Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

BAGAIMANA MEMBANDINGKAN FONOLOGI KONTRAKTIF

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dari mata kuliah ‘ilmu al
lughhoh at taqobuliy

Disusun oleh :

M. Iqbal Seprianto : 1811010049

Muhammad David : 18110100

Junita Puji Riska : 18110100

Dona Nasution : 18110100

Dosen Pembimbing :

Dr.Yufni Faisol,M.Ag

Ferry Saputra,S.Hum,M.Pd

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

T.A.2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingustik kontraktif merupakan  ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-
perbedaan, ketidaksamaan-ketidaksamaan yang terdapat pada dua bahasa atau
lebih yang tidak serumpun. Linguistik kontrastif pada dasarnya hanya meneliti
perbedaan-perbedaan atau ketidaksamaan-ketidaksamaan yang mencolok yang
terdapat pada dua bahasa atau lebih yang tidak serumpun, sedangkan
persamaan-persamaannya tidak begitu diperhatika. Dalm linguistik kontraktif
ini . Dalam kajian analisis kontraktif ini ada beberapa sub pembahasan,
berdasarkan cabang ilmu linguisti seperti fonologi,sintaksis, morfologi dan
cabang ilmu lingustik lainnya. Tujuan dari linguistik kontraktif ini yaitu
untuk membandingkan antara dua bahasa supaya orang-orang yang baru
mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua lebih mudah untuk
memahaminya. Dalam makalah ini akan dibahas analisis kontraktif fonologi
atau bagaimana membandingkan fonologi kontraktif, hal ini cukup penting
untuk diketahui supaya dapat mempermudah dalam memahami bahasa yang
kedua dengan bahasa pertama , selain itu fonologi juga menjadi objek kajian
dari linguistik kontraktif pada awal perkembangannya, mengapa bisa
fonologi?disini merupakan poin penting bagi mahasiswa yang mengambil
mata kuliah ini yang akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fonologi kontraktif?
2. Apa saja macam-macam fonologi kontraktif?
3. Bagaimana contoh dari fonologi kontraktuf?

C. Tujuan pembuatan makalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari fonologi kontraktif
2. Untuk mengetahui macam-macam dari fonologi kontraktif
3. Untuk mengetahui contoh dari fonologi kontraktif
BAB II

PEMBAHSAN

Analisis fonologi kontraktif

Analisis berasal dari bahasa inggris “analysis” yang berarti


analisa,pemisahan dan pemeriksaan dengan teliti.,dan kata kontraktif berasal
dari bahasa inggris yang berarti membedakan, membandingkan. Sedangkan
dalam bahasa arab disebut juga at taqobuliy. Secara etimologi analisis
kontraktif berarti suatu kegiatan membandingkan bahasa yang satu dengan
yang lain yang telah mempunyai standar bahasa dan telah disepakati kaidah-
kaidahnya1. Sedangkan analisis kontraktif fonologi atau fonologi kontraktif
yaitu penelitian yang berupaya membandingkan dua bahasa atau lebih dari
beberapa komponen fonologisnya secara sinkronik sehingga ditemukan
perbedaan-perbedaan serta kemiripan-kemiripan yang ada.2
Fonologi secara bahasa memiliki makna ilmu tentang bunyi. Hal ini sesuai
dengan makna dari kata fonologi itu sendiri yang terdiri atas fon=bunyi dan
logis=ilmu. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam fonologi bukan bunyi
sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam
bahasa lisan ataupun tulisan yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam fonologi kita sebut dengan istilah fonem. Kridalaksana (2002)
yang di kutip dari kamus linguistik, fonologi mempunyai arti bidang pada
linguistik yang mempelajari tentang berbagai bunyi bahasa berdasarkan
fungsinya. Kamus Besar Bahasa Indonesia fonologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang bunyi suara. 3 fonologi terbagi menjadi dua bagian yaitu
fonemik dan fonetik. Fonetik mempelajari bagaiman bunyi-bunyi fonem
sebuah bahas direalisasikan. Sedangkan adalah bagian fonologi yang
mempelajari bunyi ujaran menurut fungsunya sebagai pembeda arti. .
Berbicara mengenai anakon fonologi atau fonologi kontraktif, ada tiga hal
yang akan dibicarakan yaitu:
1) Fonetik dan Fonologi Kontrastif
2) Pengontrasan Sistem-sistem Bunyi
3) Model-model Fonologis

1. Fonetik dan Fonologi Kontrastif


Para pakar tata bahasa menelaah pola-pola fungsional kelas-kelas unit-
unit linguistik, bukan kata-kata atau morfem-morfem secara tersendiri atau

1
Misdawati. Jurnal A’ jami. Analisis kontraktif dalam pembelajaran bahasa. 1,juni 2019. Vol.8. no. 1.,
hal .56.
2
M. Joharis Lubis. Skripsi : Analisis kontraktif fonologi bahasa Indonesia,bahasa batak, aceh,minang
kabau dan bahasa inggris. ( Medan : Unimed). Hal. 1
3
Muawana. Skripsi : ANALISIS KONTRASTIF FONOLOGI BAHASA BUGIS DAN BAHASA INDONESIA
PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR. ( Makasar : universitas muhammaddiya makasar,2020),hal. 24.
terpisah-pisah sebagai kesatuan lahiriah. Fonetik adalah bidang linguistik
yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 2007:103).
Menurut urutan jenisnya fonetik dibagi menjadi tiga, yaitu: fonetik
artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris.
Fonetik Artikulatoratis, disebut juga fonetik organis atau fisiologis
yaitu mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja
dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklarifikasikan. Fonetik Akustik, yaitu mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa fisik atau fenomena alam, bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi
getarannya, intensitasnya dan timbrenya. Fonetik Auditoris, yang
mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga
kita.
Pada kenyataannya para penutur bahasa yang sama mungkin saja
berbicara dengan aksen berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut merupaka ciri
daerah yang berbeda, perbedaan sosial atau bahkan benar-benar merupakan
perbedaan kondisi-kondisi yang idiosinkratik. Fonetik kontrastif akan
melibatkan dalam pembuatan deskripsi-deskripsi bunyi-bunyi sepasang bahasa
secara terperinci dan kemudian harus menggunakan bunyi-bunyi tersebut
secara interlingual bagi maksud-maksud komparasatau perundingan.
Dalam kerangka kerja artikulator kontrastif dapat membandingkan
bunyi-bunyi yang sama dari B1 dan B2 dan memasukkan keduanya sebagao
“frikatif labio dental” atau sebagai “vokal takbundar setengah tertutup”. Alat-
alat bicara manusia secara fisiologis memang seragam atau uniform di seluruh
dunia: “Barangkali fakta yang paling menarik mengenai ucapan bahasa pada
umumnya ialah terdapat banyak kemungkinan baik dalam jumlah maupun
dalam varietas bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat bicara manusia, dan
hanya sebagian kecil saja dari varetas potensial ini yang benar-benar
dimanfaatkan dalam bahasa-bahasa alamiah. Oleh karena itu, maka
pendekatan pertama terhadap anakon fonetik berada pada perbandingan bunyi-
bunyi B1 dan B2 dengan dasar atau landasan bersahamkan artikulator.
Jika fonetik akustik lebih cenderung bersifat fisik ketimbang bersifat
fisiologis, dan dikaitkan dengan sarana “akustik” bunyi-bunyi tuturan. Bahkan
ada instrumen-instrumen seperti spektograf bunyi, yang dapat merekam
terjadinya aspirasi. Begitu pula ada perbedaan-perbedaan akustik yang dapat
didemonstrasikan secara instremental antara vokal-vokal yang “sama” dalam
kata Inggris spleen dan kata Jerman Spiel. Oleh karena itu pendekatan
“akustik” terhadap anakon fonetik terdiri atas perbandingan bunyi-bunyi B1
dan B2 yang pada umumnya bersifat fisik dan mencatat perbedaan-perbedaan
menyertai persamaan ini.
Sedangkan fonetik auditori memusatkan perhatian pada “pesan” yang
dikirimkan oleh telinga ke otak. Sebagai contoh unilingual yang sederhana,
dapat diperlihatkan bahwa segmen-segmen konsonantal pertama dan kedua
dalam kata-kata Inggris /pit/ dan /spit/ masing-masing berbeda. Pada yang
pertama /p/ itu adalah aspirasi, sedangkan yang kedua bukan aspirasi.
Meskipun demikian, telinga orang Inggris tidaklah mengirim ke otak Inggris
suatu instruksi untuk mencatat dan mendaftarkan perbedaan fonetik ini secara
auditori dan secara mental. Baik /p/ maupun /p’/ diterima sebagai fonem yang
sama, yaitu /p/.
Perbedaan antara fonetik artikulatoris, akustik, dan auditoris adalah
pada segi objek studinya. Dari ketiga jenis fonetik ini yang paling dominan
dalam dunia linguistik adalah fonetik artikulatoratis, sedangkan fonetik
auditoris lebih dengan bidang kedokteran, yaitu neurology, dan fonetik akustik
lebih berkenaan dengan fisika. Alasan lebih pentingnya fonetik artikulatoris
menurut beberapa ahli bahasa, semua dikarenakan fonetik inilah yang
berkenaan dengan masalah bagaimana buyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau
diucapkan manusia.
2. Pengontrasan Sistem-sistem Bunyi
Secara garis besar, ada empat langkah yang ditempuh dalam
pelaksanaan anakon sistem bunyi dua bahasa. Langkah pertama,
menginventarisasi fonem-fonem B1 dan B2. Langkah kedua, menyamakan
fonem-fonem B1 dan B2 secara interlingual. Langkah ketiga, mendaftarkan
varian-varian fonemik (alofon-alofon) B1 dan B2. Langkah keempat,
menyatakan pembatasan-pembatasan distribusional fonem-fonem dan alofon-
alofon B1 dan B2.

3. Model-model Fonologis
Analisis fonologis yang dapat digunakan buat maksud anakon hanya
mempunyai dua pilihan, yaitu: fonologi taksonomi dan fonologi generatif.
Pendekatan taksonomi bertujuan untuk mengutarakan sistem fonem,
kemungkinan penggabungan fonem-fonem (fonotatik) dan variasi-variasi yang
non-distingtif dari unit-unit tersebut dalam bahasa-bahasa yang berbeda. Nilai
utama pendekatan fonem dan alofon ialah bahwa pendekatan ini dapat
memperkenalkan dua kategori masalah ucapan yang dihadapi para pembelajar
B2, yaitu:

a) Kesalahan-kesalahan yang timbul dari ke-asimetris-an fonemik antara dua


bahasa
b) Kesalahn-kesalahan yang timbul dari perbedaan-perbedaan alofonik
Fonologi generatif berasal dari Amerika yang sebenarnya bercikal-
bakal dari teori fonologis Eropa tahun 1940-an. Unsur fonologi generatif yang
diwarisi dari aliran Praha telah terbukti bermanfaat dalam anakon fonologis,
yaitu konsep “ciri-ciri pembeda” atau “distinctive features”. Fonologi ciri
pembeda beropreasi dengan asumsi bahwa fonem bukanlah merupakan
kesatuan atau unit yang paling sesuai bagi analisis fonologis selama dia dapat
dianalisis menjadi seperangkat “komponen-komponen” atau ciri-ciri fonologis
yang jauh lebih fundamental dari pada fonem itu sendiri.
Contoh analisis kontrastif pada tataran fonologi:
Pelafalan huruf abjad A-Z dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman,
dimana huruf j itu dibaca (yot) dalam bahasa Jerman, huruf q dilafalkan (ku)
dalam bahasa Jerman, v dilafalkan (vau) dan z (cet).
Dalam bahasa Jerman muncul pula huruf yang diberi titik di atasnya,
yaitu umlaut ä,ö,ü, dimana pelafalan untuk ketiga umlaut ini menjadi ae, eo,
iu.
Dalam Pateda (1989:16) diberikan contoh anakon fonologi bahasa
Gorontalo dan bahasa Indonesia. Di dalam bahasa Gorontalo tidak dikenal
fonem /e/. Dalam pelafalan, semua kata bahasa Indonesia yang mengandung
fonem /e/ dilafalkan /o/ [ͻ]. Jadi, kata-kata bahasa Indonesia betul, dekat,
gelas, kesenangan, letih dan merdeka akan dilafalkan [b ͻtul, d ͻkat, g ͻlas, k
ͻs ͻnangan, l ͻtih, m ͻrdeka].
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontraktif analisis adalah penelitian yang berupaya membandingkan dua


bahasa atau lebih dari beberapa komponen fonologisnya secara sinkronik
sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan serta kemiripan-kemiripan yang
ada. Secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu
(Chaer, 2007:102). Fonologi termasuk dalam subkajian dalam ilmu linguistik
yang mempelajari tentang sistem bunyi suatu bahasa secara spesifik yaitu
fonetik dan fonemik. Berbicara mengenai anakon fonologi, ada tiga hal yang
akan dibicarakan yaitu, Fonetik dan Fonologi Kontrastif, Pengontrasan
Sistem-sistem Bunyi dan Model-model Fonologis. Fonetik adalah bidang
linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi
tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer,
2007:103). Menurut urutan jenisnya fonetik dibagi menjadi tiga, yaitu: fonetik
artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris. Contoh analisis kontrastif
pada tataran fonologi:
Pelafalan huruf abjad A-Z dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman,
dimana huruf j itu dibaca (yot) dalam bahasa Jerman, huruf q dilafalkan (ku)
dalam bahasa Jerman, v dilafalkan (vau) dan z (cet).
Dalam bahasa Jerman muncul pula huruf yang diberi titik di atasnya,
yaitu umlaut ä,ö,ü, dimana pelafalan untuk ketiga umlaut ini menjadi ae, eo,
iu.
DAFTAR PUSTAKA
Misdawati. Jurnal A’ jami. Analisis kontraktif dalam pembelajaran bahasa. 1,juni
2019. Vol.8. no. 1

M. Joharis Lubis. Skripsi : Analisis kontraktif fonologi bahasa Indonesia,bahasa


batak, aceh,minang kabau dan bahasa inggris. ( Medan : Unimed).

Muawana. Skripsi : ANALISIS KONTRASTIF FONOLOGI BAHASA BUGIS DAN BAHASA


INDONESIA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR. ( Makasar : universitas
muhammaddiya makasar,2020)

Anda mungkin juga menyukai