke lembah pada malam hari. Angin ini disebut sebagai Angin Gunung (Mountain
Breezes) dan arus anginnya disebut Arus Katabatik.

Gambar 1.9. Ilustrasi Angin Laut, Angin Darat, Angin


Lembah, dan Angin Gunung.

• Angin Fohn, disebut juga Angin Jatuh, merupakan angin kering yang bergerak menuruni
pegunungan. Angin ini terjadi ketika terdapat massa udara yang menaiki pegunungan. Massa
udara tersebut akan semakin mendingin seiring dengan bertambahnya ketinggian dan akhirnya
mengalami kondensasi dan kemudian mengakibatkan hujan orografis di salah satu lereng
pegunungan (windward side, lereng yang menghadap arah angin). Adapun lereng yang lain
(leeward side, lereng yang membelakangi arah angin) tidak mendapatkan hujan karena
terhalang oleh tingginya pegunungan. Daerah yang tidak mendapatkan hujan disebut Daerah
Bayangan Hujan. Massa udara yang telah kering tersebut akhirnya bergerak menuruni
pegunungan menuju daerah bayangan hujan sebagai angin yang kering, cepat dan merusak.
Angin inilah yang disebut sebagai Angin Fohn. Angin Fohn dikenal dengan berbagai nama-
nama di Indonesia, seperti angin Gending (Pasuruan, Jawa Timur), angin Wambrau (Biak,
Papua), angin Brubu (Makassar, Sulawesi Selatan), angin Bohorok (Deli, Sumatera Utara), dan
angin Kumbang (Cirebon, Jawa Barat).

Gambar 1.10. Pembentukan Hujan Orografis dan


Angin Fohn

17
F. Massa Udara dan Front

Massa udara adalah bagian atmosfer yang memiliki suhu dan kelembaban yang seragam. Massa
udara dapat mencapai ketebalan ribuan meter dari permukaan tanah dan melingkupi permukaan bumi
yang sangat luas. Sebuah jenis massa udara dinamakan dengan dua atau tiga huruf. Huruf pertama,
ditulis menggunakan huruf kecil, menyatakan karakteristik kelembaban udara. Huruf “m”
mengindikasikan massa udara yang lembab dan terbentuk di daerah di sekitar lautan (maritime),
sedangkan huruf “c” mengindikasikan massa udara yang kering dan terbentuk di dalam benua
(continental). Huruf kedua, ditulis menggunakan huruf besar, menyatakan tempat terbentuknya: T
untuk tropis, P untuk lingkar polar/kutub, A untuk Artik/Antartik, M untuk monsun, E untuk
equatorial, dan S untuk udara superior (udara kering dan panas yang terbentuk dari gerakan menurun
di atmosfer, seperti angin fohn).

Gambar 1.11. Massa Udara Global

Massa udara yang terbentuk di daerah sekitar laut cenderung menunjukkan sifat yang labil
namun memiliki amplitodo suhu yang rendah, dengan kata lain, tidak terlalu dingin ataupun terlalu
panas. Sebaliknya, massa udara di daratan benua memiliki sifat yang stabil dan amplitudo suhu yang
tinggi.

Front adalah pertemuan antara dua massa udara yang berbeda. Interaksi antar massa udara
akan menghasilkan jenis front yang berbeda-berbeda, antara lain:

1. Front Panas

18
Front panas terjadi ketika massa udara yang lebih panas menekan dan bergerak naik ke atas
massa udara yang lebih dingin. Front ini akan membentuk awan-awan stratus, dan biasanya
menghasilkan hujan ringan.

Gambar 1.12. Front Panas dan awan penyertanya

2. Front Dingin

Front dingin terjadi ketika massa udara yang dingin menekan massa udara panas dan
menyebabkan massa udara panas tersebut bergerak naik, mendingin (mengkondensasi), dan
membentuk hujan besar serta badai.

Gambar 1.13. Front Dingin

3. Front Stasioner

Front statis atau stasioner terbentuk ketika dua massa udara


tidak cukup kuat untuk mendorong dan mempengaruhi satu sama lain.
Akibatnya, batas front cenderung tidak berubah dalam waktu yang
Gambar 1.14. Simbol Front Panas
(1), Dingin (2), Stasioner (3), dan
Oklusi (4)

19
cukup lama. Berbagai jenis cuaca dapat muncul pada batas front, mulai dari awan hingga hujan atau
salju. Front stasioner juga dapat berubah menjadi front dingin atau front panas.

4. Front Oklusi

Front oklusi atau front macet merupakan front yang terjadi pada daerah bertekanan rendah dan
berasosiasi dengan pembentukan siklon. Front ini terbentuk ketika front dingin mengambil alih front
panas. Ketika hal ini terjadi, massa udara panas bergerak menjauh dari pusat siklon di permukaan
bumi. Terdapat dua macam front oklusi, yakni oklusi panas dan oklusi dingin. Oklusi dingin terjadi
ketika massa udara dingin yang mengambil alih front panas lebih dingin daripada massa udara dingin
didepan front panas. Oklusi panas terjadi ketika massa udara dingin yang mengambil alih front panas
lebih panas daripada massa udara dingin didepan front panas tersebut. Pada oklusi dingin, massa udara
dingin yang mengambil alih akan bergerak di permukaan bumi. Sedangkan, pada oklusi panas, massa
udara dingin yang mengambil alih akan bergerak naik di atas massa udara yang lebih dingin. Kedua
macam front oklusi tersebut akan menyebabkan berbagai fenomena cuaca, termasuk badai petir.

Gambar 1.15. Front Oklusi Dingin dan Front Oklusi Panas

F. Awan dan Hidrometeor

Awan adalah massa terlihat yang terdiri dari tetesan air serta kristal beku yang tersuspensi di
atmosfer. Secara fisika, awan merupakan suspensi partikel cairan atau padatan dalam gas, atau disebut
sebagai aerosol.

1. Proses Terbentuknya Awan dan Hujan

20
Awan terbentuk dari proses kondensasi (pengembunan/perubahan zat dari gas ke cair) yang
terjadi pada uap air di bagian atmosfer yang dingin. Uap air itu sendiri berasal dari proses evaporasi
(penguapan/perubahan zat dari cair ke gas) akibat pemanasan matahari. Molekul uap air tertarik dan
melekat pada inti kondensasi. Inti kondensasi dapat berupa partikel debu, abu vulkanik, spora
tumbuhan, garam (dalam hujan buatan, pesawat menaburkan garam di atmosfer untuk membuat inti
kondensasi), atau bahkan partikel air yang tersuspensi. Inti kondensasi akan bersifat higroskopis
(menarik air) dan kemudian membentuk tetesan air semakin lama semakin besar. Proses tumbukan
dan tangkapan (collision and coalescence) antara tetesan air juga dapat membuatnya semakin besar.
Butuh waktu berhari-hari untuk membangun tetesan air cukup besar untuk jatuh ke bumi. Ketika
tetesan air sudah memiliki diameter sekitar 2 mm, ia akan tertarik oleh gravitasi bumi dan jatuh sebagai
hujan.

Terdapat dua macam awan, yakni awan panas dan awan dingin. Awan panas memiliki suhu
diatas titik beku (>0°C) dan terdiri atas tetes-tetes air. Awan dingin memiliki suhu dibawah titik beku
(<0°C). Meskipun suhu awan dingin berada dibawah titik beku, tidak semua tetesan air berubah
menjadi es. Tetesan air tersebut tetap berbentuk cair dalam bentuk supercooled water dan baru akan
membeku menjadi kristal es pada suhu -40°C. Awan yang tediri atas kristal es tersebut tampak sebagai
awan tipis berserat (sirus) yang terketak pada ketinggian yang sangat tinggi.

2. Jenis-jenis Awan

Awan memiliki berbagai macam bentuk. Tiga bentuk dasar yang sering digunakan untuk
menggolongkan awan adalah awan berserat (cirus), berlapis (stratus), dan bergumpal (cumulus).
Penamaan awan menggunakan gabungan kata-kata bahasa latin seperti nimbus (pembawa hujan), alto
(tinggi), terhadap nama dasar awan. Berikut adalah penggolongan awan berdasarkan ketinggiannya:

Nama Genus Ketinggian


Tipe Awan Simbol Catatan
Awan rata-rata

Lapisan horizontal seperti


Stratus St 800 m kabut. Dapat menimbulkan
Awan gerimis.
Rendah
Lapisan yang tidak
memiliki bentuk, gelap dan
Nimbostratus Ns 1000 m
menyebar. Dapat
menimbulkan hujan besar.

21
Mirip Cumulus, tetapi lebih
besar dan bersatu.
Stratocumulus Sc 1500 m
Terkadang menimbulkan
hujan.

Mirip Cirrocumulus, tetapi


tiap butir awan lebih besar
Altocumulus Ac 3500 m
dan lebih gelap. Tidak
Awan menimbulkan presipitasi.
Menengah
Berbentuk lapisan atau
As lembaran, dapat ditembus
Altostratus 4000 m cahaya matahari. Dapat
berubah menjadi
nimbostratus.

Mengandung supercooled
water disamping kristal es.
Berbentuk kecil, dan
biasanya ditemukan
berbaris dalam jumlah yang
banyak. Hujan yang
Cirrocumulus 7000 m
Cc ditimbulkan oleh awan ini
akan menguap sebelum
sampai ke permukaan
bumi. Awan ini sering
Awan
terbentuk pada perbatasan
Tinggi
front.

Berbentuk seperti kelambu


putih dan membentuk
fenomena “halo”
Cirrostratus 8000 m
Cs (lingkaran cahaya
disekeliling matahari).
Menandakan front panas

Tidak menutupi matahari,


Cirrus Ci 9000 m berserat putih tipis dan
terdiri dari kristal es.
Banyak memiliki bentuk

22
dan sifat tergantung
spesiesnya.

Awan dibentuk dari


Cumulus Cu 18000 m kenaikan udara. Berbentuk
gumpalan kapas.
Awan
Vertikal
Berbentuk seperti menara
Cb yang sangat tinggi, bagian
Cumulonimbus 20000 m bawah berada dekat dengan
tanah. Dapat menimbulkan
hujan yang sangat lebat.

Kesepuluh nama awan pada tabel tersebut merupakan awan-awan yang masuk kedalam
golongan utama, atau disebut juga genus. Layaknya makhluk hidup, setiap awan memiliki berbagai
keistimewaan baik dalam bentuk maupun karakter lainnya sehingga awan juga memiliki nama spesies
nya masing-masing. Nama spesies awan diletakkan dibelakang nama genus awan. Misalnya,
Altokumulus Opakus memiliki arti “awan altokumulus yang tidak dapat ditembus cahaya”, sedangkan
Altokumulus Translusidus memiliki arti “awan altokumulus yang dapat ditembus cahaya”. Berikut
adalah nama-nama spesies awan yang dapat ditambahkan pada genus-genus awan tertentu:

JENIS ARTI

NAMA SINGKATAN

Fibratus Fib Berserat

unsinus Unc Berkail

spisatus Spi Mampat

stratiformis Str Berlapis

nebulosus Neb Samar-samar

lentikularis Len Penggumpalan

humilis Hum Dekat tanah

23
mediokris Med Menegah

fraktus Fra Terpecah

kongestus Con Penumpukan

kalvus Cal Gundul

kapilarus Cap Berambut

VARITAS ARTI

NAMA SINGKATAN

translusidus tr Tembus cahaya

opakus Op Tebal

undulatus Un Berombak

BENTUK TAMBAHAN/ ARTI


AWAN PENYERTA

NAMA SINGKATAN

inkus Inc Landasan

mamatus Mam Dada wanita

presipitasio Pra Curahan

Virga Vir Garis-garis

Arkus Arc Busur

Awan penyerta dan bentuk tambahan dapat menyertai tubuh utama suatu awan. Keduanya
dapat hadir bersama-sama dan lebih dari satu jenis/varietas. Awan juga dapat dihasilkan dari

24
perkembangan awan lain atau yang disebut awan induk. Misalnya, Stratokumulus kumulogenitus
memiliki arti “awan stratokumulus yang berasal dari perkembangan awan kumulus”.

Gambar 1.16. Jenis-jenis awan

Awan kumulus merupakan awan yang dibentuk dari pergerakan konvektif massa udara dan
memiliki tahap perkembangan sebagai berikut:

• Tahap Kumulus, ditandai dengan arus udara naik (updraft) di seluruh sel awan. Awan akan
menjadi semakin besar karena makin banyak awan yang terbentuk karena kondensasi.

• Tahap Dewasa, ditandai dengan mulai adanya gerakan arus udara turun (downdraft) yang
lemah. Terjadi hujan yang besar akibat gaya seret saat arus udara turun.

• Tahap Pelenyapan, ditandai dengan adanya gerakan arus udara ke bawah di seluruh sel awan.
Awan kehilangan sumber uap air dan kondensasi terhenti. Awan akan menghilang dan
meninggalkan sisa-sisa berupa awan yang lebih kecil.

Gambar 1.17. Tahap Perkembangan Awan Konvektif

25
Pertumbuhan awan konvektif dapat terganggu oleh keberadaan lapisan inversi. Lapisan inversi
adalah lapisan yang memiliki karakter suhu yang menyimpang dari kondisi pada umumnya. Pada
troposfer yang seharusnya suhu akan semakin dingin seiring dengan kenaikan ketinggian, suhu pada
lapisan inversi akan meningkat seiring dengan peningkatan ketinggian. Suhu yang lebih panas ini akan
menghambat pertumbuhan awan konvektif. Pada lapisan inversi lemah, awan kumulus akan terus
tumbuh menjulang keatas dan membentuk seperti cerobong. Sedangkan pada lapisan inversi yang
cukup kuat, awan tidak dapat menembus lapisan sehingga permukaan atas awan akan rata.

Gambar 1.19. Pertumbuhan asap yang


Gambar 1.18. Awan Cerobong dan Awan
terganggu akibat lapisan inversi
Dempak

3. Jenis-jenis Hujan

Berdasarkan proses terbentuknya, terdapat beberapa macam hujan, yakni:

a. Hujan Zenital/Konvektif, yaitu hujan yang terjadi akibat kenaikan massa udara yang lembab akibat
mengalami pemanasan matahari.

b. Hujan Frontal, yaitu hujan yang terjadi akibat pertemuan dua massa udara. Massa udara panas yang
lembab akan bergerak naik keatas dan terkondensasi apabila bertemu dengan massa udara yang lebih
dingin.

b. Hujan Orografis, yaitu hujan yang terjadi akibat massa udara lembab yang bergerak menaiki
pegunungan sehingga mendingin dan terkondensasi. Hujan akan terjadi pada salah satu sisi
pegunungan, sementara sisi lainnya akan mengalami sedikit hujan.

d. Hujan Musim, yaitu hujan yang terjadi akibat uap air yang dibawa oleh angin musim/monsunal.

e. Hujan Siklon, yaitu hujan yang terjadi pada daerah bertekanan rendah (mata siklon). Udara panas
yang lembab akan bergerak menuju ke mata siklon, naik keatas, dan menjadi dingin sehingga

26
terkondensasi. Akibatnya, siklon tropis akan selalu diikuti dengan cuaca buruk berupa hujan lebat dan
badai petir.

4. Pola Curah Hujan di Indonesia

Gambar 1.20. Pola Curah Hujan di Indonesia

Terdapat tiga pola curah hujan di Indonesia, yakni:

a. Pola Monsunal, dipengaruhi oleh angin musim. Daerah yang mengalami angin musim akan
mendapatkan curah hujan yang besar pada bulan oktober hingga april dan curah hujan yang rendah
pada bulan april hingga oktober. Puncak musim hujan akan terjadi pada sekitar pergantian tahun. Pada
diagram curah hujan, pola ini berbentuk seperti huruf “u atau v”. Pola curah hujan ini terdapat di
sebagian besar wilayah Indonesia, meliputi Sumatera bagian selatan, Jawa, dan Nusa Tenggara.

b. Pola Equatorial, dipengaruhi oleh pemanasan matahari pada ekuinoks. Pada daerah disekitar
khaatulistiwa, matahari akan berada tepat di atas kepala setiap tanggal 21 maret dan 23 september
(ekuinoks). Pada saat ekuinoks, pemanasan matahari berada pada puncaknya sehingga terjadi hujan
zenital. Pola ini memiliki dua puncak musim hujan dalam satu tahun. Pada diagram curah hujan, pola
ini berbentuk seperti huruf “m”. Pola curah hujan ini terdapat di daerah sekitar khatulistiwa.

c. Pola Lokal, dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat. Pola curah hujan berkebalikan dari pola
monsunal. Pada diagram curah hujan, pola ini berbentuk seperti huruf “n”. Pola curah hujan ini terdapat
di daerah Maluku dan Papua.

G. Iklim

27
Iklim merupakan deskripsi statistik yang menjelaskan kondisi rata-rata cuaca di suatu tempat
dalam jangka waktu yang relatif panjang. Iklim dapat ditentukan dengan melihat pola dan variasi suhu
udara, kelembaban, angin, presipitasi, dan berbagai variabel meteorologis yang ada di suatu tempat
dalam jangka panjang. Hal tersebut berbeda dengan cuaca yang hanya melihat kondisi jangka pendek
dari variabel-variabel tersebut.Berikut adalah berbagai klasifikasi iklim yang dikemukakan oleh
beberapa ahli:

1. Iklim Generik

a. Klasifikasi Iklim menurut Penerimaan Radiasi Surya

Klasifikasi ini merupakan sistem klasifikasi yang paling sederhana dan sudah ada sejak zaman
Yunani Kuno. Erastothanes adalah orang yang pertama kali menuliskan lima daerah iklim (dua iklim
kutub, dua iklim sedang, dan satu iklim tropis di ekuator) berdasarkan penerimaan radiasi matahari.
Pembagian iklim hanya didasarkan pada banyaknya sinar matahari yang diterima oleh masing-masing
bagian permukaan bumi. Semakin jauh suatu tempat dari khatulistiwa, maka sudut datang sinar
matahari akan semakin besar sehingga jumlah sinar matahari yang diterima akan semakin sedikit dan
suhu udaranya akan semakin rendah. Klasifikasi iklim ini memiliki akurasi yang rendah karena
banyaknya tempat yang memiliki anomali suhu udara karena berbagai hal, seperti keberadaan tubuh
air dan topografis. Umumnya, berdasarkan penerimaan radiasi matahari, iklim diklasifikasikan
menjadi:

• Iklim Tropis

Terletak antara 0° – 23,5° LU/LS dan mencakup 40% dari permukaan bumi. Iklim ini memiliki ciri-
ciri berupa suhu udara rata-rata harian yang tinggi, dengan amplitudo (jangkauan) suhu rata-rata
tahunan yang kecil. Dengan kata lain, matahari bersinar sepanjang tahun dengan suhu yang stabil.
Tekanan udara rendah pada daerah tropis menyebabkan banyaknya angin pembawa hujan yang masuk
ke daerah ini, menjadikan daerah tropis memiliki curah hujan yang besar dan kaya akan biodiversitas.

• Iklim Subtropis

Terletak antara Iklim sub tropis terletak antara 23,5° – 40° LU/LS. Daerah ini memiliki empat musim,
yaitu musim panas, semi, dingin, dan gugur. Namun, perbedaan suhu antara musim panas dan dingin
tidak begitu besar. Puncak musim hujan akan terjadi pada musim panas apabila dipengaruhi oleh
monsun benua (Iklim Tiongkok) atau musim dingin apabila dipengaruhi oleh arus dingin (Iklim
Mediterania).

• Iklim Sedang

Terletak antara 40°- 66,5° LU/LS. Amplitudo suhu tahunan lebh besar daripada iklim subtropis. Suhu
udara akan sangat dingin pada musim dingin, dan sangat panas pada musim panas. Daearah beriklim
28
sedang (temperate) cenderung memiliki fenomena cuaca yang labil, dimana arah angin sering berubah-
ubah dan badai dapat terjadi secara tiba-tiba.

• Iklim Kutub

Terletak di daerah kutub, terletak antara 66,5° - 90° LU/LS. Musim dingin akan berlangsung lama,
bahkan hingga menghasilkan salju abadi pada beberapa wilayah kutub. Musim panas akan berlangsung
singkat dan suhu yang sejuk.

Gambar 1.21. Klasifikasi Iklim berdasarkan Penerimaan


Radiasi Surya

b. Klasifikasi Iklim menurut Hermann Flohn (1950)

Klasifikasi ini didasarkan pada sirkulasi angin global dan ciri curahan hujan.

Jenis Iklim Karakteristik Curah Hujan

I Ekuatorial Basah

II Tropis Hujan Musim Panas

III Subtropis Kering Kering Sepanjang Tahun

IV Subtropis Hujan
Hujan Musim Dingin
Musim Dingin

29
V Ekstratropika Curahan Sepanjang Tahun

VI Subploar Curahan Sepanjang Tahun, namun terbatas.

VIa Boreal Curahan Musim Panas, kurang di musim dingin.

VII Polar Tinggi (High Curahan Kurang Sekali. Salju turun di awal musim
Polar) dingin.

c. Klasifikasi Iklim menurut Arthur N. Strahler (1969)

Klasifikasi ini didasarkan pada massa udara dominan dan ciri curahan hujan.

Jenis Iklim Faktor Penentu Iklim

I Iklim Lintang Rendah Massa udara Ekuatorial dan Tropikal

a Khatulistiwa basah

b Pantai angin pasat

c Gurun dan stepa tropis

d Gurun pantai barat

e Gurun pantai timur

f Kering-basah tropis

II Iklim Lintang Menengah Massa udara Polar dan Tropis

a Subtropis lembab

b Pantai barat laut

c Mediterania

30
d Gurun dan stepa menengah

e Benua lembab

III Iklim Lintang Tinggi Massa udara Polar dan Arktik

a Subartik benua

b Subartik laut

c Arktik

IV Iklim Daratan Tinggi Ketinggian Tempat

d. Klasifikasi Iklim menurut Mikhail Budyko (1956)

Klasifikasi ini didasarkan pada neraca energi yang diukur menggunakan Indeks Neraca
Kekeringan. Semakin rendah nilai curah hujan suatu tempat maka semakin besar nilai indeks neraca
kekeringan tempat tersebut.

Jenis Iklim Nilai Indeks Kekeringan

I Gurun >3

II Separuh Gurun 2-2

III Stepa 1-2

IV Hutan 0,33-1

V Tundra <0,33

2. Iklim Empirik

a. Klasifikasi Iklim menurut Wladimir Koppen (1918)

31
Klasifikasi Iklim Koppen merupakan salah satu sistem klasifikasi iklim yang paling banyak
digunakan di dunia. Klasifikasi ini disempurnakan oleh Rudolf Geiger pada tahun 1961, sehingga
klasifikasi ini sering disebut sebagai Sistem Klasifikasi Iklim Koppen-Geiger. Klasifikasi ini
didasarkan pada pola suhu udara dan curah hujan yang akan mempengaruhi keberadaan vegetasi
alamiah suatu tempat. Sistem klasifikasi Koppen dapat digunakan untuk menganalisa kondisi suatu
ekosistem dan vegetasi-vegetasi yang berada pada ekosistem tersebut. Koppen memperkenalkan 5
kelompok utama iklim di muka bumi. Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf
besar, yakni:

• iklim A = tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), Suhu rata-rata bulan terdingin
minimal 18°C, curah hujan tahunan > evapotranspirasi tahunan.

• iklim B = tipe iklim kering (dry climates), Evapotranspirasi potensial tahunan rata-rata >
curahan tahunan rata-rata. Tidak ada kelebihan air.

• iklim C = tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), Suhu rata-rata bulan
terdingin -3 s.d 18°C. Bulan terpanas > 10 °C.

• iklim D = tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates), Suhu rata-rata bulan
terdingin < 10 ゜C, bulan terpanas >10 °C.

• iklim E = tipe iklim kutub (polar climates), Suhu rata-rata bulan terpanas < 10°C, untuk daerah
tundra 0 s.d 10°C, untuk daerah salju abadi < 10°C.

Suatu daerah iklim dapat dinyatakan dalam dua atau tiga huruf. Simbol-simbol huruf yang
dipakai dalam Klasifikasi Iklim Koppen-Geiger adalah sebagai berikut:

Huruf Pertama Huruf Kedua Huruf Ketiga

f (Hutan hujan tropis)

m (Monsunal)
A (Tropis)
w (Sabana, basah)

s (Sabana, kering)

B (Arid/Kering) W (Gurun)

32
S (Stepa)

h (Panas)

k (Dingin)

n (Sering terjadi kabut)

s (Musim panas kering)

w (Musim dingin kering)

f (Selalu basah)

C a (Musim panas yang


(Sedang/Temperate) panas)

b (Musim panas yang


hangat)

c (Musim panas yang


dingin)

s (Musim panas kering)

w (Musim dingin kering)

f (Selalu basah)

D a (Musim panas yang


(Dingin/Kontinental) panas)

b (Musim panas yang


hangat)

c (Musim panas yang


dingin)

33
d (Musim dingin yang
sangat dingin)

T (Tundra)
E (Kutub)
F (Salju abadi)

Berikut adalah jenis-jenis iklim dunia berdasarkan klasifikasi iklim Koppen:

Simbol Jenis Iklim

A Iklim Hujan Tropis

Af Iklim Hutan Hujan Tropis

Am Iklim Monsunal

Aw/As Iklim Sabana Tropis

B Iklim Kering

Bsh Iklim Stepa kering

Bsk Iklim Stepa sejuk

Bwh Iklim Gurun kering

Bwk Iklim Gurun sejuk

C Iklim Sedang

Cfa Kelembaban sepanjang musim, musim panas yang terik

Cfb Kelembaban sepanjang musim, musim panas yang panas

Cfc Kelembaban sepanjang musim, musim panas yang pendek dan


sejuk

34
Cwa Hujan musim panas,musim panas yang terik

Cwb Hujan musim panas,musim panas yang panas

Csa Hujan musim dingin,musim panas yang terik

Csb Hujan musim dingin,musim panas yang panas

D Iklim Salju

Dfa Kelembaban sepanjang musim, musim panas yang terik

Dfb Kelembaban sepanjang musim, musim panas yang panas

Dfc Kelembaban sepanjang musim, musim panas yang pendek dan


sejuk

Dfd Kelembaban sepanjang musim, musim dingin yang sangat dingin

Dwa Hujan musim panas,musim panas terik

Dwb Hujan musim panas,musim panas panas

Dwc Hujan musim dingin,musim panas terik

Dwd Kelembaban sepanjang musim, musim dingin yang sangat dingin

E Iklim Kutub

ET Tundra

EF Salju dan es abadi

35
Wilayah Indonesia sendiri memiliki berbagai zona iklim Koppen, mulai dari Hutan Hujan
Tropis (Af) yang banyak tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua; Hutan Musim (Am)
yang banyak tersebar di Jawa dan sekitarnya; dan Padang sabana (Aw) yang terletak di daerah Nusa
Tenggara. Di daerah-daerah pegunungan tinggi, iklim Indonesia menyerupai iklim sedang (C) hingga
salju abadi yang terdapat di pegunungan Jayawijaya, Papua.

Gambar 1.22. Peta dunia dengan Klasifikasi Iklim Koppen-Geiger

b. Klasifikasi Iklim menurut Charles Warren Thornthwaite (1993)

Klasifikasi ini didasarkan pada curahan hujan, laju evapotranspirasi, dan pengaruhnya terhadap
tanaman. Thornthwaite membagi iklim menjadi lima daerah kelembaban berdasarkan indeks P-E
(Precipitation Effectiveness) yang menyatakan daya guna presipitasi. Kelima daerah iklim tersebut
adalah sebagai berikut:

Karakteristik
Lambang Ciri-ciri iklim Indeks P-E
Tanaman

A Basah Hutan Hujan >128

36
B Lembap Hutan 64-127

C Kurang lembap Padang rumput 32-63

D Agak kering Stepa 16-31

E Kering Gurun <16

c. Klasifikasi Iklim menurut Schmidt-Ferguson (1950)

Sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson merupakan salah satu sistem klasifikasi iklim yang
banyak dipakai di Indonesia, terutama dalam bidang pertanian dan perkebunan. Sistem ini dapat
menentukan zona iklim yang sesuai untuk tanaman (agroklimat) berdasarkan banyaknya curah hujan
pada suatu daerah yang dihitung dengan menisbahkan banyaknya jumlah bulan kering dengan
banyaknya jumlah bulan basah. Penentuan klasifikasi suatu zona agroklimat berdasarkan Schmidt
Ferguson dilakukan dengan cara sebagai berikut:

• Tipe Curah Hujan suatu tempat ditentukan dengan banyaknya jumlah bulan kering dan bulan
basah dalam tahun pengamatan dengan menggunakan klasifikasi Mohr, dimana bulan kering
merupakan bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm, sedangkan bulan basah merupakan
bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm. Bulan dengan jumlah curah hujan antara 60-100
mm disebut sebagai bulan lembab dan tidak dimasukkan kedalam perhitungan

• Hasil bagi antara jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah dalam satu tahun menghasilkan
nilai yang disebut sebagai rasio Q.

• Berdasarkan besarnya rasio Q, tipe curah hujan digolongkan menjadi:

Tipe Rasio Q Keterangan Karakteristik Alamiah

A 0%-14,3% Sangat basah Hutan Hujan Tropika

B 14,3%-33,3% Basah Hutan Hujan Tropika

37
C 33,3%-60% Agak basah Hutan Musim

D 60%-100% Sedang Hutan Musim

E 100%-167% Agak kering Hutan Sabana

F 167%-300% Kering Hutan Sabana

G 300%-700% Sangat Kering Padang ilalang

H >700% Luar biasa kering Padang ilalang

Gambar 1.23. Segitiga Schmidt-Ferguson untuk


memudahkan perhitungan rasio Q

d. Klasifikasi Iklim menurut L.R Oldeman (1980)

Sistem Klasifikasi Iklim yang dikemukakan oleh Oldeman didasarkan pada jumlah kebutuhan
air oleh tanaman, terutama tanaman padi. Sama seperti sistem Schmidt-Ferguson, sistem Oldeman juga
menggunakan perhitungan jumlah bulan basah dan bulan kering. Namun, klasifikasi bulan basah dan
bulan kering dalam sistem Oldeman tidak mengikuti sistem klasifikasi Mohr, melainkan ia membuat
suatu klasifikasi khusus berdasarkan kebutuhan air untuk tanaman padi. Bulan kering dinyatakan bila

38
curah hujan kurang dari 100mm, sedangkan bulan basah dinyatakan bila curah hujan lebih dari
200mm. Bulan yang memiliki curah hujan antara 100-200mm dinyatakan sebagai bulan lembab dan
tidak dimasukan kedalam perhitungan. Klasifikasi zona agroklimat menurut Oldeman adalah sebagai
berikut:

Zona Jumlah Jumlah


Zona
Sub- bulan bulan Keterangan
Iklim
Iklim basah kering

1 10-12 bulan 0-1 bulan


Dapat ditanami terus-
A
menerus sepanjang tahun
2 10-12 bulan 2 bulan

1 7-9 bulan 0-1 bulan


Dapat ditanami dalam dua
B 2 7-9 bulan 2-3 bulan periode tanam dalam satu
tahun
3 7-8 bulan 4-5 bulan

1 5-6 bulan 0-1 bulan

2 5-6 bulan 2-3 bulan Dapat ditanami dalam dua


periode tanam, tapi salah
C
satu periodenya dengan
3 5-6 bulan 4-6 bulan sistem gogo rancah

4 5 bulan 7 bulan

1 3-4 bulan 0-1 bulan

2 3-4 bulan 2-3 bulan


Dapat ditanami dalam satu
D
periode tanam
3 3-4 bulan 4-6 bulan

4 3-4 bulan 7-9 bulan

1 0-2 bulan 0-1 bulan Tidak dianjurkan


E menanam tanpa irigasi
2 0-2 bulan 2-3 bulan yang baik

39
3 0-2 bulan 4-6 bulan

4 0-2 bulan 7-9 bulan

5 0-2 bulan 10-12


bulan

Gambar 1.24. Segitiga Oldeman untuk memudahkan


klasifikasi masa tanam padi

e. Klasifikasi Iklim menurut F.W. Junghuhn

Dalam penelitiannya di Indonesia, Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian


dan jenis vegetasi yang tumbuh di daerah tersebut. Pembagian iklim menurut Junghuhn adalah sebagai
berikut:

• Daerah Panas/Tropis, dengan ketinggian 0-600 m. Rata-rata suhu harian berkisar antara
26,3°C-22°C. Tanaman yang dapat dibudidayakan pada daerah ini antara lain padi, jagung,
kelapa, tebu, karet, dan cokelat.

40
• Daerah Sedang, dengan ketinggian 600-1500 m. Rata-rata suhu harian berkisar antara 22°C-
17,1°C. Tanaman yang dapat dibudidayakan pada daerah ini antara lain tembakau, teh, kopi,
cokelat, dan sayur mayur (hortikultura).

• Daerah Sejuk, dengan ketinggian 1500-2500 m. Rata-rata suhu harian berkisar antara 17,1°C-
11,1°C. Tanaman yang dapat dibudidayakan pada daerah ini antara lain bunga-bungaan, teh,
kopi, kina, dan sayur mayur (hortikultura).

• Daerah Dingin, dengan ketinggian diatas 2500 m. Tidak ada tanaman yang dapat
dibudidayakan.

H. Bencana Meteorologi

Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction-UN ISDR, Bencana
adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan
kerugian yang meluas pada kehidupan manusia maupun dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan
dan melampaui batas kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumber daya mereka sendiri. Bencana dapat berasal dari faktor alam, manusia, maupun
kombinasi dari keduanya. Bencana meteorologis adalah bencana alam yang diakibatkan oleh
parameter-parameter meteorologis, seperti suhu udara, kecepatan angin, maupun curah hujan yang
dapat menimbulkan berbagai kerugian. Bencana meteorologis dapat berupa sebagai berikut:

1. Siklon dan Antisiklon

Siklon dan Antisiklon merupakan bentuk gerakan udara yang melibatkan perputaran arah.
Siklon adalah massa udara besar yang berputar kedalam menuju daerah pusat tekanan rendah.
Sedangkan, antisiklon berputar ke arah luar atau menjauhi daerah pusat tekanan tinggi. Perputaran

Gambar 1.25. Gerak Siklon dan Anti Siklon di Belahan Bumi Utara dan
Selatan. Panah putus-putus menunjukkan arah angin berdasarkan gaya
gradien tekan, sedangkan garis berpanah menunjukkan arah angin
sebenarnya yang telah dipengaruhi gaya coriolis.

41
siklon dan antisilon dipengaruhi oleh gaya coriolis, sehingga siklon akan berputar berlawanan arah
jarum jam di Belahan Bumi Utara (BBU) dan searah jarum jam di Belahan Bumi Selatan (BBS).
Sebaliknya, gerak antisiklon akan searah jarum jam di BBU dan berlawanan jarum jam di BBS. Sebuah
siklon akan menyebabkan kondisi atmosfer yang basah dan berangin ribut karena angin dari segala
penjuru akan bergerak menuju pusat siklon yang bertekanan rendah. Sedangkan, antisiklon akan
menyebabkan kondisi atmosfer yang kering dan stabil.

Berdasarkan pergerakannya, siklon dibagi menjadi siklon tropis apabila terjadi di daerah antara
10°-20° LU dan 10°-20° LS dan siklon ekstratropis apabila berada di daerah antara 35°-65° LU dan
35°-65° LS. Siklon jarang terjadi di daerah doldrum khatulistiwa yang bertekanan rendah dan horse
latitude yang bertekanan tinggi. Siklon yang berada di daerah tropis jauh lebih berbahaya
dibandingkan dengan siklon yang berada di luar daerah tropis. Siklon tropis dapat mencapai diameter
hingga 500 km, dengan kecepatan angin 100-500 km/jam yang dihasilkan dari gradien barometer
(perbedaan tekanan udara antara pusat siklon dengan daerah di luar siklon) antara 50 hingga 100 mb.

Gambar 1.26. Persebaran Siklon Tropis dan nama-nama lokal di berbagai


daerah terbentuknya.

Meskipun siklon tropis hampir selalu terbentuk di lautan, siklon tropis akan menyebabkan
banyak kerusakan di wilayah pesisir pantai akibat gelombang badai (storm surge) yang menghantam
pantai. Siklon tropis dapat terjadi di berbagai samudera tropis dunia. Siklon tropis memiliki banyak
nama berdasarkan tempat terjadinya.

Sebuah siklon tropis memiliki siklus yang relatif panjang dan dapat mencapai berminggu-
minggu. Siklon tropis memiliki tahap pertumbuhan sebagai berikut:

• Gangguan Tropis

42
Siklon tropis masih berupa kumpulan dari sistem hujan badai (thunderstorm) dengan isobar (garis yang
menyatakan tekanan udara yang sama) sedikit melengkung. Kecepatan angin masih kurang dari 20
knot.

• Depresi Tropis

Pada tahap ini, sistem hujan badai akan mulai mendekat dan memiliki satu isobar tertutup. Kecepatan
angin antara 20-34 knot.

• Badai Tropis

Badai tropis akan mulai berotasi berlawanan arah jarum jam di BBU atau searah jarum jam di BBS.
Terdapat dua isobar tertutup dan kecepatan angin berkisar antara 35-64 knot. Pada tahap ini, otoritas
meteorologi setempat akan mulai menamai gangguan cuaca tersebut.

• Siklon Tropis

Sebuah badai tropis dinyatakan sebagai siklon tropis


apabila telah memiliki minimal tiga isobat tertutup
dengan kecepatan angin melebihi 64 knot (119 km/jam).
Pada tahap ini, siklon telah memiliki “mata” atau
bagian yang bebas dari awan pada pusat siklon.
Mata siklon dapat terbentuk karena
kesimbangan antara gaya coriolis dengan gaya gradien
tekanan.

Kekuatan siklon tropis dapat


dinyatakan dalam Skala Saffir-Simpson yang Gambar 1.27. Tahap Perkembangan Siklon
merupakan skala numerik bernilai 1 sampai 5. Skala ini
dapat menggambarkan kerusakan yang dapat
ditimbulkan oleh suatu siklon tropis berdasarkan kecepatan angin sebagai berikut:

• SS1, 64-82 knot

• SS2, 83-95 knot

• SS3, 96-113 knot

• SS4, 114-135 knot

• SS5, >136 knot

43
2. El Nino dan La Nina

Secara ilmiah, siklus El Nino dan La Nina disebut sebagai El Nino-Southern Oscillation
(ENSO), yang merupakan sebuah anomali cuaca pada samudera Pasifik tropis. Anomali tersebut
ditandai dengan memanasnya air laut pada fase El Nino, dan disusul dengan kembali mendinginnya
air laut pada fase La Nina. Osilasi Selatan (southern oscillation) itu sendiri menyatakan komponen
atmoser yang menyertai anomali tersebut, yakni berubahnya tekanan udara antara samudera Pasifik
bagian barat dengan samudera Pasifik bagian timur. Masing-masing periode El Nino dan La Nina
dapat berlangsung selama berbulan-bulan dan berulang beberapa tahun sekali. Efek dari El Nino dan
La Nina dapat merugikan maupun menguntungkan, dan dapat terjadi dalam skala yang besar maupun
kecil.

El Nino dan La Nina berhubungan dengan Sirkulasi Walker. Sirkulasi Walker adalah sirkulasi
atmosfer di sepanjang ekuator samudera Pasifik. Dalam kondisi normal, sirkulasi Walker akan
terbentuk karena tekanan udara tinggi di samudera Pasifik bagian timur (Amerika Selatan) dan tekanan
udara rendah di samudera Pasifik bagian barat (Indonesia), sehingga angin akan bertiup dari timur ke
barat. Pada fase El Nino, sirkulasi Walker akan melemah atau bahkan berbalik arah. Sedangkan,
sirkulasi Walker akan menguat pada fase La Nina. Penyebab anomali pada sirkulasi Walker tersebut
masih dalam penelitian para ahli.

Sebagai satu kesatuan fenomena cuaca, El Nino-Southern Oscillation terbagi menjadi tiga
tahapan, yakni:

• Fase Normal

Pada fase ini, sirkulasi Walker berjalan normal. Samudera Pasifik bagian barat akan bertekanan udara
rendah sehingga massa air panas akan terkumpul. Massa air panas menyebabkan tingginya evaporasi
dan banyaknya hujan di Samudera Pasifik bagian barat. Sebaliknya, tekanan udara tinggi di Samudera
Pasifik bagian timur menyebabkan massa air dingin dan cuaca yang kering. Samudera Pasifik akan
memiliki termoklin (batas air hangat dan dingin di bawah permukaan laut) yang dalam di bagian barat
dan curam. Peristiwa downwelling (turunnya massa air laut) akan banyak terjadi di bagian barat,
sementara upwelling (naiknya massa air laut) banyak terjadi di bagian timur.

• Fase El Nino

Pada fase El Nino, kondisi menjadi terbalik. Samudera Pasifik bagian barat akan mengalami tekanan
udara tinggi, menyebabkan kekeringan. Samudera Pasifik bagian timur akan mengalami banyak hujan.
Termoklin akan menjadi datar karena adanya massa air dingin yang menggantikan massa air panas di
samudera Pasifik bagian barat dan sebaliknya di timur. Upwelling banyak terjadi di bagian timur,
sedangkan downwelling banyak terjadi di bagian barat. Peristiwa upwelling akan menyebabkan hasil
panen laut di Indonesia melimpah, sebaliknya hasil panen laut di Amerika Selatan menurun.

44
• Fase La Nina

Pada fase La Nina, kondisi akan kembali berbalik. Samudera Pasifik bagian barat akan mengalami
tekanan udara yang lebih rendah dari biasanya, menyebabkan hujan lebat dan cuaca ekstrim di
Indonesia. Samudera Pasifik bagian timur akan kembali mendingin dan mengalami kekeringan.
Setelah itu, kondisi akan berubah menjadi normal kembali.

Gambar 1.28. Kondisi Samudera Pasifik pada ketiga tahapan ENSO

3. Tornado

Tornado adalah kolom udara yang berputar dengan kencang, berasal dari awan kumulonimbus
dan memiliki dasar yang menyentuh tanah. Kata Tornado berasal dari bahasa Spanyol yang memiliki
arti tronada yang berarti badai petir. Tornado banyak terjadi di daerah Amerika Serikat dan wilayah
subtropis lainnya seperti Afrika bagian selatan, Eropa, Australia, dan Selandia Baru. Di Indonesia,
tornado biasa disebut sebagai puting beliung, meskipun jenis tornado yang terjadi di Indonesia tidak
sebesar tornado yang terjadi di kawasan subtropis.

Sebuah tornado berbentuk seperti cerobong berputar yang mengerucut kebawah. Tornado
dapat terlihat oleh mata maupun tidak. Selain berupa gulungan awan, tornado juga dapat terlihat
sebagai debu dan puing-puing yang berterbangan. Tornado dapat memiliki beragam bentuk dan ukuran
yang berbeda. Umumnya, tornado berdiameter sekitar 150 meter dan memiliki kecepatan lebih dari 64
km/jam. Tornado biasanya berlangsung singkat, namun dapat mencapai beberapa jam. Tornado
berputar sebagai gerakan siklonik. Tornado berputar berlawanan jam di BBU, dan sebaliknya di BBS.
Dalam kasus yang sangat jarang, tornado juga dapat berputar secara antisiklonik.

Tornado terbentuk dari badai petir yang disebut sebagai supercell. Sebuah badai petir supercell
memiliki gerakan udara naik (updraft) yang berputar mengelilingi tekanan udara yang amat rendah.
Proses terbentuknya tornado memiliki tiga fase. Pada fase pertumbuhan, sebuah awan badai petir
kumulonimbus tercipta ketika massa udara panas yang lembab bergerak naik keatas massa udara

45
dingin yang kering. Ketika mencapai fase dewasa, awan kumulonimbus tersebut mulai menimbulkan
hujan turun dan menyebabkan gesekan antara arus udara panas yang naik dengan arus udara dingin
yang turun. Gesekan tersebut membuat arus udara menjadi menyamping hingga akhirnya berputar
semakin kencang dan menghasilkan tornado. Tornado akan menghilang pada fase pemusnahan,
dimana massa udara panas yang lembab sudah menghilang.

Tornado juga dapat memiliki bentuk-bentuk khusus. Dua atau lebih tornado dapat berputar satu
sama lain dan menghasilkan tornado yang lebih besar, disebut sebagai multiple-vortex tornado.
Meskipun tornado biasanya terjadi di darat, tornado yang lebih ringan juga dapat terjadi di atas
perairan, dan disebut sebagai waterspout. Tornado yang tidak berasal dari awan badai kunulonimbus
biasanya hanya disebut sebagai pusaran angin atau whirlwind. Pusaran angin non-tornado yang terjadi
di air juga disebut sebagai waterspout, sedangkan apabila terjadi di darat disebut sebagai landspout.
Pusaran angin juga dapat terbentuk akibat pemanasan udara pada cuaca yang panas dan cerah,
menghasilkan “tornado” kecil di dekat permukaan bumi yang dapat dilihat hanya ketika pusaran angin
tersebut menerbangkan debu, sehingga sering disebut sebagai dust devils.

Tornado dapat menimbulkan berbagai kerusakan di permukaan bumi. Kekuatan sebuah


tornado dinyatakan dalam skala Fujita dan skala Fujita yang telah disempurnakan (Enhanced
Fujita/EF Scale). Skala tersebut bernilai 1 sampai 5 dan dinilai berdasarkan kerusakan yang
ditimbulkan, bukan kecepatan angin, besar atau lamanya tornado.

Gambar 1.30. Dust Devil Gambar 1. 29. Multiple Vortex Tornado

4. Gelombang Panas

Gelombang panas (Heat Wave) adalah suatu periode cuaca panas yang berlebihan dan diluar
rata-rata kondisi cuaca panas yang biasa terjadi pada suatu daerah. Definisi mengenai heat wave masih

46
dalam penelitian para ahli. Gelombang panas dapat terjadi ketika massa udara bertekanan udara yang
tinggi berada di atas suatu daerah dalam jangka waktu yang lama. Massa udara tersebut akan bergerak
kebawah, memanas secara adiabatis, dan menghambat pertumbuhan awan konvektif dengan
menciptakan suatu lapisan inversi. Lapisan inversi tersebut akan memerangkap kelembaban udara.
Udara yang lembab akan menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan sosiologis bagi orang-orang yang
terdampak gelombang panas tersebut. Gelombang panas juga akan memicu bencana alam lainnya
seperti kekeringan dan kebakaran hutan.

Kondisi udara yang lembab akan membuat seseorang merasakan panas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi suhu udara sebenarnya. Tabel heat index dibawah ini menyatakan suhu
yang dirasakan seseorang ketika dipengaruhi oleh suhu udara sebenarnya dan kelembaban udara.

Gambar 1.31. Tabel Indeks Panas

5. Badai Petir dan Badai Salju

Badai Petir (Thunderstorm) adalah badai yang disertai dengan adanya petir dan suara gemuruh.
Badai petir dihasilkan dari awan kumulonimbus yang dapat terjadi karena pergerakan udara lembab
secara konvektif akibat adanya pemanasan, baik berasal dari sinar matahari langsung maupun karena
adanya front udara. Bahaya yang dihasilkan dari badai petir dapat berupa:

• Sambaran petir ke permukaan bumi

• Hujan es (hail), berupa bongkahan es besar (hailstone)

• Tornado dan angin kencang

47
• Banjir dan tanah longsor

Apabila suhu cukup rendah, maka akan terbentuk Badai Salju (Snowstorm) dengan presipitasi
yang dihasilkan berupa salju, sleet (pelet es, bola-bola es yang lebih kecil dari hailstone), atau freezing
rain (hujan dengan suhu dibawah titik beku, namun tetap dalam kondisi cair hingga menumbuk benda).
Badai salju dapat menyebabkan terganggunya aktivitas manusia, terutama dalam bidang transportasi.

I. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Perubahan Iklim adalah perubahan jangka panjang dalam keadaan rata-rata cuaca maupun
distribusi peristiwa-peristiwa cuaca yang dapat berlangsung dalam waktu yang lama, mulai dari dekade
hingga jutaan tahun. Perubahan iklim dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik berasal dari dalam
komponen iklim itu sendiri maupun berasal dari luar komponen iklim. Pada saat ini, manusia dikatakan
sebagai penyebab utama perubahan iklim dengan menyebabkan pemanasan global. Namun, perubahan
iklim telah terjadi jutaan tahun yang lalu, dan para klimatologis dapat mengetahuinya melalui bukti-
bukti ilmiah seperti fosil makhluk hidup, penelitian terhadap isotop inti es dan sedimen, serta analisa
mengenai proses glasial dan muka air laut.

48
Gambar 1.32. Perubahan suhu rata-rata bumi yang menunjukkan trend
peningkatan

Perubahan Iklim dapat dibagi menjadi dua bentuk, yakni pemanasan global dan pendinginan
global. Pemanasan global merupakan kenaikan suhu udara rata-rata bumi. Sebaliknya, pendinginan
global merupakan penurunan suhu udara rata-rata bumi. Pemanasan dan pendinginan secara global
telah terjadi secara alamiah sejak bumi ini terbentuk. Penyebab dari perubahan iklim di bumi adalah:

• Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca adalah gas-gas atmosfer yang dapat menyerap dan mengeluarkan energi matahari.
Gas-gas tersebut akan menyerap radiasi yang telah dipantulkan oleh permukaan bumi akan diserap
oleh gas rumah kaca dan dipantulkan lagi ke segala arah. Sebagian pantulan tersebut akan kembali lagi
ke bumi dan menyebabkan pemanasan atmosfer dan permukaan bumi. Proses tersebut disebut sebagai
Efek Rumah Kaca (greenhouse effect). Efek Rumah Kaca yang terdapat secara alamiah di bumi
memebantu menghangatkan bumi dan menyebabkan perbedaan panas antara siang dan malam hari
yang tidak terlalu besar. Gas-gas yang dapat bertindak sebagai gas rumah kaca antara lain adalah uap
air, karbondioksida, metana, nitrogen oksida, dan ozon. Semakin banyak gas rumah kaca dimiliki oleh
sebuah planet, maka planet tersebut akan semakin panas. Planet Venus memiliki gas rumah kaca yang
sangat tebal, menjadikannya planet terpanas di tata surya, mengalahkan planet Merkurius yang lebih
dekat dengan matahari.

49
Jumlah gas rumah kaca yang terdapat di bumi tidaklah tetap. Berbagai proses yang ada di bumi
mempengaruhi jumlah gas rumah kaca dan secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya perubahan
iklim. Sejak Revolusi Industri, emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia terus meningkat,
menyebabkan peningkatan laju pemanasan global yang terjadi hingga saat ini.

• Aerosol

Partikel-partikel padat atau cair yang mengambang di udara disebut sebagai aerosol. Aerosol dapat
disebabkan oleh letusan gunungapi dan polusi udara dari aktivitas manusia. Aerosol yag beterbangan
di atmosfer akan menghalangi radiasi matahari yang masuk dan menyebabkan penurunan suhu bumi.
Fenomena tersebut disebut sebagai global dimming.

• Aktivitas Matahari

Radiasi yang dikeluarkan oleh matahari bersifat tidak stabil dan dapat berubah-ubah. Perubahan radiasi
tersebut juga dapat mempengaruhi perubahan iklim di bumi.

• Perubahan Orbit Bumi

Kemiringan sumbu rotasi bumi dan bentuk elips dari orbit bumi terhadap matahari mengalami
perubahan dalam jangka waktu puluhan ribu tahun, dalam sebuah siklus yang disebut sebagai Siklus
Milankovitch. Perubahan ini dapat mempengaruhi banyaknya radiasi matahari yang masuk ke bumi.
Perubahan inilah yang mempengaruhi terjadinya beberapa zaman es pada berbagai waktu dalam
sejarah bumi. Selama beberapa ribu tahun, siklus Milankovitch menyebabkan trend pendinginan
musim panas di belahan bumi utara. Namun, pengaruh gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas
manusia lebih besar dibandingkan dengan pengaruh siklus Milankovitch tersebut, sehingga trend
pemanasan global terus berlanjut hingga saat ini.

Pemanasan global yang diakibatkan oleh aktivitas manusia merupakan gangguan eksternal
terhadap sistem iklim dunia. Sistem iklim dunia memiliki berbagai macam umpan balik (feedback)
yang dapat memperbesar dampak pemanasan global (umpan balik positif) maupun memperkecil
dampak pemanasan global tersebut (umpan balik negatif). Berikut adalah beberapa umpan balik positif
pemanasan global:

• Pelepasan Metana

Metana adalah gas rumah kaca yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Metana tersimpan dibawah
permukaan bumi yang beku seperti Siberia, Arktik, dan Antartika. Metana juga tersimpan dalam
bentuk hidrat, yang berada di dalam kristal-kristal es. Ketika suhu udara di bumi meningkat akibat gas
rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, lapisan es di Arktik dan Antartika mencair dengan
cepat. Tanah beku (permafrost) yang berada di daerah-daerah dingin juga mengalami pencairan.

50
Pencairan es dan tanah beku akan melepaskan gas metana ke udara, menambah jumlah gas rumah kaca
di atmosfer, dan memperparah pemanasan global.

• Desertifikasi

Pemanasan global menyebabkan kekeringan di berbagai tempat. Penelitian menunjukkan bahwa area
gurun di bumi terus mengalami perluasan akibat perubahan iklim dan erosi tanah. Peristiwa
berubahnya tanah yang kering menjadi gurun disebut sebagai desertifikasi. Proses desertifikasi akan
mematikan vegetasi alami suatu tempat. Kematian vegetasi tersebut akan melepaskan karbon ke udara
dan menyebabkan peningkatan laju pemanasan global.

• Kebakaran Hutan

Kekeringan pada hutan akan memperbesar risiko kebakaran hutan. Hutan menyimpan banyak karbon
dalam bentuk organik. Kebakaran hutan akan melepaskan banyak karbon yang tersimpan di hutan
menjadi karbondioksida di udara.

• Mencairnya es di Kutub

Karena berwarna terang, es adalah benda yang efektif dalam memantulkan radiasi matahari. Benda-
benda berwarna terang/putih memiliki albedo yang tinggi, sehingga akan banyak memantulkan cahaya
dibandingkan menyerapnya. Ketika es di kutub mencair akibat pemanasan global, albedo global di
bumi akan menurun, sehingga menyebabkan semakin banyak radiasi yang terserap oleh bumi. Hal
tersebut semakin meniningkatkan laju pemanasan global.

Selain umpan balik positif, sistem iklim dunia juga memiliki umpan balik negatif terhadap
pemanasan global. Namun, dampaknya tidak sebesar umpan balik positif. Pemanasan atmosfer akan
menyebabkan semakin banyak terbentuknya awan, dan karena awan putih memiliki albedo yang
tinggi, penyerapan radiasi matahari akan berkurang. Salah satu umpan balik negatif berasal dari
mekanisme radiasi benda hitam. Menurut Hukum Stefan-Boltzman, semakin panas suatu benda, benda
tersebut akan semakin banyak memantulkan radiasi yang datang kepadanya. Hal yang sama juga
berlaku untuk bumi. Semakin banyak radiasi yang dipantulkan oleh bumi, maka laju pemanasan global
akan berkurang.

Dampak dari pemanasan global sangat meluas dan mempengaruhi berbagai bidang. Berikut
adalah dampak-dampak perubahan iklim:

• Dampak Perubahan Iklim pada Lingkungan

Dampak terbesar pemanasan global terhadap lingkungan adalah meningkatnya permukaan air laut
akibat hilangnya gletser dan lapisan es di kutub. Cuaca ekstrim seperti gelombang panas, siklon tropis,

51
dan tornado juga akan meningkat seiring dengan pemanasan global. Pemanasan global bahkan dapat
menyebabkan musim dingin yang semakin dingin akibat kacaunya arus laut di dunia yang berguna
untuk menyebarkan panas. Meningkatnya kadar karbon di udara akan berpengaruh ke samudera
melalui proses ocean acidification. Tingkat keasaman samudera akan meningkat akibat masuknya
unsur karbon, menyebabkan kematian terumbu karang dan berubahnya ekosistem.

• Dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan

Pemanasan global akan meningkatkan probabilitas cuaca buruk yang sangat menggangu kehidupan
manusia. Hujan badai akan meningkatkan aerosol di udara dan menyebabkan gangguan saluran
pernapasan. Korban jiwa dan korban luka juga dapat timbul akibat cuaca buruk seperti banjir bandang
dan longsor. Iklim yang menghangat dapat menyebabkan mewabahnya penyakit tifus dan malaria.

• Dampak Perubahan Iklim di bidang Ekonomi

Pemanasan global akan menyebabkan dampak negatif pada pertanian di daerah tropis akibat
kekeringan dan cuaca buruk. Pada daerah subtropis dan dingin, dampak pemanasan global dapat
bersifat negatif atau positif bagi pertanian. Pemanasan global juga dapat menyebabkan berkurangnya
pasokan listrik (terutama hidroelektrik), dan menambah beban listrik di perkotaan akibat pemakaian
pendingin udara secara ekstensif.

• Dampak Perubahan Iklim di bidang Pertahanan dan Keamanan

Kenaikan muka air laut akan melenyapkan pulau-pulau kecil yang rendah. Sebagai negara maritim,
Indonesia dapat kehilangan pulau-pulau terluar sebagai batas negara. Garis pantai yang mundur ke
darat juga akan mempersempit wilayah negara dan mengaburkan batas-batas internasional. Negara-
negara seperti Maladewa dan Bangladesh juga akan banyak kehilangan sebagian besar wilayah
negaranya apabila kenaikan muka air laut semakin parah. Hal tersebut akan menimbulkan banyaknya
orang yang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa menjadi pengungsi ke negara lain.

Pada tahun 2013, Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC), sebagai sebuah badan
antarpemerintahan yang bertujuan memberikan pengetahuan yang objektif mengenai perubahan iklim
menyimpulkan bahwa hampir dapat dipastikan bahwa penyebab dominan dari perubahan iklim yang
terjadi saat ini adalah pengaruh dari aktivitas manusia, selain daripada siklus iklim itu sendiri. Namun,
pemanasan global merupakan isu yang sangat kontroversial, terutama apabila dikaitkan dengan
permasalahan politik dan ekonomi. Saat ini, hampir semua negara telah menjadi anggota dari United
Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) yang bertujuan untuk mencegah
pengaruh berbahanya manusia terhadap sistem iklim dunia, terutama dalam hal emisi gas rumah kaca.
UNFCC berhasil membentuk perjanjian internasional sebagai aksi nyata dalam mewujudkan
tujuannya. Diantara perjanjian internasional tersebut antara lain:

52
• Kyoto Protocol (1997), bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca pada negara maju. Negara
berkembang tidak memiliki target mengikat dalam menurunkan emisi gas rumah kacanya. Gas
rumah kaca yang dibatasi adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O),
dan sulfur heksaflorida (SF6). Gas hidroflorokarbon (HFC) dan perflorokarbon (PFC) sebagai
gas perusak lapisan ozon juga dibatasi. Sebelumnya, pada tahun 1987, Protokol Montreal
(bukan bagian dari UNFCC) telah melakukan pembatasan terhadap penggunaan gas
klorofluorokarbon (CFC) yang juga merupakan gas perusak ozon, sehingga gas CFC tidak
dimasukkan kedalam Protokol Kyoto.

• Paris Agreement (2015), bertujuan menjaga kenaikan suhu rata-rata bumi dibawah 2°C dari
suhu rata-rata pada masa pra-industri. Perjanjian Paris menetapkan target kenaikan suhu rata-
rata bumi tidak lebih dari 1,5°C. Dalam perjanjian ini, tiap negara wajib menentukan,
merencanakan, dan melaporkan kontribusinya masing-masing dalam melakukan mitigasi
pemanasan global.

J. Pengukuran dan Penyajian Data Cuaca

1. Pengukuran Cuaca Konvensional

Berbagai instrumen dan peralatan untuk mengukur kondisi atmosfer sangatlah penting untuk
menyediakan informasi cuaca maupun sebagai data penelitian cuaca dan iklim. Instrumen dan
peralatan tersebut biasanya diletakkan di sebuah stasiun cuaca yang dikelola oleh badan meteorologi
setempat. Sebuah stasiun cuaca dapat berada di darat maupun laut. Di lautan, stasiun cuaca dapat
dipasang dalam sebuah kapal cuaca (weather ship) atau pelampung cuaca (weather buoy). Instrumen
cuaca juga dapat dipasang di pesawat terbang. Instrumen dan peralatan konvensional yang digunakan
dalam pengukuran cuaca antara lain adalah:

• Termometer, untuk megukur suhu udara maupun permukaan bumi dan laut. Termometer klasik
berisikan air raksa yang dapat memuai jika memanas. Skala yang digunakan dalam termometer
umumnya adalah celcius atau fahrenheit.

• Barometer, unruk mengukur tekanan udara. Alat pencatatnya disebut barograph. Sebelum
ditemukannya barometer mikroelektromekanik yang saat ini bahkan sudah dapat terpasang di
telepon genggam, barometer klasik menggunakan berbagai metode untuk mengukur tekanan
udara. Barometer klasik dapat diisi menggunakan air (Goethe Barometer), air raksa, minyak,
ataupun tanpa cairan apapun (barometer aneroid). Barometer aneroid menggunakan kotak kecil

53
fleksibel yang dibuat dari logam berilium yang mampu mengembang dan mengempis seiring
dengan berubahnya tekanan udara.

Gambar 1.33. Barometer Aneroid dan Barometer Goethe

• Higrometer, untuk mengukur kelembaban udara. Alat pencatatnya disebut hygrograph.


Sebelum ditemukannya higrometer modern yang mengandalkan konduktivitas termal dan atau
arus listrik, pengukuran kelembaban udara yang akurat dapat dilakukan dengan menggunakan
dua buah termometer khusus yang disebut Pshycrometer. Salah satu termometer dijaga agar
tetap basah menggunakan sumbu, sedangkan termometer lainnya dibiarkan kering. Jika suhu
udara diatas titik beku, air dalam sumbu akan mengalami evaporasi sehingga akan menurunkan
suhu udara yang terekam di termometer basah. Kelembaban udara relatif dapat diukur
menggunakan suhu udara sebenarnya di termometer kering dan perbedaan suhu udara antara
termometer basah dan kering. Hubungan antara suhu termometer basah (wet bulb) dan
termometer kering (dry bulb) dengan kelembaban udara relatif dan tekanan uap dapat diketahui
menggunakan diagram psikrometrik seperti yang ada dibawah ini:

54
Gambar 1.34 Diagram Psikrometrik untuk ketinggian 0 m dpl.

• Anemometer, untuk mengukur kecepatan angin. Anemometer klasik dibagi menjadi dua
bagian, yakni wind vane yang digunkan untuk menentukan arah angin dan wind cup yang dapat
berputar untuk menentukan kecepatan angin.

Gambar 1.35. Cup Anemometer, Campbell-Stokes Recorder dan Pshycrometer dalam sangkar.

• Piranometer, untuk mengukur kekuatan radiasi matahari. Piranometer menggunakan teknologi


termofilik maupun semikonduktor silikon yang sensitif terhadap cahaya.

55
• Sunshine Recorder, untuk mengukur dan mencatat lamanya matahari bersinar. Salah satu jenis
sunshine recorder yang paling banyak digunakan adalah Campbell-Stokes recorder. Alat ini
berupa bola kristal yang mampu memfokuskan cahaya matahari untuk membuat lubang
bakaran pada kartu dibawahnya. Banyaknya lubang menyatakan berapa lama waktu matahari
bersinar terik dalam satu hari.

• Rain-Gauge, yaitu alat yang menampung dan mengukur banyaknya curah hujan.

• Atmometer atau Evaporimeter, untuk mengukur tingkat evaporasi air ke atmosfer. Bentuk
sederhana dari alat ini adalah panci terbuka yang diisi air dan dibiarkan menguap. Alat ini
banyak digunakan pada bidang pertanian untuk mengukur laju evapotranspirasi tanaman dan
menentukan banyaknya pengairan yang dibutuhkan untuk tanaman tersebut. Dengan alat ini,
petani tidak memerlukan berbagai instrumen stasiun cuaca jika mereka hanya ingin mengukur
evapotranspirasi saja.

• Disdrometer, untuk mengukur distribusi ukuran dan kecepatan dari jatuhnya presipitasi. Alat
ini dapat memebedakan bentuk-bentuk presipitasi seperti hujan, gerimis, salju, maupun hujan
es.

• Ceilometer, untuk mengukur ketinggian awan dan konsentrasi aerosol di udara menggunakan
sinar laser.

• Transmissometer, untuk mengukur jarak pandang (visibilitas) dengan meggunakan sinar laser.
Alat ini banyak dipakai pada bidang penerbangan. Secara umum, jarak pandang dapat diukur
secara langsung oleh mata manusia tanpa bantuan alat apapun.

2. Pengukuran Cuaca menggunakan Penginderaan Jauh

Selain menggunakan metode-metode konvensional, pengukuran unsur-unsur cuaca juga dapat


dilakukan menggunakan metode tidak langsung atau yang disebut sebagai penginderaan jauh.
Penginderaan jauh memungkinkan seseorang mengambil data cuaca di suatu tempat tanpa harus
berhubungan langsung dengan tempat tersebut. Teknologi ini memungkinkan pemantauan cuaca dan
iklim secara global tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. Teknologi penginderaan jauh yang dapat
dipakai dalam pengukuran cuaca antara lain sebagai berikut:

56
• Radar Cuaca, atau yang disebut sebagai weather surveillance radar (WSR) adalah sistem
pendeteksi objek yang menggunakan gelombang radio untuk mengamati unsur-unsur cuaca,
terutama pergerakan angin dan presipitasi. Radar cuaca modern menggunakan prinsip efek
doppler dalam menentukan pergerakan suatu objek. Gelombang radio yang dipancarkan oleh
antena radar akan dipantulkan setelah mengenai objek dan kembali ditangkap oleh radar. Radar
cuaca bermanfaat dalam mendeteksi kemunculan cuaca buruk seperti siklon tropis, tornado,
dan badai petir.

Gambar 136. Tampilan output sebuah radar cuaca. Perhatikan


bahwa daya jangkau radar tidak persis berupa lingkaran karena
adanya rintangan topografis

• Satelit Cuaca, yang dapat mengamati berbagai macam fenomena cuaca seperti sistem awan,
kebakaran lahan, aurora, badai pasir, hingga arus laut menggunakan sensor yang mampu
menangkap spektrum elektromagnetik, baik cahaya tampak (digunakan dalam pengamatan
awan) maupun inframerah (digunakan dalam pencitraan termal). Berbagai negara telah
mengembangkan teknologi satelit cuaca, seperti satelit GOES dan NOAA (Amerika Serikat),
MTSAT dan Himawari (Jepang), Elektro-L dan Meteor (Rusia), Meteosat (Eropa), Fengyun
(Tiongkok), dan INSAT (India)

• Balon Cuaca, merupakan balon berisi helium atau hidrogen yang diterbangkan pada ketinggian
tertentu dengan membawa instrumen-instrumen yag mampu memberikan infromasi mengenai
tekanan udara, suhu udara, kelembaban, dan kecepatan angin dalam alat kecil yang disebut
radiosonde. Radiosonde dapat menggunakan radar ataupun memberikan informasi arah dan
pergerakan balon melalui GPS untuk menentukan kecepatan angin. Radiosonde yang
digunakan tanpa balon cuaca, melainkan dijatuhkan dari pesawat, disebut Dropsonde. Balon

57
cuaca akan terus bergerak naik hingga balon tersebut pecah akibat tekanan udara di sekitarnya
yang rendah. Balon cuaca dapat mencapai ketinggian ketinggian hingga 21 km, atau berada di
stratosfer. Setelah balon cuaca meletus, radiosonde akan jatuh ke bumi menggunakan parasut

Gambar 1.37. Balon Cuaca dan


Radiosonde

kecil. Saat ini, terdapat ribuan stasiun cuaca yang menerbangkan radiosonde tiap harinya di
seluruh dunia. Meskipun teknologi radar dan satelit cuaca saat ini telah menjadi sumber utama
data atmosfer, observasi menggunakan radiosonde tetap digunakan karena radiosonde
memiliki ketelitian vertikal dan daya jangkau yang tinggi dibandingkan radar dan satelit.

3. Penyajian Data Cuaca

Data cuaca yang telah didapatkan melalui observasi. baik menggunakan peralatan
konvensional maupun penginderaan jauh, kemudian diolah untuk menghasilkan informasi yang dapat
digunakan oleh berbagai kalangan. Berikut adalah berbagai bentuk penyajian data cuaca:

a. Diagram Iklim

58
Diagram iklim (climate diagram), adalah diagram yang menunjukkan data iklim suatu daerah.
Umumnya, diagram iklim menunjukkan data variasi curah hujan dan suhu rata-rata bulanan di suatu
tempat.

Gambar 1.38. Diagram Iklim untuk Turki.

Gambar 1.39. Data iklim yang diajikan dalam bentuk tabel berwarna.

b. Peta Cuaca

59
Peta cuaca adalah peta yang menggambarkan berbagai karakteristik unsur-unsur cuaca pada
suatu tempat dan suatu waktu dengan menggunakan berbagai simbol yang memiliki arti-arti tertentu.
Peta cuaca umumnya mencakup wilayah yang luas dan disajikan dengan skala horizontal lebih dari
1000 km, atau disebut sebagai skala sinoptik. Salah satu fitur peta cuaca adalah adanya garis-garis
yang memiliki nilai sebuah unsur yang sama, atau yang disebut sebagai isoline. Isoline dapat
menunjukkan nilai suhu udara yang sama (isotherm), tekanan udara yang sama (isobar), curah hujan
yang sama (isohyet), kecepatan angin yang sama (isotach), dan sebagainya.

Peta Pengamatan Permukaan (surface weather analysis) atau Peta Sinoptik memiliki simbol

Gambar 1.40. Sebuah peta cuaca yang menunjukkan kondisi tekanan udara di
wilayah Amerika. Garis abu-abu menunjukkan daerah yang memiliki nilai tekanan
udara yang sama (isobar). Huruf H biru menunjukkan wilayah pusat tekanan tinggi,
sedangkan huruf L merah menunjukkan wilayah pusat tekanan rendah. Garis
bergerigi menunjukkan jenis-jenis pertemuan massa udara (front)

standar yang digunakan untuk menjelaskan unsur-unsur meteorologis. Berikut adalah standar
penyajian sebuah peta sinoptik:

60
Gambar 1.41. Standar penyajian simbol sinoptik

• Suhu udara

Nilai suhu udara dinyatakan dalam derajat celcius dan diletakkan di pojok kiri atas

• Titik embun

Nilai titik embun dinyatakan dalam derajat celcius dan diletakkan di bagian kanan bawah

• Tekanan udara

Nilai tekanan udara diletakkan di bagian kanan atas. Tekanan udara dinyatakan dalam satuan milibar
(mb). Dalam pelaporan tekanan udara, apabila nilai tekanan udara yang dilaporkan lebih dari 500,
maka tempatkan angka 9 di awal dan bagi dengan 10. Misal, 654 menjadi 965,4 mb. Apabila nilai
tekanan udara yang dilaporkan kurang dari 500, maka tempatkan angka 10 di awal dan bagi dengan
10. Misal, 013 menjadi 1001,3 mb.

• Kecepatan dan arah angin

Arah angin dilambangkan dengan garis yang menempel dengan lingkaran utama. Arah garis
menunjukkan arah datangnya angin. Pada ujung garis terdapat simbol gerigi atau bendera yang
menyatakan besarnya kecepatan angin dalam satuan knot.

• Perawanan

Tutupan awan dinyatakan dalam satuan perdelapan dan disimbolkan dengan warna hitam di dalam
lingkaran.

61
• Kondisi cuaca

Tiap kondisi cuaca memiliki simbol yang berbeda-beda dan diletakkan di bagian kiri.

Gambar 1.42. Contoh sebuah pelaporan cuaca. Suhu


udara 26°C, titik embun 20°C, tekanan udara sebesar
1002 mb, arah angin berasal dari barat laut dengan
kecepatan 25 knot, cuaca gerimis dengan tutupan
awan di langit sebesar 7/8.

62
BAB II Oseanografi
A. Pengantar

Oseanografi adalah cabang ilmu bumi yang mempelajari samudera dan lautan secara biologis,
kimiawi, fisik, dan geologis. Oseanografi merupakan ilmu terapan dalam pemanfaatan sumber daya
kelautan, dimana laut dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia serta menjadi subjek
penelitian dalam menganalisa dan meramalkan permasalahan global yang berkaitan dengan ilmu
kelautan.

Berikut adalah timeline dari sejarah ilmu oseanografi

❑ Aristotales dan Strabo mengamati pasang laut

❑ Sebelum abad ke 16, oseanografi hanya sebatas memetakan laut untuk pelayaran dan
pengamatan terhadap laut hanya terbatas pada permukaanya

❑ Benjamin Franklin melakukan studi ilmiah pertama tentang Arus Teluk pada 1769-1770

❑ Sir James Clark Ross melakukan penggaungan modern pertama di laut pada tahun 1840

❑ Charles Darwin mengajukan teori pembentukan atol

❑ Lembah curam (continental slope) dibalik landas kontinen ditemukan pada 1859

❑ Pada tahun 1858, Pematang Tengah Samudera ditemukan secara tidak sengaja saat melakukan
pemasangan kabel telegraf transatlantik.

❑ Pada tahun 1962, Hary Hess mempublikasikan karya ilmiah yang mendukung hipotesa
pengapungan benua (yang ketika itu ditolak oleh kalangan saintifik) dengan membuktikan
adanya pembentukan kerak muda di pematang tengah samudera.

B. Laut dan Samudera

Samudera merupakan daerah yang sangat luas dan tergenangi oleh air asin. Sedangkan, laut
adalah bagian dari samudera sebagian tertutup oleh daratan . Laut dapat diklasifikaiskan menjadi:

1. Laut Berdasarkan Proses Terjadinya

a) Laut Transgresi, Laut transgresi atau laut yang meluas; laut jenis ini terjadi karena
permukaan air laut yang naik.
63
b) Laut Ingresi, Laut ingresi atau laut turun; laut jenis ini terjadi karena adanya penurunan
dasar laut karena tenaga tektonik. Contoh laut ingresi antara lain laut Karibia.

c) Laut Regresi, Laut regresi atau laut menyempit; laut jenis ini terjadi karena permukaan
air laut yang turun. Turunnya permukaan air laut ini disebabkan oleh pembekuan air di daerh kutub
pada awal zaman es.

2. Laut Berdasarkan Letaknya

a) Laut pedalaman; laut yang terletak di daerah pedalaman. Seluruh atau hampir seluruh laut itu
dikelilingi oleh daratan yang luas. Contoh laut pedalaman antara lain laut Kaspia, Laut Hitam,
dan Laut Baltik.

b) Laut tengah; laut yang terletak diantara dua benua, misalnya laut Karibia yang menghubungkan
Amerika Utara dan Amerika Selatan dengan gugusan pulau-pulau Antile Besar, Laut
Mediterania yang menghubungkan antara benua Afrika dan Eropa.

c) Laut tepi; laut yang terletak di tepi benua dan terpisah dengan lautan karena adanya gugusan
pulau. Contoh laut tepi antara lain Laut Cina Selatan dan Laut Jepang, dll.

3. Laut Berdasarkan Kedalaman

a) Laut dangkal adalah laut yang dalamnya kurang dari 200 meter;

b) Laut dalam adalah laut yang dalamnya lebih dari 200 meter.

Daerah atau zona laut yang tertutup air dibedakan menjadi zona litoral, zona neritic, zona
bahtyal, zona abisal, dan zona hadal.

a) Zona litoral adalah zona dimana waktu terjadi pasang air laut daerah tersebut tertutup air,
sedangkan waktu terjadi surut daerah tersebut tidak tertutup air (kering);

b) Zona neritic adalah zona yang dalamnya kurang dari 200 meter;

c) Zona bathyal adalah zona yang dalamnya antara 200 – 1500 meter;

d) Zona abisal adalah zona yang dalamnya antara 1500 – 6000 meter;

e) Zona hadal adalah zona yang dalamnya lebih dari 6000 meter.

4. Laut Berdasarkan Wilayah

64
a. Laut Teritorial

Setiap negara mempunyai hak untuk menetapkan lebar laut teritorialnya tudak melebihi 12 mil
laut yang diukur dari garis pangkal. Garis pangkal normal (normal baseline) dan garis pangkal lurus
(straight baseline) adalah untuk menetapkan lebar laut territorial.

b. Batas Landas Kontinen

Pengertian landas kontinen menurut Pasal 76 Konvensi Hukum Laut 1982 adalah:

i. Dasar laut dan tanah di bawahnya yang terletak di luar laut territorialnya sepanjang adanya
kelanjutan ilmiah dari wilayah daratannya sampai pinggiran tepi kontinen; atau

ii. Dasar laut dan tanah di bawahnya sampai jarak 200 mil laut dari garis pangkal dimana laut
territorial diukur;

iii. Landas kontinen dimungkinkan di bawahnya sampai jarak 200 mil laut dari garis pangkal
dimana laut territorial diukur;

iv. Landas kontinen dimungkinkan mencapai 350 mil laut dari garis pangkal dimana laut territorial
diukur; atau

v. Tidak melebihi 100 mil laut laut dari kedalaman (isobath) 2500 meter.

c. Zona Ekonomi Eksklusif

Konvensi Hukum Laut 1982 telah mengatur secara lengkap tentang zona ekonomi eksklusif
yang mempunyai sifat sui generis atau specific legal regime, yang menjelaskan bahwa Zona ekonomi
eksklusif adalah daerah di luar dan berdamping dengan laut territorial yang tunduk pada rejim hukum
khusus dimana terdapat hak-hak dan jurisdiksi negara pantai, hak dan kebebasan negara lain yang
diatur oleh konvensi. Lebar zona ekonomi eksklusif bagi setiap negara pantai adalah 200 mil laut
sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 57 Konvensi yang berarti zona ekonomi eksklusif tidak boleh
melebihi 200 mil laut dari garis pangkal dimana laut territorial diukur (Departemen Kelautan dan
Perikanan, 2008).

d. Perairan Internasional

Semua negara mempunyai kebebasan di laut lepas (freedom of the high seas), yaitu kebebasan
untuk berlayar, terbang, menangkap ikan, memasang kabel bawah laut, dan melakukan riset ilmiah
selama tidak dilarang oleh komunitas internasional.

65
C. Sirkulasi Samudera (Arus)

Arus laut merupakan bentuk sirkulasi samudera dimana terjadi pergerakan massa air laut secara
kontinyu. Arus laut dapat dibedakan menjadi dua, yakni Arus Permukaan (Surface Currents) dan Arus
Dalam (Deep Currents).

Arus Permukaan Arus Dalam (Deep


(Surface Current) Current)

Bergerak secara horizontal Bergerak vertikal, atau


di area permukaan laut. setidaknya memiliki komponen
vertikal di dalam pergerakannya.

Dipengaruhi oleh sirkulasi Dipengaruhi oleh


atmosfer/ angin (Wind-Driven) perbedaan densitas akibat suhu &
salinitas (Thermohaline)

Pergerakannya lebih cepat Pergerakannya lebih


lambat

Berperan menyalurkan Berperan menyalurkan


panas dari daerah hangat menuju oksigen ke dalam lautan
daerah yang lebih dingin.

Mempengaruhi iklim Lebih mempengaruhi


pesisir kehidupan bawah laut

Peta Arus Permukaan Global

66
Peta Arus Dalam Global

D. Gelombang

67
Menurut Garrison (2008), gelombang adalah objek besar yang bergerak, atau ayunan air yang bergerak
sepanjang permukaan laut.

Menurut Lanuru (2011) gelombang adalah deretan pulsa- pulsa yang berurutan yang terlihat sebagai
perubahan ketinggian permukaan air laut, yaitu dari elevasi maksimum (puncak) ke elevasi minimum
(lembah).

Gelombang dapat dilklaisfikasikan menjadi:

Periode Panjang Gelombang Jenis Gelombang

0 – 0,2 Detik Beberapa centimeter Riak (Riplles)

0,2 – 0,9 Detik Mencapai 130 meter Gelombang Angin

0,9 -15 Detik Beberapa ratus meter Gelombang Besar (Swell)

15 – 30 Detik Ribuan meter Long Swell

Gelombang dengan periode yang


0,5 menit – 1 jam Ribuan kilometer
panjang (termasuk Tsunami)

5, 12, 25 jam Beberapa kilometer Pasang surut

Gelombang disebabkan oleh:

1. Seiche

Gelombang yang saling berlawanan arah pada perairan tertutup dengan satu titik amfidromik

2. Angin

Penyebab utama terjadinya gelombang. Fetch adalah lebar dan jarak dimana angin bertiup.

3. Gelombang internal

68
Perbedaan kepadatan vertikal pada posisi yang berdampingan dan slaing berinteraksi satu sama lain

4. Badai

Siklon tropis dapat menyebabkan terdorongnya air oleh angin dan menimbulkan storm surge

5. Longsoran Laut

Arus turbidit yang dihasilkan oleh longsoran laut juga dapat menimbulkan gelombang

6. Tsunami

Tsunami dapat disebabkan berbagai macam hal. Pengaruh morfologi pantai terhadap gelombang
tsunami antara lain:

• Wave shoaling (meningginya gelombang saat bergerak ke tempat yang lebih dangkal)

• Wave dumping (mengeclnya energi gelombang karena gesekan dengan dasar pantai)

7. Pasang surut: Disebabkan oleh gaya gravitasi bulan dan matahari

BAB III Geografi Ekonomi


69
1. Pengertian

Geografi Ekonomi adalah ilmu yang mempajari variasi keruangan di permukaan bumi dan
pengaruhnya terhadap aktivitas produksi, distribusi, dan konsumsi benda.

Jenis-jenis Aktivitas Ekonomi: Produksi (Primer, Sekunder, Tersier, Kuarter, Kuiner), Pertukaran
(Lokasi, Kepemilikan), dan Konsumsi

Perkembangan Ekonomi Dunia: Hunter Gatherer> Revolusi Neolitikum> Revolusi Industri>


Globalisasi

2. Globalisasi

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia,
produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.

Faktor Penyebab Globalisasi

❑ Meningkatnya penggunaan teknologi

❑ Liberalisasi perdagangan antar-negara

❑ Berkembangnya sektor jasa untuk menopang bisnis antar-negara

❑ Meningkatnya tekanan konsumen

❑ Meningkatnya kompetisi global

❑ Berubahnya situasi politik

❑ Meluasnya perusahaan antar-negara

Globalisasi ditentang oleh teori Triadisasi (Kenichi Ohmae), yang menyatakan pengaruh ekonomi,
sosio-kuultural, dan politik dunia hanya berpusat pada tiga sumbu utama, yakni:

• Uni Eropa

• Amerika Utara (AS dan Kanada)

• Negara-negara Oriental/ 4 Macan Asia (Hong-Kong, Korea Selatan, Taiwan, Singapura)

70
3. Sistem Ekonomi

Terdapat empat sistem ekonomi utama di dunia, yakni; Liberalis Kapitalis, Sosialis Komunis,
Campuran, dan Syariah. Perekonomian juga dapat dibedakan berdasarkan Tahap Perkembangannya
(Rostow), yakni:

BAB IV Geografi Kota, Pembangunan, dan Teori Keruangan

71
Definisi Kota

• Kota (city): Tempat dimana konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya karena
terjadinya pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas
penduduknya.

• Kota (city): Pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah
administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan, serta permukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan (Pemendagri No. 2/1987).

• Pengertian kota (city)dilihat dari berbagai aspek

LINGKUP PENGERTIAN KOTA

Fisik Suatu wilayah dengan wilayah terbangun (buit up area) yang lebih
padat dibandingkan dengan area sekitarnya

Demografis Wilayah dimana terdapat konsentrasi penduduk yang dicerminkan


oleh jumlah dan tingkat kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan keadaan di wilayah sekitarnya

Sosial Suatu wilayah dimana terdapat kelompok-kelompok sosial

masyarakat yang heterogen (tradisional – modern, formal

informal, maju – terbelakang, dsb)

Geografis Suatu wilayah dengan wilayah terbangun yang lebih padat


dibandingkan dengan area sekitarnya

Statistik Suatu wilayah yang secara statistik besaran atau ukuran jumlah
penduduknya sesuai dengan batasan atau ukuran untuk kriteria kota

Ekonomi Suatu wilayah dimana terdapat kegiatan usaha yang sangat beragam
dengan dominasi di sektor non pertanian, seperti perdagangan,
perindustrian, pelayanan jasa, perkantoran, pengangkutan, dll

Administrasi Suatu wilayah yang dibatasi oleh suatu garis batas

72
kewenangan administrasi pemerintah yang ditetapkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu

• Perkotaan (urban): Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi .

• Kawasan perkotaan juga dapat beraglomerasi membentuk suatu metropolitan → pengertian dan
contoh metropolitan.

Klasifikasi Kota

• Kota sebagai “node” (kota sebagai bagian dari konstelasi regional) VS Kota sebagai “area” (kota
sebagai ruang perencanaan)

• Berdasarkan ukuran (jumlah penduduk): 1) Kota Raya (Metropolitan) : > 1.000.000, 2) Kota Besar:
500.000 – 1.000.000, 3) Kota Sedang : 100.000 – 500.0000, 4) Kota Kecil: < 100.000

• Berdasarkan fungsi (misalnya dalam konteks Indonesia): Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Setiap negara, bergantung pada sistem
perencaannya masing-masing dapat memiliki klasifikasi yang berbeda.

• Klasifikasi kota menurut Harris dan Ullman, berdasarkan fungsi: 1) Central places (service centers
for local hinterland), 2) Transportation cities (break-bulk and allied for larger regions), and 3)
Specialized-function cities.

Elemen Perkotaan

• Doxiadis: Alam (nature), Individu manusia (Antropos), Masyarakat (Society), Ruang


kehidupan (Shells), Jaringan (Network)

• Patrick Geddes: Place, Work, Folk

73
• Kevin Lynch: The image of the city (1960) → Sifat suatu obyek fisik yang menyebabkan
kemungkinan besar membuat citra yang kuat pada setiap orang → di dalam kota: path, edge,
district, node, dan landmark.

• Kus Hadinoto: Wisma, Marga, Suka, Penyempurna

• Elemen kota yang membentuk kota umumnya adalah: pusat kegiatan/pelayanan, kawasan
fungsional, dan jaringan (misalnya transportasi)

Teori Perencanaan Kota

• Perencanaan Kota atau Manajemen Kota (Caroll, N.D.R., 1993)

Perencanaan kota → lebih memperhatikan pada persiapan dan antisipasi kondisi kota pada masa yang
akan datang, dengan titik berat pada aspek spasial dan tata guna lahan; Manajemen Kota → lebih
memperhatikan kegiatan yang akan segera dilakukan dengan titik berat pada aspek intervensi dan
pelayanan publik yang akan berimplikasi pada kondisi kota secara keseluruhan.

• Prencanaan kota memiliki urgensi untuk dapat menyelesaikan persoalan sebagai berikut: Excessive
size, Overcrowding, Shortage of urban services, Slums and squatter settlements, Traffic
congestion, Lack of social responsibility, Unemployment & underemployment, Racial & social
issues, Westernization vs modernization, Environmental degradation, Urban expansion and loss
of agricultural land, Administrative organization

74
• Statistik menunjukkan bahwa pada dekade ini, lebih dari 50% masyarakat dunia telah tinggal dan
memiliki penghidupan di kota dan wilayah perkotaan.

• Secara umum, 50 – 60% GDP suatu wilayah digerakkan oleh kegiatan ekonomi di kawasan
perkotaan,misalnya melalui kegiatan industri, perdagangan, dan jasa → city as the engine of
economic growth

• Perencanaan kota juga memiliki urgensi untuk menata struktur dan relasi sosial masyarakat karena
berbeda dengan masyarakat perdesaan yang cenderung homogeny, masyarakat perkotaan adalah
terdiri atas berbagai macam kelas dan etnis (heterogen). Dalam hal ini, perencanaan kota juga
memiliki fungsi untuk menjaga stabilitas sosial.

Tata Guna Lahan Perkotaan

• Komponen penggunaan lahan di wilayah perkotaan, terbagi atas kawasan budidaya dan kawasan
lindung.

• Ciri penggunaan kawasan budidaya di perkotaan → mixed use

• Kawasan lindung perkotaan → ruang terbuka hijau, ruang terbuka non-hijau, hutan kota.

• Konsep terkini penggunaan lahan di perkotaan → Compact city

Fenomena Perkembangan Perkotaan

• Perkembangan kota (dengan menggunakan pendekatan morfologi kota) → Ditekankan pada


bentuk-bentuk fisikal kawasan perkotaan yang tercermin dari jenis penggunaan lahan, sistem
jaringan jalan, dan blok-blok bangunan.

• Townscape, Urban sprawl, Pola jalan → sebagai indikator untuk melihat urban form, pola fisik
atau susunan elemen fisik kota. Kota dapat diklasifikasikan sebagai kota dengan “bentuk kompak”
dan “tidak kompak”

75
• Urban sprawl

• Urban sprawl refers to the areal expansion of urban


concentrations beyond what they have been. Urban
sprwal involves the conversion of land peripheral to
urban centers that has previously been used for non
urban uses to one or more urban uses (Northam, 1975).
Proses perluasan/perembetan kawasan terbangun kota
ke arah luar sebagai dampak dari meningkatnya jumlah
penduduk dan kegiatan perkotaan.

Teori struktur, tata ruang, dan perkembangan kota

76
Dua pendekatan→ Pendekatan ekologis: Concentric zone (Burges), Sectoral (Hoyt), dan Multiple
Nuclei (Haris Ullman) atau Pendekatan ekonomi – neoklasikal: land value theory, industrial location,
central place.

• Concentric Zone Model (B.W Burges)

◼ Model Burgess, 1920-an

I. CBD

II. Whole sale

III. Low income housing

IV. Middle income hhousing

V. High income housing

• Sectoral model (H. Hoyt)

• H. Hoyt (1939)

• Settlements in wedge-shaped pattern instead of rings,


due to rent pattern

• High rent residential areas ➔ strategic, accessible, best


location, comfortable

• Multiple Nuclei Model (Harris-Ullman)

77
• Harris & Ullmann (1945)

• Land use pattern is built around several discrete centers,


instead of one

• Other centers have their own functions

• Zones are not created based on distance from CBD

• Perbandingan antara sectoral and multle nuclei model

• Perbandingan teori yang berangkat dari pendekatan ekonomi

78
• Central Place Theory

◼ Proposed by Walter Christaller (1933)

◼ Normative approach to modelling the distribution of


settlements and services

◼ Economic relationship between cities and surrounding


regions

79
◼ Hexagonal market areas based on two basic concepts:
threshold and range

◼ Threshold: minimum level of demand needed to maintain


a service

◼ Range: maximum distance a consumer is willing to travel to purchase that service

◼ A hierarchy of service centers, with a large number of small centers providing basic
services and increasingly smaller numbers of high-order centers providing more goods in
addition to basic services

◼ Assumption about human behavior:

◼ Consumer will always purchase from the closest central place that offer particular good

◼ Whenever threshold purchasing power for a good is obtained at a central place, an


entrepreneur will offer the good; whenever the demand for a good drops below threshold,
the good will no longer be offered

80
BAB V Peta dan Konsep Pemetaan, SIG, Penginderaan Jauh
KARTOGRAFI

Peta

Peta merupakan gambaran konvensional dan selektif dari permukaan bumi pada bidang datar yang
diperkecil dengan skala. Berdasarkan isinya , peta dapat dibagi menjadi:

• Peta Umum, yang menggambarkan segala sesuatu yang bersifat umum dari kenampakan yang
ada di permukaan bumi. Terbagi menjadi:
- Peta Topografi (Peta Rupa Bumi) Tanpa tema dengan garis kontur. Contoh: Peta Topografi
Bogor, Peta Rupa Bumi Jawa Barat, Peta Topografi Pulau Jawa, Peta Rupa Bumi Indonesia.
- Peta Korografi. Tanpa tema dan tanpa garis kontur. Contoh; Peta DKI Jakarta, Peta
Indonesia, Peta Dunia.
• Peta Khusus (Peta Tematik), yang menggambarkan kenampakan-kenampakan tertentu di
permukaan bumi. Contoh: Peta pertambangan, peta geologi. Peta iklim, dll.
Peta juga dapat dibagi berdasarkan skalanya menjadi:

• Peta kadaster (sangat besar) adalah peta yang berskala > 1: 100 sampai > 1: 5000. Contoh:
Peta pertanahan, Peta Pertambangan
• Peta besar adalah peta yang berskala > 1: 5000 sampai > 1: 250.000. Contoh: peta
kecamatan/kabupaten
• Peta sedang adalah peta yang berskala > 1: 250.000 sampai > 1: 500.000. Contoh: peta
provinsi
• Peta kecil adalah peta yang berskala > 1: 500.000 sampai > 1: 1.000.000. Contoh: peta negara
• Peta geografis (sangat kecil) adalah peta yang berskala > 1: 1.000.000 ke bawah. Contoh:
Peta benua/dunia
Komponen Peta

Beberapa komponen yang ada pada peta digunakan untuk memperjelas informasi peta antara lain:

• Judul Peta, judul peta menggambarkan informasi tentang isi peta, dan peruntukan pembuatan
peta.

81
• Tanda Orientasi untuk menunjukkan arah mata angin, biasanya arah utara ke atas dengan
simbol tanda panah
• Skala peta, ada tiga jenis skala peta, (1) skala angka, (2) skala grafis, dan (3) skala verbal.
• Lettering, atau tulisan pada peta
• Legenda, berisi keterangan simbol yang digunakan pada peta
• Simbol peta, ada tiga jenis simbol peta, (1) simbol titik, biasanya digunakan untuk menandai
suatu lokasi (2) simbol garis, untuk menunjukkan bentuk-bentuk objek yang linier, seperti
jalan, sungai, atau batas wilayah, (3) simbol area, untuk menandakan wilayah yang memiliki
luas.
• Garis koordinat untuk menunjukkan lokasi absolute suatu tempat pada garis lintang (paralel)
dan garis bujur (meridian) bumi.
• Lembaga pembuat, data ini penting untuk menunjukkan kredibelitas sebuah peta
• Peta inset adalah peta lain dengan sekala yang berbeda yang dimunculkan pada peta induk
• Sumber peta, biasanya peta disusun atas berbagai sumber informasi.
• Garis tepi, salah satu perbedaan peta dengan lukisan adalah peta selalu menggunakan garis
tepi
• Tahun pembuatan, data ini untuk menunjukkan aktualitas peta.
Proyeksi Peta

Proyeksi peta adalah metode untuk menggambar bentuk muka bumi dari bidang lengkung ke bidang
datar. Di dalam melakukan kegiatan proyeksi peta, ada beberapa hal yang tidak boleh terabaikan, yaitu:
(1) peta harus equivalen, yaitu peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi setelah
dikalikan dengan skala. (2) peta harus equidistan, yaitu peta harus mempunyai jarak-jarak yang sama
dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala. (3) peta harus konform,
yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta harus dipertahankan sesuai dengan bentuk sebenarnya
di permukaan bumi.

Ada tiga jenis proyeksi dasar dalam menggambar peta, yaitu:

• Proyeksi Azimutal/ Proyeksi Zenital


Proyeksi zenital ini bidang proyeksinya berupa bidang datar, zenital (normal) bila bidang datar
menyentuh bola bumi pada titik kutub bumi. zenital (transversal) jika bidang datar menyentuh bumi
pada salah satu titik di ekuator. zenital (obliq) jika bidang datar menyentuh bumi pada salah satu titik
di lintang tengah.Proyeksi zenital normal sesuai digunakan untuk memetakan daerah kutub, namun

82
akan mengalami penyimpangan yang besar jika digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada
di sekitar khatulistiwa

• Proyeksi Kerucut
Proyeksi kerucut ini bidang proyeksinya berupa kerucut. Kerucut (normal) bila garis tengah kerucut
menyentuh bola bumi pada salah satu garis lintang tengah bumi. Kerucut (transversal) jika garis tengah
kerucut menyentuh bumi pada salah satu garis meridian bumi. Kerucut (obliq) jika kerucut menyentuh
bumi pada secara menyilang.

Proyeksi kerucut normal sesuai digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada pada lintang
tengah seperti pada negara-negara di Eropa.

• Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder ini bidang proyeksinya berupa silinder. Silinder (Normal) jika lingkaran tengah
silinder menyentuh bumi pada equator, Silinder (transversal) jika lingkaran tengah silinder menyentuh
bumi pada garis meridian. Silinder (obliq) bila lingkaran tengah silinder ditempatkan menyilang dari
garis lintang dan bujur bumi.Proyeksi silinder normal sangat baik untuk memetakan daerah yang
berada di daerah khatulistiwa, dan tidak sesuai digunakan untuk memetakan daerah yang berada di
lintang sedang hingga sekitar kutub.

PENGINDERAAN JAUH

Menurut LILLESAND dan KIEFER, 1986 Pengindraan jauh adalah ilmu untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, wilayah atau gejala dengan cara menganalisis data-data yang diperoleh dengan
suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan objek, wilayah yang dikaji.

Komponen Penginderaan Jauh

• Sumber tenaga
Dalam pengindraan jauh harus ada tenaga untuk memantulkan atau memancarkan objek di permukaan
bumi. Tenaga yang digunakan adalah tenaga elektromagnetik, dengan sumber utamanya adalah
matahari. Tenaga lain yang bisa digunakan adalah sumber tenaga buatan, sehingga dikenal adanya
pengindraan jauh sistem pasif dan pengindraan jauh sistem aktif.

Pengindraan Jauh Sistem Pasif, Pada pengindraan jauh sistem pasif, tenaga yang menghubungkan
perekam dengan objek di bumi dengan menggunakan tenaga alamiah yaitu matahari (dengan
memanfaatkan tenaga pantulan), sehingga perekamannya hanya bisa dilakukan pada siang hari dengan
kondisi cuaca yang cerah. Pengindraan Jauh Sistem Aktif, Pada pengindraan jauh sistem aktif,

83
perekamannya dilakukan dengan tenaga buatan (dengan tenaga pancaran), sehingga memungkinkan
perekamannya dapat dilakukan pada malam hari maupun siang hari, dan di segala cuaca.

• Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau sinar matahari yang
datang (bersifat selektif terhadap panjang gelombang). Tidak semua spektrum elektromagnetik mampu
menembus lapisan atmosfer, hanya sebagian kecil saja yang mampu menembusnya. Hambatan pada
atmosfer disebabkan oleh debu, uap air, dan gas. Hambatan atmosfer ini berupa serapan, pantulan, dan
hamburan. Hamburan adalah pantulan ke segala arah yang disebabkan oleh benda-benda yang
permukaannya kasar dan bentukannya tidak menentu, atau oleh benda-benda kecil lainnya yang
berserakan. Bagian dari spektrum elektromagnetik yang mampu menembus atmosfer dan sampai ke
permukaan bumi disebut jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang paling banyak digunakan adalah
spektrum tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer.

• Sensor
Sensor berfungsi untuk menerima dan merekam tenaga yang datang dari suatu objek. Kemampuan
sensor dalam merekam objek terkecil disebut dengan resolusi spasial. Berdasarkan proses
perekamannya, sensor dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.

1) Sensor Fotografik

Sensor fotografik adalah sensor yang berupa kamera dengan menggunakan film sebagai detektornya
yang bekerja pada spetrum tampak. Hasil dari penggunaan sensor fotografik adalah bentuk foto udara.

2) Sensor Elektronik

Sensor elektronik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi pada
spektrum yang lebih luas, yaitu dari sinar X sampai gelombang radio dengan pita magnetik sebagai
detektornya. Keluaran dari penggunaan sensor elektrik ini adalah dalam bentuk citra.

• Objek
Setiap objek mempunyai sifat tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek
yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga akan tampak lebih cerah, sedangkan objek yang
pantulan atau pancarannya sedikit akan tampak gelap.

Interaksi antara tenaga dengan objek dibagi menjadi tiga variasi, yaitu:

variasi spektral, mendasarkan pada pengenalan pertama suatu objek, misal cerah dan gelap,

84
variasi spasial, mendasarkan pada perbedaan pola keruangannya, seperti bentuk, ukuran, tinggi, serta
panjang, dan variasi temporal, mendasarkan pada perbedaan waktu perekaman dan umur objek.

• Pengguna
Tingkat keberhasilan dari penerapan sistem pengindraan jauh ditentukan oleh pengguna data.
Kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil pengindaraan jauh juga dipengaruhi oleh
pengetahuan yang mendalam tentang disiplin ilmu masing-masing maupun cara pengumpulan data
dari sistem pengindraan jauh. Data yang sama dapat digunakan untuk mencari info yang berbeda bagi
pengguna (user) yang berbeda pula. Berdasarkan kerincian, keandalan, dan kesesuaian data dari sistem
pengindaraan jauh akan menentukan dapat diterima atau tidaknya data pengindraan jauh oleh
pengguna (user).

Jenis Citra Penginderaan Jauh

Proses penginderaan jauh akan menghasilkan hasil keluaran atau yang dinamakan sebagai citra. Citra
dapat kita bagi menjadi dua macam yakni Citra Foto dan Citra Nonfoto.

Citra Foto, merupakan gambaran suatu objek dari hasil proses pemotretan udara yang biasanya
menggunakan pesawat udara. Hasil ini lebih sering kita sebut sebagai foto udara. Citra foto sendiri
dapat kita bedakan menjadi beberapa macam, yakni:

Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan


- Foto Ultraviolet merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang
ultraviolet dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Foto ini akan menghasilkan warna
yang sangat kontras sehingga cocok untuk membedakan antara dua zat, misalnya untuk melihat
tumpahan minyak di laut, mengetahui jaringan jalan aspal dll.
- Foto Ortokromatik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang
tampak disekitar warna biru hingga sebagian warna hijau (sekitar 0,4 – 0,56 mikrometer). Dari
sini banyak objek yang bisa nampak jelas dan bisa melihat objek di bawah permukaan air
hingga kedalaman kurang lebih 20 meter. Foto ini sangat cocok untuk mempelajari daerah
pantai.
- Foto Pankromatrik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum cahaya
tampak sehingga kepekaan dalam menangkap objek akan sama dengan kepekaan mata. Foto
pankromatik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pankromatik hitam-putih dan foto infra
merah.
- Foto pankromatik hitam-putih akan menghasilkan warna objek sama seperti warna aslinya.
Biasanya digunakan untuk memantau lalu lintas, sumber kebakaran hutan (titik api),
perencanaan kota dll.

85
- Foto Infra Merah merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang
infra merah. Biasanya digunakan dalam dunia militer, pertanian atau perkebunan (untuk
membedakan tumbuhan yang sehat dengan yang sakit).
Berdasarkan Arah Sumbu Kamera ke Permukaan Bumi

- Foto tegak merupakan foto yang diambil tegak lurus terhadap permukaan bumi atau sekita 0
sampai 10 derajat.
- Foto miring merupakan foto yang diambil dengan sudut minimal 10 derajat terhadap
permukaan bumi. Nah, foto miring/condong ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu foto
agak condong (cakrawala masih nampak) dan foto sangat condong (cakrawala tidak tampak).
Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan

- Foto tunggal yaitu foto yang dibuat menggunakan kamera tunggal.


- Foto jamak yaitu foto yang dibuat lebih dari satu pada saat waktu yang sama di daerah lokasi
yang sama.
Berdasarkan Warna yang Digunakan

- Foto bewarna semu akan menghasilkan warna yang berbeda dengan warna aslinya.
- Foto bewarna asli akan menghasilkan seperti warna objek aslinya.
- Berdasarkan Wahana yang Digunakan
Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

- Citra infra merah termal merupakan citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal.
Perbedaan warna disebabkan karena adanya perbedaan suhu antar objek.
- Citra radar dan citra gelombang mikro merupakan citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro.
Berdasarkan Sensor yang Digunakan

- Citra tunggal merupakan citra yang dibuat dengan sensor tunggal.


- Citra multispektral merupakan citra yang dibuat dengan sensor jamak.
Unsur Interpretasi Citra

Pengenalan obyek merupakan bagian paling vital dalam interpretasi citra. Foto udara sebagai citra
tertua di dalam penginderaan jauh memiliki unsur interpretasi yang paling lengkap dibandingkan unsur
interpretaasi pada citra lainnya. (Sutanto, 1994:121). Unsur interpretasi citra terdiri :

86
- Rona dan Warna, Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra,
sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum tampak.
- Melihat gambar di samping kita akan mengetahui bahwa gambar tersebut merupakan lokasi
semburan lumpur lapindo. Genangan lumpur bisa kita kenali dengan adanya obyek yang
berwarna keabu-abuan dengan rona cerah. Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan
warna putih dan rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur. Daerah
yang belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya objek berwarna hijau,
yang menandakan masih adanya vegetasi yang hidup.
- Bentuk, Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu
obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk
persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung.
- Ukuran, Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran
meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek. Perhatikan gambar
lokasi semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa
membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan
ukurannya.
- Tekstur, Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan
digambarkan perbedaan tekstur berbagai benda.
- Pola, atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan
manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
- Bayangan, sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan
karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek
menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi
objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah dengan
melihat banyangannya.
- Situs. Menurut Estes dan Simonett, Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di
sekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu
obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk
melakukan penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya.
Banyak tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya
hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun
kopi ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien
miring/pegunungan.

87
- Asosiasi, Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya
keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya
obyek lain. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik
alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya
karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga.
Dalam mengenali obyek pada foto udara atau pada citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya
menggunakan satu unsur interpretasi citra. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang
digunakan, maka semakin menciut lingkupnya ke arahtitik simpul tertentu. Pengenalan obyek dengan
cara ini disebut konvergensi bukti (cerverging evidence/convergence of evidence).

SIG

SIG adalah sistem untuk mendayagunakan dan menghasil gunakan pengolahan dan analisis data
spasial (keruangan) serta data non- spasial (tabular), dalam memperoleh berbagai informasi yang
berkaitan dengan aspek keruangan, baik yang berorientasi ilmiah, komersil, pengelolaan maupun
kebijaksanaan. Komponen SIG antara lain:

Ada lima komponen SIG, masing-masing memiliki peranan yang vital bagi berjalannya SIG. Antara
lain:

- Daya Manusia (user), Komponen manusia memegang peranan yang sangat menentukan,
karena tanpa manusia maka sistem tersebut tidak dapat diaplikasikan dengan baik. Jadi
manusia menjadi komponen yang mengendalikan suatu sistem sehingga menghasilkan suatu
analisa yang dibutuhkan.
- Software merupakan sistem modul yang berfungsi untuk mengoperasikan sistem informasi
geografis. Sebuah software SIG harus menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan
penyimpanan data analisis dan menampilkan informasi geografis. Dengan demikian elemen
yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah tools untuk melakukan input dan
transformasi data geografis, sistem manajemen basis data, tools yang mendukung query
geografis, analisis dan visualisasi, Geographical User Interface (GUI) untuk memudahkan
akses pada tools geografi.
- Hardware, Sistem informasi geografis memerlukan spesifikasi komponen hardware yang
sedikit lebih tinggi dibanding spesifikasi komponen sistem informasi lainnya. Hal ini
disebabkan karena data-data yang digunakan dalam SIG, penyimpanannya membutuhkan
ruang yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memory yang besar dan
processor yang cepat. Beberapa hardware yang sering digunakan dalam sistem informasi
geografis adalah personal komputer, mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner.
- Aplikasi sistem informasi geografis dalam proses perencanaan, Sistem informasi geografis
sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti pertanian, lingkungan manajemen sumber
daya alam, parawisata, geologi, perencanaan, dan lain sebagainya. keunggulan sistem

88
informasi geografis sehingga digunakan pada bidang-bidang tersebut adalah karena
kemampuannya mengintegrasikan antara data spasial dan data atribut sehingga dalam
analisisnya mampu menghasilkan informasi yang kompleks.
- Data, Hal yang merupakan komponen penting dalam sistem informasi geografis adalah data.
Secara fundamental sistem informasi geografis bekerja dengan dua tipe data yaitu data vektor
dan data raster. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai
data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data
jaringan jalan suatu kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel, dan sebagainya. Data
SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data atribut atau tabular. Data
grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi,
sedangkan data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut
(Pahlevy. 2010.)

89
BAB VI

Geologi: Awal Pembentukan Bumi dan Tenaga Endogen-Eksogen


Teori Terbentuknya Tata Surya

1. Teori Kabut/Nebula

Teori Nebula pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf, Immanuel Kant. Dalam bukunya yang
yang berjudul “The Universal Natural History and Theories of The Heavens” pada tahun 1755, Kant
menyampaikan bahwa kabut serta gas yang terdapat di angkasa berputar secara lambat hingga
akhirnya membentuk cakram yang datar dan memiliki inti massa.

Bagian tengah dari inti massa tersebut memiliki suhu yang tinggi dan berpijar, hingga membentuk
matahari. Serta inti massa bagian pinggir mengalami pendinginan dan secara perlahan berubah
menjadi palnet yang mengorbit pada matahari.

Pendapat berbeda disampaikan oleh astronom Prancis, Pierre Simon De Laplace. Dalam bukunya
yang berjudul “Exposition of a World System” yang diterbitkan pada tahun 1796, ia menyampaikan
bahwa tata surya berasal dari kabut gas yang berputar dengan cepat serta memiliki suhu tinggi.

Dengan kecepatan yang tinggi akhirnya membuat materi bola gas terlempar ke sekelilingnya. Bola-
bola padat tersebut akhirnya berubah menjadi planet. Sedangkan bola yang panas menjadi pusat
peredaran planet, alias matahari.

2. Teori Awan Debu

Tidak jauh berbeda dengan teori Nebula, teori Awan Debu yang dicetuskan oleh Carl Friedrich von
Weizsacker mengansumsikan bahwa tata surya terbentuk dari kumpulan gas dan debu, sehingga
akhirnya berputar menyerupai cakram dan bentuknya berubah menjadi planet.

Pemampatan menjadi proses yang penting dalam teori Awan Debu. Karena dengan pemampatan,
partikel debu tertarik ke bagian pusat awan hingga membentuk bola dan manjadi cakram.

Partikel yang berada di tengah cakram saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi
pijar, yang menjadi matahari. Bagian luar yang berputar sangat cepat akhirnya terpecah dan menjadi
palnet.

90
Dalam perkembangan teori Awan Debu, sosok Gerard Peter Kuiper juga menjadi tokoh penting
karena ia menyempurnakan gagasan dari Carl Friedrich von Weizsacker.

3. Teori Planetesimal

Dicetuskan Forest R Moulton dan Thomas C Chamberlin pada tahun 1905, teori ini menyampaikan
bahwa matahari telah ada sejak awal. Lantas, ada sebuah bintang yang berukuran besar seperti
matahari mengelilingi matahari. Karena gravitasi yang dimiliki oleh bintang tersebut, partikel yang
dimiliki matahari akhirnya ikut terseret keluar.

Partikel yang terseret jauh akhirnya mengambang di angkasa yang lama kelamaan menjadi planet
lain. Sementara partikel yang tidak terseret akan kembali tertarik ke matahari.

4. Teori Pasang Surut

Teori ini dikemukakan oleh James Jenas pada tahun 1917. Ia beranggapan bahwa bumi serta tata
surya terbentuk karena adanya bintang lain yang mendekat ke matahari. Hingga akhirnya bintang
serta matahari hampir bertabrakan yang menyebabkan tertariknya materi dari bintang lain dan
matahari. Materi-materi itu akhirnya terkondensasi menjadi planet.

Namun pada tahun 1929, astronom Harold Jeffreys dan Henry Norris Russell membantah teori ini
karena menganggap tidak mungkin terjadi tabrakan antara bintang lain dan matahari.

5. Teori Kondensasi

Teori ini dikemukakan astronom Belanda, G.P Kuiper pada tahun 1950. Teori ini menyampaikan
bahwa tata surya terbentuk karena adanya bola kabut raksasa yang berputar hingga menjadi cakram
raksasa.

6. Teori Bintang Kembar

Pada tahun 1956, Fred Hoyle menyampaikan bahwa tata surya tercipta karena adanya dua bintang
besar yang berdekatan hingga akhirnya salah satu bintang tersebut meledak dan meninggalkan
serpihan kecil. Karena gravitasi yang dimiliki oleh bintang, akhirnya serpihan hasil ledakan mulai
mengelilingi bintang tersebut.

Sejarah Bumi

Bumi telah berumur setidaknya 4,5 milyar tahun. Pada saat bumi terbentuk, suhu permukaan bumi
masih ekstrem dan tidak mendukung adanya kehidupan. Kemudian, terjadi bombardir oleh komet
berintikan es yang membawa air dari ruang angkasa. Setelah benua dan samudera terbentuk,

91
terjadilah proses pembentukan kehidupan dari dalam laut berupa molekul pendukung kehidupan
sederhana yang terus berevolusi menjadi kehidupan saat ini.

Skala Waktu Geologi adalah sistem penanggalan kronologis berdasaran strata perlapisan batuan.
Sistem penanggalan ini umum digunakan oleh geologis, paleontologis, serta ahli kebumian lainnya
untuk menunjukkan hubungan waktu dengan sejarah Bumi.

Bumi yang telah berumur 4.5 milyar tahun dibagi menjadi beberapa satuan waktu, yakni eon, era,
periode, dan epoch/kala.

92
Tenaga Pembentuk Muka Bumi

Bentang alam dan relief di muka bumi ini tidak muncul begitu saja. Adanya keragaman bentuk muka
bumi yang selalu berubah dari waktu ke waktu disebabkan oleh tenaga pembentuk muka bumi yang
disebut dengan tenaga geologi. Tenaga geologi tersebut terdiri dari dua jenis yakni tenaga endogen
dan tenaga eksogen. Berikut adalah pembahasan mengenai tenaga endogen dan eksogen yang
membentuk muka bumi.

Tenaga Endogen

Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang bersifat membangun(konstruktif).
Tenaga endogen ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Tektonisme

Tektonisme merupakan peristiwa yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Tenaga tektonik
merupakan tenaga pembentuknya. Tenaga tektonik terbagi menjadi 2 jenis gerak yakni gerak
epirogenetik dan gerak orogenetik.

- Gerak epirogenetik
Gerak epirogenetik adalah gerak atau pergeseran kulit bumi yang yang berlangsung dalam jangka
waktu yang lama dan meliputi daerah yang luas sehingga menyebabkan naik- turunnya daratan.
Epirogenetik terbagi menjadi 2 yaitu epirogenetik positif dan negatif. Epirogenetik positif
menyebabkan turunnya daratan sehingga permukaan laut naik. Sedangkan epirogenetik negatif adalah
gerak naiknya daratan sehingga permukaan laut terlihat turun.

- Gerak orogenetik
Gerak orogenetik merupakan gerak yang menyebabkan terjadinya relief muka bumi daratan seperti
gunung dan pegunungan. Gerak ini relatif lebih cepat dari pada gerak epirogenetik. Gerak orogenetik
juga menyebabkan tekanan pada kulit bumi secara vertikal maupun horizontal sehingga menyebabkan
dislokasi atau perpindahan letak lapisan kulit bumi. Dislokasi tersebut mengakibatkan lipatan pada
kulit bumi yang membentuk relief muka bumi berupa pegunungan. Selain menimbulkan macam-
macam lipatan kulit bumi, dislokasi juga menyebabkan retakan atau patahan pada kulit bumi. Diantara
jenis jenis patahan yaitu tanah turun (graben), tanah naik (horst), dan tanah bungkuk (fleksur).

2. Vulkasnisme,

93
Vulkanisme merupakan peristiwa yang berhubungan dengan gunung berapi yakni berupa naiknya
magma dari dalam perut bumi. Magma sendiri adalah campuran batu- batuan dalam keadaan cair dan
sangat panas. Penyebab adanya aktivitas magma dalam dapur magma adalah tingginya suhu dan
banyaknya jumlah gas yang terkandung dalam magma..

Gunung berapi terdiri atas beberapa bagian yaitu diaterma (pipa kawah), kawah, sumber kawah dan
batholit. Ada beberapa jenis gunung berapi, yaitu gunung api perisai, gunung api kaldera, gunung api
maar dan gunung api strato. Contoh gunung api di Indonesia yakni Gunung Sinabung, Gunung Merapi,
Gunung Agung dan Gunung Kelud.

3. Gempa bumi(seisme)

Gempa bumi adalah getaran permukaan bumi yang disebabkan oleh kekuatan- kekuatan dari dalam
bumi dan merambat sampai ke permukaan bumi. Gempa bumi diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan
sebab terjadinya yakni gempa tektonik, gempa vulkanis dan gempa runtuhan.

- Gempa tektonik adalah gempa yang terjadi karena adanya gerak orogenetik. Gempa tektonik
biasa terjadi di daerah pegunungan lipatan muda yaitu daerah rangkaian Pegunungan
Mediterania dan Sirkum Pasifik. Indonesia adalah salah satu negara yang berada dalam deretan
pegunungan tersebut. Gempa jenis ini termasuk dalam kategori gempa dengan bahaya yang
sangat besar karena dapat menyebabkan retakan dan pergeseran tanah. Oleh karena itu,
masyarakat harus tahu cara melakukan mitigasi gempa bumi untuk mengurangi dampak akibat
gempa bumi.
- Gempa vulkanis adalah getaran yang terjadi ketika terjadi letusan gunung api maupun karena
aktivitas magma.
- Gempa runtuhanatau disebut dengan gempa guguran adalah jenis gempa yang terjadi karena
runtuhnya tanah. Gempa ini biasanya terjadi di daerah bertanah kapur dan daerah
pertambangan yang mempunyai terowongan.
Tenaga Eksogen

Tenaga eksogen adalah tenaga pembentuk muka bumi yang berasal dari luar yakni berupa tenaga air,
angin, sinar matahari maupun tenaga dari makhluk hidup. (baca : Akibat Tenaga Eksogen)

Tenaga endogen dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

1. Pelapukan

Pelapukan ialah proses hancurnya batuan dari bongkahan besar menjadi bagian yang lebih kecil
sehingga menjadi tanah. Pelapukan terjadi karena dipengaruhi oleh faktor cuaca, misalnya suhu. Jenis
jenis pelapukan diataranya yaitu pelapukan mekanik, pelapukan kimia dan pelapukan biologis.

94
Pelapukan mekanik yaitu proses melapuknya batuan yang tidak disertai dengan perubahan susunan
kimia. Pelapukan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengaruh suhu, sinar
matahari, daya erosi dan gelombang laut yang memukul pantai.

Pelapukan kimia adalah proses pelapukan batuanyang diikuti dengan perubahan susunan zat dari
batuan induk.

Pelapukan biologis ialah proses pelapukan yang disebabkan oleh aktifitas makhluk hidup seperti
hewan, tumbuhan dan manusia.

2. Pengikisan(erosi)

Pengikisan adalah proses pengikisan permukaan bumi oleh media yang melibatkan pengangkatan
partikel batuan. Berdasarkan penyebabnya, erosi dikelompokkan menjadi 4 yakni :

- Erosi air yakni proses pengikisan tanah oleh air yang mengangkut batu- batuan yang telah
hansur. Erosi air juga disebut dengan korasi. Korasi dipengaruhi oleh daya angkut air, keadaan
permukaan yang tererosi dan kecepatan gerak air.
- Erosi es, juga disebut dengan erosi glasial yakni erosi yang terjadi di daerah pegunungan tinggi
yang mempunyai salju abadi (es).
- Erosi angin merupakan peristiwa pengikisan yang terjadi karena pergerakan angin. Pengikisan
tanah oleh angin mempunyai dampak terbentuknya lubang- lubang kecil di batuan.
- Erosi gelombang laut sering disebut dengan abrasi pantaiatau erosi pantai. Besarnya kecepatan
angin laut atau gelombang dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pantai. Bentangan
alam yang muncul karena erosi gelombang laut meliputi cliff, relung, morena, ngarai.
3. Pengendapan (sedimentasi)

Sedimentasi merupakan proses pengendapan massa batuan atau material yang terbawa oleh angin, air
atau pun es. Ada beberapa jenis proses sedimentasi menurut tempat mengendapnya, diantaranya yaitu
sedimentasi fluvial dan marine.

- Sedimentasi fluvial adalah sedimentasi yang terjadi di sungai dan disebabkan oleh air sungai.
- Sedimentasi marine yakni sedimentasi yang terjadi karena abrasi oleh air laut dan
menghasilkan bentangan alam seperti :
tombolo – jembatan pasir yang menghubungkan dua buah pulau, yakni pulau besar dan pulau kecil

95
gosong – suatu daratan sempit di tengah- tengah laut

spit – daratan pasir yang memanjang dengan satu ujung di lautan dan ujung lainnya menyambung
daratan

4. Amblesan

Amblesan merupakan perpindahan material atau pergesaeran tanah secara vertikal dan perlahan ke
arah bawah tanpa adanya permukaan bebas. Penyebab tanah ambles ini diantaranya adalah hujan deras
yang menimpa tanah yang kurang padat. Tanah yang kuragn padat ini biasanya berupa tanah lempung
atau tanah liat yang mudah lembek ketika terkena air. Penyebab lain dari amblesnya tanah adalah
adanya timbunan lahan, penggunaan air tanah yang berlebihan, adanya beban berat di atas tanah yang
kurang tebal dan juga erosi.

96
BAB VII GEOGRAFI PARIWISATA
1. Pengantar Pariwisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi. Sedangkan, Pariwisata adalah berbagai macam
wisata dan kegiatan yang didukung fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat setempat atau
pemerintah.

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi
dan multidisiplin yang muncul sebagai reaksi timbal balik antara wisatawan dengan daerah tujuan
wisata (DTW)

Unsur Pariwisata => Something to see, something to do, something to buy, how to arrive, and how to
stay.

Karakteristik Pariwisata => Intangible, Sulit diatur, Simultan proses produksi dan konsumsinya,
Tidak dapat disimpan, Tidak dapat dimiliki

2. Faktor Penarik dan Pendorong Pariwisata

3. Dampak Pariwisata

97
98
BAB VIII GEOGRAFI PERTANIAN DAN SEJARAHNYA
Definisi Pertanian

Agri dari bahasa latin berarti lahan atau ladang (field) dan culture berarti budidaya. Dengan demikian
Agriculture atau pertanian dapat didefinisikan sebagai usaha budidaya yang didalamnya termasuk
tanaman dan hewan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan pangan (C.J. Cox).

Sejarah Pertanian

Sejarah pertanian terbagi menjadi beberapa zaman, yakni:

1. Masa Berburu dan Meramu > Berabad abad lalu pada era pra sejarah, manusia berkelompok dalam
satu kelompok kecil yang terdiri dari jumlah 20 orang (sedikit). Manusia ketika itu hanya menjalankan
aktiviti pra-pertanian seperti memburu, menangkap ikan , memungut tanaman-tanaman hutan dan
madu, sehingga masa pra pertanian ini dikenal sebagai "Pemburu dan Pengumpul" (hunting and
gathering society).

2. Revolusi Pertanian Pertama (Neolitikum) > Domestikasi Hewan dan Tumbuhan. Tempat-tempat
domestikasi:

99
- Kawasan Asia tenggara merupakan pertama kali tejadi domestifikasi tanaman, seperti
tanaman pangan, yamn, pisang sejak lebih dari 14,000 tahun lampau.
- Kawasan Asia Barat yang berhampiran lengkungan Lembangan Sungai Tigris adalah
merupakan kawasan pertanian yang berkembang sejak tahun 6,000 SM. Tanaman barli,
kurma, buah lai, buah delima, bawang, dan kacang telah ditanam di kawasan yang subur ini.
Tanaman epal juga pada awalnya ditemui di keliling Lautan Hitam dan Kaspian. Wilayah ini
dikenal sebagai Fertile Crescent dan merupakan sejarah pertanian yang ternama di dunia.
- Meso Amerika, dimana dimulai usaha budidaya jagung , kacang kacangan dan squash. Andes
di Amerika selatan dan timur laut Amerika utara merupakan wilayah wilayah lainnya dimana
praktek pertanian menetap mulai dijalankan oleh penduduk asli.
- Africa dimana dimulai dibudidayakan tanaman sorgum, millet dan holtihultura seperti melon.
Wilayah peradaban pertanian dimulai dari Lembah Nil yang subur, Ethiopia dan Afrika barat.
- Dataran china, terutama di sepanjang sungai Huang ho dimana peradaban pertanian dimulai
melalui domestikasi tanaman dan hewan ternak pada wilayah wilayah subur untuk
mendukung kebutuhan kelompok manusia yang mulai hidup menetap.
- Fertile Crescent, Tempat dimana budidaya pertanian dimulai dengan dimulainya proses
seleksi bibit (seed selection), yang menghasilkan tanaman yang lebih besar dan hasil yang
banyak, terjadinya surplus gandum dan barley, serta tempat dimana pertama kali terjadi
integrasi antara tanaman pangan dan peternakan.
3. Revolusi Pertanian Kedua (Revousi Industri) > Berkaitan dengan revolusi industry, dimana
kebutuhan pangan semakin meningkat pada dengan semakin tingginya peradaban manusia sudah
mengenal kehidupan perkotaan dan desa. Pertumbuhan industri ekonomi dan berkurangnya model
pedesaan abad 1600s dan 1700s mendorong terjadinya urbanisasi petani menuju perkotaan, seperti
yang terjadi di England dan Eropa barat untuk mencari pekerjaan lain di luar pertanian menyebabkan
terjadinya lompatan besar kebutuhan pangan dari pedesaan ke perkotaan yang berdampak pada
inovasi di bidang pertanian.

4. Revolusi Pertanian Ketiga (Green Revolution) > Istilah "Green Revolution" pertama kali
digunakan pada tahun 1968 oleh salah seorang direktur USAID William Gaud, yang berkaitan
dengan teknologi baru di dunia pertanian Yang mendasari revolusi ini adalah:

- Inovasi pertanian yang memperkenalkan bibit bibit unggul


- Penggunaan pupuk, pestisida, herbisida, fungisida dan bahan kimia lainnya yang semakin intensif

Jenis Pertanian

100
Pertanian dapat dibagi berdasarkan sumberdayanya, menjadi pertanian intensif dan ekstensif.
Pertanian juga dapat dibagi berdasarkan kegiatan ekonominya, menjadi pertanian subsisten dan
komersial. Berikut adalah persebaran jenis-jenis pertanian di dunia:

101
102
BAB IX Kependudukan dan Dinamika Penduduk
1. Pengantar Demografi

Demografi adalah ilmu pengetahuan yang mengumpulkan serta menyelidiki catatan-catatan dan
statistik penduduk untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan,
kepadatan, kematian, kelahiran, perpindahan , penyebaran penduduk.

Berasal dar kata demos=penduduk, graphein=menulis; sehingga berartikan catatan mengenai


kependudukan. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Achille Guillard (1885)

2. Sensus, Registrasi dan Survey.

• Sensus adalah suatu keseluruhan usaha dari pengumpulan penyusunan,pengolahan dan


penerbitan dari keterangan-keterangan yang bersifat demografis ekonomis dan sosial dari seluruh
penduduk suatu negara atau daerah teritorial tertentu pada suatu waktu tertentu atau jangka waktu
yang pendek. Sensus terbagi menjadi dua jenis (de jure dan de facto) serta dua metode (canvasser
dan house holder)

• Registrasi adalah catatan secara continue/terus menerus yang dilakukan oleh dinas terkait
terhadap penduduk suatu wilayah administrasi.

• Survei merupakan pencacahan penduduk metode dengan cara mengambil contoh daerah.
Jadi, pencacahan penduduk metode survei tidak dilakukan diseluru wilayah negara, melainkan hanya
pada daerah-daerah tertentu yang dianggap mewakili seluruh wilayah negara tersebut.

3. Komposisi Penduduk (Sex Ratio, Angka Beban Ketergantungan, Piramida Penduduk)

103
4. Pertuumbuhan Penduduk

5. Perspektif Demografi

Teori Malthus menyatakan Penduduk berkembang menurut deret ukur (1,2, 4, 8, …),sedangkan
Bahan pangan berkembang menurut deret hitung (1, 2, 3, 4,…). Hal itu akan menyebabkan
terjadinya bencana/katastrofi. Agar katastrofi tidak terjadi, Malthus merekomendasikan hal berikut:

• Preventive Checks (Moral Restrictive): Mencegah kelahiran

• Positive Checks (Misery): Mempercepat kematian

104
Teori tersebut ditentang oleh banyak demografer, karena Malthus gagal memperhitungkan
peningkatan teknologi pangan, migrasi, dan kontrasepsi.

Teori Marx menyatakan semakin banyak jumlah manusia, maka akan semakin banyak produksi
pangan yang dihasilkan. Pemerintah kapitalis akan mempertahankan pertumbuhan penduduk agar
upah tetap rendah

Teori Boserup menyatakan bahwa tekanan penduduk dapat mempercepat inovasi teknologi pada
lingkungan baru

Teori Arsene Dumont (Kapilaritas Sosial) menyatakan manusia selalu ingin meningkatkan status
sosialnya. Semakin tinggi status sosialnya, semakin enggan memproduksi anak dan makin lepas dari
lingkungan natural dan keluarganya.

Teori Thompson (Transisi Demografi), mengemukakan 5 tahapan perkembangan kondisi demografi


masyarakat:

105
BAB X Sumber Daya dan Manajemen Sumber Daya
1. Pengantar Sumber Daya

Sumber daya (resource) adalah semua sumber baik manusia, materi maupun energi yang secara nyata
dan potensial dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia disebut sumberdaya.

Sumber daya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni:

• Sumber Daya Alam


• Sumber Daya Manusia
• Sumber Daya Buatan, misalnya industri dan infrastruktur
Reserve/Cadangan (biasnya dipakai dalam menunjukkan sumber daya primer seperti minyak,
batubara, gas, dan uranium) adalah bentuk sumber daya yang telah terbukti ada dan dapat diambil
menggunakan teknologi yang telah ada. Sementara, Resource adalah bentuk sumber daya yang telah
ditemukan atau belum, baik yang dapat diambil secara ekonomis maupun tidak.

Dalam Undang Undang No. 11 Tahun 1976 tentang Pertambangan di Indonesia mengacu PP No. 25
Tahun 2000, Sumber Daya Galian dibedakan berdasarkan kepentingannya. yaitu:

a. Golongan A, yaitu golongan bahan galian yang strategis. Artinya bahan galian tersebut penting
untuk pertahanan/keamanan Negara atau untuk menjamin perekonomian negara. Contoh: minyak,
aspal, batu bara, uranium, timah, karbit, gas alam, nikel, kobalt.

b. Golongan B, yaitu golongan galian yang vital, yang dapat menjamin hajat hidup orang banyak.
Contoh: besi, mangan, klirom, woltram, bauksit, tembaga, timbale seng, emas, platina, perak, air raksa,
arsen, korondum, floustar, yodium.

c. Golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk ke dalam golongan A maupun B. Contoh
bahan galian ini termasuk bahan industri. Contohnya yaitu nitrat, nitrit, fosfat, asbes, talk, mika, granit,
magnesit, tawas, okes, batu permata, kaolin, teldstar, gypsum, batu apung, trass, obsidian, marmer,
batu tulis, batu kapur, dolomite, kalsit, granit, andesit, basalt, trakhlit, tanah liat, pasir.

2. Isu-isu Kontemporer mengenai Sumber Daya

Krisis Kayu Bakar, Sikap Ketergantungan MEDC LEDC, Hydraulic Fracturing/Fracking untuk
menambang Shale Gas, serta pengembangan energi terbarukan seperti OTEC.

106
3. Sumber Daya Berkelanjutan

Contoh penerapan pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan adalah:

• Mengurangi eksploitasi yang berlebihan terhadap alam;


• Menggunakan sumberdaya alam secara efisien;
• Pemanfaatan sumberdaya alam sesuai dengan daya dukung lingkungan;
• Pengolahan barang tambang sebelum di ekspor agar memiliki
• Nilai jual yang tinggi dan mengurangi penggunaan barang tambang;
• Mencari alternatif penggunaan bahan bakar minyak;
• Menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan.

107
BAB XI Bencana dan Manajemen Bencana
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi
bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. United Nation for Development Program
(UNDP) mengelompokkan bencana atas tiga jenis, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan
bencana sosial.

a. Bencana Alam (natural disaster) adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak
besar bagi populasi manusia antara lain berupa gempa bumi, letusan gunung berapi, angin topan,
tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman,
epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa atau benda-benda angkasa.

b. Bencana Non Alam antara lain kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia,
kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi atau teknologi, dampak industri, ledakan nuklir,
pencemaran lingkungan, dan kegiatan keantariksaan.

c. Bencana Sosial antara lain berupa kerusuhan dan konflik sosial dalam masyarakat yang
sering terjadi termasuk bencana akibat peperangan.

Kompoen Resiko Bencana

Risiko (risk) adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau kerugian yang sudah
diperkirakan (hilangnya nyawa, cederanya orang-orang, terganggunya harta benda, penghidupan dan
aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan) yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara bahaya
yang ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia serta kondisi yang rentan (ISDR, 2004). Risiko suatu
bencana dapat dirumuskan dengan fungsi berikut. Besarnya risiko berbanding lurus dengan Ancaman
(Hazard) dan Kerentanan (Vulnerability), dan berbanding terbalik dengan Kapasitas Bencana
(Capacity).

Ancaman > merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi


yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu
disebut sebagai sumber bahaya hanya jika memiliki risiko
menimbulkan hasil yang negatif.

Kerentanan > Kerentanan (vulnerability) adalah kondisi-


kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses

108
fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang meningkatkan kecenderungan (susceptibility) sebuah
komunitas terhadap dampak bahaya

Kapasitas > suatu kombinasi semua kekuatan dan sumberdaya yang tersedia di dalam sebuah
komunitas, masyarakat atau lembaga yang dapat mengurangi tingkat risiko atau dampak suatu bencana

Manajemen Bencana

Dalan melakukan pengelolaan bencana, terdapat tiga siklus, yakni:

• Bencana > Tanggap darurat


• Pasca-Bencana> Recovery dan Rekonstruski
• Pra-Bencana> Pencegahan, Mitigasi, Kesiapsiagaan
Mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Terdapat dua
jenis mitigasi, yakni:

• Mitigasi Struktural
Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui
pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan
kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat
tahan gempa, ataupun Early Warning system

• Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non –struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut diatas.
Contohnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, asuransi, bahkan sampai
menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat.

109
BAB XII GEOGRAFI BUDAYA
1. Asal Usul Manusia

Manusia modern merupakan bentuk evolusi dari Homo Erectus (manusia yang dapat berdiri
tegak) sekitar 0,4 juta tahun yang lalu. Manusia Modern (Homo Sapiens) pertama kali muncul di
padang rumput Afrika dan mulai tersebar ke seluruh dunia, menggusur populasi hominid-hominid
lainnya.

2. Ras Manusia

Ras adalah sebuah kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik biologi tertentu dan
setiap kelompok masyarakat memiliki karakteristik biologis yang khas sehingga berbeda satu sama
lain. Terdapat tiga ras utama manusia dan ras-ras khusus yakni:

110
Selain ras-ras tersebut, kontak antar ras juga menyebabkan terbentuknya sebutan bagi ras-ras
campuran. Seperti Zambo (Mongoloid+Negroid), Mestizo (Kaukasoid+Mongoloid), dan Mullato
(Kaukasoid+Negroid)

3. Kebudayaan

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,


hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E. B. Taylor )
111
Proses Pembentukan Kebudayaan :

1. Manusia sebagai makhluk sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak bisa sendiri dan
selalu memerlukan orang lain.

2. Untuk itu manusia memulai hidup secara berkelompok, yang merupakan cikal bakal
masyarakat.

3. Pada umumnya kelompok terbentuk atas orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dan
hidup dengan saling membantu.

4. Hidup berkelompok memerlukan sebuah aturan untuk mengintegrasikan anggotanya maka


muncul nilai dan norma.

5. Melalui kelompok-kelompok kecil tersebut, terbentuklah komunitas yang memiliki unsur yang
khas.

6. Seiring dengan berkembangnya waktu, komunitas yang terlahir dari kelompok pun melahirkan
suku bangsa atau kelompok etnis dengan kebudayaan yang berkembang di dalammya.

Perubahan sosial diartikan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada pada
masyarakat, mulai dari perubahan yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks. Faktor yang
memperngaruhi perubahan Sosial Budaya berasal dari internal dan eksternal, yakni:

Faktor Intern

• Bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk.


• Terjadinya pertentangan atau konflik dalam masyarakat.
• Terjadinya revolusi/pemberontakan dalam masyarakat itu sendiri.
• Adanya penemuan-penemuan baru yang meliputi:
a. Discovery :penemuan unsur kebudayaan yang baru

b. Invention : penemuan baru yang telah diterima, dan diterapkan/ digunakan masyarakat.

c. Inovation : serangkaian proses penemuan baru, penyebaran unsur kebudayaan.

• Terjadinya Asimilasi dan Akulturasi Budaya


Faktor Ekstern

112
• Faktor Alam: Bencana Alam
• Peperangan: Negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada negara yang kalah.
• Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

4. Persebaran Etnolinguistik

113
BAB XIII GEOLOGI STRUKTUR:

MINERAL DAN SIKLUS BATUAN


Mineral

Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah dan terdiri dari unsur-unsur
kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya mengikuti suatu pola yang
sistematis. Ilmu yang mempelajari mineral disebut Mineralogi. Saat ini tidak kurang dari 2000 jenis
mineral yang kita ketahui.

Sifat Fisik Mineral

1. Bentuk Mineral

2. Berat Jenis

3. Bidang Belah

4. Warna

5. Kekerasan

6. Goresan

7. Kilap (Lustre)

8. Konduktivitas

Sifat Kimia Mineral

1. Mineral Silikat

90% batuan bumi tersusun atas mineral silikat yang merupakan persenyawaan atas silikon dan oksigen.
Mineral Silikat terbagi menjadi dua, yakni Mineral Feromagnesium dan Non-Feromagnesium.

114
2. Mineral Non-Silikat

115
Minerl Non-Silikat dibagi menjadi mineral Oksida, Sulfida, Sulfat, Elemen Asli, Halida, Karbonat,
Hidroksida, dan Fosfat

116
Batuan

Batuan adalah massa padat yang terdiri dari satu atau kumpulan mneral sebagai pembentuk kerak
bumi. Ilmu yang mempelajari batuan disebut Petrologi. Batuan dapat dibagi menjadi batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf yang saling terhubung dalam Siklus Batuan.

Batuan Beku

Batuan beku atau yang disebut sebagai batuan igneus merupakan jenis batuan dimana proses
pembentukannya terjadi dari magma yang telah mengalami pembekuan atau pendinginan.

Batuan ini biasanya ada di dalam mantel atau kerak bumi. Saat ini setidaknya sudah terdapat 700 jenis
batuan beku yang dapat diindentifikasi dan sebagian besar terdapat di bawah kerak bumi.

117
a. Morfologi Batuan Beku

Morfologi atau cara terbentuknya batuan beku sertidaknya dibagi menjadi tiga macam yaitu intrusive,
ekstrusif dan hipabissa

Intrusive

Batuan beku jenis intrusive merupakan batuan beku dimana proses pembentukannya terjadi di dalam
kerak bumi atau di bawah permukaan bumi. Batuan ini merupakan bentuk dari pendinginan magma
yang ada di dalam kerak bumi sehingga tekstur batuan beku biasanya bersifat kasar. Pada batuan beku
bahkan bisa dilihat butiran mineral yang sangat jelas dan dapat dilihat oleh mata telangjang. Pada
batuan beku terdapat formasi yang cukup unik yaitu batolit, stok, lakolit, sill, dan dike. Nah saat batuan
sudah semakin mendingin dan membeku maka akan memunculkan batuan yang memiliki tekstur kasar
seperti batu granit, diorite ataua grabo.

Biasanya di dalam lubang inti pada sebuah pegunungan akan diisi dengan batuan granit namun ketika
lubang tersebut tertimbun oleh material lainnya akan membentuk batuan batolit. Batuan beku yang
memiliki tekstur butir kasar yang terletak pada kedalaman cukup di dalam kerak disebut sebagai
abyssal sedangkan batuan beku intrusive yang proses terbentuknya sudah hampir berada di permukaan
disebut sebagai hypabyssal.

Ekstrusif

Berbeda dengan batuan beku intrusive, batuan beku ekstrusif ini terjadi di atas permukaan kerak bumi
karena adanya pencairan magma di dalam mantel atau kerak bumi. Proses pembekuan dari batuan beku
ini lebih cepat dibandingkan dengan proses pencairan batuan beku intrusive karena proses
pembekuannya terjadi di atas permukaan bumi. Magma yang keluar dari dalam mantel atau kerak bumi
ini melalui gunung berapi yang terdapat lubang dipuncaknya sehingg magma bisa keluar dan
membentuk batuan yang lebih cepat membeku. Oleh karena itu tekstur dari batuan ini bersifat halus
berpasir. Jenis batuan beku esktrusif yang paling sering ditemukan adalah batu basalt. Beberapa batuan
basalt bahkan membentuk ebuah pola yang unik seperti di Antrim, Irlandia utara.

Hipabissal

Untuk jenis batuan beku hipabissal merupakan jenis batuan yang terbentuk diantara batuan plutonik
dan vulkanik. Batuan ini terbentuk karena adanya proses naik turunnya magma di dalam mantel dan
kerak bumi. Batuan hipabissal seringkali membentuk sebuah batuan pakolit, dike, sill, lakolit, dan
lopolit.

b. Struktur Batuan Beku


118
Struktur batuan merupakan penampakan dari batuan yang bisa dilihat dari kedudukan lapisannya. Pada
batuan beku seringkali hanya dapat dilihat langsung dari lapangannya langsung. Diantaranya adalah
sebagai berikut:

• Pillow lava atau lava bantal dimana terjadi karena adanya pembekuan magma pada gunung di
bawah laut yang membentuk menyerupai bantal.
• Joint struktur merupakan aliran lava yang berbentuk kekar-kekar dan tegak lurus sesuai dengan
arah alirannya sehingga menghasilkan penampakan yang sangat memukau.
• Massif, merupakan jejak aliran lava yang keluar dari perut bumi namun tidak menunjukkan
adanya tanda-tanda lubang atau aliran gas di dalamnya.
• Vesikuler, merupakan aliran lava yang mengalir dan dibersamai dengan adanya aliran gas
sehingga arah dan teksturnya tidak teratur.
• Xenolitis, merupakan aliran lava yang dibersamai dengan masuknya batuan lain di dalamnya
sehingga menunjukkan sebuah fragmen yang membentuk pecahan-pecahan.

Batuan Sedimen

Batuan sedimen merupakan jenis batuan yang terbentuk di atas permukaan bumi dan dibekukan pada
suhu dan tekanan udara yang rendah. Batuan sedimen sebenarnya merupakan bentukan dari batuan
yang pernah ada sebelumnya yang sudah terkena berbagai jenis pelapukan dan erosi tanah.

Material hasil dari pelapukan dan erosi ini kemudian mengendap di dalam sebuah cekungan dan
berkumpul menjadi satu sehingga lambat laun karena adanya tekanan udara dan suhu yang rendah
menjadikan kumpulan tersebut sebuah batu baru. Material tersebut kemudian mengeras atau
membentuk dan mengelami litifikasi sehingga menjadikan sebuah batuan sedimen.

Di dalam permukaan bumi sendiri jumlah batuan sedimen ini diperkirakan mencapai 75% sedangkan
di dalam kerak bumi diperkirakan ada 8%. Dengan mempelajari batuan sedimen ini sebenarnya juga
sangat bermanfaat bagi berbagai jenis cabang ilmu pengetahuan seperti geokimia, paleografi,
klimatologi serta dari cabang ilmu sejarah kehidupan dan pembentukan muka bumi. Hal ini disebabkan
karena setiap lapisan batuan sedimen dapat memperkirakan berapa lama waktu tersebut dan berapa
lama usia bumi sebenarnya.

Klasifikasi Batuan Sedimen

119
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dibedakan menjadi empat jenis yaitu batuan
sedimen klasik, batuan sedimen biokimia, batuan sedimen kimia dan batuan sedimen vulkanik.

1. Batuan Sedimen Klasik

Batuan sedimen klasik merupakan jenis batuan yang terdiri dari silikat dan beberapa fragmen batuan
yang diangkut menggunakan sebuah fluida nah kemudian material yang diangkut oleh fluida ini akan
terhenti dimana fluida ini juga terhenti.

Bentuk dan ukuran dari batuan sedimen klasik kemudian dibedakan lagi sesuai dengan skala ukuran
partikel yang mendominasi dan menggunakan ukuran skala butir Udden-Wentworth. Kemudian para
ahli membagi ukurannya menjadi tiga jenis yaitu kerikil (batuan yang memiliki diameter lebih dari 2
mm), pasir (batuan yang memiliki diameter antara 1/16 hingga 2 mm) dan lumpur (lumpur terbagi
menjadi dua yaitu lempung yang memiliki diameter kurang dari 1/256 mm dan lanau yang memiliki
diameter antara 1/16 hingga 1/256 mm).

2. Batuan Sedimen Biokimia

Pada batuan sedimen biokimia menggunakan jasa dari berbagai organisme biasanya merupakan
organism mikro yang ikut mengangkut material sehingga berkumpul pada tempat tertentu dan
membentuk sebuah batuan. Pada batuan sedimen biokimia ini diantaranya adalah:

Batu gamping yang terbuat dari berbagai kerangka biota laut yang berkapur seperti diantaranya karang,
foraminifera dan moluska.

Batubara yang terbuat dari tumbuhan dimana sudah dihilangkan karbonnya dari atmosfer dan proses
ini dibantu oleh beberapa unsure lainnya. ini membuat batu bara memiliki bentuk yang unik dan proses
dari tumbuhan menjadi batu bara ini membutuhkan waktu yang sangat lama.

Endapan rijang, yang terbentuk dari akumulasi kerangka yang mengandung zat silika dimana zat ini
didapatkan dari berbagai biota laut yang memiliki ukuran mikroskopis contohnya adalah ladiolaria dan
diatom.

3. Batuan Sedimen Kimia

Batuan sedimen kimia merupakan batuan yang terbentuk dari sebuha kejadian ketika kumpulan
material terperangkap di dalam sebuah tempat dan kandungan mineral di dalam larutannya menjadi
jenuh dan membeku dengan proses anorganik atau secara kimiawi. Contoh dari batuan sedimen kimia
yang paling banyak ditemukan antara lain adalah batu gamping oolitik, dan batuan lain yang
mengandung evaporit seperti silvit, halit, barit dan juga gypsum.

120
4. Batuan Sedimen Vulkanis

Untuk pengelompokkan jenis batuan sedimen selain di dalam ketiga kelompok yang sudah dijelaskan
di atas maka akan masuk ke dalam jenis batuan vulkanis. Batuan ini terbentuk karena beberapa hal
diantaranya adalah adanya arus piroklastik, breksi vulkanik, breksi impact dan proses lainnya yang
jarang sekali ditemukan dan hanya ada pada beberapa kasus saja.

Batuan Metamorf

Jenis batuan ketiga adalah batuan metamorf atau yang juga sering disebut sebagai batuan malihan.
Batuan metamorf merupakan sebuah batuan yang mengalami perubahan atau transformasi dari batuan
lainnya yang sudah ada sebelumnya dan dibersamai dengan adanya proses metamorfosa sehingga
membentuk bentuk baru yang berbeda dengan jenis batuan sebelumnya. jumlah dari batuan metamorf
di dalam bumi ini cukup banyak dan pembentukannya sangat mudah karena adanya kedalaman tempat
yang sangat dalam, adanya tekanan udara yang sangat rendah atau tinggi dan tekanan dari batuan yang
sudah ada di atasnya.

Proses pembentukan batuan metamorf juga bisa terjadi karena adanya tabrakan lempeng benua yang
bisa menyebabkan adanya tekanan horizontal, distorsi dan gesekan pada lempeng tersebut. Batuan
metamorf juga bisa terbentuk karena adanya pemanasan dari magma yang ada di dalam perut bumi.

Jenis-jenis Batuan Metamorf

Ada beberapa jenis batuan metamorf dan bisa dibedakan menjadi berikut ini:

1. Batuan Metamorfosis Kontak

Proses terjadinya batuan metamorf kontak adalah adanya suntikan magma yang mengenai pada batuan
disekitarnya. Perubahan ini adalah perubahan besar dimana hampir batuan yang terkena suhu yang
sangat tinggi akan melakukan proses metamorphosis. Karena adanya proses ini juga bisa merubah biji
mineral yang ada di dalam batuan. Semakin dekat letak batu dengan magma akan semakin besar pula
proses perubahannya dibandingkan dengan batuan yang letaknya jauh dari magma.

121
Ketika batuan mengalami kontak dengan magma juga mengakibatkan permukaan mineralnya menjadi
lebih keras. Istilah untuk menyebut batuan yang telah mengalami proses metamorphosis ini biasanya
disebut dengan batu tanduk (hornfless).

2. Batuan Metamorf Regional

Batuan metamorf regional merupakan sebuah kumpulan batuan metamorf dalam ukuran yang cukup
besar dan luas. Sebagian besar batuan di bawah kerak bumi merupakan batuan metamorf yang
mengalami proses metamorphosis ketika terjadinya tabrakan lempeng benua ini. biasanya batuan
metamorf ini akan ada disepanjang sabuk karena adanya tekanan suhu udara yang tinggi sehingga
mengakibatkan batuannya mengalami perubahan struktur di dalamnya. untuk batuan metamorf
regional ini contohnya adalah singkapan marmer yang sangat luas di Amerika Serikat.

3. Batuan Metamorf Katalakstik

Batuan ini terjadi karena adanya proses mekanisme deformasi mekanis. Jadi, ketika ada dua lempeng
yang saling bergesekan maka akan menghasilkan panas yang sangat tinggi, nah bagian yang masih
mengalami gesekan tersebutlah yang akan mengalami perubahan struktur di dalamnya. batuan tersebut
juga biasanya akan hancur terlebih dahulu karena adanya tumbukan atau gesekan tertentu yang sangat
lama dan kuat. Pada proses ini tidak biasanya terjadi pada zona sempit dimana terjadi pergerakan sesar
secara mendatar.

4. Batuan Metamorf Hidrotermal

Batuan ini terjadi karena adanya perbuhana suhu dan tekanan udara yang sangat drastis Karena adanya
cairan hidrotermal. Contoh dari batuan ini adalah batuan basaltic dimana didalam batuan tersebut
memang sangat kekurangan cairan hidrat. Hasil endapan dari batuan ini akan bercampur dengan
unsure-unsur lainnya seperti talk, klorit, tremolit, aktinolit dan lainnya. biasanya jika endapan terdapat
bijihnya berarti merupakan batuan metamorf hidrotermal.

5. Batuan Metamorf Tindihan

Seperti dengan namanya batuan metamorf tindihan ini merupakan hasil dari batuan yang tertimbun
dalam kedalaman yang sangat dalam hingga mencapai perubahan suhu yang sangat drastis. Pada fase
ini biasanya di dalam batu akan muncul sebuah mineral baru dan biasanya yang paling banyak
dihasilkan adalah mineral zeolit. Batuan ini bisa berubah menjadi batuan metamorf regional jika terjadi
perubahan suhu dan tekanan yang terjadi secara terus menerus.

6. Batuan Metamorf Dampak

122
Untuk batuan metamorf jenis ini terjadi karena adanya suatu kejadian seperti ketika meteor atau komet
yang jatuh ke bumi hingga menyebabkan ledakan. Hal ini juga bisa terjadi karena adanya gempa bumi
atau karena adanya letusan gunung api yang sangat besar. Karena adanya kejadian tersebut maka
mengakibatkan tekanan yang sangat tinggi pada batuan-batuan yang terkena dampak dari kejadian
tersebut. Tekanan ini mengakibatkan adanya perubahan mineral di batuan yang sangat tinggi seperti
koesit dan stishofit. Selain itu batuan juga bisa berubah bentuk menjadi kerucut yang terpercah-pecah.

123
BAB XIV

Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya diterjemahkan sebagai ilmu
bentang alam.

Bentang Alam Fluvial

Bentangalam fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang
mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan,
baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi
( sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah
laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi
maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan.

Macam-macam Proses Fluviatil adalah :

• Proses erosi adalah gaya melebar air yang mengalir disatas permukaan air tanah yang
menyebabkan terjadinya lembah-lembah.
• Proses transporasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material oleh suatu tubuh air
yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya
gravitasi.
• Proses sedimentasi terjadi bila terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material
yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran
kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus.
Jenis Bentukan Bentuklahan Asal Fluvial

• Dataran aluvial
Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih
didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu,
yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke
tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai.

124
Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah
alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah
yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.

• Dataran banjir
Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh
sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.

• Tanggul alam sungai (natural levee)


Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah yang berperan menahan air
hasil limpasan banjir sehingga terbentuk genangan yang dapat kembali lagi ke sungai. Seiring dengan
proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya
membentuk tanggul alam.

• Rawa belakang (backswamps)


Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian daridataran banjir dimana simpanan tanah liat menetap
setelahbanjir. Backswamps biasanya terletak di belakang sungai alam sebuah tanggul. Kemudian
kembali rawa-rawa yang terletak agak jauh dari saluran sungai di dataran banjir tersebut. Ketika air
tumpah ke dataran banjir, material terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik dilakukan jarak
yang lebih besar

• Kipas aluvial
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk
ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi
pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material
lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya
pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas
aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik.

• Teras sungai
teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahuiproses-proses yang telah terjadi di masa lalu. teras
sungaimerupakan satu morfologi yang sering dijumpai pada sungai. Proses deposisi,proses migrasi
saluran, proses erosi sungai meander dan aliran overbank sangatberperan dalam pembentukan dan
perkembangan dataran banjir. Faktor yangmempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan
teras sungai adalahperubahan base level of erosion dan perubahan iklim

• Gosong sungai

125
Terbagi menjadi point bar apabila berada di pinggiran sungai dan channel bar apabila berada di tengah
saluran sungai.

• Sungai teranyam (braided stream)


Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar, alurnya luas dan dangkal.
terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan
pada bagian alurnya dan membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah
yang banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga anastomosis(
Fairbridge, 1968).

• Sungai meander dan enteranched meander


Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah
alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang
berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan
tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang
menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih
lemah.

Bentangalam Eolian

a. Cekungan Deflasi

Suatu cekungan yang diakibatkan oleh angin pada daerah yang lunak dan tidak terkonsolidasi atau
material-material yang tersemen jelek. Cekungan terbentuk akibat material yang ada dipindahkan oleh
angin ke tempat lain.

b. Lag gravel

Deflasi terhadap debu dan pasir yang ditinggalkan merupakan material yang kasar (granule, pebble
dan fragmen-fragmen yang besar) disebut lagstone. Akumulasi seperti itu dalam waktu yang lama bisa
menjadi lag gravel atau bahkan sebagai desert pavement, dimana sisa-sisa fragmennya berhubungan
satu sama lain saling berdekatan

c. Desert varnish

Beberapa lagstone yang tipis, mengkilat, berwarna hitam atau coklat dan permukaannya tertutup oleh
oksida besi.

126
d. Bevelad stone

Beberapa sisa batuan yang dihasilkan oleh angin yang mengandung pasir akan membentuk eikanter
(single edge) atau dreikanter (three edge). Eikanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang
mempunyai kedudukan tetap dengan arah angin (konstan). Dreikanter terbentuk dari perpotongan
antara pebble yang posisinya overtuned akibat pengrusakan pada bagian bawah dengan arah angin
yang tetap atau dapat juga disebabkan oleh arah angin yang berganti-ganti terhadap pebble yang
mempunyai kedudukan tetap sehingga membentuk bidang permukaan yang banyak.

e. Polish

Terbentuk pada batuan yang mempunyai ukuran butir halus digosok oleh angin yang mengandung
pasir (sand blast) atau yang mengandung silt (silt blast) yang mempunyai kekuatan lemah, sehingga
hasilnya akan lebih mengkilat.

f.. Grooves

Angin yang mengandung pasir dapat juga menggosok dan menyapu permukaan batuan membentuk
suatu alur.

g. Sculpturing (Penghiasan)

Banyak perbedaan bentuk topografi diakibatkan oleh kombinasi pelapukan dan abrasi angin.
Contohnya batujamur (mushroom rock) yaitu batu yang tererosi oleh angin yang mengandung pasir,
sehingga bentuknya menyerupai jamur.

Bentang Alam Eolian Akibat Proses Pengendapan

a. Dune

Suatu timbunan yang dapat bergerak atau berpindah, bentuknya tidak dipengaruhi oleh bentuk
permukaan ataupun rintangan.

Tipe-tipe dune dibedakan menjadi 3 yaitu:

• Transversal dune
Merupakan punggungan-punggungan pasir yang berbentuk memanjang tegak lurus dengan arah angin
yang dominan. Bentuk ini tidak dipengaruhi oleh faktor tumbuh-tumbuhan.

• Parabollic dune

127
Dune yang berbentuk sekop/sendok atau berbentuk parabola. Bentuk ini karena dipengaruhi oleh
adanya tumbuh-tumbuhan.

• Longitudinal dune
Punggungan-punggungan pasir yang terbentuk memanjang sejajar dengan arah angin yang dominan.
Material pasir diangkut secara cepat oleh angin yang relatif tetap.

b. Loess

Daerah yang luas tertutup oleh material-material halus dan lepas. Penyelidakan secara mikroskopis
memperlihatkan loess berkomposisi partikel-partikel angular, dengan diameter <0,5 mm, terdiri dari
kuarsa, feldspar, hornblende dan mika.

Bentangalam Karst

Karst ialah suatu bentang alam formasi batuan karbonat (CaCO3, MgCO3 atau campuran keduanya)
yang telah mengalami proses pelarutan. Batuan karbonat terlarut oleh asam karbonat (H2CO3) yang
terbentuk akibat interaksi air hujan dengan CO2 atmosferik maupun oleh CO2 biogenik, yang berasal
dari sisa tanaman yang membusuk (humus) di atas permukaan tanah Kata karst berasal dari bahasa
Jerman, yang mengambil alih kata carso dari bahasa Italia, atau krs dari bahasa Slovenia. Di Indonesia,
ada usaha geologiwan yang menterjemahkannya dengan istilah curing.

Kawasan karst - ialah suatu bentangalam yang menampakkan karakteristik relief dan drainase yang
khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuannya di dalam air, yang lebih tinggi dari
kawasan lain.

Proses pembentukan geomorfologi karst sangat dipengaruhi oleh proses:

• Kimia (pelarutan dan pengendapan)


• Fisis Pelapukan, peretakan, patahan, gravitasi transfer, peruntuhan, erosi
Faktor-faktor yang mempengaruhinya :

1) Litologi-Jenis kemurnian batuan karbonat. -Kelulusan (permeabilitas) batuan. -Kesarangan


(porositas) batuan. -Kemampatan (compactness) batuan.

2) Sistem percelahan-rekahan pada batuan.

128
3) Tektonisme.

4) Sistem kekar-sesar-patahan yang ada.

5) Iklim masa lalu dan masa kini. Intensitas curah hujan. (tropical karst, arid karst)

6) Kualitas air hujan (hujan asam)

7) Jenis penutup di atasnya (tanah, vegetasi, batuan klastik, dsb)

8) Ketinggian di atas permukaan laut.(lowland, middle, highland karst).

9) Pengaruh uap air laut(coastal exposure surface)

10) Pengaruh aliran sungai (fluvial karst)

11) Pengaruh vulkanisme.(abu gunung berapi)

12) Proses fisiko-kimiawi, seperti case hardening, yaitu represipitasi batugamping yang larut oleh air
hujan.

13) Pengaruh biologis (lichen-algae-akar pepohonan-detritus, dsb).

14) Perusakan lingkungan karst oleh ulah manusia.

Gvozdeckij (1965) melakukan klasifikasi karst sebagai berikut :

1) Karst terbuka (bare karst). Tidak tertutup apa-apa.

2) Karst tertutup (covered karst), oleh sedimen yang tidak ada hubungannya dengan masa
batugamping itu sendiri.(aluvium, sandstone, fluvoglacial).

3) Karst tertutup tanah yang berasal dari batugamping itu sendiri (terra rossa)

4) Karst terpendam (burried karst). Tertutup sempurna oleh batu-batuan yang lebih muda, secara
kebetulan ditemukan sewaktu diadakan pengeboran atau membuat sumuran.

5) Karst tropic

129
Beberapa bentukan morfologi karst :

Doline

Doline ialah cekungan tertutup (close depression) yang memiliki kedalaman antara 2 m sampai
100 m dengan diameter 10 m sampai 1000 m. Umumnya berkelompok dan dapat juga berjauhan.

Sinking creek

Sinking creek ialah sungai yang mengalir di daerah karst tetapi menghilang karena masuk ke aliran
bawah tanah.

Sink

Sink merupakan tempat sungai permukaan lenyap (surface runoff), yaitu dimana air menghilang
secara difusi melalui material alluvium.

Swallow Hole

Swallow hole terjadi apabila sungai permukaan menghilang melalui lubang yang nyata terlihat.

Danau Karst

Letaknya biasanya berada pada cekungan, terbentuk karena dasarnya kedap air akibat akumulasi
dari lumpur atau bahan residu pelapukan yang kedap air. Danau karst sering disebut danau perenial
bila dijumpai sepanjang tahun, dan non perenial jika hanya dijumpai pada musim hujan.

Bentukan Karst Mikro

Obyek penelitian yang amat menarik perhatian para ahli geomorfologi karst, ialah variasi bentukan
yang tampak pada permukaan batuan karbonat, akibat proses pelarutan atau pelapukan. Banyak sekali
nama yang lokal yang digunakan untuk mendeskripsi aneka bentukan ini, tetapi kini semua bentukan
mikro itu dikenal dengan sebutan Karren, Lapies atau Schratten.

Bentangalam Vulkanis

erstappen (1964) dan Widiyanto (1999) membagi tubuh gunungapi secara umum menjadi 9 satuan
bentuklahan dan menjelaskan karakteristiknya sebagai berikut :

130
1. Kawah

Kawah merupakan cekungan pada puncak atau bagian lereng gunungapi yang merupakan tempat
keluarnya magma ke permukaan. Neck akan menghubungkan kawah dengan dapur magma yang
terdapat di dalam bumi. Bentuk cekung pada kawah menyebabkan air hujan dapat tertampung dalam
kawah sehingga akan terbentuk danau kawah.

2. Kaldera

Kaldera merupakan kawah yang besar. Kaldera terbentuk dari kawah yang runtuh akibat erupsi gas
yang kuat. Pada saat erupsi gas, material di dalam kawah tersebut tersembur keluar sehingga bagian
dalam kawah menjadi kosong. Kekosongan material dalam kawah ini mengakibatkan dinding kawah
menjadi labil. Akibat goncangan dan gaya berat maka dinding kawah akan runtuh sehingga terbentuk
kaldra.

3. Kerucut gunungapi

Kerucut gunung api merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang langsung mendapat material
dari kawah saat terjadi erupsi. Gerakan material pada kerucut gunungapi adalah gerakan gravitatif,
yaitu gerakan yang dipengaruhi oleh tenaga gravitasi bumi. Kerucut gunungapi memiliki lereng yang
sangat curam dan terdapat lembah-lembah dalam. Material endapannya merupakan campuran bahan
erupsi yang masih sangat kasar hingga kasar, Kerucut gunungapi didominasi oleh aktifitas
pengangkutan dan longsor lahan.

4. Lereng gunungapi

Lereng gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang terdapat di bawah kerucut gunungapi, dengan
proses dominan berupa pengangkutan material secara gravitatif dan oleh tenaga air. Lereng terbentuk
dari hasil endapan material erupsi yang berlangsung secara bertahap. Kemiringan lereng di satuan
bentuklahan ini bervariasi dari curam sampai agak curam dengan aktifitas longsor lahan dan
pengangkutan oleh air. Ciri lain yang umum adalah telah digunakannya untuk lahan pertanian,
permukiman, peternakan, perkebunan dan pariwisata. Biasanya lereng gunungapi ini memiliki bentuk
yang belum teratur dengan lembah-lembah yang dalam.

5. Kaki gunungapi

Kaki gunungapi dicirikan oleh lereng yang agak curam sampai agak landai. Kaki gunungapi
didominasi oleh pengendapan materi gunungapi misalnya yang melalui lembah-lembah sungai. Materi
yang diendapkan antara lain lumpur, endapan lava dan materi piroklastik. Proses pengangkutan mulai

131
berkurang yang disebabkan oleh kemiringan lereng yang mulai berkurang. Proses gravitatif yang
terjadi juga mulai lemah.

6. Dataran kaki gunungapi

Dataran kaki gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang lebih datar dan terbentuk dari
pengendapan material oleh proses fluvial. Proses sedimentasi pada lembah sungai mulai aktif karena
adanya penurunan kemiringan lereng yang memungkinkan terjadinya pengendapan yang cukup besar.
Kemiringan lerengnya bervariasi dari agak landai sampai landai. Pemanfaatan lahan untuk pertanian
mulai berkembang. Material permukaan didominasi oleh kerikil hingga pasir kasar. Proses erosi pada
unit ini mulai lebih kecil dari pengendapannya. Secara umum proses erosi yang tampak adalah dari
erosi lembar sampai erosi alur.

7. Dataran fluvio gunungapi

Dataran fluvio gunungapi merupakan satuan bentuklahan dengan topografi datar dan terbentuk oleh
pengendapan dari proses fluvial. Proses pengendapan yang terjadi lebih intensif serta material
utamanya berupa pasir sedang hingga halus pada bagian atasnya. Di sini pemanfaatan lahan untuk
pertanian dan permukiman lebih berkembang.

8. Medan lava dan medan lahar

Medan lava terbentuk oleh adnya aliran lava melalu lembah-lembah dan hasil erupsi gunungapi.
Karakeristik satuan bentuklahan ini berupa daerah yang bergelombang tak teratur. Medan lava akan
terbentuk bila terjadi curahan lava pada volume yang sangat besar yang umumnya berupa lava basalt.
Medan lava ini diyakini berhubungan erat dengan adanya erupsi melalui rekahan, baik yang muncul
di sekitar kawah maupun kerucut gunungapi.

Bentangalam Marine

Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik pada tebing curam,
pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur. Aktivitas marine sering dipengaruhi\
aktivitas fluvial sehingga sering disebut sebagai fluvio – marine. Proses marine mempunyai pengaruh
yang sangat aktif pada daerah pesisir sepanjang pantai.

Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas/ gerakan air laut, baik pada tebing, pantai
berpasir, pantai berkarang, maupun pantai berlumpur. Gerakan tersebut meliputi :

132
1. Pasang surut, naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga interval naik turun
memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang surut ini dapat mengerosi pantai apalagi kalu bersama –
sama dengan gelombang / ombak.

2. Arus, aliran air laut yang disebabkan oleh angin, perbedaan suhu air laut dll.

3. Ombak sesuai dengan arah angin dapat mengerosi pantai. (abrasi).

Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi
oleh:

1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.

2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut.

3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga dari luar,
misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.

4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di
permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan
sebagainya.

5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada
di laut.

Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan
semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.,
dan Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga
dipengaruhi oleh:

1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.

2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut.
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga dari luar,
misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.

133
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di
permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan
sebagainya.

5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada di
laut.

Klasifikasi pantai menurut Johnson (1919 Vide Thornbury, 1964), berdasarkan genesa
dibagi menjadi 4 macam pantai yaitu:

a) Pantai tenggelam (submergence coast), pantai tenggelam (submergence coast) ini terjadi karena
tenggelamnya daratan atau naiknya muka air laut. Ciri-ciri pantai tenggelam:

• Di muka pantai ada pulau


• Garis pantai tidak teratur
• Teluk dalam
• Lembah-lembah turun
Contoh : Pantai Ria (terjadi akibat erosi fluvial), Pantai Fjord (terjadi akibat glasiasi)

b) Pantai naik (emergence coast), pantai ini terjadi akibat majunya garis pantai atau turunnya muka
air laut.

Ciri-ciri pantai naik:

• Di muka pantai terbentuk undak-undak pantai dan gosong pasir atau tanggul-tanggul.
• Garis pantai relatif lurus
• Relief relatif rendah

c. Pantai netral, adalah pantai yang tidak mengalami penenggelaman atau penurunan.

Ciri-ciri pantai netral:

• Garis pantai relatif lurus

134
• Pantai landai, ombak tidak besar
• Kadang-kadang terbentuk delta, bila suplai material melimpah
(1) Contoh: Pantai delta, Pantai volkanik, Pantai terumbu koral

d. Pantai campuran (compound)

Ciri-ciri pantai campuran:

• Pantai menunjukan undak pantai


• Lembah tenggelam, akibat turun dan naiknya muka air laut.

135

Anda mungkin juga menyukai