Anda di halaman 1dari 9

KESIMPULAN PSIKOLOGI PRAKTEK DALAM KEBIDANAN

NAMA : INDAH TIRTYA


NIM : 2007170
KELAS : NR4

PERTEMUAN 1

PSIKOLOGI DALAM MASA REPRODUKSI

1. Psikologi Dalam Masa Reproduksi


a. Psikologi Komunikasi Ibu dan Bayi
 Defenisi Psikologi Komunikasi
Psikologi komunikasi meliputi segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda
diantara tempat, sistem atau organisme. Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai
proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh.

 Ruang lingkup Psikologi Komunikasi


Psikologi Komunikasi pada ibu dan bayi berkaitan dengan bagaimana mencapai proses
komunikasi yang efektif bagi ibu dan bayi melalui proses interaksi dan memahami.

 Pendekatan Psikologi Komunikasi


 Penerimaan Stimuli Secara Inderawi (Sensory Reception of Stimuly).

Diawali ketika panca indra kita diterpa oleh stimuli, panca indra tersebut yakni mata,
hidung, telinga, kulit, dan mulut. Stimuli bisa berbentuk orang, pesan, suara, warna, dan
sebagainya

 Proses yang Mengantarai Stimuli dan Respons (Internal Mediation Of Stimuli)

Stimuli yang ditangkap oleh alat indera, kemudian diolah dalam otak. Kita hanya
mengambil kesimpulan tentang proses yang terjadi pada otak dari respons yang tampak
seperti tersenyum, tepuk tangan.

 Prediksi Respons (Prediction of Response)

Respons yang terjadi pada masa lalu dapat dapat dilihat serta dapat diramal responya
untuk masala mendatang. Kuncinya harus mengetahui sejarah respons terdahulu

 Peneguhan Response (Reinforcement of Response)

Timbul perhatian pada gudang memori (memori storage) dan set (penghubung masa lalu
dan masa sekarang). Berger dan Lambert menyebutnya feedback (umpan balik).
 Tujuan Psikologi Komunikasi
Komunikasi dan hubungan emosional antara orang tua dan buah hati sangat penting
untuk perkembangan otak dan mental anak.
PERTEMUAN 2

ADAPTASI MENJADI ORANG TUA, BONDING ATTACHMENT, DAN BONDING


ATTUNEMENT

b. Adaptasi Menjadi Orang Tua


Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan, yang berarti mengubah diri
sesuai dengan keadaan dilingkungan dan juga bisa mengubah atau menyesuaikan lingkungan
sesuai dengan keadaan pribadi yang dialami.
Menjadi orangtua (Parenthoood) merupakan tahapan yang dilakukan oleh pasangan
suami-istri yang memiliki anak. Anak-anak akan mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam lingkungan tempat tinggalnya dan hubungan yang dijalaninya.
 Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Menjadi Orangtua
 Pengasuhan Pertumbuhan: memberikan makanan, perlindungan, kehangatan dan
kasih sayang.
 Pengasuhan Material: memberikan dan mengatur dunia bayi dengan benda-benda,
rangsangan dan kesempatan eksplorasi
 Pengasuhan Sosial: terlibat dalam berinteraksi dengan bayi, memeluk, menenangkan,
membuat nyaman, bernyanyi dan bermain.
 Pengasuhan Didaktis: menstimulasi ketertarikan bayi dan pemahaman pada dunia
luar hubungan orang tua anak dengan mengenalkan objek dan memberikan informasi.
 Faktor eksternal yang mempengaruhi kesiapan menjadi orang tua, yaitu :
 Pengetahuan
 Finansial
 Kesehatan
 Lingkungan

c. Bonding Attachment

Bonding merupakan ikatan ikatan fisik dan emosional antara ibu dengan bayinya yang baru
pada periode setelah kelahiran. ikatan ini sangat penting sebagai landasan bagi perkembangan
optimal pasca kelahiran. Sedangkan Attachment merupakan tingkah laku yang khusus pada
manusia, yaitu kecendrungan seseorang untuk mencapai kedekatan dengan orang lain.

Ikatan Bonding Attachment dapat diperkuat melalui penggunaan respons sensual yang dapat
dilakukan berupa :

• Sentuhan atau Kontak Fisik

• Kontak Mata
d. Bonding Attunement

Attunement adalah cara kita "menyesuaikan" dengan kebutuhan anak, bekerja untuk memahami
pikiran mereka, dan menanggapi bagaimana perasaan dan perilaku mereka.

Salah Satu bentuk penerapan Bonding Attunement dalam hubungan orang tua dan anak yaitu
Berinteraksi dengan anak Anda adalah proses yang akan membantu mereka membangun
hubungan yang sehat sepanjang hidup.
PERTEMUAN 3

KESEHATAN MENTAL PADA PERINATAL

1. Kesehatan Mental Pada Perinatal

 Defenisi Kesehatan Mental pada Perinatal

Adalah individu yang bebas dari gejala psikiatri atau penyakit mental, terwujud
keharmonisan antar fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-
problem yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan atas dirinya yang terjadinya
dalam masa sesaat sebelum dan sesudah kelahiran.

 Perubahan Normal Emosional Selama Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

 Selama Kehamilan
Perubahan emosional pada ibu hamil dapat berupa stres dan cemas, terlebih pada
kehamilan pertama, Hubungan perkawinan yang tidak baik, Kurangnya dukungan social,
Komunikasi dengan orang lain, Dukungan keluarga dan lingkungan
 Selama Persalinan
Adanya ketakutan dan suasana yang tidak bersahabat akan meningkatkan ketegangan
dan rasa nyeri.
 Selama Nifas
Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah dan sering sedih atau cepat
berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang labil.

 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Emosinal Selama Kehamilan, Persalinan dan Nifas

 Selama Kehamilan
 Meningkatnya produksi hormon progesterone yang memengaruhi kondisi psikisnya.

 Selama Nifas
 Ketakutan yang berlebihan dalam masa hamil
 Struktur perorangan yang tidak normal
 Riwayat psikiatrik
 Riwayat perkawinan abnormal
 Riwayat obtetrik
 Riwayat penyakit lainnya
PERTEMUAN 4

TANTANGAN KESEHATAN MENTAL DALAM KESEHATAN

Dari beberapa Negara menunjukkan bahwa masyarakat tidak mampu mengenali gejala-gejala
gangguan mental. Masyarakat tidak mengetahui cara yang dapat dilakukan sebagai usaha pencegahan.
Pada umumnya masyarakat menunda perawatan dan rekomendasi penanganan gangguan. Masyarakat
juga tidak mengetahui cara mendampingi individu yang mengalami gangguan mental

 Tantangan Kesehatan Mental Di Indonesia

Belum optimalnya pelayanan Kesehatan Jiwa secara tidak langsung memengaruhi


tingkat keberhasilan pembangunan kesehatan karena mengalami penurunan kesehatan secara
fisik yang akhirnya menurunkan produktivitas, baik dalam bekerja maupun dalam beraktivitas
sehari-hari.

 Tantangan Kesehatan Mental


Gangguan emosional merupakan suatu kondisi perubahan emosi yang dapat berkembang
menjadi patologis jika terus berlanjut. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah pencegahan agar
kesehatan mental masyarakat tetap terjaga yaitu dengan literasi kesehatan mental.
Literasi kesehatan mental merupakan kemampuan mengenali gejala gangguan yang
spesifik, mengetahui cara mencari informasi mengenai kesehatan mental; mengetahui faktor
resiko dan penyebab, self-treatment, dan ketersediaan bantuan profesional; serta sikap yang tepat
untuk mengenali dan mencari bantuan.Sehingga Upaya Preventif Dalam Kesehatan Mental
adalah meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kesehatan mental, masyarakat akan
mampu mendeteksi gejala gangguan dan mengelola kesehatan mental secara efektif.
PERTEMUAN 5

PERAN BIDAN DALAM MEMPROMOSIKAN KESEHATAN MENTAL YANG BAIK


PADA PEREMPUAN DALAM MASA REPRODUKSI

Peran dan fungsi bidan, terutama dalam menangani kasus gangguan mental yang dialami
oleh perempuan dlam masa reproduskis meliputi :

– Bersama dengan rekan lain dalam layanan kesehatan dasar (kunjungan kesehatan, general
particioner, perawat)
– bidan berada dalam posisi yang kuat untuk mengidentifikasikan wanita (ibu hamil) yang
memiliki resiko, atau sudah mengalami gangguan mental perinatal (selama kehamilan)
– Untuk memastikan bahwa wanita dan keluarganya mendapatkan perhatian dan
penanganan sedini mungkin.
– Memunculkan perasaan aman, memberikan ketenangan dan kenyamanan, memberikan
informasi dan mencari tahu kebutuhan pasien serta penanganan yang tepat
– Aktif dalam memberikan dukungan pada pasien.
PERTEMUAN 6

KEBIJAKAN ASUHAN PADA PEREMPUAN DENGAN GANGGUAN KESEHATAN MENTAL


BAIK LOKAL, NASIONAL, DAN INTERNASIONAL

• WHO menetapkan promosi kesehatan mental sebagai prioritas kesehatan public. Tujuan utama
bagi masyarakat adalah agar pasien gangguan mental segera mengambil tindakan untuk mencari
bantuan profesional. Sehingga pasien memperoleh dan patuh pada proses penanganan yang
berdasarkan evidence-based yang tepat, penderita juga mendapatkan dukungan dari keluarga dan
orang lain di lingkungan sosial.
• Kebijakan nasional yang berhubungan dengan kesehatan mental di Indonesia di atur Dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, yaitu seperti:
 Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik,
 Menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan
lain yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa;
 Menjamin setiap orang dapat mengembangkan potensi kecerdasan;
 Memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi ODMK dan ODGJ
berdasarkan hak asasi manusia;
 Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif;
 Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Kesehatan Jiwa;
 Meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi;
 Memberikan kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia.

.
PERTEMUAN 7

HAL-HAL YANG MEMPUNYAI RESIKO TERHADAP KESEHATAN MENTAL

 Kekerasan Terhadap Perempuan

Faktor penyulit :

– masyarakat umum masih memandang masalah


– KDRT sebagai masalah pribadi keluarga, tidak boleh dicampuri, dianggap wajar karena
suami ditempatkan sebagai kepala keluarga dan pendidik istri
– masyarakat masih memandang keutuhan institusi keluarga ada di tangan istri, sehingga
istri justru akan dipersalahkan dan dicela apabila institusi keluarga hancur
– ada stigma di masyarakat terhadap perempuan berstatus janda
– kecenderungan istri tergantung secara ekonomi maupun emosional terhadap suaminya

Bentuk kekerasan pada perempuan :


– Kekerasan Fisik
– Kekerasan Psikis
– Kekerasan Ekonomi
– Kekerasan Seksual

Dampak kekerasan pada perempuan :


– Mengalami sakit fisik
– Tekanan mental,
– Menurunnya rasa percaya diri dan harga diri,
– Mengalami rasa tidak berdaya,
– Mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya,
– Mengalami stres pascatrauma,
– Mengalami depresi
– Bahkan keinginan untuk bunuh diri.

Cara mengatasi kekerasan pada permpuan:


– Berikan edukasi mengenai HAM dan pemberdayaan perempuan
– Menyebarkan informasi dan mempromosikan prinsip hidup sehat, anti kekerasan
terhadap perempuan dan anak
– Menolak kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah;
– Mengadakan penyuluhan untuk mencegah kekerasan
– Mempromosikan kesetaraan jender
– Mempromosikan sikap tidak menyalahkan korban melalui media.

Sehingga masyarkat bertanggung jawab secara tidak langsung atas masalah kekerasan terhadap
perempuan dan didukung oleh sistem hukum yang memadai agar korban membuat keputusan sendiri
dan mandiri.

Anda mungkin juga menyukai