Makalah 'Ilmu Al Lugho at Taqobuliuy Kelompok 3.
Makalah 'Ilmu Al Lugho at Taqobuliuy Kelompok 3.
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dari mata kuliah ‘ilmu al
lughhoh at taqobuliy
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
Dr.Yufni Faisol,M.Ag
Ferry Saputra,S.Hum,M.Pd
T.A.2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingustik kontraktif merupakan ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-
perbedaan, ketidaksamaan-ketidaksamaan yang terdapat pada dua bahasa atau
lebih yang tidak serumpun. Linguistik kontrastif pada dasarnya hanya meneliti
perbedaan-perbedaan atau ketidaksamaan-ketidaksamaan yang mencolok yang
terdapat pada dua bahasa atau lebih yang tidak serumpun, sedangkan
persamaan-persamaannya tidak begitu diperhatika. Dalm linguistik kontraktif
ini . Dalam kajian analisis kontraktif ini ada beberapa sub pembahasan,
berdasarkan cabang ilmu linguisti seperti fonologi,sintaksis, morfologi dan
cabang ilmu lingustik lainnya. Tujuan dari linguistik kontraktif ini yaitu
untuk membandingkan antara dua bahasa supaya orang-orang yang baru
mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua lebih mudah untuk
memahaminya. Dalam makalah ini akan dibahas analisis kontraktif fonologi
atau bagaimana membandingkan fonologi kontraktif, hal ini cukup penting
untuk diketahui supaya dapat mempermudah dalam memahami bahasa yang
kedua dengan bahasa pertama , selain itu fonologi juga menjadi objek kajian
dari linguistik kontraktif pada awal perkembangannya, mengapa bisa
fonologi?disini merupakan poin penting bagi mahasiswa yang mengambil
mata kuliah ini yang akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fonologi kontraktif?
2. Apa saja macam-macam fonologi kontraktif?
3. Bagaimana contoh dari fonologi kontraktuf?
PEMBAHSAN
1
Misdawati. Jurnal A’ jami. Analisis kontraktif dalam pembelajaran bahasa. 1,juni 2019. Vol.8. no. 1.,
hal .56.
2
M. Joharis Lubis. Skripsi : Analisis kontraktif fonologi bahasa Indonesia,bahasa batak, aceh,minang
kabau dan bahasa inggris. ( Medan : Unimed). Hal. 1
3
Muawana. Skripsi : ANALISIS KONTRASTIF FONOLOGI BAHASA BUGIS DAN BAHASA INDONESIA
PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR. ( Makasar : universitas muhammaddiya makasar,2020),hal. 24.
terpisah-pisah sebagai kesatuan lahiriah. Fonetik adalah bidang linguistik
yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 2007:103).
Menurut urutan jenisnya fonetik dibagi menjadi tiga, yaitu: fonetik
artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris.
Fonetik Artikulatoratis, disebut juga fonetik organis atau fisiologis
yaitu mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja
dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklarifikasikan. Fonetik Akustik, yaitu mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa fisik atau fenomena alam, bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi
getarannya, intensitasnya dan timbrenya. Fonetik Auditoris, yang
mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga
kita.
Pada kenyataannya para penutur bahasa yang sama mungkin saja
berbicara dengan aksen berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut merupaka ciri
daerah yang berbeda, perbedaan sosial atau bahkan benar-benar merupakan
perbedaan kondisi-kondisi yang idiosinkratik. Fonetik kontrastif akan
melibatkan dalam pembuatan deskripsi-deskripsi bunyi-bunyi sepasang bahasa
secara terperinci dan kemudian harus menggunakan bunyi-bunyi tersebut
secara interlingual bagi maksud-maksud komparasatau perundingan.
Dalam kerangka kerja artikulator kontrastif dapat membandingkan
bunyi-bunyi yang sama dari B1 dan B2 dan memasukkan keduanya sebagao
“frikatif labio dental” atau sebagai “vokal takbundar setengah tertutup”. Alat-
alat bicara manusia secara fisiologis memang seragam atau uniform di seluruh
dunia: “Barangkali fakta yang paling menarik mengenai ucapan bahasa pada
umumnya ialah terdapat banyak kemungkinan baik dalam jumlah maupun
dalam varietas bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat bicara manusia, dan
hanya sebagian kecil saja dari varetas potensial ini yang benar-benar
dimanfaatkan dalam bahasa-bahasa alamiah. Oleh karena itu, maka
pendekatan pertama terhadap anakon fonetik berada pada perbandingan bunyi-
bunyi B1 dan B2 dengan dasar atau landasan bersahamkan artikulator.
Jika fonetik akustik lebih cenderung bersifat fisik ketimbang bersifat
fisiologis, dan dikaitkan dengan sarana “akustik” bunyi-bunyi tuturan. Bahkan
ada instrumen-instrumen seperti spektograf bunyi, yang dapat merekam
terjadinya aspirasi. Begitu pula ada perbedaan-perbedaan akustik yang dapat
didemonstrasikan secara instremental antara vokal-vokal yang “sama” dalam
kata Inggris spleen dan kata Jerman Spiel. Oleh karena itu pendekatan
“akustik” terhadap anakon fonetik terdiri atas perbandingan bunyi-bunyi B1
dan B2 yang pada umumnya bersifat fisik dan mencatat perbedaan-perbedaan
menyertai persamaan ini.
Sedangkan fonetik auditori memusatkan perhatian pada “pesan” yang
dikirimkan oleh telinga ke otak. Sebagai contoh unilingual yang sederhana,
dapat diperlihatkan bahwa segmen-segmen konsonantal pertama dan kedua
dalam kata-kata Inggris /pit/ dan /spit/ masing-masing berbeda. Pada yang
pertama /p/ itu adalah aspirasi, sedangkan yang kedua bukan aspirasi.
Meskipun demikian, telinga orang Inggris tidaklah mengirim ke otak Inggris
suatu instruksi untuk mencatat dan mendaftarkan perbedaan fonetik ini secara
auditori dan secara mental. Baik /p/ maupun /p’/ diterima sebagai fonem yang
sama, yaitu /p/.
Perbedaan antara fonetik artikulatoris, akustik, dan auditoris adalah
pada segi objek studinya. Dari ketiga jenis fonetik ini yang paling dominan
dalam dunia linguistik adalah fonetik artikulatoratis, sedangkan fonetik
auditoris lebih dengan bidang kedokteran, yaitu neurology, dan fonetik akustik
lebih berkenaan dengan fisika. Alasan lebih pentingnya fonetik artikulatoris
menurut beberapa ahli bahasa, semua dikarenakan fonetik inilah yang
berkenaan dengan masalah bagaimana buyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau
diucapkan manusia.
2. Pengontrasan Sistem-sistem Bunyi
Secara garis besar, ada empat langkah yang ditempuh dalam
pelaksanaan anakon sistem bunyi dua bahasa. Langkah pertama,
menginventarisasi fonem-fonem B1 dan B2. Langkah kedua, menyamakan
fonem-fonem B1 dan B2 secara interlingual. Langkah ketiga, mendaftarkan
varian-varian fonemik (alofon-alofon) B1 dan B2. Langkah keempat,
menyatakan pembatasan-pembatasan distribusional fonem-fonem dan alofon-
alofon B1 dan B2.
3. Model-model Fonologis
Analisis fonologis yang dapat digunakan buat maksud anakon hanya
mempunyai dua pilihan, yaitu: fonologi taksonomi dan fonologi generatif.
Pendekatan taksonomi bertujuan untuk mengutarakan sistem fonem,
kemungkinan penggabungan fonem-fonem (fonotatik) dan variasi-variasi yang
non-distingtif dari unit-unit tersebut dalam bahasa-bahasa yang berbeda. Nilai
utama pendekatan fonem dan alofon ialah bahwa pendekatan ini dapat
memperkenalkan dua kategori masalah ucapan yang dihadapi para pembelajar
B2, yaitu:
PENUTUP
A. Kesimpulan