Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wanita usia subur merupakan wanita yang berumur 15-49 tahun yang

berstatus kawin,janda maupun yang belum menikah.(BKKBN,2011). Masa

reproduksi sehat wanita dibagi menjadi 3 periode yaitu kurun reproduksi

muda (15-19 tahun) merupakan tahap menunda kehamilan, kurun reproduksi

sehat (20-35 tahun) merupakan tahap untuk menjarangkan kehamilan, dan

kurun reproduksi tua (36-45 tahun) merupakan tahap untuk mengakhiri

kehamilan.

Pada wanita usia subur akan terjadi proses menstruasi sebagai tanda

telah berfungsinya ovarium. Menstruasi terjadi karena sel telur yang tidak

dibuahi oleh sperma sehingga menyebabkan meluruhnya sel-sel

endometrium dalam rahim. Siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari. Siklus

menstruasi ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi

hormon. Ketidakseimbangan hormon akibat interaksi ini kadang-kadang

menimbulkan ketidaknyaman pada wanita sebelum datang menstruasi yang

dikenal dengan istilah PMS (Pre menstrual syndrome) (Kinanti,2009).

PMS merupakan suatu kondisi dimana wanita lebih sensitif terhadap

perasaan dan tubuhnya. Ini merupakan kondisi medis umum terkait dengan

siklus menstruasi yang sering berhubungan dengan naik turunnya kadar

hromon progesteron dan estrogen yang terjadi selama siklus menstruasi

(Azra, 2009).
2

Sekitar 85% wanita yang sudah haid mengalami gangguan fisik dan psikis

menjelang menstruasi, saat, ataupun sesudah menstruasi. Biasanya berlangsung

antara satu minggu sebelum dan sesudah menstruasi. Gejala ini disebut dengan

sindrom premenstruasi. Premenstruasi sindrom sejati dikatakan mempengaruhi

40% wanita dengan 5-10% membuat mereka sangat tidak berdaya. (Andrews,

2009, hlm 440).

Penyebab yang pasti dari sindrom premenstruasi tidak diketahui tetapi

mungkin berhubungan dengan faktor-faktor sosial, budaya, biologi, dan psikis.

Sindrom premenstruasi terjadi pada sekitar 70-90% wanita pada usia subur lebih

sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun. (¶ 3,

http://www.medicastore.com

Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan

sekitar dua minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang wajar bagi wanita

usia produktif. Menurut suatu penelitian, sekitar 40% wanita berusia 14-50 tahun

mengalami sindrom pra-menstruasi atau yang lebih dikenal dengan PMS (pre-

menstruation syndrome) serta berdasarkan hasil survei tahun 1982 di Amerika

Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% wanita dengan sosio-ekonomi

menengah yang datang ke klinik ginekologi. PMS memang kumpulan gejala

akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi

(pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang pada

saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid (Wijaya,

2008).

Sekitar 80% sampai 95% perempuan antara 16 sampai 45 tahun

mengalami gejala-gejala premenstrual syndrome yang dapat mengganggu

(Wijaya, 2008). Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya

PMS. Salah satu faktor penyebab PMS yaitu kadar hormon progesteron yang
3

rendah, kadar hormon estrogen yang berlebihan, perubahan ratio kadar hormon

estrogen/ progesteron, dan peningkatan aktivitas hormon aldosteron,

reninangiotensin serta hormon adrenal (Agustina, 2010).

Berdasarkan penelitian yang disponsori oleh WHO didapatkan hasil bahwa

gejala PMS dialami oleh 23% wanita indonesia (Essel 2007). Dampak sindrome

premenstruasi dapat menimbulkan penurunan produktivitas kerja, sekolah dan

hubungan interpersonal penderita cukup besar. Hasil survei pada penderita

sindrom premenstruasi oleh Robinson dan Swindel (2000) dalam Suparman

(2011), yang menganalisis persepsi subyektif penderita tentang dampak

gangguan sindrom premenstruasi terhadap aktivitas sosial pekerjaan penderita

menunjukan bahwa 46,8 subyek menilai sindroma premenstruasi yang

dideritanya memberikan gangguan dalam derajat ringan, 36% menilai sedang,

14,2% menilai berat dan 2,9% menilai sangat berat. Borenstein (2004) dalam

Suparman (2011), melaporkan penurunan produktivitas 436 penderita sindroma

premenstruasi yang sangat bermakna dibandingkan kontrol, yang dikaitkan

dengan keluhan sukar berkonsentrasi, menurunnya eutusiasne, menjadi pelupa,

mudah tersinggung dan labilitas emosi serta menurunnya kemampuyan

kordinasi. Angka ini menunjukan bahwa penderita PMS di indonesia cukup

banyak sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan untuk mencegah dan

mengatasinya.

Terdapat beberapa cara penanganan PMS diantaranya dengan meminta

konselling kepada tenaga medis, modifikasi gaya hidup dengan mengubah pola

makan, olahraga teratur, melakukan komunikasi dengan orang terdekat dan

dengan menggunakan obat-obatan apabila timbul gejala PMS yang berat.

(Yuliarti, 2009).
4

Berdasarkan data di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu

penelitian dengan judul “HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

SIKAP WANITA USIA SUBUR DALAM MENGHADAPI PREMENSTRUASI

SYNDROM (PMS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CITEUREUP TAHUN

2015”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut,maka peneliti

membuat perumusan masalah sebagai berikut “Adakah Hubungan

Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Wanita Usia Subur Dalam

Menghadapi Pre Menstruasi Syndrome di wilayah Kerja Puskesmas

Citereup Tahun 2015?”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap wanita usia

subur dalam menghadapi pre menstruasi syndrome di wilayah kerja

Puskesmas Citereup tahun 2015

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan wanita usia subur tentang pre

menstruasi syndrome di wilayah kerja Puskesmas Citeureup

b. Untuk mengetahui sikap wanita usia subur dalam menghadapi

pre menstruasi syndrome di wilayah kerja Puskesmas Citeureup

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap

wanita usia subur dalam menghadapi pre menstruasi wilayah

kerja Puskesmas Citeureup.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu

kebidanan khususnya terhadap kesehatan reproduksi wanita.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu

kebidanan khususnya dalam penanggulangan untuk mengatasi

premenstrusi syndrome.

2. Manfaat praktis

Bagi puskesmas citeureup hasil penelitian ini dapat digunakan

untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap

wanita usia subur dalam menghadapi premenstruasi syndrome di

wilayah kerja puskesmas citeureup tahun 2015.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya yang

seiring waktu menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan

mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam

berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan

pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.

Pengetahuan atau kognitif merupakan peran yang sangat penting

untuk tindakan terbentuknya seseorang (over behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

disadari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).

Selain itu mereka juga mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus objek.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.


7

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap atau responden sudah

lebih baik lagi.

d. Trial, orang mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, objek sudah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhdapa stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati

tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi

perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak

disadari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2005):

a. Tahu (Know)

Tahu diartika sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini

adalah menngingat kembali (recall) seusatu yang spesifik dari

seluruh bagian yang dipelajari/rangsangan yang telah diterima,

oleh sebab ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.
8

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginteraksikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obejk/materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi/kondisi

dipelajari pada situasi/ kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi/penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks/situasi yang lalu.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan/suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

e. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

jusifikasi/penilaian terhdap suatu materi. Penilaian-penilaian itu


9

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri/menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa pengetahuan sesorang

dalam pembentukan suatu perilaku dapat dipengaruhi oleh bebrapa

faktor, diantaranya adalah:

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mendukung seseoran, dan taraf

pendidikan yang rendah selalu bergandengan informasi dan

pengetahuan terbatas, semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap

informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan semakin

tinggi.

b. Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang

dalam berfikir logis. Semakin bertambah usia seseorang maka

akan semakin bijaksana dan banyak pengalaman/hal yang telah

dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki pengetahuan.

c. Pengalaman
10

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang.

d. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan

tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakina itu sifatnya

positif maupun negatif.

3. Pengukuran pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara, baik

secara lisan maupun tulisan, ataupun dengan melakukan wawancara

atau pengisian kuesioner, dimana pertanyaan tersebut berhubungan

dengan materi atau konsep yang akan ditanyakan. Pengetahuan

sesorang dapat diketahui dari jawaban yang diberikan atau didapat

dari responden, karena dari jawaban tersebut menunjukan seberapa

besar atau jauh pengetahuan seseorang tersebut (Notoatmodjo,

2005).

Berdasarkan pengertian pengetahuan yang telah diuraikan

diatas, maka pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara

orang yang bersangkutan mengungkapkan apa-apa yang

diketahuinya dalam bukti atau jawaban, baik lisan maupun tulisan.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
11

kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan tersebut

(Notoatmodjo, 2005).

Pertanyaan (question) yang dapat dipergunakan untuk

pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan

menjadi dua jenis, yaitu (Notoatmodjo, 2005):

a. Pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian

untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilai

sehinggga nilainya akan berbeda dariseorang penilai

dibandingkandengan penilai yang lain dari satu waktu ke waktu

yang lainnya/

b. Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan berganda

(multiple choiches), betul salah, dan pertanyaan menjodohkan.

Pertanyaan pilihan ganda, betul salah, dan menjodohkan disebut

pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai

secara pasti oleh penilanya tanpa melibatkan faktor subjektif dari

penilai.

Berdasarkan kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan

objektif kususnya pilihan ganda, lebih disukai untuk dijadikan sebagai

alat ukur pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan

dengan pengetahuan yang akan diukur karena lebih cepat dinilai

(Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa untuk mengetehui secara

kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat

dibagi menjadi tiga yaitu :


12

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 60-75%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <60%

B. Sikap

1) Definisi sikap

Sikap adalah derajat afek positif atau afek negatif yang akan

diartikan dengan suatu objek psikologis. Sikap belum merupakan

tindakan atau aktivitas tetapi merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakanreaksi tingkah laku yang terbuka. Dapat disimpulkan

bahwa sikap merupakan reaksi tertutup terhadap objek lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap seseorang

adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) dan

perasaan tidak mendukung (unfavorable) terhadap suatu objek. Sikap

merupakan dasar seseorang untuk berperilaku. Jika sikap tersebut

positif maka akan berperilaku positif dan sebaliknya jika sikap

seseorang tersebut negatif maka cenderung akan muncul sebuah

perilaku negatif pula (Azwar, 2001).

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif

(Kasemin, 2004):

a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.


13

b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

2) Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap adalah (Lumolos, 2007)

a. Sikap buka dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya.

Sifat ini membedakannya denga sifat motif-motif biogenis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap

pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu

terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan

suatu objektertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan pengetahuan yang dimiliki orang.

3) Komponen sikap

Sikap mengandung aspek penilaia atau evaluatif terhadap objek, dan

mempunyai tiga komponen (Notoatmodjo, 2005):


14

a. Komponen pertama kognitif (komponen perseptual), yaitu

komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,

keyakinan, yaiut hal-hal berhubungan dengan bagaimana orang

mempersepsi terhadap objek sikap.

b. Komponen kedua afektif (komponen emosional), yaitu komponen

yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang

terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,

sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.

c. Komponen ketiga konatif (komponen perilaku, ata action

component), yaitu komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap objek sikap.

4) Tingkat Sikap (Azwar, 2011):

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan sebagai bahwa (subjek)`mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) misalnya sikap

terhdap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap

ceramah-ceramah.

b. Mereespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan

menyelasaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

c. Menghargai (valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah terindikasi

setiap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu lain
15

(tetangga, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi

menimbangkan anaknya ke Posyandu atau mendiskusikan

tentang status gizi anaknya, adalah suatu bukti bahwa si ibu

tesebut mempunyai sikap positif terhadap anaknya.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab terhadap sesuatu yang dipilhnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi misalnya

: seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat

tantangan dari mertua atau dari orang tuanya sendiri. Sikap

mungkin terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa,

pandangan, lembaga, norma dan nilai.

5) Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah (Azwar,

2011):

a. Faktor Pengalaman Pribadi

Hal ini berarti, bahwa sikap terhadap suatu objek itu berbentuk

pengalaman khusus.

b. Faktor komunikasi dengan orang lain

Banyak sikap individunyang terbentuk disebabkan oleh adanya

komunikasi dengan orang lain. Komunikasi itu baik langsung

maupun tidak langsung, yaitu melalui media massa, seperti TV,

radio, film, koran dan majalah.

c. Faktor Model
16

Banyak sikap terbentuk terhadap sesuatu itu dengan melalui jalan

mengimitasi (meniru) suatu tingkah laku yang memadai model

dirinya.

d. Faktor lembaga-lembaga sosial

Suatu lembaga dapat juga menjadi sumber yang mempengaruhi

terbentuknya sikap, seperti: lembaga keagamaan, lembaga

pendidikan, organisasi kemasyarakatan, partai politik.

6) Cara pengukuran sikap

Untuk mengukur sikap responden adalah dengan menggunakan skala

sikap. Skala sikap berupa daftar pertanyaan, jenis skala sikap yang

dipakai adala skala likert, dimana masing-masing pertanyaan

mempunyai 4 kemungkinan jawaban untuk pernyataan positif dan

negatif. Kriteria pemberian skor untuk pernyataan positif adalah

sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1).

Untuk pernyataan negatif adalah kebalikannya, yaitu sangat setuju

(1), setuju (2), tidak setuju (3), dan sangat tidak setuju (4). Hasil

perolehan dengan cara perhitungan diatas kemudian nilai akhir

tersebut diasumsikan kedalam kriteria sikap sebagai berikut (Azwar,

2011):

a. Sikap positif : Jika jawaban responden lebih dari nilai mean.

b. Sikap negatif : Jika jawaban responden kurang dari sama dengan

nilai mean
17

C. Konsep Dasar Premenstruasi Syndrome (PMS)

1. Definisi

Syndroma prahaid yang dikenal juga dengan terminologi

“Premenstruasi Syndrome” (PMS). Merupakansuatu kumpulan keluhan

dan atau gejala fisik, emosional, dan perilaku yanng terjadi pada wanita

usia reproduksi, yang muncul secara siklus dalam rentang waktu 7-10 hari

sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar, yang

terjadi pada suatu tingkatan ysngn mampu mempengaruhi gaya hidup

dan pekerjaan wanita tersebut, dan kemudian diikuti oleh suatu periode

waktu bebas gejala sama sekali. (Suparman, 2011)

2. Faktor Predisposisi Premenstruasi Syndrome

Beberapa faktor predisposisi pada wanita yang cenderung

mengalami PMS dari berbagai studi epidemiologi ialah :

a. Faktor Genetik

Pms lebih rentandiderita oleh wanita dengan riwayat PMS pada

anggota keluarga wanita lainnya (ibu kandung dan/ atau saudara

kandungnya). Ibu kandung yang memilki riwayat menderita PMS

secara bermakna berpeluang lebih besar memiliki putri keluhan

menderita PMS (dengan peluang 70%) dibandingkan populasi umum

(peluang 37%).

b. Faktor usia

Prevalensi PMS sebesar 20-40% dari seluruh wanita usia

reproduksi dengan rentan demografi usia antara 14-51 tahun.


18

c. Faktor Latar Belakang Psikiatrik

PMS lebih rentan dialami oleh populasi wanita yang mengalami

stress psikis.

d. Faktor Latar Belakang Sosial

Wanita yang tidak bekerja dan bekerja paruh waktu lebih rentan

menderita PMS dibandingkan dengan yang bekerja penuh waktu.

Sikap dan perasaan negatif seorang wanita terhadap haid

menempatkan dirinya lebih mudah teserang PMS.

3. Etiologi Premenstruasi Syndrome

Berbeda dengan manifestasi klinis PMS yang telah terbukti berkaitan

dengan gangguan siklus yang timbul pada periode prahaid wanita usia

reproduksi, etiologi PMS hingga kini masih belum jelas diketahui. Hasil

penelitian PMS pada dua dekade terakhir menyimpulkan bahwa etiologi

PMS sebenarnya tidak tunggal, melainkan merupakan suatu interaksi yang

sangat kompleks antara hormon-hormon ovarium, peptidaopioid endogen,

berbagai neurotransmiter, prostalglandin, dengan sistem sirkadian, perifer,

otonom dan endokrin.

4. Patogenesis Premenstruasi Syndrome

Berbagai teori dan hipotesis yang pernah dikemukakan :

a. Teori sosial

Teori ini menyatakan bahwa timbulnya PMS merupakan hasil dari sikap

kultural dan sosial masyarakat yang negatif terhadap datangnya haid.


19

Sikap negatif ini bersumber dari asumsi masyarakat sejak zaman

aristoteteles yang mengkaitkan haid dengan sesuatu yang tabu, kotor dan

mengerikan, yang masih dianut sebagian masyarakat di berbagai belahan

dunia hingga kini sikap negatif ini mendukung para wanita memandang

periode prahaid sebagai saat yang menyusahkan serta sangat

mengganggu kesehatan dan aktivotas mereka.

b. Teori Psikologi

Teori ini berpendapat bahwa PMS muncul sebagai refleksi dari konflik

kejiwaan penderita yang tidak terpecahkan terhadap berbagai stressor

eksternal (hubungan interpersonal atau tekanan lingkungan) maupun

terhadap kodrat kewanitaannya sendiri. Haid, secara tidak disadari,

dimanfaatkan penderita PMS untuk menyatakan ketegangan akibat

konflik-konflik tersebut

c. Teori Biologik-Medik

1) Predisposisi genetik tertentu

Walaupun belum ditemukan asosiasi PMS dengan gen-gen tertentu,

teori ini ini didukung oleh kenyataan banyaknya penderita PMS yang

memiliki ibu kandung dan/atau saudari kandung yang juga pernah atau

sedang menderita PMS.

2) Defisiensi vitamin tertentu (A, B6, B kompleks).

3) Defisiensi mineral tertentu (magnesium, kalsium, Zn).

Kedua teori tersebut didasarkan bahwa berbagai vitamin dan mineral

tertentu mutlak diperlukan neuron pada susunan saraf pusat untuk

melangsungkan ekstibilitas dan inhibisi stimulasi tingkat sinaptik.


20

4) Disfungsi neurotransmiter (beta-endorfin,GABA, serotonin)

Perubahan kadar neurotransmiter tertentu pada susuna saraf pusat

dihipotesiskan berkaitan erat dengan perubahan afek dan perilaku

penderita PMS sebagai tambah peningkatan kadar beta-endokrin pada

fase kausal dikaitkan dengan timbulnya kecemasan dan perilaku

agitasi, sedangkan penurunan kadarnya dikaitkan dengan munculnya

efek depresi pada penderita.

5) Ketidakseimbangan prostalglandin

6) Retensi cairan (vasopresi,prolaktin,aldosteron )

Terjadi peningkatan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron yang

menyebabkan munculnya gejala-gejala retensi cairan penderita PMS.

7) Ketidakseimbangan hormon steroid seks (estrogen,progesteron)

Hromon-hormon steroid seks dihipotesiskan bukan sebagai penyebab

munculnya PMS, namun fluktuasi kadarnya sepanjang siklus haid

berperan sebagai pemicu pada individu dengan faktor-faktor

predisposisi PMS. (Suparman, 2011)

5. Gejala

Dalam literatur dilaporkan gejala-gejala tersebut mungkin bersifat

psikologis dan berkaitan dengan perilaku, atau somatik. Gejala

psikologis yang khas adalah iritabilitas agresi, ketegangan, depresi,

mood yang berubah-ubah dan perasaan lepas kendali.

Gejala fisik yang sering dilaporkan adalah rasa kembung serta

pembengkakan dan nyeri payudara. Biasanya yang paling


21

menyebabkan depresi dan mendorong wanita mencari pertimbangan

medis adalah gejala psokologis.

6. Waktu

Karakter gejala kurang penting dibandingkan dengan waktu dan

keparahan. Untuk diagnosa PMS gejala harus terjadi pada fase luteal

siklus menstruasi dan media pada akhir menstruasi.

Gejala harus cukup berat untuk menimbulkan dampak signifikan

pada fungsi normal. Wanita mungkin mengalami gejala di salah satu

bagian dari fase luteal. Sebagian dalam beberapa hari segera

sebelum menstruasi. Sedangkan yang lain memperhatikan gejala dari

ovulasi langsung melalui fase luteal sampai akhir menstruasi.

(Glasser, 2005)

7. Klasifikasi Premenstruasi Syndrome

1) Tipe A

Paling sering dialami oleh 40-50% PMS. Ansietas, iritabilitas , insomnia dan

ketegangan saraf akibat peningkatan hromon estrogendan progesteron.

Asupan produk susu yang berlebihan dan defisiensi magnesium turut

mempengaruhi.

2) Tipe H

Retensia air, kenaikan berat badan, edema, kembung, nyeri tekan pada

payudara akibat kelebihan estrogen dan aldosteron serta defisiensi

dopamin. Defisiensi vitamin B2 dan defisiensi magnesium dapat

mempengaruhi.
22

3) Tipe C

Karbohidrat dan mengidam manis, sakit kepala, palpitasi, pusing, pingsan,

dan/atau keletihan penyebabnya ialah peningkatan pengikat untuk insulin.

Defisiensi vitamin B,zink,magnesium,dan/atau vit C juga dapat menjadi

penyebab.

4) Tipe D

Paling jarang terjadi mempengaruhi 17-23% pasien PMS. Dapat terjadi

menyertai tipe A depresi, konfusi, insomnia dan keseimbangan tubuh.

Terjadi akibat penurunan kadar estrogen dari peningkatan kadar

progesteron hipotiroidisme, ketidakseimbangan estrogen, predisposisi

genetik atau peningkatan kadar prolaktin, defisiensi vitamin B dan

magnesium dapat mempengaruhi.(Sinclair,2009)

8. Penatalaksanaan Premenstruasi Syndrome

a. Metode Penyembuhan non-farmakoterapi

1). Pengaturan Nutrisi

2). Modifikasi pola tidur nyenyak malam hari dalam durasi yang

cukup secara bermakna terbukti mengurangi keluhan depresi

PMS pada penderita PMS.


23

3). Latihan aeorbik moderat 20-30 menit per hari sekurang-

kurangnya 3 kali seminggu) melalui efek peningkatan sekresi

edokrin di otak mampu menekan keluhan depresi dan gejala

retensi cairan.

4). Latihan relaksasi yang memanfaatkan pengulangan kata, suara,

dan aktivitas obat tertentu akan diperoleh respon fisiologis

tubuh berupa menurunnya tingkat metabolisme, menurunnya

detak jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan, serta

melambatnya gelombang otak, yang akan menekan berbagai

keluhan PMS.

5). Terapi kognitif-perilaku mengajarkan penderita PMS untuk

menganalisis pola pemikiran yang negatif dan cara

memandang berbagai peristiwa dalam kehidupan secara lebih

adaftif, yang jiak rutin dilakukan selama 6 bulan berurutan

dinilai dapat mengurangi berbagai keluhan PMS.

6). Suplemen Nutrisi

Pemberian suplemen nutrisi disesuaikan dengan indikasi untuk

tiap tipe-tipe PMS :

a) Tipe A

Magnesium, mengurangi asupan produk susu

b) Tipe H

Vitamin B6 dan magnesium, serta Vitamin E 400 iU setiap hari

hingga 2x/hari untuk mengatasi gejala pada payudara


24

c) Tipe C

Vitamin B dan C, magnesium, dan zink. Vitamin A dan E dan

minyak evening primrosse 1000 mg 2x/hari dianjurkan

(minyak ini menyediakan prostaglandin)

d) Tipe D

Vitamin B dan magnesium. (Vitamin B6 dapat menyebabkan

neuropati perifer, dosis yang rendah digunakan dengan

pemanfaatan ketat. Toksisitas dapat terjadi jika wanita

menggunakan 50-100 mg 2x/hari sepanjang siklus) (Sinclair,

2009)

c. Pengobatan PMS secara farmakoterapi meliputi :

1) Anti-inflamasi Non-Steroid (NSAID)

Asam mefenamat dan napresan sodium pada beberapa uji

klinis acak berkontribusi mampu meringankan berbagai

keluhan PMS (kecuali payudara).

2) Intervensi medis lebih lanjut harus di konsultasikan dahulu

atau ditangani dokter agonis GnRH diuretik. Antidepresan

seperti inhibitor, ambilan ulang seretonin selektif atau danazol

diprogramkan. (Suparman, 2011).


25

d. Pengobatan alternatif

1) Pengobatan cina

Shiatsu akupuntur dari tai chi yang semuanya bekerja dengan

merileksasikan organ-organ reproduksi dan dapat bermanfaat.

2) Herbal

Charmomlle meredakan kram dan gejala PMS lain yang berfungsi

sebagai infus, 1 sdm/cangkir teh atau 10 tetes teratur

3x/hari.pohon chaunhe ( vitter agnus canfus ) adalah suatu

pengatur siklus pada wanitan dan meredakan nyeri tekan

payudara, kembung, iritabilitas , perubahaan mood dan nyeri

kepala. 1 sdt beri matang yang direndam dalam 1 cangkir air

mendidih dalam 10-15 menit 3x/hari atau 1-2 ml binidur 3x/hari

atau10 tetes teratur dikonsumsi di pagi hari dalam air selama

pertengahan kedua siklus menstruasi. (Sinclair, 2006).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metoda Penelitian

1. Paradima Penelitian

Wanita usia subur merupakan wanita yang berumur 15-49 tahun

yang berstatus kawin, janda maupun yang belum menikah.

(BKKBN,2011).
26

Syndroma prahaid yang dikenal juga dengan terminologi

“Premenstruasi Syndrome” (PMS). Merupakan suatu kumpulan

keluhan dan atau gejala fisik, emosional, dan perilaku yanng terjadi

pada wanita usia reproduksi, yang muncul secara siklus dalam

rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah

darah haid keluar, yang terjadi pada suatu tingkatan ysngn mampu

mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan wanita tersebut, dan

kemudian diikuti oleh suatu periode waktu bebas gejala sama sekali.

(Suparman, 2011).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya yang

seiring waktu menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan

mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam

berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan

pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Faktor

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang diantaranya

yaitu umur, pendidikan,pengalaman,dan keyakinan Dampak dari

kurangnya pengetahuan wanita usia subur tentang premenstruasi

syndrome dapat menimbulkan penurunan produktivitas kerja,sekolah

dan hubungan interpersonal penderita cukup besar.(Suparman,2011).

Sikap adalah derajat afek positif atau afek negatif yang akan

diartikan dengan suatu objek psikologis. Sikap belum merupakan

tindakan atau aktivitas tetapi merupakan predisposisi tindakan atau


27

perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakanreaksi tingkah laku yang terbuka.

Pengetahuan berhubungan erat sekali dengan sikap,artinya

seberapa benar pengetahuan seseorang mengenai objek akan

menentukan sikap mereka terhadap objek tersebut,semakin tinggi

pengetahuan seseorang terhadap suatu objek diharapkan akan

menghasilkan sikap yang tepat (positif) pada objek tersebut

(Baskoro,2008).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis membuat kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Tentang Sikap Dalam Menghadi


Premenstrual Premenstrual
Syndrome Syndrome

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

2. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan adalah analitik yaitu

suatu rancangan penelitian untuk melihat hubungan dua variabel

atau lebih tanpa ada perlakuan atau intervensi, yaitu

menghubungkan antara pengetahuan tentang premenstrual

syndrome dengan sikap dalam menghadapi premenstrual

syndrome.
28

Rancangan penelitian ini menggunakan cross-sectional

yaitu suatu rancangan penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan variabel independen dangan variabel

dependen dimana pengukuran variabel pengetahuan tentang

premenstrual syndrome dengan sikap dalam menghadapi

premenstrual syndrome dilakukan pada satu saat atau serentak.

3. Hipotesis penelitian

Hipotesis berarti suatu pernyataan sementara/lemah yang

perlu diuji kebenarannya (Mauliku,2011). Hipotesis penelitian yang

akan di buktikan dalam penelitian ini adalah :

a. Hipotesis nol (Ho) : tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan dan sikap wanita usia subur dalam menghadapi

premenstrual syndrome di wilayah kerja puskesmas Citeureup

tahun 2015

b. Hipotesa alternative (Ha) : terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan sikap wanita usia subur dalam

menghadapi premenstrual syndrome diwilayah kerja

puskesmas citeureup tahun 2015.

4. Variabel penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

lain yang memiliki ciri,sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan

oleh suatu penelitian tentang suatu konsep yang mempunyai variasi

nilai (Notoatmojo,2010).
29

Variabel independen atau variabel bebas merupakan suatu

variabel penelitian yang tidak ada ketergantungan pada variabel

penelitian lainnya (Budiman,2011). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pengetahuan wanita usia subur tentang

premenstrual syndrome.

Variabel dependen atau variabel terkait merupakan suatu variabel

penelitian yang tergantung pada variabel penelitian lain

(Budiman,2011). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap

wanita usia subur dalam menghadpi premenstrual syndrome.

5. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang

akan di teliti secara operasional di lapangan untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel

tersebut serta untuk pengembangan instrumen. Dengan definisi

operasional yang tepat maka ruang lingkup atau pengertian variabel-

variabel yang diteliti menjadi terbatasan dan penelitian akan lebih

fokus (Riyanto,2011).

Tabel 3.1 Definisi operasional

N Variabel Devinisi Definisi Cara Hasil skala


konseptual operasional pengukura pengukuran
o n
1 Pengeta- Pengetahuan Semua yang kuisioner 1. Kurang ordinal
huan adalah hasil di ketahui (jawaba
pengindraan atau oleh wanita n benar
hasil tahu usia subur <60%)
seseorang tentang 2. Cukup(j
terhadap objek premenstrual awaban
melalui indra syndrome benar
yang dimilikinya 60-
30

yan seiring waktu 75%)


menghasilkan 3. Baik
pengetahuan (jawaba
(Notoatmojo,2005 n benar
) >75%)

Notoat
mojo,20
05)
2 Sikap Sikap merupakan Reaksi kuisioner 1. Negatif Ordinal
reaksi tertutup tertutup atau (jika
terhadap objek respon skor
lingkungan sementara <mean/
tertentu sebagai wanita usia median
suatu subur tentang 2. Positif ≥
penghayatan premenstrual mean/m
terhadap objek syndrome edian
(Azwar,2011)
(Azwar,
2011)

B. Populasi dan Sampling Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi

karakteristik yang ditentukan (Riyanto,2011). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur di wilayah kerja

puskesmas citeureup tahun 2015.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang di harapkan dapat

mewakili atau representatif populasi maka di perlukan tekhnik

pengambilan sampel (sampling techinique) yang benar

(Riyanto,2011).

Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

proportional random sampling yaitu pengambilan sampel secara


31

proporsi dilakukan dengan mengambil subjek dari setiap strata atau

setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dalam

masing-masing strata atau wilayah (arikunto,2006).

Untuk mendapatkan jumlah sampel (n) dalam populasi maka rumus

yang digunakan adalah rumus slovin sebagai berikut (Mauliku,2011):

N
n=
N d 2 +1

Dimana :

N : Ukuran populasi (8.278)

n : jumlah sampel

d : presisi yang digunakan (0,05)

Dengan menggunakan rumus di atas maka dapat di tentukan

jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut :

N
n=
N d 2 +1

8278
=
1+ 8278(0.12 )

= 98,6 orang  dibulatkan menjadi 99 orang


32

Berdasarkan perhitungan diatas,maka besarnya sampel yang diambil

adalah 99 orang. Sampel di dapatkan dengan mengambil subjek dari

setiap Rw ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dalam

masing-masing RW atau wilayah tersebut. (arikunto,2006).

C. Pengumpulan data

1. Tekhnik pengumpulan data

Tekhnik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan

kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu proses penelitian. Data yang akan diambil

adalah data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari

responden menggunakan metode angket dengan alat pengumpulan

data yaitu kuisioner (notoatmojo,2010).

Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh salah satu bidan

dan kader untuk mengumpulkan responden yang telah terpilih

sebagai sampel penelitian. Setelah responden terkumpul ,peneliti

memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan mengenai maksud

dan tujuan penelitian, kemudian meminta kesediaan responden untuk

menjadi responden penelitian serta menandatangani pernyataan

setuju menjadi responden.

Setelah semua responden mengerti dan bersedia

menjadiresponden penelitian,peneliti kemudian m,embagikan

kuisioner untuk diisi oleh responden dan memberikan penjelasan

petunjuk pengisian. Setelah semua responden mengisi

kuisioner,kemudian kuisioner tersebut dikumpulkan dan peneliti

mengucapkan terimakasih pada responden yang sudah


33

berpartisipasi,serta pada bidan,kader dan pihak yang telah membantu

proses pengumpulan data dalam penelitian ini.

2. Instrumen penelitian

Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

berupa lembar kuisioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup pilihan

ganda dan lembar checklist mengenai premenstrual syndrome.

D. Uji validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan atau kecematan pengukuran,valid

artinya instrumen penelitian mengukur apa yang ingin diukur. Untuk

mengetahui validitas suatu instrumen dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor

totalnya. Suatu variabel dinyatakan valid jika skor variabel tersebut

berkorelasi secara signifikan dengan total skornya (Riyanto,2011).

Untuk mengetahui validitas kuisioner dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor

totalnya. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika skor variabelnya

berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Adapun rumus yang akan digunakan untuk uji validitas ini yaitu

dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu di uji

dengan menggunakan uji t dan lalu dilihat penafsiran dari indeks

korelasinya. Rumus Pearson Product Moment yaitu :


34

n (∑ XY )−(∑ X ).( ∑ Y )
t hitung=
2 2 2 2
√ [ n . ∑ X −( ∑ X ) ] . [ n . ∑ Y −( ∑ Y ) ]
Keterangan :

rhitung = koefisien korelasi

∑Xi = jumlah skor item

∑Yi = jumlah skor total (item)

n = jumlah responden

2. Uji Reabilitas

Reabilitas berkenaan dengan tingkat kepercayaan atau

kehandalan hasil suatu pengukuran. Suat alat ukur dikatakan reliabel

apabila digunakan dalam mengukur suatu gejala yang sama pada

waktu yang berlainan secara berulang-ulang akan senantiasa

menunjukan hasil yang sama atau relatif sama (Nugrahaeni &

Mauliku,2011).

Tekhnik uji reabilitas yang digunakan pada variabel pengetahuan

adalah koefisienreabilitas yang dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

r k ∑ p2q2
[ ][
ii=
k−1
1− 2
st ]

Keterangan :

rii : koefisien reabilitas tes


35

k : banyaknya butir pertanyaan

piqi : varians skor butir

pi : proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i

qi : proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i

st2 : varians skot total

Tekhnik uji reabilitas yang digunakan pada variabel sikap yaitu

dengan uji alpha cronbach, yang dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

r k ∑ p2q2
[ ][
ii=
k−1
1− 2
st ]

Keterangan :

rii : koefisien reabilitas tes

k : banyaknya butir pertanyaan

piqi : varians skor butir

pi : proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i

qi : proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i

st2 : varians skot total

keputusan uji :
36

beri nilai cronbah’s alpha ≥ konstanta (0.6),maka pertanyaan reliabel

beri nilai cronbah’s alpha < konstanta (0.6),maka pertanyaan tidak

reliabel (Riyanto,2011).

Hasil uji reabilitas didapatkan nilai cronbah’s alpha untuk variabel

pengetahuan adalah 0,914 dan variabel sikap adalah 0.920. kedua

nilai cronbah’s alpha variabel pengetahuan dan sikap tersebut lebih

besar dari nilai konstanta 0,6 sehingga kedua variabel tersebut

dianggap reliabel sebagai instrumen penelitian.

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Mencari masalah

b. Mengajukan judul Penelitian kepada pembimbing

c. Menentukan lahan penelitian

d. Membuat surat izin pengambilan data awal

e. Studi kepustakaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

masalah penelitian

f. Menyusun seminar proposal

g. Perbaikan proposal

h. Menyusun instrumen dan perbaikan instrumen

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengurus izin melakukan penelitian dari institusi setempat

b. Melakukan penelitian

c. Mengumpulkan hasil penelitian

d. Menarik kesimpulan
37

e. Mengambil kesimpulan dari data yang telah diperoleh berdasarkan

pengolahan dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya

3. Tahap Akhir

a. Menyusun laporan hasil penelitian

b. Presentasi hasil penelitian

c. Pendokumentasian hasil penelitian

F. Pengolahan Data Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Hidayat (2007) mengatakan bahwa pengolahan data dilakukan

dengan komputerisasi, adapun urutan pengolahan data adalah :

a. Editing

Memilih atau menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data

yang terpakai saja.Tahap ini merupakan tahap pembersihan data

yang telah dikumpulkan dengan melakukan pemeriksaan

terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban kuesioner dan

penyesuaian data yang diperlukan dengan kebutuhan penelitian.

b. Coding

Tahap ini merubah data yang dikumpulkan ke dalam bentuk yang

lebih ringkas, mengkode data merupakan kegiatan

mengklasifikasikan data menberi kode untuk masing-masing

variabel terhadap data yang telah diperiksa dari sumber data yang

telah diperiksa kelengkapannya. Untuk mengetahui pengetahuan

responden digunakan kuesioner, dengan penilaian untuk setiap

jawaban yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0.

Kemudian akan dilakukan penjumlahan terhadap semua butir

jawaban responden. Penganalisisan ini akan dilakukan secara

komputerisasi. Pengetahuan yang kurang ditandai dengan angka


38

1, pengetahuan cukup ditandai dengan angka 2 dan pengetahuan

yang baik ditandai dengan angka 3. Untuk variabel sikap, pada

jawaban sangat setuju diberi kode SS,setuju diberi kode S,ragu-

ragu diberi kode R,tidak setuju diberi kode TS,dan sangat tidak

setuju diberi kode STS.

c. Entry

Data yang telah diberi kode kemudian dimasukan ke dalam

komputer.

d. Tabulating

Pemindahan data dari master kedalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.

2. Analisis Data

Analisa data adalah mengolah data yang telah terkumpul dengan

menggunakan rumus atau aturan yang sesuai dengan desain

penelitian yang digunakan sehingga diperoleh suatu kesimpulan

(Arikunto, 2010).

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan melakukan

penyeleksian data sesuai dengan kriteria yang ada. Analisa dalam

penelitian ini menggunakan sistem komputerisasi dengan

menggunakan prangkat lunak statistik yang meliputi

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan undtuk mendapatkan

gambaran distribusi dan frekuensi dari variabel dependen dan

independen. Data disajikan dalam bentuk tabel dan

diinterperetasikan.(Riyanto,2011).

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat

lunak komputer untuk mendapatkan distribusi frekuensi dan tiap-


39

tiap variabel. Untuk menghitung persentase pengetahuan dari

hasil kuesioner menggunakan rumus :

P = f/n x 100%

Keterangan :

P = presentase

f = jumlah jawaban benar

n = jumlah semua pertanyaan

Hasil yang diperoleh melalui cara penghitungan diatas kemudian

nilainya dimasukan kedalam kategori sebagai berikut.(Notoatmojo,2005)

Setelah data dijumlahkan lalu data dkategorikan sesuai dengan

kategori pada masing masing variabel. Kemudian peneliti melakukan

interpretasi data menggunakan skala Nursalam (2008) yaitu :

a. > 35% : sebagian kecil responden

b. 35-49% : kurang dari sebagian responden

c. 50% : sebagian responden

d. 51-65% : lebih dari sebagian responden

e. 66-89% : sebagian besar responden

f. 90-100% : mayoritas responden

b. Analisis Bivariat

Analaisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan,yaitu variabel bebar atau independen (pengetahuan

wanita usia subur tentang premenstrual syndrome) dengan variabel

terikat atau dependen (sikap wanita usia subur dalam menghadapi

premenstrual syndrome). Mengingat variabel independen dan dependen


40

ini merupakan variabel kategorik maka untuk membuktikan adanya

hubungan dena menguji hipotesa antara dua variabel tersebut

digunakan uji chi-square (Riyanto,2011).

Untuk variabel sikap,dalam menentukan mean atau median yang

akan digunakan uji normalitas,jika hasil uji normalitas didapatkan

perbandingan skewness dan standar error -2< n <2, maka distribusi

sampel dianggap normal dan menggunakan nilai mean (nilai rata-

rata),sebaliknya jika hasil uji normalitas didapatkan perbandingan

skewness dan standar error n< -2 atau n > 2, maka distribusi sampel

dianggap tidak normal dan menggunakan nilai median (nilai tengah).

Ketentuan yang berlaku pada uji chi-square (riyanto,2011) :

1) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 1

(satu)

2) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5

(lima) lebih dari 20% dari jumlah keseluruhan sel.

Bila terjadi hal diatas solusinya adalah :

1) Untuk tabel berukuran selain 2x2,maka dilakukan penggabungan

sel

2) Untuk tabel 2x2,dan ada nilai E< 5 gunakan uji “fisher exact”

3) Untuk tabel 2x3 atau lebih gunakan uji pearson Chi-square.

Analisi dilakukan dengan menggunakan uji statistic Chi-Square.

Rumus menghitung Chi-Square (Riyanto,2011).


41

2 (fo−fe)2
x =∑
fe

Keterangan :

X2 = nilai Chi-Square

Fo = Frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)

Fe = Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Uji signifikan dalam penelitian kesehatan untuk keputusan uji dan

statistik,yaitu dengan cara menggunakan batas kemaknaan nilai α

(alpha) = 0.05 dan 95% convidence interval,dengan ketentuan sebagai

berikut (Riyanto,2011):

1) Nilai pearson chi-square (p value) ≤0.05 berarti Ho ditolak (p≤α). Uji

statistik menunjukan adanya hubungan yang bermakana

2) Nilai pearson chi-square (p value) > 0.05 berarti Ho ditolak (p>α). Uji

statistik menunjukan tidak ada hubungan yang bermakana

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus mendapat adanya

rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian untuk

mencegah timbulnya masalah etika, maka dilakukan hal-hal sebagai

berikut :

1. Persetujuan (Informed consent)

Sebelum melakukan penelitian maka diedarkan lembar persetujuan

untuk menjadi responden dengan tujuan agar mengerti maksud tujuan

penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika responden tidak tersedia

maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)


42

Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan

nama dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan

dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, tetapi nama kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian (Hidayat, 2007).

H. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk dilakukan penelitian ini di Wilayah kerja

Puskesmas Citeureup di 19 Rw pada Bulan April tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai