Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Desa Wisata Nglanggeran dimulai pada tahun 1999 pemuda dan pemudi yang

tergabung dalam Organisasi Karang Taruna Desa Nglanggeran yang awalnya hanya bergerak dalam
ranah kegiatan sosial seperti kegiatan 17 Agustus-an, bakti desa, kegiatan Ramadhan dan kegiatan
sosial lainya. Akan tetapi setiap kegiatan sosial yang akan dilakukan karang taruna tersebut ternyata
selalu terkendala dalam masalah pembiayaan. Seluruh kegiatan yang dilakukan karang taruna pada
waktu itu masih mengandalkan pembiayaan dari iuran masyrarakat.

Agar tidak terlalu membebani warga maka karang taruna mulai mengupayakan berbagai ide
dan inisiatif tentang bagaimana organisasi dapat melakukan kegiatan yang produktif dengan cara
mengoptimalkan potensi desa yang dimiliki menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual sehingga
dapat membantu menambah khas organisasi. Dengan harapan dari hasil produktif tersebut karang
taruna mengadakan berbagai kegiatan tidak lagi membebani masyarakat lagi.

Langkah awal yang dilakukan karang taruna antara lain penghijauan di sekitar area konservasi
Gunung Api Purba Nglanggeran, penanaman area lereng Gunung Api Purba dengan tanaman
produktif seperti kakao, pisang, kolonjono, mangga rambutan, mahoni dan sebagainya. Hal ini
seperti diunkapkan oleh Mursidi sebagai berikut.

Kegiatan karang taruna itukan otomatis membutuhkan dana untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan sosial sifatnya kemasyarakatan, contohnya saja untuk event tahunan seperti kegiatan 17an
ituan membutuhkan dana. Lha Maka dari itu dari teman-teman adik-adik karang taruna itu mencoba
kenapa ditempat kami ada potensi alam yg sebenarnya itu bisa kita manfaatkan, sebenarnya itu bisa
kita garap, kok tidak, lha akirnya dari situ teman-teman melakukan kegiatan penanaman pohon di
lereng-lereng gunung. Gunung Api Purba pada waktu itu belum sehijau saat ini, masih kelihatan
batunya. Akirmya karang taruna bergerak bersama masyarakat melakuakan penghijauan ataupun
penenaman di kawasan Gunung Api Purba (Mursidi).

Dengan kegiatan penghijauan yang dilakukan, Gunung Api Purba yang dahulu gersang mulai
menjadi pegunungan hijau yang dikelilingi berbagai tanaman buah-buahan yang produktif seperti
saat ini.
Awal tahun 2006 beberapa pengunjung mulai ada yang datang ke Gunung Api Purba.
Pengunjung yang datang bertujuan untuk mendaki atau tracking, namun pada saat itu belum ada
pengelolaan pengunjung dari pihak manapun. Maka dari itu beberapa tokoh pemuda karang taruna
mulai melakukan inisiatif untuk mengelola Gunung Api Purba serta menetapkan tiket masuk dan
parkir bagi wisatawan.

Setelah Gunung Api Purba Nglanggeran dikelola, dikemas dan dipasarkan oleh Karang
Taruna Desa Nglanggeran, ternyata Gunung Api Purba Nglanggeran mendapatkan respon positif
serta kunjungan wisatawan semakin hari semakin banyak. Hal ini diungkapkan nara saumber
sebagai berikut.

Pada tahun 2006 itu, sedikit demi-sedikit mulai ada pengunjung di Gunung Api Purba tetapi
belum dikelola maksimal ataupun belum ada dikelola tiket masuk. Tetapi melihat peluang itu,
kemudian tahun 2006 setelah gempa itu kok semakin banyak yang masuk ke kita, kususnya traking
gunung api purba (Sugiyanto).

lha karena kegiatan sosial karangtaruna itu memang banyak dan harus disetiap ada event harus
dilaksanakan akirnya potensi yang ada saat ini di Gunung Api Purba ini dikelola, dikemas dan
kemudian mencoba dipasarkan, ternyata respon dari luar cukup bagus, baik itu di luar daerah atau
bahkan untuk saat ini secara menyeluruh ke Indonesia itu Alhamdulillah banyak yang mengenal
(Mursidi).

Saat itu kunjungan ke Gunung Api Purba makin banyak, menjadi kesepakatan karang taruna
untuk membri tiket masuk dan disetujui oleh pemerintah desa (Sugiyanto)

Tahun 2009 kunjungan wisatawan ke Gunung Api Purba mulai terjadi peningkatan jumlah
kunjungan secara pesat diikuti dengan peningkatan jumlah kebutuhan wisatawan terhadap daya
tarik ,fasilitas serta jasa pendukung pariwisata yang lebih banyak secara kuantitas dan lebih baik
secara kualitas. Untuk dapat mengemas daya tarik wisata yang lebih baik dibutuhkan koordinasi
yang lebih luas kepada berbagai pihak termasuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
pelaku pariwisata.

Untuk itu pengurus Karang Taruna Desa Nglanggeran mulai merangkul berbagai pihak antara
lain Pemerintah Desa, tokoh-tokoh masyarakat, kelompok-kolompok usaha dan kelompok kesenian
sehingga pada tahun 2009 terbentuklah organisasi pengelola yang lebih kompleks yaitu Badan
Pengelola Desa Wisata (BPDW) Nglanggeran sekaligus peresmian Desa Nglanggeran sebagai desa
wisata.

Di Gunung Api Purba semakin hari semakin banyak wisatawan yang datang kesini, kemudian
kita harus mempersiapkan SDM termasuk bagai mana menanggapi wisatwan, bagaimana cara
supaya wisatawan betah dan kerasan di kawasan kami. Dari situ kami pada tahun 2009 setelah
karang taruna berembuk dengan pemerintah desa dan tokoh-tokoh masyarakat akirnya membuat
sebuah kelompok dan dibuatlah kelembagaan yang namanya BPDW (badan pengelola desa wisata)
2009. Itu yang tadinya pengelola unsurnya hanya pemuda karang taruna, setelah tahun 2009 itu
merangkul semuanya, pengurusnya, kelompoknya itu ada pemerintah desa, kemudian ada tokoh
masyarakat, tokoh masyarakat itu ada kelompok tani, kelompok ibu pkk, homestay, pedagang,
kesenian, calung,jatilan, reog, karawitan dan lain-lain (Sugiyanto).

Kemudian pada tahun 2013, Badan Pengelola Desa Wisata (BPDW) mendapatkan Surat
Keputusan (SK) dari Kementrian Pariwisata. Isi surat keputusan tersebut adalah menunjuk Badan
Pengelola Desa Wisata (BPDW sebagai organisasi yang secara resmi berhak melakukan
pengelolaan 48 hektar kawasan konservasi Gunung Api Purba untuk digunakan juga sebagai
kawasan wisata dengan nama organisasi baru, yaitu Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa
Wisata Nglanggeran.

Desa Wisata Nglanggeran dalam pengelolaan POKDARWIS Karang Taruna Desa


Nglanggeran mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat pada data
pertumbuhan jumlah kunjungan yang cukup pesat selama 5 tahun terakhir. Kenaikan drastis terjadi
antara tahun 2011 sampai tahun 2013, sedangkan rata-rata kenaikan jumlah kunjungan sebanyak
30671,5 wisatawan setiap tahun.
Mursidi mengatakan bahwa saat ini rata-rata tingkat kunjungan wisata ke desa wisata tersebut
pada tahun ini mencapai kurang lebih 200 kunjungan per hari, jika kunjungan sedang ramai jumlah
pengunjung yang datang bisa mencapai 1.000 kunjungan per hari, khususnya pada hari Sabtu dan
Minggu.

Pengelola Desa Wisata Nglanggeran menggolongkan wisatawan yang berkunjung ke Desa


Wisata Menjadi 2 Jenis yaitu wisatawan umum dan wisatawan paket. Wisatawan umum yaitu
wisatawan yang berkunjung tanpa menginap dengan rata-rata lama tinggal kurang dari 24 jam,
biasanya aktifitas wisatawan hanya keliling desa wisata, mengunjungi embung Nglanggeran atau
tracking di Gunung Api Purba.

Sedangkan wisatawan paket biasanya melakukan kegiatan life-in lebih dari 24 jam, bias 1 hari
sampai 7 hari tergantung keinginan wisatawan dalam memilih paket wisata yang ditawarkan.

Jumlah kunjungan wisata yang cukup banyak saat ini tentunya akan membawa dampak yang
terhadap masyarakat lokal selaku tuan rumah. Terutama dampak terhadap ekonomi

Sugeng menjelaskan, kriteria penilaian desa wisata ini disesuaikan dengan standar penilaian CBT, di
antaranya kepemilikan dan pengelolaan oleh masyarakat, memiliki kontribusi terhadap kesejahteraan
sosial, menjaga dan meningkatkan pelestarian lingkungan. Kemudian mendorong partisipasi interaktif
antara masyarakat dan wisatawan, menyediakan jasa perjalanan wisata dan pramuwisata yang
berkualitas. Termasuk mengenai kualitas makanan, minuman, akomodasi dan kinerja friendly tour
operator (FTO).

ebih lengkap dirinya mengatakan, penilaian yang berdasarkan criteria standar CBT yang menjadikan
desany terpilih menjadi yang terbaik di bandingkan dengan desa-desa yang lain, diantaranya yaitu
kepemilikan dan pengelolaan dari masyarakat,menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan, dan
juga mempunyai konstribusi terhadap kesehajteraan sosial. Selain itu juga mendorong partisipasi
interaktif antara wisatawan dan wisatawan yang berkunjung.

“Jasa perjalanan wisata yang berkualitas tentunya juga dengan pramuwisatanya juga. Itu termasuk
kualitas akomodasi, makanan, minuman, dan kinerja friendly tour operator,” tutur Sugeng Handoko.
Kirab budaya nglanggeran rasulan

Konsep Pariwisata Berbasis Komunitas Secara internasional, sektor ekonomi


pariwisata didominasi oleh usaha kecil yang menyediakan barang dan jasa kepada
konsumen wisata yang berkunjung. Pariwisata berbasis masyarakat (CBT) adalah
bentuk pariwisata yang bertujuan memberdayakan masyarakat untuk mengelola
pertumbuhan pariwisata dan mencapai aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan
kesejahteraan mereka, termasuk ekonomi, sosial dan lingkungan.
pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, CBT tidak hanya melibatkan
kemitraan antara bisnis pariwisata dan masyarakat untuk memberikan manfaat
bagi keduanya, namun juga melibatkan dukungan masyarakat (dan eksternal) untuk
usaha pariwisata kecil, yang pada gilirannya berkomitmen untuk memberikan
dukungan bagi proyek masyarakat yang meningkatkan kesejahteraan kolektif. .
CBT memberdayakan masyarakat lokal untuk menentukan dan mengamankan masa depan
sosio-ekonominya melalui kegiatan fee-for-service yang biasanya: menyajikan
dan merayakan tradisi dan gaya hidup lokal; Melestarikan sumber daya alam dan
budaya; Dan mendorong interaksi host-tamu yang adil dan saling menguntungkan.
CBT biasanya melayani ceruk pasar seperti wisata petualangan, wisata budaya,
ekowisata dan agribisnis, namun mengacu pada produk dan layanan lokal untuk
menyebarkan manfaat ekonomi dari pariwisata.
CBT Definition Community Based Tourism (CBT) adalah kegiatan pariwisata,
masyarakat yang dimiliki dan dioperasikan, dan dikelola atau dikoordinasikan
di tingkat masyarakat yang berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat
melalui dukungan mata pencaharian yang berkelanjutan dan melindungi tradisi
sosio-budaya dan warisan budaya dan budaya yang berharga. Sumber daya
Prinsip CBT Berdasarkan definisi di atas, CBT harus:
1. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk memastikan kepemilikan dan
pengelolaan yang transparan, 2. Membangun kemitraan dengan pemangku
kepentingan yang relevan, 3. Memperoleh pengakuan berdiri dengan pihak yang
berwenang, 4. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan pemeliharaan martabat
manusia, 5. Mencakup yang adil dan transparan. Mekanisme pembagian keuntungan,
6. Meningkatkan keterkaitan dengan ekonomi lokal dan regional, 7. Menghormati
budaya dan tradisi lokal, 8. Berkontribusi pada konservasi sumber daya alam,
9. Meningkatkan kualitas pengalaman pengunjung dengan memperkuat interaksi
host dan tamu yang bermakna, dan 10. Bekerja Menuju swasembada keuangan

Sapta pesona adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata. Citra dan
mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh keberhasilan
dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona merupakan tujuh kondisi yang
harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai salah satu
upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesi. Unsur-unsur sapta
pesona tersebut adalah :

1. Keamanan adalah suatu kondisi dimana wisatawan dapat merasa aman, yang artinya
keselamatan jiwa dan fisik.
2. Ketertiban adalah kondisi yang mencerminkan suasana yang teratur, rapi dan lancar serta
menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat.
3. Kebersihan adalah keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari
kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran.
4. Kesejukan adalah suasana yang memberikan kesejukan, nyaman, tenteram, rapi, dengan
adanya penghijauan.
5. Keindahan adalah keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik
dan sedap dipandang mata.
6. Keramah tamahan adalah suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan
keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati.
7. Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang
yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya.
Untuk mewujudkan sapta pesona tersebut maka perlu dilakukan kebijakan yakni dengan
memberikan pengertian kepada semua lapisan masyarakat dan dunia usaha, bahwa sapta pesona
merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan suatu objek wisata

Konsep dan definisi tentang pariwisata, wisatawan serta klasifikasinya perlu ditetapkan
dikarenakan sifatnya yang dinamis.Dalam kepariwisataan, menurut Leiper dalam Cooper et.al
(1998:5) terdapat tiga elemen utama yang menjadikan kegiatan tersebut bisa terjadi. Kegiatan
wisata terdiri atas beberapa komponen utama.

1. Wisatawan

la adalah aktor dalam kegiatan wisata.Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia


untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa di dalam kehidupan.

2. Elemen geografi

Pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografi, seperti berikut ini.

a. Daerah Asal Wisatawan (DAW)

Daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika is melakukan aktivitias keseharian,
seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain. Rutinitas itu sebagai pendorong
untuk memotivasi seseorang berwisata. Dari DAW, seseorang dapat mencari informasi
tentang obyek dan days tarik wisata yang diminati, membuat pemesanan dan berangkat
menuju daerah tujuan.

b. Daerah Transit (DT)

Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu. Namun, seluruh wisatawan pasti
akan melalui daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. Seringkali terjadi,
perjalanan wisata berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal inilah yang
membuat negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong berupaya menjadikan
daerahnya multifungsi, yakni sebagai Daerah Transit dan Daerah Tujuan Wista.

c. Daerah Tujuan Wisata (DTW)

Daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujungjtombak) pariwisata. Di DTW ini
dampak pariwisata sangat dirasakan settingga dibutuhkan perencanaan dan strategi
manajemen yang tepat. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan pemacu keseluruhan
sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk perjalanan dari DAW. DTW juga
merupakan raison d’etre atau alasan utama perkembangan pariwisata yang menawarkan
hal-hal yang berbeda dengan rutinitas wisatawan.

3. Industri pariwisata

Elemen ketiga dalam sistem pariwisata adalah industri pariwisata. Industri yang
menyediakan jasa, daya tank, dan sarana wisata. Industri yang merupakan unit-unit usaha
atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area geografi tersebut.Sebagai
contoh, biro perjalanan wisata bisa ditemukan di daerah asal wisatawan, Penerbangan
bisa ditemukan balk di daerah asal wisatawan maupun di daerah transit, dan akomodasi
bisa ditemukan di daerah tujuan wisata.

Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak pendekatan. Dalam
Undang-undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tank
wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan
pemerintah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujudkebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan pengusaha.
5. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
6. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan usaha pariwisata.
7. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisat

2.1.3 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia kepariwisataan.
Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan program pemerintah dalam
melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan. Objek
dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup dan sebagainya yang memiliki daya
tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan. Dalam arti luas, apa saja
yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya
tarik wisata. Produk pariwisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan,
dimiliki dan dinikmati oleh wisatawan sejak ia meninggalkan rumah, tempat tinggal sampai ke
daerah wisata yang dipilihnya hingga kembali ke tempat asalnya. Adapun yang dimaksud dengan
produk industri wisata adalah keseluruhan pelayanan yang diperoleh oleh wisatawan.
Menurut UU No. 9 Tahun 1990 Bab III Pasal IV tentang kepariwisataan menjelaskan perbedaan
antara objek dan daya tarik wisata adalah :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam
serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan
tumbuhan hutan tropis serta binatang-binatang langka.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata agro), wisata tirta (air), wisata
petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan lainnya.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan
kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah,
dan lain-lain.

4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk


pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Dengan demikian pariwisata meliputi :

a. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : kawasan wisata, taman rekreasi,
kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata
kehidupan

masyarakat. Dan yang bersifat alamiah, seperti : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai
dan sebagainya.

Menurut SK Menparpostel No. KM 98 PW. 102 MPPT – 87 yaitu :

“Objek wista adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya alam yang
dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik yang diusahakan sebagai tempat
yang dikunjungi wisatawan”.

Dalam kepariwisataan faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan dengan “Tourism
Resourch dan Tourist Service. Objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah
tujuan wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri yang mampu mengajak wisatawan
berkunjung. Hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata
antara lain :

1. Natural Amenities, adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada di alam.
Contoh; iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna, dan lain-lain.

2. Man Made Supply, adalah hasil karya manusia seperti benda-benda bersejarah,
kebudayaan, dan religi.

3. Way of Life, adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adat-istiadat seperti
pembakaran mayat di Bali, upacara sekaten di Jogjakarta.

4. Culture, adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah objek
wisata.

Tourist Service adalah segala fasilitas yang digunakan dan aktifitas yang dilakukan dimana
pengadaannya disediakan oleh perusahaan lain secara komersial. Untuk dapat menjadi suatu
daerah tujuan wisata yang baik maka kita harus mengembangkan tiga hal yaitu :

1. Something to see, adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat.

2. Something to buy, adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas
tersendiri untuk dibeli.

3. Something to do, yaitu suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut.

Ketiga hal itu merupakan unsur-unsur yang kuat untuk suatu daerah tujuan wisata sedangkan
untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain :

1. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada di daerah lain.

2. Memiliki sarana pendukung yang memiliki cirri khas tersendiri.

3. Harus tetap tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali di bidang pembangunan
dan pengembangan.
4. Harus menarik.

ADAPUN ISI PERJANJIAN TOPEKKONG DALAM BHASA BUGIS yaitu :

1. Madumme to sipalalo

Mabelle to Siparoso

Seddi Pabbanua pada rappunnai Lempa asefa mappanessa

2. Musunna Gowa musunna to Bone na Tellulimpoe

Makkutopi assibalirenna

3. Sisappareng deceng teng sisappareng ja’

Sirui menre teng sirui no’

Malilu sipakainge mali siparappe

Yang artinya adalah :

1. Saling mengisinkan dalam mencari tempat bernaung

Saling memberi kesempatan dalam mencari ikan

Satu rakyat milik kita semua

Kemanalah padinya dibawa itulah yang menentukan

(Kerajaan mana yang dipilihnya)

2. Musuh Kerajaan Gowa juga musuh Kerajaan Bone dan Tellulimpoe

Demikian pula sebaliknya

3. Saling memberikan kebaikan bukan kejahatan


Saling bantu membantu tidak saling mencelakakan

Yang lupa diri diingatkan, yang hanyut diselamatkan.

Bulan Muharram,
– Tidak bisa mendirikan rumah
– Tidak bisa melaksanakan pernikahan : Kalau dilaksanakan sering terjadi pertengkaran dalam
rumah tangga.

Bulan Safar.
– Baik untuk mendirikan rumah : Selalu mendapat rezeki tiada henti.
– Apabila dilaksanakan pernikahan rezeki selalu melimpah.

Bulan Rabiul Awwal


– Apabila mendirikan rumah tidak pernah putus mendapatkan kesukaran hidup
– Seringkali mendapat duka cita.
– Apabila dilakukan pernikahan selalu mendapat kesusahan hidup berumah tangga.

Bulan Rabiul Akhir.


– Bagus untuk mendirikan rumah, selalu mendapat rezeki yang tiada henti.
– Apabila dilakukan pernikahan selalu berselisih faham antar suami dengan istri.

Bulan Jumadil Awwal.


– Apabila dilakukan pernikahan akan cepat akrab dan mesra
– Apabila mendirikan rumah akan murah rezeki.

Bulan Jumadil Akhir


– Apabila mendirikan rumah sering terjadi pertengkaran dalam rumah.
– Apabila dilakukan pernikahan akan murah rezeki.

Bulan Rajab.
– Apabila didirikan rumah sering terjadi kebakaran.
– Apabila dilakukan pernikahan akan cepat mendapat keturunan.
Bulan Sya’ban.
– Apabila mendirikan rumah rezeki tiada putus.
– Apabila melakukan pernikahan sering mendapat susah.

Bulan Ramadhan.
– Apabila mendirikan rumah, semua maksud akan tercapai / berhasil.
– Apabila dilaksanakan pernikahan akan menjadi melarat.

Bulan Syawal.
– Apabila mendirikan rumah, lambat selesai rumahnya. Walaupun cepat selesai namun sering
terjadi kebakaran.
– Apabila dilakukan pernikahan akan sering terjadi pertengkaran.

Bulan Dzulkhaidah.
– Apabila mendirikan rumah, banyak memperoleh keturunan dan panjang umur.
– Apabila dilaksanakan pernikahan akan sering terjadi perselisihan dalam rumah tangga.

Bulan Dzulhijjah
– Bagus untuk mendirikan rumah.
– Apabila dilakukan pernikahan cepat mendapatkan harta.
– Apabila melakukan suatu kegiatan akan mendapat berkah.

Anda mungkin juga menyukai