Anda di halaman 1dari 9

3.

Koordinasi dan Pengawasan Pendidikan

A. Koordinasi (Coordinating)
Koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan dn
sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-maksud yang telah ditetapkan. Sejauh mana
seseorang administrator sekolah bisa mendorong semua anggota sekolahnya untuk
menyumbangkan perilaku yang bertujuan, tertib, dan efektif merupakan ujian akhir tentang
kesanggupannya. Dengan kata lain, mencapai koordinasi adalah salah satu fungsi pokok setiap
administrator. Akan tetapi koordinasi hendaknya tidak dipandang sebagai suatu kegiatan
yang terpisah dan berdiri sendiri, karena ia hanya sebagian saja dari seluruh aspek
administrasi1. Perencanaan, organisasi, komunikasi, pengawasan dan penilaian, semuanya
sendaknya membantu kepada koordinasi.

ayat tentang "pengertian administrasi pendidikan" administrasi pendidikan adalah


tindakan mengkoordinasikan prilaku manusia dalam pendidikan, agar semua daya yang ada
dapat ditata sebaik mungkin, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara produktif.
Hal ini sehubungan di dalam QS. al-Baqarah/2:282;

ُ‌ ‫ هُ هّٰللا‬3‫ا َعلَّ َم‬33‫ب َك َم‬َ ُ‫اتِبٌ اَ ۡن ي َّۡكت‬33‫ب َك‬ َ ‫ل ۚ َواَل يَ ۡا‬ ‌ِ ‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اِ َذا تَدَايَ ۡنتُمۡ بِد َۡي ٍن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَ ۡاكتُب ُۡوهُ ‌ؕ َو ۡليَ ۡكتُب ب َّۡينَ ُكمۡ َكاتِ ۢبٌ بِ ۡال َع ۡد‬
‫ض ِع ۡيفًا اَ ۡو اَل يَ ۡست َِط ۡي ُع‬َ ‫ق َسفِ ۡيهًا اَ ۡو‬ ُّ ‫ا ‌ؕ فَا ِ ۡن َكانَ الَّ ِذ ۡى َعلَ ۡي ِه ۡال َحـ‬3ًًٔ‫س ِم ۡنهُ َش ۡيــٔـ‬ ۡ َ‫ق هّٰللا َ َربَّهٗ َواَل يَ ۡبخ‬ ۡ ُّ ‫فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب‌ َۚو ۡليُمۡ لِ ِل الَّ ِذ ۡى َعلَ ۡي ِه ۡال َحـ‬
ِ َّ‫ق َوليَت‬
‫هَدَٓا ِء‬3‫الش‬ُّ َ‫ ۡونَ ِمن‬3‫ض‬ َ ‫است َۡش ِهد ُۡوا َش ِه ۡيد َۡي ِن ِم ۡن رِّ َجالِ ُك ۚمۡ‌ فَا ِ ۡن لَّمۡ يَ ُك ۡونَا َر ُجلَ ۡي ِن فَ َر ُج ٌل وَّامۡ َراَ ٰت ِن ِم َّم ۡن ت َۡر‬ۡ ‫اَ ۡن يُّ ِم َّل هُ َو فَ ۡليُمۡ لِ ۡل َولِيُّهٗ بِ ۡال َع ۡد ِل‌ؕ َو‬
‫ص ِغ ۡيرًا اَ ۡو َكبِ ۡيرًا اِ ٰلٓى اَ َجلِ ٖه‌ؕ ٰذ‬َ ُ‫ ُم ۡۤوا اَ ۡن ت َۡكتُب ُۡوه‬3ََٔ‫ب ال ُّشهَدَٓا ُء اِ َذا َما ُدع ُۡوا ‌ؕ َواَل ت َۡســٔـ‬ َ ‫ض َّل اِ ۡح ٰدٮهُ َما فَتُ َذ ِّك َر اِ ۡح ٰدٮهُ َما ااۡل ُ ۡخ ٰرى‌ؕ َو اَل يَ ۡا‬ ِ َ‫اَ ۡن ت‬
ۤ ‫هّٰللا‬
ؕ‌ ‫ا‬33َ‫ا ٌح اَاَّل ت َۡكتُب ُۡوه‬33َ‫س َعلَ ۡي ُكمۡ جُ ن‬ َ ‫ض َرةً تُ ِد ۡير ُۡونَهَا بَ ۡينَ ُكمۡ فَلَ ۡي‬ ِ ‫لِ ُكمۡ اَ ۡق َسطُ ِع ۡن َد ِ َواَ ۡق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة َواَ ۡد ٰنى اَاَّل ت َۡرتَاب ۡ ُٓوا اِاَّل ۤ اَ ۡن تَ ُك ۡونَ تِ َجا َرةً َحا‬
‫ق ۢ بِ ُكمۡ ؕ َو اتَّقُوا هّٰللا ‌َ ؕ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّٰللا ‌ُ ؕ َوهّٰللا ُ بِ ُك ِّل َش ۡى ٍء َعلِ ۡي ٌم‬ َ ُ‫َواَ ۡش ِهد ُۡۤوا اِ َذا تَبَايَ ۡعتُمۡ ۖ َواَل ي‬
ٌ ‫ َواِ ۡن ت َۡف َعلُ ۡوا فَاِنَّهٗ فُس ُۡو‬3ؕ ‫ضٓا َّر َكاتِبٌ َّواَل َش ِه ۡي ٌد‬
Artinnya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang-piutang (bermuamalah tidak
secara tunai) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya. Dan hendaklah
seorang penulis diantara kamu menulisnya dengan adil. Dan janganlah penulis enggan
menulisnya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah
orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
(QS. Al-Baqarah ayat 282)

1
“Eka Prihati, Teori Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2011,h.13
Tanpa koordinasi sulit untuk mengharapkan bahwa pengaturan kegiatan dengan tertib dari
dua orang atau lebih dalam mengerjakan suatu tujuan bersama akan dicapai. Melalui proses
organisasi berbagai bagian suatu usaha di hubungan dengan setiap bagian lainya. Tapi, yang
mempengaruhi bagian-bagian ini supaya berfungsi sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi dan
harmonis adalah kegiatan mengkoordinasi2. Ia mempersatukan bagian-bagian dan membuat
tiap bagian itu melengkapi dan mendukung yang lainnya. Fungsi koordinasi dalam organisasi
barangkali bisa dilukiskan paling baik dengan cara suara dari berbagai instrumen dalam suatu
orkes simfoni dirangkaikan sehingga menghasilkan suatu pagelaran melodi, harmonis dan
ritmis.
Adanya bermacam-macam tugas/pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang,
memerlukan adanya koordinasi yang baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya
persaingan yang tidak sehat dan atau kesimpangsiuran dalam tindakan. Dengan adanya
koordinasi yag baik, semua bagian dan personel dapat bekerja sama menuju kesatu arah tujuan
yang telah ditetapkan. Koordinasi ini perlu untuk mengatasi kemungkinan adanya duplkasi
dalam tugas, perebutan hak dan tanggung jawab, ketidakseimbangan dalam beratrintangannya
pekerjaan, kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas dan kewajiban.
Menurut Sutisna, proses koordianasi bisa dibagi dalam tiga tingkat. Pertama,harus
ada rencana perilaku yang telah dibuat bagi semua anggota kelompok. Kedua, seluruh rencana
itu, atau sedikitnya bagian-bagiannya yang releven harus dipahami oleh setiap orang yang
terlibat. Ketiga, kesediaan setiap orang untuk berbuat sesuai dengan rencana harus
dikembangkan.
Dengan begitu, koordinasi dalam organisasi pendidikan harus ditata oleh
administrator utama yaitu kepala sekolah dan tata usaha. Semua komponen tersebut menjadi
kunci melakukan kesamaan pandangan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Karena itu,
koordinasi memerlukan keterampilan komunikasi yang baik dalam organisasi pendidikan
sehngga tidak ada yang salah memahami tugas pokok dan fungsiya dan salah dalam
melaksanakan pekerjaan, padahal pekerjaan tersebut merupakan tanggung jawab orang lain.
Karena itu setelah pembagian tugas maka unit-uit lainnya melakukan koordinasi dalam hal
pekerjaan yang memerlukan dukungan unsur lainnya untuk efektivitas suatu sekolah dalam
mencapai tujuannya3.

2
Herabudin, Opcit, h.139
3
M.Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,(Bandung; PT Remaja Rosdakarya,2009),hlm.2
Dalam praktiknya disetiap sekolah, koordinasi ini dijalankan oleh semua unit yang ada
disekolah, baik oleh kepala sekolah para wakil kepala sekolah, tata usaha, wali kelas, unit
bimbingan konseling dan perpustakaan. Kegiatan yang dikoordinasikan adalah semua kegiatan
yang ditangani oleh masing-masing unit/unsur dan berhubungan dan keberhasilannya satu
dengan yang lainnya sehingga melalui komunikasi semua saling memperkuat untuk
menunjukkan kinerja pribadi, kinerja unit dan kinerja sekolah.
Salah satu fungsi pokok administrasi adalah koordinasi. Organisasi tanpa koordinasi sulit
kiranya untuk mengatur seluruh rencana dan implementasi rencana kegiatan dalam usaha
mengejar tujuan bersama. Hubungan kerja yang telah diatur dalam proses pengorganisasian
dipengaruhi agar berfungsi sebagai satu kesatuan melalui kegiatan pengorganisasian.

1. Konsep Dasar Pengkoordinasian

Menurut Stoner (dalam Amtu, 2011), coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah
satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan dengan menghubungkan dan
menyelaraskan perkerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah.
Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi tidak
dikerjakan menurut kehendak pribadi atau masing-masing kelompok, tetapi harus dikerjakan
menurut aturan dan dipandu oleh seorang koordinator.

Pengkoordinasian tidak selalu terjadi di dalam internal organisasi, karena pada


kenyataannya organisasi selalu berhubungan dengan masyarakat. Organisasi pendidikan
dalam hal ini sekolah negeri, pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan selalu
dikaitkan dengan kegiatan pelaporan yang berkoordinasi dengan pejabat berwenang di atas
kepala sekolah. Menurut Susilo (2014), koordinasi terdiri dari beberapa tipe di antaranya
koordinasi vertikal, horizondal dan diagonal. Berikut adalah tipe-tipe koordinasi:

1. Koordinasi vertikal, adalah koordinasi antara pimpinan dengan bawahan langsung


atau pimpinan dengan atasan.
2. Koordinasi Horizontal, adalah koordinasi antara unit dengan unit selevel di bawah
pimpinan
3. Koordinasi Diagonal, adalah koordinasi antara personil yang bekerja pada tingkatan
yang berbeda.
4. Koordinasi Eksternal, adalah koordinasi antara organisasi dengan lingkungan di luar
organisasi.
Organisasi sekolah yang di dalamnya terdapat pembagian tugas yang sangat subtansi,
maka pengkoordinasian mutlat diperlukan. Pembagian tugas mengajar dan pengaturan jadwal
pelajaran yang tidak dikoordinasikan dapat menyebabkan gagalnya seluruh program
perencanaan. Koordinasi yang baik tidak lepas dari peran kepala sekolah sebagai manajer.
Sagala (2009) menjelaskan, koordinasi yang baik dapat terwujud dengan beberapa syarat, di
antaranya pembagian kerja yang jelas, semangat kerja yang besar di antara personil,
tersedianya fasilitas kerja yang memadai, kontak hubungan yang lancar dan memulai suatu
tahapan pekerjaan dengan benar.

2. Proses Pengkoordinasian
 Menyusun hirarki organisasi yang jelas dan sederhana.

Menyusun hirarki organisasi sebetulnya sudah dilakukan pada tahap pengorganisasian. Pada
tahap ini, perlu adanya penyederhanaan dan pembagian kerja setiap unit yang lebih spesifik
agar masing-masing personil mengerti betul dengan siapa dia harus berkoordinasi dalam
pekerjaannya.

 Menentukan kebijakan dan deskripsi unit kerja yang jelas.

Beberapa kebijakan perlu disampaikan dalam deskripsi kerja untuk meminimalisair tumpang
tindih pekerjaan dan efektifitas koordinasi. Suatu contoh kebijakan yang mengatur personil,
ketika personil ingin berkoordinasi dengan lingkungan eksternal organisasi maka perlu
diketahui pimpinan terlebih dahulu.

 Memilih koordinator dari masing-masing unit.

Disetiap unit dalam organisasi besar biasanya dipilih seorang kepala unit  yang didelegasikan
sebagai koordinator. Kepala-kepala unit inilah yang berperan membantu manajer
berkoordinasi ke dalam keseluruhan unit.

 Menyusun jadwal pertemuan rutin.

Pertemuan rutin perlu dilakukan untuk mengetahui secara berkala apakah seluruh pekerjaan
berjalan dengan baik. Pertemuan rutin juga bermanfaat bagi personil untuk mengungkapkan
ide-idenya yang bisa didengar langsung oleh semua unit.
 Mengadakan monitoring dan evaluasi.

Melalui kegiatan ini, seorang manajer menerima informasi dari pengamatan atau laporan unit
untuk menilai apakah kegiatan yang sedang atau sudah berjalan perlu dikoordinasikan
kembali atau tidak.

B. Pengawasan (Controlling)
1. Pengertian Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (Controlling)4 Pengawasan menuntut kepada para manajer untuk menggunakan
kewenangan mereka dalam rangka menjamin bahwa tindakan pekerja sesuai dengan tujuan
dan aturan organisasi. Otoritas tersebut memberdayakan para manajer untuk menggunakan
kekuasaan dan kontrol terhadap bawahan guna mengarahkan aktivitas mereka demi kemajuan
organisasi. Posisi bawahan dituntut untuk senantiasa dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
dengan berhasil oleh atasannya sesuai kewenangan atasan yang ada dalam organisasi.
Proses pengawasan mencatat segala kejadian yang berkembang dalam organisasi
untuk memastikan bahwa organisasi berjalan sesuai dengan arah yang benar agar dapat
sampai pada tujuannya dan memungkinkan manajer mendeteksi terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dari perencanaan yang telah dibuat dan mengambil tindakan korektif pada
waktu yang tepat. Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi rencana,
kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Oteng Sutisna (1983 : 203) menegaskan bahwa tindakan pengawasan terdiri dari tiga
langkah universal, yaitu:

1) mengukur kinerja personil


2) membandingkan kinerja personil dengan standar yang ditetapkan
3) memperbaiki penyimpangan yang ditemukan dengan tindakan korektif.

Pengawasan manajemen sekolah adalah usaha sistematis menetapkan standar kinerja


(performance standart) dengan perencanaan sasarannya yang dengan sendirinya
pengawasan5 tersebut akan membangun sistem informasi umpan balik. Membandingkan
prestasi kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dahulu sangat diperlukan untuk

4
Hadijaya, yusuf. h.22-23
5
M.Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,(Bandung; PT Remaja Rosdakarya,2009),hlm. 4
menentukan apakah ada penyimpangan (deviation) dan mencatat besar kecilnya
penyimpangan, kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa
semua sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Di bidang pendidikan,
pengawas merupakan individu atau personil pendidikan yang bertugas untuk menguji,
memeriksa, memverifikasi, dan memeriksa ulang segala aktivitas kependidikan dengan
segala fasilitas penunjangnya. Secara terintegrasi pengawas akademik dapat bertindak
sebagai supervisor yang harus membina personil pendidikan lain di sekolah yang
berhubungan dengan faktor akademik, antara lain guru, kepala sekolah, pustakawan sekolah,
dan teknisi sumber belajar/media pembelajaran di sekolah.

Proses pengawasan yang efektif memperlihatkan beberapa karakteristik:


1) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Lama
memperhatikan pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan-perturan. Tugas-tugas
dan kewenangan yang terdapat dalam organisasi.
2) Pengawasan hendaknya diarahkan kepada menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-
tugas dijalankan. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk terutama menemukan siapa yang
salah jika ada ketidakberesan melainkan untuk menemukan apa yang tidak betul.
3) Pengawasan hendaknya mengacu kepada tindakan perbaikan. Ia hendaknya tidak saja
megungkapkan penyimpanan dari pelaksanaan yang dikehendaki, ia juga hendaknnya
menyarankan cara yang bisa memperbaiki elaksaan. Pengawasan sering menyarankan
beberapa bidang yang mungkin bagi tindakan perbaikan. Maka menjadi tugas administrator
untuk meneliti bidang-bidang masalah yang mungkin ini, dan menentukan tindakan
perbaikannya atau kombinasi tindakan yang akan memecahkan masalah itu.
4) Pengawasan harus bersifat flesibel. Fleksibelitas dalam keseluruhan proses pengawasan
adalah penting bagi penyesuaian kepada kondisi yang berubah. Rencana atau standar yang
mendasari pengukuran pengawasan mungkin memerlukan perbaikan bila keadaan yang
mendasarinya berubah.
5) Pengawasan harus bersifat peventif, ia arus dapat mencegah timbulnya penyimpangan dari
rencana semula. Untuk ini pengawasan harus prediktif artinya ia harus mampu mengatasi
dan mengidentifikasi suatu masalah sebelum itu terjadi.
6) Sistem pengawasan harus dapat dipahami. Jika pengawasan hendak berarti, orang-orang yang
terlibat harus memahami apa yang hendak dicapai oleh pengawasan itu dan bagaimana
mereka selaku individu dapat menarik manfaat sepenuhnya dari hasil.
7) Pengawasan hanyalah alat administrasi, pelaksanaan pengawasan harus mempermudah
tercapainya tujuan-tujuan. Oleh karena itu, pengawasan harus bersifat membimbing supaya
para pelaksana meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas-tugas yang
ditentukan bagi mereka.
       Sedangkan evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas
untuk meneliti dan mengetahui sampai dimana pelaksaan yang dilakukan dalam proses
keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program yang telah
ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Setiap kegiatan, baik yang
dilakukan oleh unsur pimpinan maupun oleh bawahan, memerlukan adanya evaluasi.
Dengan pengetahuan kesalahan atau kekurangan serta kemacetan yang diperoleh dari
tindakan evaluasi itu selanjutya dapat diusahakan bagaimana cara-cara memperbaikinya.

Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau


supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh karena itu,
supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Suvervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan
berarti aktivitas-aktivitas untuk menentukan kondisi-kondisi yang esensial yang akan
menjamin tercapainya tujuan pendidikan.
         Penjelasan diatas menghasilkan pemahaman bahwa pengawasan pendidikan dapat
dilakukan melalui observasi, dan penyusunan laporan secara akadmik dan keuangan untuk
memastikan bahwa ada kinerja yang dicapai dan pertanggung jawaban keuangan dipastikan
tidak megalami penyimpangan dengan baik. Dalam konteks ini pengawasan disekolah dapat
dilakukan secara periodik dan juga insidental terhadap seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran, kesiswaan, pembinaan personil, dan hubungan masyarakat.
Kesimpulan

Administrasi Pendidikan ialah proses kolaborasi antara yang satu dengan yang lainnya
yang mempunyai tujuan yang hendak dicapai bersama dengan melakukan kiprah sebaik
mungkin dengan memanfaatkan fasilitas untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan
yang produktif. Administrasi pendidikan merupakan suatu kegiatan kolaborasi atau proses
pengintegrasian segala sesuatu baik personal maupun material yang tergabung dalam
orgaisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya
biar efektif dan efisien.

Administrasi pendidikan juga mempunyai sebuah fungsi, diantara fungsi manajemen


pendidikan ialah :

(1)   perencanaan,
(2)   pengorganisasian,
(3)   penyusunan,
(4)   pengarahan,
(5)   pengkoordinasian,
(6)   penganggaran,
(7)   pergerakan,
(8)   penilaian
Adapun tujuan dari manajemen pendidikan adalah:
1.      Efektifitas produksi
2.      efesiensi
3.      kemampuan beradaptasi (adaptivenes)
4.      kepuasan kerja

Administrasi pendidikan juga mempunyai sebuah ruang lingkup (bidang garapan)


didalam pengelolaannya. Diantara manajemen pendidikan adalah:

 administrasi tata laksana sekolah


 administrasi personel guru dan pegawai sekolah
 administrasi akseptor didik
   supervisi pengajaran
 pelaksanaan dan pelatihan kurikulum
 pendirian dan perencanaan bangunan sekolah
 hubungan sekolah dan masyarakat

SARAN
Administrasi pendidikan sangat diharapkan dalam kegiatan pendidikan guna untuk
mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang di lakukan dan tidak hanya itu sanggup juga
menginventaris kelengkapan media-media atau sarana belajar. Apabila suatu sekolah tidak
memakai manajemen pendidikan maka sekolah itu tidak akan berhasil dan cenderung kacau.

Selanjutnya, mudah-mudahan makalah ini sanggup dimanfaatkan oleh semua pembaca


dan sanggup dimanfaatkan. Atas kritik dan seran dari pembaca, penulis ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Eka Prihati.2011. Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Herabudin, Op cit . Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung: Pustaka
Setia,2009),h.139
Purwanto,Ngalim, Administrasi dan supervisi pendidikan, Jakarta,remaja rosdakarya,2009.
Hadijaya,Yusuf.(2012). Administrasi Pendidikan. Medan: PT.Perdana Publishing
Purwanto,Ngalim, (2009). Administrasi dan supervisi pendidikan, Jakarta: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai