A. Koordinasi (Coordinating)
Koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan dn
sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-maksud yang telah ditetapkan. Sejauh mana
seseorang administrator sekolah bisa mendorong semua anggota sekolahnya untuk
menyumbangkan perilaku yang bertujuan, tertib, dan efektif merupakan ujian akhir tentang
kesanggupannya. Dengan kata lain, mencapai koordinasi adalah salah satu fungsi pokok setiap
administrator. Akan tetapi koordinasi hendaknya tidak dipandang sebagai suatu kegiatan
yang terpisah dan berdiri sendiri, karena ia hanya sebagian saja dari seluruh aspek
administrasi1. Perencanaan, organisasi, komunikasi, pengawasan dan penilaian, semuanya
sendaknya membantu kepada koordinasi.
ُ هُ هّٰللا3ا َعلَّ َم33ب َك َمَ ُاتِبٌ اَ ۡن ي َّۡكت33ب َك َ ل ۚ َواَل يَ ۡا ِ ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اِ َذا تَدَايَ ۡنتُمۡ بِد َۡي ٍن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَ ۡاكتُب ُۡوهُ ؕ َو ۡليَ ۡكتُب ب َّۡينَ ُكمۡ َكاتِ ۢبٌ بِ ۡال َع ۡد
ض ِع ۡيفًا اَ ۡو اَل يَ ۡست َِط ۡي ُعَ ق َسفِ ۡيهًا اَ ۡو ُّ ا ؕ فَا ِ ۡن َكانَ الَّ ِذ ۡى َعلَ ۡي ِه ۡال َحـ3ًًٔس ِم ۡنهُ َش ۡيــٔـ ۡ َق هّٰللا َ َربَّهٗ َواَل يَ ۡبخ ۡ ُّ فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب َۚو ۡليُمۡ لِ ِل الَّ ِذ ۡى َعلَ ۡي ِه ۡال َحـ
ِ َّق َوليَت
هَدَٓا ِء3الشُّ َ ۡونَ ِمن3ض َ است َۡش ِهد ُۡوا َش ِه ۡيد َۡي ِن ِم ۡن رِّ َجالِ ُك ۚمۡ فَا ِ ۡن لَّمۡ يَ ُك ۡونَا َر ُجلَ ۡي ِن فَ َر ُج ٌل وَّامۡ َراَ ٰت ِن ِم َّم ۡن ت َۡرۡ اَ ۡن يُّ ِم َّل هُ َو فَ ۡليُمۡ لِ ۡل َولِيُّهٗ بِ ۡال َع ۡد ِلؕ َو
ص ِغ ۡيرًا اَ ۡو َكبِ ۡيرًا اِ ٰلٓى اَ َجلِ ٖهؕ ٰذَ ُ ُم ۡۤوا اَ ۡن ت َۡكتُب ُۡوه3ََٔب ال ُّشهَدَٓا ُء اِ َذا َما ُدع ُۡوا ؕ َواَل ت َۡســٔـ َ ض َّل اِ ۡح ٰدٮهُ َما فَتُ َذ ِّك َر اِ ۡح ٰدٮهُ َما ااۡل ُ ۡخ ٰرىؕ َو اَل يَ ۡا ِ َاَ ۡن ت
ۤ هّٰللا
ؕ ا33َا ٌح اَاَّل ت َۡكتُب ُۡوه33َس َعلَ ۡي ُكمۡ جُ ن َ ض َرةً تُ ِد ۡير ُۡونَهَا بَ ۡينَ ُكمۡ فَلَ ۡي ِ لِ ُكمۡ اَ ۡق َسطُ ِع ۡن َد ِ َواَ ۡق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة َواَ ۡد ٰنى اَاَّل ت َۡرتَاب ۡ ُٓوا اِاَّل ۤ اَ ۡن تَ ُك ۡونَ تِ َجا َرةً َحا
ق ۢ بِ ُكمۡ ؕ َو اتَّقُوا هّٰللا َ ؕ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّٰللا ُ ؕ َوهّٰللا ُ بِ ُك ِّل َش ۡى ٍء َعلِ ۡي ٌم َ َُواَ ۡش ِهد ُۡۤوا اِ َذا تَبَايَ ۡعتُمۡ ۖ َواَل ي
ٌ َواِ ۡن ت َۡف َعلُ ۡوا فَاِنَّهٗ فُس ُۡو3ؕ ضٓا َّر َكاتِبٌ َّواَل َش ِه ۡي ٌد
Artinnya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang-piutang (bermuamalah tidak
secara tunai) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya. Dan hendaklah
seorang penulis diantara kamu menulisnya dengan adil. Dan janganlah penulis enggan
menulisnya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah
orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
(QS. Al-Baqarah ayat 282)
1
“Eka Prihati, Teori Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2011,h.13
Tanpa koordinasi sulit untuk mengharapkan bahwa pengaturan kegiatan dengan tertib dari
dua orang atau lebih dalam mengerjakan suatu tujuan bersama akan dicapai. Melalui proses
organisasi berbagai bagian suatu usaha di hubungan dengan setiap bagian lainya. Tapi, yang
mempengaruhi bagian-bagian ini supaya berfungsi sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi dan
harmonis adalah kegiatan mengkoordinasi2. Ia mempersatukan bagian-bagian dan membuat
tiap bagian itu melengkapi dan mendukung yang lainnya. Fungsi koordinasi dalam organisasi
barangkali bisa dilukiskan paling baik dengan cara suara dari berbagai instrumen dalam suatu
orkes simfoni dirangkaikan sehingga menghasilkan suatu pagelaran melodi, harmonis dan
ritmis.
Adanya bermacam-macam tugas/pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang,
memerlukan adanya koordinasi yang baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya
persaingan yang tidak sehat dan atau kesimpangsiuran dalam tindakan. Dengan adanya
koordinasi yag baik, semua bagian dan personel dapat bekerja sama menuju kesatu arah tujuan
yang telah ditetapkan. Koordinasi ini perlu untuk mengatasi kemungkinan adanya duplkasi
dalam tugas, perebutan hak dan tanggung jawab, ketidakseimbangan dalam beratrintangannya
pekerjaan, kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas dan kewajiban.
Menurut Sutisna, proses koordianasi bisa dibagi dalam tiga tingkat. Pertama,harus
ada rencana perilaku yang telah dibuat bagi semua anggota kelompok. Kedua, seluruh rencana
itu, atau sedikitnya bagian-bagiannya yang releven harus dipahami oleh setiap orang yang
terlibat. Ketiga, kesediaan setiap orang untuk berbuat sesuai dengan rencana harus
dikembangkan.
Dengan begitu, koordinasi dalam organisasi pendidikan harus ditata oleh
administrator utama yaitu kepala sekolah dan tata usaha. Semua komponen tersebut menjadi
kunci melakukan kesamaan pandangan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Karena itu,
koordinasi memerlukan keterampilan komunikasi yang baik dalam organisasi pendidikan
sehngga tidak ada yang salah memahami tugas pokok dan fungsiya dan salah dalam
melaksanakan pekerjaan, padahal pekerjaan tersebut merupakan tanggung jawab orang lain.
Karena itu setelah pembagian tugas maka unit-uit lainnya melakukan koordinasi dalam hal
pekerjaan yang memerlukan dukungan unsur lainnya untuk efektivitas suatu sekolah dalam
mencapai tujuannya3.
2
Herabudin, Opcit, h.139
3
M.Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,(Bandung; PT Remaja Rosdakarya,2009),hlm.2
Dalam praktiknya disetiap sekolah, koordinasi ini dijalankan oleh semua unit yang ada
disekolah, baik oleh kepala sekolah para wakil kepala sekolah, tata usaha, wali kelas, unit
bimbingan konseling dan perpustakaan. Kegiatan yang dikoordinasikan adalah semua kegiatan
yang ditangani oleh masing-masing unit/unsur dan berhubungan dan keberhasilannya satu
dengan yang lainnya sehingga melalui komunikasi semua saling memperkuat untuk
menunjukkan kinerja pribadi, kinerja unit dan kinerja sekolah.
Salah satu fungsi pokok administrasi adalah koordinasi. Organisasi tanpa koordinasi sulit
kiranya untuk mengatur seluruh rencana dan implementasi rencana kegiatan dalam usaha
mengejar tujuan bersama. Hubungan kerja yang telah diatur dalam proses pengorganisasian
dipengaruhi agar berfungsi sebagai satu kesatuan melalui kegiatan pengorganisasian.
Menurut Stoner (dalam Amtu, 2011), coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah
satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan dengan menghubungkan dan
menyelaraskan perkerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah.
Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi tidak
dikerjakan menurut kehendak pribadi atau masing-masing kelompok, tetapi harus dikerjakan
menurut aturan dan dipandu oleh seorang koordinator.
2. Proses Pengkoordinasian
Menyusun hirarki organisasi yang jelas dan sederhana.
Menyusun hirarki organisasi sebetulnya sudah dilakukan pada tahap pengorganisasian. Pada
tahap ini, perlu adanya penyederhanaan dan pembagian kerja setiap unit yang lebih spesifik
agar masing-masing personil mengerti betul dengan siapa dia harus berkoordinasi dalam
pekerjaannya.
Beberapa kebijakan perlu disampaikan dalam deskripsi kerja untuk meminimalisair tumpang
tindih pekerjaan dan efektifitas koordinasi. Suatu contoh kebijakan yang mengatur personil,
ketika personil ingin berkoordinasi dengan lingkungan eksternal organisasi maka perlu
diketahui pimpinan terlebih dahulu.
Disetiap unit dalam organisasi besar biasanya dipilih seorang kepala unit yang didelegasikan
sebagai koordinator. Kepala-kepala unit inilah yang berperan membantu manajer
berkoordinasi ke dalam keseluruhan unit.
Pertemuan rutin perlu dilakukan untuk mengetahui secara berkala apakah seluruh pekerjaan
berjalan dengan baik. Pertemuan rutin juga bermanfaat bagi personil untuk mengungkapkan
ide-idenya yang bisa didengar langsung oleh semua unit.
Mengadakan monitoring dan evaluasi.
Melalui kegiatan ini, seorang manajer menerima informasi dari pengamatan atau laporan unit
untuk menilai apakah kegiatan yang sedang atau sudah berjalan perlu dikoordinasikan
kembali atau tidak.
B. Pengawasan (Controlling)
1. Pengertian Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (Controlling)4 Pengawasan menuntut kepada para manajer untuk menggunakan
kewenangan mereka dalam rangka menjamin bahwa tindakan pekerja sesuai dengan tujuan
dan aturan organisasi. Otoritas tersebut memberdayakan para manajer untuk menggunakan
kekuasaan dan kontrol terhadap bawahan guna mengarahkan aktivitas mereka demi kemajuan
organisasi. Posisi bawahan dituntut untuk senantiasa dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
dengan berhasil oleh atasannya sesuai kewenangan atasan yang ada dalam organisasi.
Proses pengawasan mencatat segala kejadian yang berkembang dalam organisasi
untuk memastikan bahwa organisasi berjalan sesuai dengan arah yang benar agar dapat
sampai pada tujuannya dan memungkinkan manajer mendeteksi terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dari perencanaan yang telah dibuat dan mengambil tindakan korektif pada
waktu yang tepat. Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi rencana,
kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Oteng Sutisna (1983 : 203) menegaskan bahwa tindakan pengawasan terdiri dari tiga
langkah universal, yaitu:
4
Hadijaya, yusuf. h.22-23
5
M.Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,(Bandung; PT Remaja Rosdakarya,2009),hlm. 4
menentukan apakah ada penyimpangan (deviation) dan mencatat besar kecilnya
penyimpangan, kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa
semua sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Di bidang pendidikan,
pengawas merupakan individu atau personil pendidikan yang bertugas untuk menguji,
memeriksa, memverifikasi, dan memeriksa ulang segala aktivitas kependidikan dengan
segala fasilitas penunjangnya. Secara terintegrasi pengawas akademik dapat bertindak
sebagai supervisor yang harus membina personil pendidikan lain di sekolah yang
berhubungan dengan faktor akademik, antara lain guru, kepala sekolah, pustakawan sekolah,
dan teknisi sumber belajar/media pembelajaran di sekolah.
Administrasi Pendidikan ialah proses kolaborasi antara yang satu dengan yang lainnya
yang mempunyai tujuan yang hendak dicapai bersama dengan melakukan kiprah sebaik
mungkin dengan memanfaatkan fasilitas untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan
yang produktif. Administrasi pendidikan merupakan suatu kegiatan kolaborasi atau proses
pengintegrasian segala sesuatu baik personal maupun material yang tergabung dalam
orgaisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya
biar efektif dan efisien.
(1) perencanaan,
(2) pengorganisasian,
(3) penyusunan,
(4) pengarahan,
(5) pengkoordinasian,
(6) penganggaran,
(7) pergerakan,
(8) penilaian
Adapun tujuan dari manajemen pendidikan adalah:
1. Efektifitas produksi
2. efesiensi
3. kemampuan beradaptasi (adaptivenes)
4. kepuasan kerja
SARAN
Administrasi pendidikan sangat diharapkan dalam kegiatan pendidikan guna untuk
mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang di lakukan dan tidak hanya itu sanggup juga
menginventaris kelengkapan media-media atau sarana belajar. Apabila suatu sekolah tidak
memakai manajemen pendidikan maka sekolah itu tidak akan berhasil dan cenderung kacau.
DAFTAR PUSTAKA