Anda di halaman 1dari 33

1

2
3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama yaitu pusat pembangkit listrik,

saluran transmisi dan sistem distribusi. Pusat pembangkit merupakan rangkaian alat atau mesin

yang merubah energi mekanikal untuk menghasilkan energi listrik. Generator listrik adalah

sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi mekanik menjadi listrik. Penggunaan

generator listrik di pusat pembangkit listrik tidak terlepas dari permasalahan yang dapat

menyebabkan kerugian. Salah satu kerugian yang terjadi pada mesin listrik adalah vibrasi /

getaran pada mesin. Getaran merupakan fenomena yang banyak terjadi pada mesin berputar

yang menunjukkan pergerakan keluar dari titik netralnya. Getaran dan generator tidak dapat

dipisahkan karena generator mempunyai dimensi kecepatan yang berporos [1]. Suatu mesin

yang ideal jika dipandang dari sudut vibrasi yaitu mesin yang tidak mengalami vibrasi sama

sekali. Namun kelihatannya kondisi tersebut mustahil diperoleh karena sangat sulit

mendapatkan fabrikasi mesin tanpa sisa ketidakseimbangan atau mesin yang bergerak berputar

tanpa menimbulkan gesekan satu bagian dengan bagian lainnya [2]. Oleh karena itu dibutuhkan

suatu analisa vibrasi guna memonitor kondisi vibrasi yang terjadi pada generator. Penulis akan

melakukan penelitian di PLTGU Belawan dan menganalisa keterkaitan antara terjadinya

vibrasi terhadap pengaruh kenaikan beban dan efisiensi kinerja generator listrik di PLTGU

Belawan tersebut. Dari hasil penelitian dan analisa tersebut diharapkan dapat menjadi acuan

dalam pencegahan dan pemeliharaan mesin generator sinkron yang lebih baik.

5
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari Penelitian ini adalah

1. Bagaiman Pengaruh Kenaikan beban dan efisiensi yang terjadi pada saat terjadinya

vibrasi.

2. Bagaimana tingkat kenaikan beban dan efisiensi dari generator sinkron apabila

terjadi vibrasi jika dibandingkan dengan acuan klasifikasi getaran yang sesuai

dengan standar NEMA (National Electrical Manufacturers Association) MG-1 :

Motors and Generators.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengidentifikasi kenaikan beban dan efisiensi yang terjadi akibat adanya vibrasi

pada generator sinkron.

2. Menganalisa dan membandingkan pengaruh kenaikan beban dan efisiensi yang

terjadi pada generator sinkron saat terjadi vibrasi.

1.4 Batasan Masalah

Adapun pembatasan masalah yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilaksanakan di PLTGU Belawan pada generator GT 2.1


6
2. Analisa vibrasi yang digunakan adalah dengan metode condition monitoring.

3. Pengukuran vibrasi disesuaikan pada masalah sensitivitas thermal.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan untuk:

1. Dapat menganalisa keterkaitan antara terjadinya vibrasi terhadap parameter

kelistrikan.

2. Dapat mengetahui pengaruh vibrasi terhadap performa pada generator GT 2.1 di

PLTGU Belawan tersebut.

7
2 BAB II
3 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Generator
Generator merupakan peralatan listrik yang berfungsi menghasilkan energi listrik dari

sumber energi mekanik dengan prinsip induksi elektromagnetik [10]. Generator mengalirkan

muatan listrik yang akan bergerak melalui sebuah sirkuit listrik eksternal, tetapi generator tidak

menciptakan listrik. Sumber energi mekanik dapat berupa turbin uap, turbin air, turbin angin,

ataupun energi surya. Pemeliharaan generator terdiri dari beberapa jenis yaitu pemeliharaan

sederhana yang rutin dilakukan berulang – ulang dengan periode waktu harian, mingguan dan

bulanan dalam kondisi saat beroperasi. Pemeliharaan sedang (minor overhaul) yang dilakukan

berdasarkan lama operasi dari generator. Kegiatan yang dilakukan adalah pembongkaran

(disassembly), pemeriksaan (inspection), dan pengujian (testing) [6]. Sedangkan pemeliharaan

serius (mayor overhaul) dilakukan dengan waktu dan program yang harus direncanakan dengan

tepat karena pemeriksaan yang dilakukan meliputi seluruh komponen yang ada pada generator

dan dalam kondisi tidak beroperasi [5].

2.2.Teori Dasar Getaran

Getaran adalah gerakan random atau periodik komponen mesin dari titik diamnya

(posisi netral) menuju titik maksimum (Upper limit) dan titik minimum (Lower limit). Semua

mesin yang beroperasi pasti mengalami getaran yang diakibatkan karena gaya internal yang

diterima oleh mesin. Gaya yang diterima oleh mesin dapat bersumber dari kegagalan atau

kerusakan yang terjadi pada peralatan ataupun komponen peralatan tersebut, misalnya

unbalance, misalignment, poros bengkok, looseness, electrical problem dan faktor lainnya.
8
Selain dari sumber internal, vibrasi mesin dapat disebabkan oleh sumber eksternal seperti

resonansi. Sebagai contoh suatu pompa memiliki vibrasi/ getaran yang rendah ketika

beroperasi, akan tetapi vibrasinya menjadi tinggi ketika ada mesin lain yang dioperasikan.

Vibrasi yang terjadi pada mesin memiliki prinsip kerja yang sama dengan gerakan naik turun

dari sebuah bandul yang digantungkan pada pegas kemudian ditarik dan dilepaskan (dengan

asumsi pegas tersebut tidak memiliki redaman). Apabila pada unjung bandul kita beri pena dan

diarahkan pada kertas yang berjalan maka gerakan naik turun bandul akan membentuk suatu

grafik sinusoidal pada kertas[14].

Gambar 2.1 Basic Motion Vibration

9
A

Gambar 2.2 Grafik Sinusoidal Vibrasi

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, vibrasi yang terjadi pada mesin disebabkan

oleh berbagai macam sumber. Apabila vibrasi dari masing-masing sumber digambarkan

dalam bentuk grafik, akan terbentuk grafik sinusoidal seperti gambar di atas. Pada gambar 2 di

atas satu siklus vibrasi dari bandul adalah gerakan bandul dari lower limit ke upper limit

kemudian ke lower limit lagi. Pada grafik sinusoidal gambar 2, satu siklus vibrasi adalah

satu puncak dan satu lembah[3].

2.3. Karakteristik Getaran

Kondisi suatu mesin dan masalah-masalah kerusakan mekanik yang terjadi dapat

diketahui dengan mengukur karakteristik sinyal getaran pada mesin tersebut dengan mengacu

pada gerakan pegas. Karakteristik suatu getaran dengan memetakan gerakan dari pegas tersebut

terhadap waktu. Pada Gambar 2.3 ,menjelaskan tentang karakteristik getaran[3].

10
Gambar 2.3 Karakteristik Getaran

2.3.1 Perpindahan getaran (Vibration Displacement)

Displacement digunakan untuk mengukur seberapa jauh suatu objek berpindah ketika

bergetar/vibrasi. Displacement biasanya dinyatakan dalam bentuk satuan mils (0,001 inch).

Displacement vibrasi proporsional dengan regangan dan tarikan (strain and stress) pada

bearing, Pengukuran displacement poros pada journal bearing, adalah pengukuran jarak

antara poros dengan sensor vibrasi[6].

2.3.2 Kecepatan getaran (Vibration Velocity)

Velocity digunakan untuk mengukuran seberapa cepat sebuah objek berpindah dari

titik nol (zero) ke puncaknya (peak). Velocity digunakan untuk mengukur vibrasi pada range

frekuensi 600 CPM (10 Hz) sampai dengan 600.000 CPM (10.000 Hz). Satuan yang

digunakan adalah inch per second (ips) untuk sistem satuan imperial dan mm/s untuk sistem

satuan metrik. Velocity vibrasi proporsional dengan gaya fatgiue yang dialami oleh poros

ataupun komponen lain pada mesin, yang merupakan penyebab kerusakan mesin. Velocity

11
lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran lainya, dikarenakan Velocity merupakan

pengukuran yang non Frequency Related, dimana nilai pengkuran velocity pada 10 Hz

memiliki nilai yang sama dengan pengukuran pada 2000 Hz, sehingga velocity lebih sering

digunakan[7].

2.3.3 Percepatan getaran (Acceleration vibration)

Acceleration digunakan untuk mengukur perubahan kecepatan (velocity) dari titik nol

(zero) ke Peak. Sama halnya dengan displacement, acceleration merupakan Frequency

Related, dimana nilai acceleration pada suatu frekuensi berbeda dengan frekuensi lainnya.

Acceleration biasanya dinyatakan dalam bentuk satuan in/s2 untuk sistem satuan imperial

dan mm/s2 untuk sistem satuan metrik atau Gravitasi (g) dimana 1 g = 9807 mm/s2 atau

sama dengan 386,4 in/s2. Acceleration digunakan untuk mengukur vibrasi pada frekuensi

tinggi, yaitu lebih dari 600.000 CPM (10.000 Hz) dan biasanya digunakan untuk mengukur

kerusakan pada bearing (Bearing Failure) dan kerusakan pada Gear Box[5].

2.3.4 Frekuensi & Periode

Frekuensi vibrasi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam satu satuan waktu

(getaran per detik atau getaran per menit). Sedangkan periode vibrasi adalah waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan satu siklus vibrasi. Frekuensi dan periode vibrasi dirumuskan

sebagai berikut[8]:

12
N 1
F   ……………………………………………….(1)
t T

Keterangan:

F = Frekuensi Getaran

N = Jumlah getaran

T = Periode getaran

t = waktu yang diukur

2.3.5 Amplitudo

Amplitudo merupakan besar simpangan vibrasi dimana amplitudo menggambarkan

seberapa besar vibrasi terjadi pada suatu mesin. Ketika kita melakukan pengukuran getaran

pada bearing mesin, kita mengukur respon bearing terhadap gaya yang dihasilkan dalam

mesin. Jika pada sebuah kipas angin kita tambahkan koin logam pada salah satu kipasnya

maka kipas tersebut akan mengalami unbalance, dan apabila putaran kipas kita perbesar maka

amplitudo getaran akan semakin besar yang ditandakan dengan suara putaran kipas yang

semakin kasar[6].

13
2.3.6 Fasa

Fasa adalah perbedaan timing dimana suatu suatu event muncul relatif terhadap

event yang lain. Fasa dinyatakan dalam sudut, dimana satu putaran shaft dinyatakan dalam 1

periode atau 360⁰ . Jika sesuatu event terjadi pada waktu yang sama maka disebut in phase

jika tidak sama disebut out phase. Sudut fasa antara dua sinyal mengindikasikan hubungan

keduanya pada suatu waktu. Kedua sinyal mempresentasikan vibrasi, gaya dan

hubungannya dapat menunjukan suatu kondisi tertentu, misalnya misalignment, unbalance,

frekuensi putaran kritis, atau lokasi heavy spot pada rotor[5]. Pengukuran fasa sangat

membantu dalam mengidentifikasi sumber utama dari suatu permasalahan, banyak

kemungkinan permasalahan yang dapat menimbulkan vibrasi pada 1X RPM seperti

Unbalance, Misalignment, Soft Foot, Bent Shaft, dan Eccentricity dan dengan melakukan

pengukuran fasa kita dapat menentukan permasalahan yang terjadi[14].

Gambar 2.4 Dua buah benda yang in phase (perbedaan fassa 0º)

14
Gambar 2.5 Dua buah benda yang memiliki perbedaan fasa 90º

Gambar 2.6 Dua buah benda yang memiliki perbedaan fasa 180º

15
Gambar 2.7 Gambar In Phase dan Out Phase pada equipment

Fasa diukur dalam time waveform (amplitudo) vs time menggunakan analog atau digital

osiloskop, dual channel analyzer, phase meter, strobe light. Adalah penting untuk memperoleh

perbedaan waktu yang akurat dari sinyal saat pengukuran fasa. Fasa dapat diukur dari sinyal

referensi dari sensor putaran seperti optical pick up, proximity probe, atau magnetic pick up.

Sinyal referensi berkaitan dengan posisi angular tertentu. Fasa sinyal vibrasi dapat diukur

dengan memperhatikan posisi angular pada shaft. Sudut fasa diperoleh dengan mengalikan

selisih waktu antara sinyal referensi dan sinyal peak vibrasi dengan angka 360º kemudian

dibagi dengan periode 1x putaran shaft. Sudut fasa ini digunakan pada saat kegiatan balancing

oleh balance analyzer[11]

16
.

Gambar 2.8 Pengukuran Fasa menggunakan Tachometer

Fasa juga dapat diukur dengan strobe light. Strobe light dipicu oleh sinyal vibrasi (yaitu saat

sinyal berubah dari volt negatif ke positif atau sebaliknya, strobe light bersinar), dan

mengiluminasi tanda pada shaft pada beberapa posisi relatif terhadap protactor. Fasa pada posisi

berbeda dapat diidentifikasi dengan memindahkan sensor vibrasi selama mengamati sudut

fasa[12].

Gambar 2.9 Pengukuran Fasa menggunakan strobe light

17
2.4. Penyebab terjadinya vibrasi

Secara umum penyebab terjadinya anomali getaran pada sebuah peralatan yang

berputar adalah sebagai berikut :

1) Unbalance atau imbalance

Unbalance adalah terjadinya pergeseran titik pusat massa dari titik pusat

putarnya sehingga akan menimbulkan getaran yang tinggi.

2) Misalignment

Vibrasi yang disebabkan oleh penyambungan poros yang tidak simetris dan

besarannya tergantung dari ketidaksimetrisan penyambunganya, semakin tidak

simteris penyambungan poros pada sebuah peralatan maka menyebabkan vibrasi

akan semakin tinggi. Gejala vibrasi yang diakibatkan oleh misalignment hampir

sama dengan gejala unbalance akan tetapi dengan menggunakan vibriometer yang

memadai akan lebih mudah membedakan antara unbalance dan misalignment yaitu

dari analisa sudut fasanya. Terdapat beberapa jenis misalignment seperti

misalignment pada sambungan kopling, sabuk, rantai, roda gigi dan lain-lain.

3) Oil whirl dan oil whi

Vibrasi ini terjadi pada journal bearing yaitu pada mesin-mesin dengan sistem

pelumasan minyak bertekanan, serta mesin putaran tinggi (di atas putaran kritis

pertama).

18
4) Gesekan (rubbing)

Gesekan antara bagian yang berputar dengan bagian yang tetap disebut rubbing.

Gesekan ini bisa terjadi secara terputus-putus (intermitent) atau secara terus menerus

(continue) selama berputar.

5) Variasi beban

Beban besar (overload) pada mesin dapat menyebabkan vibrasi yang tinggi.

Untuk melakukan analisa dari fenomena ini maka karakstristik pengoperasian mesin

harus difahami, sehingga dalam mengukur getaran dasar (baseline vibration) sangat

penting untuk memperhatikan variasi getaran terhadap beban, tekanan dan

temperatur

6) Themal Sensitivity

Termal sensitivitas pada rotor generator adalah sebuah fenomena yang terjadi pada

sebuah rotor generator yang menyebabkan perubahan vibrasi pada rotor generator

seiring dengan perubahan arus medan. Pada dasarnya termal sensitivitas dapat

disebabkan oleh distribusi temperatur yang tidak sama disekitar permukaan rotor

atau akibat gaya aksial yang terdistribusi tidak merata pada rotor dikarenakan

perbedaan koefisien termal ekspansi yang besar antara belitan yang terbuat dari

tembaga dan ini rotor yang terbuat dari campuran baja. Jika ada

ketidakseimbangan pada area seputar belitan rotor secara mekanik maupun

elektrik, generator akan terbebankan secara tidak merata yang akan menyebabkan

rotor bengkok dan menyebabkan perubahan besaran vibrasi[5].

19
2.5.Pengaruh beban dan bukaan katup terhadap vibrasi Generator

Beban dalam sebuah sistem pembangkit tentunya tidak akan stabil dan cenderung

berubah-ubahseiring dengan peningkatan pemakaian barang elektronik. Pengaruh peningkatan

beban ini berdampakpada berkurangnya putaran yang mengakibatkan pula pada berkurangnya

daya output yang dihasilkanoleh suatu pembangkit. Jika beban naik dan putaran turun biasanya

akan dilakukan pembukaan katup asupan air pada turbin sehingga putaran yang diinginkan akan

terpenuhi dan pemenuhan daya output dapat terlaksana. Namun permasalahnya biasanya terjadi

fluktuasi beban, beban yang tidak stabil ini dapat membuat vibrasi akan semakin terasa. Indikasi

dari vibrasi ini adalah putaran yang tidak stabil sehingga dapat terukur apakah putarannya

melampaui batas atau dapat didengar dan diukur kebisingannya sebagai indikasi terjadinya

vibrasi[3].

2.6.Pengaruh Efisensi terhadap vibrasi Generator

Efisiensi dan kerugian harus ditentukan sesuai dengan IEEE std 115. efisiensi harus
ditentukan pada kondisi pengenal.

kerugian berikut harus dimasukkan dalam menentukan efisiensi:

- rugi-rugi armature
- rugi-rugi 𝐼 2 𝑅 medan
- rugi-rugi inti
- rugi-rugi stray-load
- rugi-rugi gesekan dan angin
- Rugi eksitasi jika eksitasi di suplai dengan mendorong dari batang ke mesin.

daya yang dibutuhkan untuk alat tambahan , seperti pompa atau kipas eksternal, yang
diperlukan untuk pengoperasian generator harus dibuat terpisah.
20
dalam menentukan rugi-rugi 𝐼 2 𝑅 pada semua beban, resistansi setiap belitan harus dikoreksi
ke suhu yang sama dengan suhu sekitar 25 ⁰C ditambah kenaikan suhu beban pengenal terukur
yang diukur dengan resistansi. ketika kenaikan suhu beban pengenal belum diukur, tahanan
belitan diizinkan pada suhu sebagai berikut.

Tabel 2.1. Tahanan belitan yang diizinkan pada generator menurut NEMA MG-1

CLASS OF INSULATION SYSTEM TEMPERATURE DEGREES ⁰C

A 75

B 95

F 115

H 130

jika kenaikan suhu adalah dispesifikasikan sebagai kelas sistem insulasi yang lebih rendah,
suhu untuk koreksi resistansi harus dari kelas insulasi yang lebih rendah.

dalam hal ini, generator yang dilengkapi dengan bantalan dorong, hanya bagian dari rugi-rugi
bantalan dorong yang dihasilkan oleh generator itu sendiri yang harus dimasukkan dalam rugi-
rugi gesekan dan angin untuk perhitungan efisiensi. sebagai alternatif, nilai efisiensi yang
dihitung, termasuk rugi-rugi bantalan karena beban dorong keluaran, harus sesuai spesifikasi
[6].

dalam hal ini generator di lengkapi dengan satu set bantalan, efisiensi dapat ditentukan dengan
pengujian bantalan di toko uji. kerugian gesekan dan angin yang mewakili instalasi aktual
harus ditentukan dengan perhitungan atau pengalaman dengan pengujian bantalan di bengkel
dan dimasukkan dalam perhitungan efisiensi. Generator yang ideal efisiensinya 100%, tapi
pada kenyataannya efisiensi generator kurang dari 100% dengan adanya vibrasi pada
generator, hal ini dikarenakan adanya rugi-rugi pada generator sehingga energi listrik menjadi
energi panas atau gerak. Efisiensi dinyatakan persamaan [7] :
21
𝑃𝑜𝑢𝑡
𝜂= 𝑥100% …………………………………………………………………….(2)
𝑃𝑖𝑛

Atau

𝑃𝑜𝑢𝑡 ∑ 𝑟𝑢𝑔𝑖
𝜂= =1− ……………………………………………………… (3)
𝑃𝑖𝑛 +∑ 𝑟𝑢𝑔𝑖 𝑃𝑖𝑛

Dengan

𝜼 = Efisiensi

𝑃𝑜𝑢𝑡 = daya keluar

𝑃𝑖𝑛 = daya masuk

∑ 𝑟𝑢𝑔𝑖 = 𝑃𝜔 + 𝑃𝑖

2.7.Pengaruh sensitivitas thermal terhadap vibrasi Generator

Pengaruh temperature terhadap vibrasi Pembebanan yang tidak seimbang dapat

meningkatkan arus medan yang dapat meningkatkan temperature setempat pada generator yang

nantinya akan menyebabkan vibrasi. Selain dari pembebanan yang tidak seimbang panas lebih

pada generator juga dapat disebabkan oleh gangguan sistem pentilasi, single phasing, dan

operasi arus yang tidak seimbang pada stator[1].

2.8.Condition base maintenance

Proses condition base maintenance (CBM) memerlukan teknologi, keahlian personil dan

sistem yang menggabungkan seluruh data kondisi peralatan seperti data diagnostic dan

performance, data histori peralatan, data operasi, data design (manual) untuk membuat

22
keputusan terkait dengan waktu dan pemeliharaan yang dibutuhkan pada peralatan penting.

Metodologi ini merupakan metodologi yang baru dikembangkan dan telah berevolusi selama 4

dekade belakangan ini dari metode pemeliharaan terdahulu[15].

23
Gambar 2.10. Diagram metode pemeliharaan

24
CBM mengasumsikan bahwa seluruh peralatan akan menurun performanya

atau akan mengalami kerusakan. CBM memonitor kondisi atau performa dari

peralatan pembangkit menggunakan berbagai macam teknologi. Berikut adalah data

yang dikumpulkan untuk menentukan kondisi dari suatu peralatan untuk mengetahui

tanda-tanda kegagalan dalam CBM:

1) Trend analysis

Mereview data (berupa parameter operasi, data vibrasi, dll) untuk melihat

performa suatu peralatan dari waktu ke waktu apakah peralatan tersebut

mengalami penurunan performa yang mengarah kepada kegagalan. Untuk

trending data, diperlukan minimal 3 titik monitoring sebelum terjadinya

kegagalan. Tiga point tersebut untuk menentukan apakah peralatan tersebut

mengalami penurunan performa secara linear.

2) Pattern recognition

Melihat data untuk mengetahui adanya hubungan antara penyebab suatu

kejadian tertentu dengan kegagalan peralatan. Sebagai contoh, setelah

mesin x digunakan dalam berbagai jenis pengoperasian, komponen ax

mengalami kegagalan akibat pengoperasian peralatan tersebut

3) Pengetesan terhadap limit (batasan) dan range (jangkauan)

Menyeting batasan alarm (berdasarkan manual book, standard, dll) dan

memonitor apakah batasan tersebut terlampaui atau tidak.

25
4) Analisa statistic proses

Apabila terdapat data kegagalan peralatan/komponen yang dikeluarkan

oleh pabrikan, bandingkan data kegagalan yang terjadi di site dengan data

yang dikeluarkan oleh pabrikan, gunakan data yang dikeluarkan oleh

pabrikan.

Data dikumpulkan, dianalisa, dibuatkan trending dan digunakan sebagai

rancangan kegagalan peralatan. Ketika prediksi waktu kegagalan peralatan telah

diketahui,dapat dilakukan tindakan untuk mencegah atau menunda terjadinya

kegagalan tersebut. Dengan cara ini keandalan peralatan dapat dijaga[15].

26
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen Penelitian : Vibration meter, Vibration Monitor,Vibration Anayzer

Bahan Penelitian : Data hasil pengukuran vibrasi pada generator GT 2.1 di

PLTGU Belawan, PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana

Pembangkitan Belawan.

3.2 Prosedur Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan melakukan pengukuran menggunakan

peralatan vibrasi untuk mendapatkan data dan trend grafik vibrasi pada generator

yang dipasangkan alat tersebut.

Selanjutnya, data hasil pengukuran akan dianalisa dan dibandingkan dengan

nilai standar vibrasi yang dapat ditoleransi untuk generator yang diukur. Nilai

standarisasi yang digunakan sesuai dengan acuan standar dari jenis generator yang

digunakan pada PLTGU Sicanang, Belawan.

Langkah – langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Studi literatur tentang vibrasi pada generator dan metode pengukuran

menggunakan Vibration meter, Vibration monitor, danVibration Analyzer.

b. Mengidentifikasi alat pengukuran yang akan digunakan.

27
c. Melakukan pengukuran Vibrasi pada generator sesuai dengan panduan

standar pengukuran yang menjadi acuan.

d. Melakukan perbandingan antara data hasil pengukuran dengan panduan

standar nilai vibrasi yang diperbolehkan. Selanjutnya diketahui variabel

penyebab terjadinya Vibrasi pada generator tersebut jika memang ada.

e. Menganalisa data hasil pengukuran vibrasi untuk menentukan lokasi

terjadinya vibrasi pada generator.

28
3.3 Diagram Alir Penelitian

Bentuk diagram alir penelitian seperti pada Gambar 3.1 sebagai berikut :

Mulai

Persiapan :
Penentuan Setting data

Pengambilan data
vibrasi
Tidak

Peningkatan
trending data

YA

Perbandingan dengan
standart vibrasi

Analisa Pengaruh kenaikan beban


dan efisiensi terhadap vibrasi pada
generator

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

29
3.4 Jadwal Penelitian

Adapun rencana kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai

berikut:

Tabel 3.1. Rencana Kegiatan Penelitian

Bulan
No. Kegiatan
Feb Maret Apr Mei Jun Jul

1. Studi literatur

2 Perancangan proposal

3 Seminar proposal

4 Pengambilan data

5 Pengolahan data

6 Analisis data

7 Seminar hasil

8 Publikasi jurnal

9 Sidang thesis

30
REFERENCE

[1] Y. J. Cui, B. L. Wang, and K. F. Wang, “Thermally induced vibration and strength failure

analysis of thermoelectric generators,” Appl. Therm. Eng., vol. 160, no. March, p. 113991, 2019,

doi: 10.1016/j.applthermaleng.2019.113991.

[2] T. Rahayu and A. Multi, “Pengaruh Missaligment Terhadap Arus Dan Getaran Pada Motor

Induksi,” Pros. Semnastek, no. May, pp. 1–2, 2017.

[3] R. D. Yulisetiawan, E. S. Koenhardono, and S. Sarwito, “Effect Analysis of Unbalanced Electric

Load in Ship at Three Phase Synchronous Generator on Laboratory Scale,” J. Tek. ITS, vol. 5,

no. 2, pp. 389–395, 2017, doi: 10.12962/j23373539.v5i2.19417.

[4] R. K. Mohanta, T. R. Chelliah, S. Allamsetty, A. Akula, and R. Ghosh, “Sources of vibration

and their treatment in hydro power stations-A review,” Eng. Sci. Technol. an Int. J., vol. 20, no.

2, pp. 637–648, 2017, doi: 10.1016/j.jestch.2016.11.004.

[5] B. S. Publication, “International Standard IEC 60068-2-6:2007 Environmental testing - Part 2-

6: Tests - Test Fc: Vibration (sinusoidal),” Int. Electrotech. Comm., vol. 1995, 2017.

[6] NEMA STANDART, “NEMA MG-1: Motors and Generators,” vol. 552, p. 775, 2009.

[7] Alberto Bellini. “Diagnosis of bearing faults in induction machines by vibration or current

signals : a critical comparison”. IEEE.2005.

[8] Girdshar, Paresh. 2004. “ Practical Machinary Vibration Analysis and predictive maintenance”.

Elsevier. Burlington.

[9] S. G. Kelly, Mechanical Vibrations. The University Of Akron, 2012.

[10] Zuhal, "Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya", Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1995.


31
[11] Debby Vera Priandi, Vibrasi Generator 7750 KVA/6,6 KV DI PLTA WONOGIRI. D.I.

Yogyakarta: UNIVERSITAS GAJAH MADA, 2019.

[12] V. B. and S. K.N., “Vibration analysis including stator, rotor, housing and dynamic response

analysis of Flux Reversal Generator,” J. Electr. Syst. Inf. Technol., vol. 5, no. 2, pp. 144–157,

2018, doi: 10.1016/j.jesit.2018.02.004.

[13] A. P. Bovsunovsky, “Estimation of efficiency of vibration damage detection in stepped shaft of

steam turbine,” Electr. Power Syst. Res., vol. 154, pp. 381–390, 2018, doi:

10.1016/j.epsr.2017.09.012.

[14] PT. PLN (Persero) jasa diklat unit pendidikan dan pelatihan Surabaya, “Analisa Vibrasi,” pp. 1–

74, 2010.

[15] PT. PLN (Pesero) jasa diklat unit pendidikan dan pelatihan Surabaya, “Condition Base

Maintenance”, 2018.

32
33

Anda mungkin juga menyukai