Anda di halaman 1dari 3

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari analisa perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil


kesimpulan bahwa;
1. Hipotesa yang menyatakan kemungkinan metode Penman-FAO 1997 tidak
sesuai untuk digunakan sebagai metode analisa Evapotranspirasi Potensial
untuk Kota Pontianak dan sekitarnya saat suhu permukaan bumi meningkat
terjawab. Karena metode yang memiliki persentase kesalahan relatif terkecil
saat adanya kenaikan suhu permukaan bumi adalah metode Penman 1948
dengan persentase kesalahan relatif 15.87%.
2. Apabila kenaikan suhu permukaan bumi tidak terlalu signifikan (kecil, sekitar
0,5o-<1,5oC) maka metode Penman Modifikasi FAO masih dapat digunakan.
Namun apabila kenaikan suhu mencapai  1,5oC, maka metode yang sesuai
untuk digunakan adalah metode Penman 1948. Sehingga dapat dikatakan
bahwa metode Penaman Modifikasi FAO 1997 tidak mutlak sebagai metode
yang sesuai untuk digunakan sebagai metode analisa Evapotranspirasi
Potensial untuk Kota Pontianak dan sekitarnya.
3. Berdasarkan analisa grafik hubungan masing-masing metode yang telah
dilakukan, dapat dikatakan bahwa belum tentu metode yang nilai korelasi (r)
nya terhadap hasil perhitungan evapotranspirasi berdasarkan evaporasi panci
penguapan tinggi akan memiliki nilai persentase kesalahan relatif yang kecil.
Ini dapat dilihat dari nilai r metode …….. (r linear = 0,9, r polynomial =
0,9833616) persentase kesalahan relatifnya 16,30%, jika dibandingkan dengan
nilai r metode Penman 1948 yang memiliki r linear = 0,895042 dan r
polynomialnya = 0,9827512, memiliki nilai persentase kesalahan relatif
15,87% .
4. Berdasarkan hasil perhitungan persentase kesalahan relatif dalam penelitian
ini, maka dapat disimpulkan bahwa metode Penman modifikasi FAO yang
direkomendasikan untuk digunakan sebagai metode perhitungan
Evapotranspirasi Potensial di Indonesia perlu mengalami koreksi ulang terkait
dengan adanya perubahan iklim akibat adanya pemanasan global apabila akan
digunakan sebagai metode analisa evapotranspirasi potensial untuk wilayah
Kota Pontianak dan sekitarnya, terutama wilayah yang berdekatan dengan titik
0o lintang (equator line).
5. Berdasarkan hasil perhitungan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
belum tentu metode Penman-FAO dapat digunakan sebagai metode analisa
evapotranspirasi potensial untuk seluruh wilayah Indonesia.

6.2. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah;
1. Berdasarkan hasil penelitian ini, apabila terjadi kenaikan suhu permukaan
bumi, disarankan untuk menggunakan metode Penman 1948 dalam melakukan
perhitungan evapotranspirasi potensial di Kota Pontianak dan sekitarnya,
karena memiliki persentase kesalahan relatif terkecil, sampai ada penelitian
lanjutan lainnya.
2. Penelitian ini barulah tahap awal, dan baru menggunakan data dari 1 (satu)
stasiun iklm di Pontianak saja, sehingga untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik agar dapat dikeluarkan statement yang lebih akurat, perlu adanya
pengujian yang serupa dengan menggunakan data dari stasiun iklim lain yang
ada di Pontianak atau bahkan di Kalimantan Barat khususnya (jika
ketersediaan data cukup) dan juga untuk wilayah lain di Indonesia, sehingga
didapat metode yang cocok digunakan untuk masing-masing wilayah di
Indonesia.
3. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan cara yang sama menggunakan data
iklim harian, untuk melihat keeratan hasil analisa bulanan dan harian terhadap
hasil analisa berdasarkan data evaporasi panci penguapan.
4. Dari penelitian ini, untuk mengambil keputusan yang final mengenai metode
yang cocok untuk digunakan dalam melakukan analisa evapotranspirasi
potensial berdasarkan data iklim perlu dilakukan uji kepekaan terhadap unsur-
unsur iklim yang digunakan.
5. Agar hasil penelitian selanjutnya lebih baik, disarankan agar peralatan
pengukuran iklim yang rusak pada beberapa stasiun cuaca di wilayah
Kalimantan Barat dapat diperbaiki dan menambah stasiun pengamatan cuaca
di Kalimantan Barat, sehingga setiap wilayah memiliki paling tidak 3 stasiun
cuaca.

Anda mungkin juga menyukai