Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERUMUSAN MASALAH

Disusun untuk memenuhi tugasdalam mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif

Dosen Pengampu : Drs. T Darmansah, M.A

Disusunoleh Kelompok 3:

Agus Firmansyah (0305183178)

Alya Astami (0305181024)

Dika Holta Rambe (0305191023)

Dina Elvionita (0305182128)

Khoirunnisa Hasibuan (0305183174)

Kelas PMM-1/Semester VI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN
2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyususnan makalah ini. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif. Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung kami yaitu orang tua, dosen pengampu dan teman-teman sekalian.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, kami mohon maaf yang
sebesar–besarnya jika terdapat kesalahan, kekurangan dan kekeliruan baik dalam penyusunan
maupun penyampaian materi dalam makalah ini. Kami sangat mengharapkan akan saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas
penyusunan makalah. Dan berharap, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
kami khususnya dan para pembaca.

Medan, 12 Mei 2021

Penyusun

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah................................................................... 2


B. Fokus Masalah.................................................................................................... 4
C. Analisis Perumusan Masalah.............................................................................. 6
D. Model Perumusan Masalah................................................................................. 8

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya penelitian meruapakn suatu kegiatan atau proses


sistematik untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan
metode ilmiah. Yang mana tujuannya adalah untuk menjelaskan,
memprediksikan dan mengontrol suatu fenomena.Penelitian Kualitatif
merupakan suatu pendekatan dalam melakukan riset yang berorientasi pada
fenomena atau gejala yang bersifat alami. Perumusan permasalahan
berdasarkan pada masalah pokok yang terdapat pada bagian latar belakang
masalah.
Masalah-masalah yang hendak dikemukakan pada bagian ini
dirumuskan dalam kalimat pertanyaan yang singkat dan sederhana. kaitan
dengan rumusan masalah. Belum tentu masalah-masalah yang telah
didentifikasikan dapat diteliti. Keterbatasan mahasiswa memungkinkan
masalah yang telah diidentifikasi itu tidak dapat diteliti semuanya namun
hanya sebagian saja. Bahasa lain batasan ini adalah ruang lingkup. Bila anda
memiliki keterbatasan dalam waktu, pemikiran, data dan biaya, maka ruang
lingkup yang anda miliki akan sempit. Manfaat lain dari ruang lingkup yang
sempit adalah kupasan materi nantinya sangat rapat sehingga tidak akan
kerepotan dalam mempetahankannya didepan dewan penguji.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa Saja Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah ?
2. Apa Saja Fokus Masalah ?
3. Bagaimanakah Analisis Perumusan Masalah ?
4. Apa Saja Metode Perumusan Masalah ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah
2. Mengetahui Bagaimana Fokus Masalah
3. Mengetahui Bagaimana Analisis Perumusan Masalah
4. Mengetahui Bagaimana Metode Perumusan Masalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah


Dalam merumuskan masalah itu terdapat prinsip-prinsip yang dijadika
pegangan atau patokan bagi para peneliti. Prinsip-prinsip ini ditarik dari
hasil pengkajian perumusan masalah dan bertujuan agar bisa dijadikan
pegangan dan patokan bagi para peneliti. Molleong mengemukakan
sembilan prinsip dalam perumusan masalah sebagai berikut:1
1. Prinsip yang berkaitan dengan Teori dari dasar
Peneliti hendaknya menyadari bahwa perumusan masalah dalam
penelitiannya itu didasarkan pada upaya menemukan teori dari dasar
sebagai acuan utama. Dengan demikian, masalah yang sebenarnya itu
berada ditengah-tengah kenyataan. Perumusan masalah ini adalah
sekedar arahan, pembimbing, atau acuan pada usaha menemukan
masalah yang sebenarnya. Masalah yang sebenarnya akan dapat
dirumuskan jika peneliti sudah berada dan bahkan mulai
mengumpulkan data. Perumusan masalah itu merupakan aplikasi dari
asumsi bahwa suatu penelitian itu tidak mungkin dimulai dari sesuatu
yang kosong.
2. Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
Penelitian kualitatif adalah upaya penemuan dan penyusunan
teori baru lebih dari sekedar menguji, mengkonfirmasi, atau verifikasi
suatu teori yang berlaku. Dengan demikian perumusan masalah di sini
dimaksudkan untuk menunjang upaya penemuan dan penyusunan
teori substantif yaitu teori yang bersumber dari data. Namun, tetap
saja prinsip ini tidak membatasi jika ingin menguji suatu teori yang
berlaku karena ada pandangan bahwa penemuan teori yang baru lebih
dari sekedar menguji teori yang sedang berlaku.

1
Molloeng, J. Lexy, Metodologi Penelitian KualitatifI, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008),
Hal. 112-119

3
Perumusan masalah yang bersifat tentatif ini yang kemudian
diubah, dimodifikasi, dan disempurnakan pada latar penelitian akan
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia ilmu. Dengan
demikian, perumusan masalah mungkin bisa terjadi dua kali, atau
lebih mengalami perubahan dan penyempurnaan. Inilah salah satu ciri
khas penelitian kualitatif yang memang luwes, longgar, dan terbuka.
3. Prinsip hubungan faktor
Fokus sebagai sumber masalah penelitian adalah rumusan yang
terdiri dari dua atau lebih faktor yang menghasilkan tanda tanya atau
kebingungan. Faktor itu bisa berupa konsep, peristiwa, pengalaman,
atau fenomena. Maka dengan pengertian itu mengarahkan untuk
memperhatikan tiga pertimbangan. Pertama, terdapat dua faktor atau
lebih, kedua, faktor-faktor itu dihubungkan secara logis atau
bermakna, ketiga, hasil penghubungan tadi berupa suatu keadaan yang
menimbulkan tanda tanya atau hal yang membingungkan yang
memerlukan upaya untuk menjawabnya yang biasa dinamakan Tujuan
Penelitian. Hal yang perlu diperhatikan di sini yaitu dalam perumusan
masalah ketiga aturan itu terpenuhi.
4. Fokus sebagai wahana untuk membatasi studi
Peneliti biasanya memiliki pandangan atau paradigma tertentu
yang mungkin berasal dari pengalaman atau pengetahuan sebelumnya.
Penelitian kualitatif bersifat terbuka dan tidak mengharuskan peneliti
harus menganut suatu paradigma tertentu. Namun apabila peneliti
telah menetapkan masalah dan tujuan penelitiannya misalnya untuk
menemukan dan menyusun teori baru yang berasal dari data, berarti ia
harus benar-benar memegang posisi paradigma alamiahnya. Jika hal
itu terjadi, maka perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan
dan membimbingnya pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan
dipilih dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia.
5. Prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi dan eksklusi

4
Ketika peneliti sudah terjun kelapangan penelitian, maka ia akan
banyak mendapatkan data baik melalui pengamatan, wawancara,
analisis dokumen, dan sebagainya. Perumusan fokus yang baik adalah
dilakukan sebelum melakukan penelitian dilapangan dan yang
mungkin disempurnakan pada saat ia sudah terjun kelapangan akan
membatasi peneliti guna memilih data yang relevan dan data yang
tidak relevan.
6. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah. Pertama, secara diskusi,
cara penyajianya adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif
namun perlu diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kedua,
secara proporsional, yaitu secara langsung menghubungkan faktor-
faktor dalam hubungan logis dan bermakna; dalam hal ini ada yang
disajikan dalam bentuk uraian atau deskriptif dan ada pula yang
langsung dikemukakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
penelitian.Ketiga, secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan
dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan dalam bentuk
proporsional.
7. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Posisi disini yaitu kedudukan untuk rumusan masalah diantara
unsur-unsur lainya. Unsur-unsur lainnya yaitu latar belakang masalah,
tujuan, acuan teori, dan metode penelitian. Prinsip lainnya ialah
hendaknya rumusan masalah disusun terlebih dahulu baru tujuan
penelitian karena tujuan penelitian yang akan menjawab dan
menyelesaikan masalah penelitian.
8. Prinsip yang berhubungan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak bisa dipisahkan
dengan hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan. Penelaahan
kepustakaan mengarahkan serta membimbing untuk membentuk
kategori substantif walaupun perlu diingat bahwa kategori substantif
seharusnya bersumber dari data.

5
9. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa.
Pada waktu menulis laporan atau artikel hasil penelitian, ketika
merumuskan masalah, hendaknya peneliti mempertimbangkan
ragam pembacanya sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat
disesuaikan dengan tingkat kemampuan para pembacanya. Jika
disajikan dalam forum ilmiah mestinya berbeda dengan yang
disajikan pada surat kabar yang dibaca oleh orang awam.

B. Fokus Masalah
Perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif masalah itu
bertumpu pada suatu fokus. Fokus disini dalam penelitian kualitatif itu
berarti pembatasan masalah itu sendiri yaitu suatu usaha pembatasan dalam
sebuah penelitian yang bertujuan agar mengetahui secara jelas tentang
batasan-batasan mana saja atau untuk mengetahui ruang lingkup yang akan
diteliti supaya sasaran penelitian tidak terlalu luas. Sebenarnya ada dua
maksud yang ingin dicapai dengan merumuskan masalah penelitian melalui
fokus. 
Pertama, penetapan fokus itu dapat membantu dalam membatasi
penyelidakan atau penelitian, artinya jika fokus itu sudah ditentukan, maka
secara pasti kita sudah mendapatkan batasan-batasan tentang yang akan
diteliti, dan yang lainya kita sudah tidak perlu lagi menelitinya.
Kedua, penetapan fokus dapat membantu dalam mengidentifikasi
data-data mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak dibutuhkan atau
sudah memenuhi bidang inklusi-ekslusi atau kriteria masuk-keluar informasi
yang baru didapatkan, maksudnya peneliti sudah mengetahui data-data
mana yang relevan bagi penelitiannya dengan adanya penetapan fokus
tersebut.

6
Untuk menetapkan fokus penelitian, terdapat empat alternatif yang
mana dikemukakan oleh Spradley. 2 Menetapkan fokus pada permasalahan
yang disarankan oleh informan.
1. menetapkan fokus berdasarkan domain-domain
tertentu organizing domain.
2. menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk
pengembangan iptek.
3. menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait
dengan teori-teori yang ada.

Menurut Bungin (2008 : 64-65) erdapat lima kriteria lain dalam


menentukan fokus dalam penelitian kualitatif yaitu :
1. Interesting. Artinya tentukanlah fokus masalah yang akan
diteliti yang menarik baik bagi peneliti ataupun bagi
masyarakat, agar bisa menarik semua kalangan.
2. Aktual. Maksudnya fokus masalah yang kita pilih itu bersifat
kekinian, atau yang terjadi sekarang atau saat ini. Agar
penelitian bisa memberikan solusi bagi permasalahan yang
sedang dihadapi.
3. Monumental. Yaitu masalah yang bisa selalu bisa diingat oleh
masyarakat. Seperti masalah tentang sosial, agama dan
sebagainya.
4. Spektakuler. Maksudnya masalah yang dipilih itu masalah yang
menakjubkan yang mana akan menarik perhatian banyak
kalangan.
5. Fokus pada tema tertentu. Yaitu fokus masalah itu pada tema
tertentu saja agar tidak melebar dan meluas sehingga
menyulitkan bagi peneliti untuk meneliti tentang apa yang mau
diteliti.

2
Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999),
Hal. 99-100

7
Pada akhirnya penetapan fokus masalah dalam penelitian kualitatif
itu akan ditetapkan ketika sudah berada di lapangan penelitian. Maksudnya
kepastianya akan ditentukan di lapangan penelitian, walaupun rumusan
masalah telah dilakukan dengan baik namun mungkin saja terjadi bahwa
peneliti tidak bisa meneliti tentang fokus itu ketika sudah di lapangan
penelitian.

Contoh; peneliti pada awalnya ingin meneliti tentang pengaruh


filsafat Rene Descartes di universitas A, karena universitas A tersebut
terdapat jurusan filsafat barat dan peneliti sudah melakukan studi
kepustakaan bahwa Descartes itu mempunyai pengaruh besar terhadap
dunia. Namun setelah peneliti sudah terjun ke universitas A, ternyata
mahasiswa-mahasiswa di universitas A itu justru terpengaruh oleh
filsafatnya David Hume. Maka dengan ini, peneliti harus mengganti fokus
masalahnya.

Menurut andi prastowo (2011-2012) Dalam penelitian kualitatif,


perumusan masalah melalui fokus itu bersifat tentatif dan ini sudah jelas
jika melihat dari contoh diatas. Terdapat tiga kemungkinan dalam
penelitian kualitatif tentang masalah yang akan kita teliti.

C. Analisis Perumusan Masalah

Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, mengatakan bahwa dalam


menemukan masalah untuk diteliti, maka seorang peneliti yang
bersangkutan harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti Apa,
Siapa, Bilamana, Dimana, Mengapa, dan Bagaimana, apabila ia sudah
menemukan masalah yang akan ia teliti.3 Contohnya seorang peneliti akan
mengangkat suatu masalah mengenai suatu kasus tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras. Maka peneliti tersebut harus mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut :
3
Sukandarumidi, Metodologi Penelitian : ( Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, 2006)

8
1. Apa itu Diskriminasi Ras?
2. Siapakah Pelaku dan Korban Diskriminasi Ras itu?
3. Bilamana kasus Diskriminasi Ras itu terjadi?
4. Dimanakah tempat terjadinya diskriminasi Ras?
5. Mengapa kasus Diskriminasi Ras dapat terjadi?
6. Bagaimanakah caranya untuk mengatasi Diskriminasi Ras?

Namun seringkali terjadi, khususnya bagi para peneliti pemula,


yang menemukan kesulitan dalam mendapatkan masalah untuk diteliti dan
darimanakah masalah untuk penelitian tersebut dicari. Maka muncullah
pertanyaan, “Darimanakah sumber-sumber masalah untuk diteliti itu?”
Sebenarnya masalah itu dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya mengenai definisi
masalah bahwa masalah itu merupakan rangkaian dari peristiwa sehari-
hari yang selalu kita jumpai.
Kita dapat mendapatkan masalah dari berbagai fenomena yang
kita lihat dalam kehidupan keseharian kita. Namun, selain dari fenomena-
fenomena yang nampak dan kita saksikan, kita juga dapat menemukan
masalah dari membaca buku, atau pun masalah yang didapatkan karena
diberi oleh orang lain, dan juga masalah yang malah datang dari diri kita
sendiri.

Sedangkan Faisal (1999; 45), dalam bukunya Format-format


Penelitian Sosial menyebutkan beberapa sumber-sumber masalah secara
umum, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengalaman di lingkungan pekerjaan atau profesi masing-
masing peneliti.
2. Deduksi dari suatu teori.
3. Laporan Penelitian, dan
4. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu instansi,
lembaga atau organisasi.

9
Namun terlepas dari itu semua, alangkah baiknya jika masalah itu
datang dari diri sendiri sesuai dengan minat sang peneliti. Sehingga ketika
menjalankan kegiatan penelitian, peneliti benar-benar menghayati masalah
yang sedang ia teliti tersebut. Lebih jauh lagi, penelitian akan berjalan
sebaik-baiknya jika peneliti menghayati masalah. Karena peneliti tentu akan
lebih senang menggarap masalah yang dihayati daripada yang tidak.
(Arikunto, 1992; 23)

D. Model Perumusan Masalah


Menurut Sugiyono,4 berdasarkan level of explanation suatu gejala,
maka secara umum terdapat (3) tiga bentuk rumusan masalah, yaitu:
1. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah
yang mengarahkan peneliti untuk melakukan eksplorasi dan atau
memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam. Jadi dalam penelitian ini seorang peneliti tidak membuat
suatu perbandingan pada sampel yang lain, dan juga tidak mencari
hubungan variabel tersebut dengan variabel yang lain.
Contoh rumusan masalah Deskriptif:
a. Bagaimana peningkatan hasil Ujian Akhir Nasional (UAN)
siswa Sekolah Dasar di Indonesia?
b. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap rencana
pemerintah menetapkan wajib belajar 12 tahun?
c. Bagaimana taraf minat baca dan lama belajar rata-rata per hari
murid-murid sekolah dasar di daerah luar Jawa?
Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa setiap pertanyaan
penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri
(bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif). Namun dari

4
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: CV. ALFABETA, 2013)
Hal.290.

10
contoh-contoh yang diuraikan di atas, peneliti perlu menambahkan
secara spesifik batasan penelitian yang dilakukan. Misalnya secara
jelas ditetapkan sekolah ‘tertentu’ sebagai tempat dilakukan
penelitian, kalau memang peneliti memiliki lingkup penelitian yang
dilakukan.
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang
mengarahkan peneliti untuk membandingkan antara koteks sosial atau
domain satu dibandingkan dengan yang lain.
Contoh rumusan masalah Komparatif adalah sebagai berikut.
a. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP dari
sekolah negeri dan swasta?
Sebagai variabel penelitian adalah prestasi belajar berdasarkan
perbandingan dua sampel yaitu status sekolah yang berbeda:
negeri dan swasta.
b. Adakah perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antara
siswa SMA yang mengikuti program bimbingan belajar (bimbel)
dan belajar mandiri? (dua variabel dua kelompok sampel).
Sebagai variable penelitian adalah motivasi belajar dan hasil
belajar berdasarkan perbandingan dua kelompok belajar: Bimbel
dan belajar mandiri.
c. Adakah perbedaan kemampuan bersosialisasi anak antara yang
diasuh dengan pola asuh Otoriter, Permisive dan Demokratis?
(satu variabel untuk tiga kelompok sampel).
Sebagai variabel penelitian adalah kemampuan bersosialisasi
berdasarkan perbandingan tiga kelompok dengan pola asuh:
Otoriter, Permisive dan Demokratis.
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif atau hubungan adalah rumusan
masalah yang mengarahkan peneliti untuk mengkonstruksi hubungan
antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Terdapat

11
tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan
interaktif/timbal balik.
a. Hubungan simetris
Pada penelitian dengan bentuk hubungan ini, tidak dapat
dikatakan variabel mana yang mempengaruhi variabel lainnya,
dengan kata lain kedua variabel memiliki kedudukan yang sama
kuat atau setara. Contoh rumusan masalah penelitian hubungan
simetris:
1) Adakah hubungan antara tingkat kekayaan dengan
kecerdasan?
2) Adakah hubungan kemampuan di bidang matematika
dengan kemampuan berbahasa Inggis?
3) Adakah hubungan sikap toleransi dengan tingkat
kemampuan bicara?
b. Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab
akibat. Bentuk hubungan ini menunjukkan terdapat variabel
independen atau variabel bebas (variabel yang mempengaruhi)
dan variabel dependen atau variabel terikat (variabel yang
dipengaruhi). Namun dalam bentuk hubungan ini hanya salah
satu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya atau kondisi
tersebut tidak dapat dianggap berlaku sebaliknya. Contoh
rumusan masalah penelitian hubungan Kausal:
1) Seberapa besar pengaruh kurikulum dan media pendidikan
terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan sekolah?
2) Adakah hubungan motivasi untuk sukses terhadap prestasi
belajar siswa?
c. Hubungan interaktif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Pada pola penelitian ini tidak diketahui mana

12
variabel independen maupun variabel dependen. Contoh
rumusan masalah penelitian hubungan Interaktif:
1) Adakah pengaruh antara kualitas kinerja dan loyalitas
karyawan layanan yang diberikan suatu perusahaan
dengan tingkat kepuasan pelanggan? (Dalam kasus ini
variabel X adalah kualitas kinerja, variabel Y adalah
loyalitas karyawan dan variabel Z adalah kepuasan
pelanggan).
2) Adakah hubungan antara harga, promosi dengan penjualan
produk ‘X’? (X1 adalah variabel harga dan X2 adalah
variabel promosi sedangkan Y adalah variabel penjualan).

BAB III
PENUTUPAN

13
A. Kesimpulan

Perumusan masalah adalah pernyataan rinci dan lengkap mengenai


ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan
pembatasan masalah. Karena masalah itu, sewaktu akan mulai memikirkan
suatu penelitian, sudah harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas,
sederhana dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur penelitian
lainnya yang berpangkal pada perumusan masalah tersebut.Terkadang
beberapa peneliti, khususnya para pemula, menganggap remeh soal
pembuatan perumusan masalah dalam sebuah penelitian. Akibatnya, terjadi
banyak kasus seputar beberapa hasil penelitian yang kurang sempurna
disebabkan oleh lemahnya perumusan masalah yang mereka buat. Kasus ini
dapat terjadi baik pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam hal inilah, maka langkah utama yang harus dilakukan pertama
kali dalam penelitian adalah justru merumuskan perumusan masalah dengan
benar, agar tujuan dari penelitian yang dilakukan berjalan beriringan atau
sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat. Adapun perlu kita ketahui
bahwa terdapat perbedaan antara perumusan masalah pada penelitian
kualitatif dan perumusan masalah pada penelitian kuantitatif. Karena masalah
yang diambil pada penelitian kuantitatif dilakukan dengan mengontrol
variabel dan validitasnya. Sedangkan masalah yang diangkat dalam penelitian
kualitatif pada prosesnya memakan waktu yang cukup lama dengan prosedur
yang tidak baku dan reabilitas keabsahan data.
Memang terdapat perbedaan yang kontras antara penelitian kualitatif
dan penelitian kuantitatif. Lebih jelasnya, letak perbedaan dari kedua
penelitian itu adalah paradigma yang digunakan oleh masing-masing
penelitian. Guba dan Lincoln (2009) mengatakan bahwa perbedaan
paradigma itu terletak pada aspek ontologi, epistemologi dan metodologi. 

DAFTAR PUSTAKA

14
Lexy, J, Molleong. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV.


ALFABETA

Sukandarumidi (2006). Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis untuk Peneliti


Pemula.

Faisal. (1999). Format-format Penelitian Sosial. (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai