PERUMUSAN MASALAH
Disusunoleh Kelompok 3:
Kelas PMM-1/Semester VI
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyususnan makalah ini. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif. Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung kami yaitu orang tua, dosen pengampu dan teman-teman sekalian.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, kami mohon maaf yang
sebesar–besarnya jika terdapat kesalahan, kekurangan dan kekeliruan baik dalam penyusunan
maupun penyampaian materi dalam makalah ini. Kami sangat mengharapkan akan saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas
penyusunan makalah. Dan berharap, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
kami khususnya dan para pembaca.
Penyusun
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa Saja Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah ?
2. Apa Saja Fokus Masalah ?
3. Bagaimanakah Analisis Perumusan Masalah ?
4. Apa Saja Metode Perumusan Masalah ?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah
2. Mengetahui Bagaimana Fokus Masalah
3. Mengetahui Bagaimana Analisis Perumusan Masalah
4. Mengetahui Bagaimana Metode Perumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Molloeng, J. Lexy, Metodologi Penelitian KualitatifI, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008),
Hal. 112-119
3
Perumusan masalah yang bersifat tentatif ini yang kemudian
diubah, dimodifikasi, dan disempurnakan pada latar penelitian akan
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia ilmu. Dengan
demikian, perumusan masalah mungkin bisa terjadi dua kali, atau
lebih mengalami perubahan dan penyempurnaan. Inilah salah satu ciri
khas penelitian kualitatif yang memang luwes, longgar, dan terbuka.
3. Prinsip hubungan faktor
Fokus sebagai sumber masalah penelitian adalah rumusan yang
terdiri dari dua atau lebih faktor yang menghasilkan tanda tanya atau
kebingungan. Faktor itu bisa berupa konsep, peristiwa, pengalaman,
atau fenomena. Maka dengan pengertian itu mengarahkan untuk
memperhatikan tiga pertimbangan. Pertama, terdapat dua faktor atau
lebih, kedua, faktor-faktor itu dihubungkan secara logis atau
bermakna, ketiga, hasil penghubungan tadi berupa suatu keadaan yang
menimbulkan tanda tanya atau hal yang membingungkan yang
memerlukan upaya untuk menjawabnya yang biasa dinamakan Tujuan
Penelitian. Hal yang perlu diperhatikan di sini yaitu dalam perumusan
masalah ketiga aturan itu terpenuhi.
4. Fokus sebagai wahana untuk membatasi studi
Peneliti biasanya memiliki pandangan atau paradigma tertentu
yang mungkin berasal dari pengalaman atau pengetahuan sebelumnya.
Penelitian kualitatif bersifat terbuka dan tidak mengharuskan peneliti
harus menganut suatu paradigma tertentu. Namun apabila peneliti
telah menetapkan masalah dan tujuan penelitiannya misalnya untuk
menemukan dan menyusun teori baru yang berasal dari data, berarti ia
harus benar-benar memegang posisi paradigma alamiahnya. Jika hal
itu terjadi, maka perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan
dan membimbingnya pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan
dipilih dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia.
5. Prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi dan eksklusi
4
Ketika peneliti sudah terjun kelapangan penelitian, maka ia akan
banyak mendapatkan data baik melalui pengamatan, wawancara,
analisis dokumen, dan sebagainya. Perumusan fokus yang baik adalah
dilakukan sebelum melakukan penelitian dilapangan dan yang
mungkin disempurnakan pada saat ia sudah terjun kelapangan akan
membatasi peneliti guna memilih data yang relevan dan data yang
tidak relevan.
6. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah. Pertama, secara diskusi,
cara penyajianya adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif
namun perlu diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kedua,
secara proporsional, yaitu secara langsung menghubungkan faktor-
faktor dalam hubungan logis dan bermakna; dalam hal ini ada yang
disajikan dalam bentuk uraian atau deskriptif dan ada pula yang
langsung dikemukakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
penelitian.Ketiga, secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan
dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan dalam bentuk
proporsional.
7. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Posisi disini yaitu kedudukan untuk rumusan masalah diantara
unsur-unsur lainya. Unsur-unsur lainnya yaitu latar belakang masalah,
tujuan, acuan teori, dan metode penelitian. Prinsip lainnya ialah
hendaknya rumusan masalah disusun terlebih dahulu baru tujuan
penelitian karena tujuan penelitian yang akan menjawab dan
menyelesaikan masalah penelitian.
8. Prinsip yang berhubungan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak bisa dipisahkan
dengan hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan. Penelaahan
kepustakaan mengarahkan serta membimbing untuk membentuk
kategori substantif walaupun perlu diingat bahwa kategori substantif
seharusnya bersumber dari data.
5
9. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa.
Pada waktu menulis laporan atau artikel hasil penelitian, ketika
merumuskan masalah, hendaknya peneliti mempertimbangkan
ragam pembacanya sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat
disesuaikan dengan tingkat kemampuan para pembacanya. Jika
disajikan dalam forum ilmiah mestinya berbeda dengan yang
disajikan pada surat kabar yang dibaca oleh orang awam.
B. Fokus Masalah
Perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif masalah itu
bertumpu pada suatu fokus. Fokus disini dalam penelitian kualitatif itu
berarti pembatasan masalah itu sendiri yaitu suatu usaha pembatasan dalam
sebuah penelitian yang bertujuan agar mengetahui secara jelas tentang
batasan-batasan mana saja atau untuk mengetahui ruang lingkup yang akan
diteliti supaya sasaran penelitian tidak terlalu luas. Sebenarnya ada dua
maksud yang ingin dicapai dengan merumuskan masalah penelitian melalui
fokus.
Pertama, penetapan fokus itu dapat membantu dalam membatasi
penyelidakan atau penelitian, artinya jika fokus itu sudah ditentukan, maka
secara pasti kita sudah mendapatkan batasan-batasan tentang yang akan
diteliti, dan yang lainya kita sudah tidak perlu lagi menelitinya.
Kedua, penetapan fokus dapat membantu dalam mengidentifikasi
data-data mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak dibutuhkan atau
sudah memenuhi bidang inklusi-ekslusi atau kriteria masuk-keluar informasi
yang baru didapatkan, maksudnya peneliti sudah mengetahui data-data
mana yang relevan bagi penelitiannya dengan adanya penetapan fokus
tersebut.
6
Untuk menetapkan fokus penelitian, terdapat empat alternatif yang
mana dikemukakan oleh Spradley. 2 Menetapkan fokus pada permasalahan
yang disarankan oleh informan.
1. menetapkan fokus berdasarkan domain-domain
tertentu organizing domain.
2. menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk
pengembangan iptek.
3. menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait
dengan teori-teori yang ada.
2
Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999),
Hal. 99-100
7
Pada akhirnya penetapan fokus masalah dalam penelitian kualitatif
itu akan ditetapkan ketika sudah berada di lapangan penelitian. Maksudnya
kepastianya akan ditentukan di lapangan penelitian, walaupun rumusan
masalah telah dilakukan dengan baik namun mungkin saja terjadi bahwa
peneliti tidak bisa meneliti tentang fokus itu ketika sudah di lapangan
penelitian.
8
1. Apa itu Diskriminasi Ras?
2. Siapakah Pelaku dan Korban Diskriminasi Ras itu?
3. Bilamana kasus Diskriminasi Ras itu terjadi?
4. Dimanakah tempat terjadinya diskriminasi Ras?
5. Mengapa kasus Diskriminasi Ras dapat terjadi?
6. Bagaimanakah caranya untuk mengatasi Diskriminasi Ras?
9
Namun terlepas dari itu semua, alangkah baiknya jika masalah itu
datang dari diri sendiri sesuai dengan minat sang peneliti. Sehingga ketika
menjalankan kegiatan penelitian, peneliti benar-benar menghayati masalah
yang sedang ia teliti tersebut. Lebih jauh lagi, penelitian akan berjalan
sebaik-baiknya jika peneliti menghayati masalah. Karena peneliti tentu akan
lebih senang menggarap masalah yang dihayati daripada yang tidak.
(Arikunto, 1992; 23)
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: CV. ALFABETA, 2013)
Hal.290.
10
contoh-contoh yang diuraikan di atas, peneliti perlu menambahkan
secara spesifik batasan penelitian yang dilakukan. Misalnya secara
jelas ditetapkan sekolah ‘tertentu’ sebagai tempat dilakukan
penelitian, kalau memang peneliti memiliki lingkup penelitian yang
dilakukan.
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang
mengarahkan peneliti untuk membandingkan antara koteks sosial atau
domain satu dibandingkan dengan yang lain.
Contoh rumusan masalah Komparatif adalah sebagai berikut.
a. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP dari
sekolah negeri dan swasta?
Sebagai variabel penelitian adalah prestasi belajar berdasarkan
perbandingan dua sampel yaitu status sekolah yang berbeda:
negeri dan swasta.
b. Adakah perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antara
siswa SMA yang mengikuti program bimbingan belajar (bimbel)
dan belajar mandiri? (dua variabel dua kelompok sampel).
Sebagai variable penelitian adalah motivasi belajar dan hasil
belajar berdasarkan perbandingan dua kelompok belajar: Bimbel
dan belajar mandiri.
c. Adakah perbedaan kemampuan bersosialisasi anak antara yang
diasuh dengan pola asuh Otoriter, Permisive dan Demokratis?
(satu variabel untuk tiga kelompok sampel).
Sebagai variabel penelitian adalah kemampuan bersosialisasi
berdasarkan perbandingan tiga kelompok dengan pola asuh:
Otoriter, Permisive dan Demokratis.
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif atau hubungan adalah rumusan
masalah yang mengarahkan peneliti untuk mengkonstruksi hubungan
antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Terdapat
11
tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan
interaktif/timbal balik.
a. Hubungan simetris
Pada penelitian dengan bentuk hubungan ini, tidak dapat
dikatakan variabel mana yang mempengaruhi variabel lainnya,
dengan kata lain kedua variabel memiliki kedudukan yang sama
kuat atau setara. Contoh rumusan masalah penelitian hubungan
simetris:
1) Adakah hubungan antara tingkat kekayaan dengan
kecerdasan?
2) Adakah hubungan kemampuan di bidang matematika
dengan kemampuan berbahasa Inggis?
3) Adakah hubungan sikap toleransi dengan tingkat
kemampuan bicara?
b. Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab
akibat. Bentuk hubungan ini menunjukkan terdapat variabel
independen atau variabel bebas (variabel yang mempengaruhi)
dan variabel dependen atau variabel terikat (variabel yang
dipengaruhi). Namun dalam bentuk hubungan ini hanya salah
satu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya atau kondisi
tersebut tidak dapat dianggap berlaku sebaliknya. Contoh
rumusan masalah penelitian hubungan Kausal:
1) Seberapa besar pengaruh kurikulum dan media pendidikan
terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan sekolah?
2) Adakah hubungan motivasi untuk sukses terhadap prestasi
belajar siswa?
c. Hubungan interaktif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Pada pola penelitian ini tidak diketahui mana
12
variabel independen maupun variabel dependen. Contoh
rumusan masalah penelitian hubungan Interaktif:
1) Adakah pengaruh antara kualitas kinerja dan loyalitas
karyawan layanan yang diberikan suatu perusahaan
dengan tingkat kepuasan pelanggan? (Dalam kasus ini
variabel X adalah kualitas kinerja, variabel Y adalah
loyalitas karyawan dan variabel Z adalah kepuasan
pelanggan).
2) Adakah hubungan antara harga, promosi dengan penjualan
produk ‘X’? (X1 adalah variabel harga dan X2 adalah
variabel promosi sedangkan Y adalah variabel penjualan).
BAB III
PENUTUPAN
13
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
14
Lexy, J, Molleong. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
15