Hakikat Bahasa Manusia (Lughah Nafsiy)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

B. Hakikat dan Fungsi Bahasa.

Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu
masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri1. Sebagai sebuah
sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah atau pola-pola tertentu, baik dalam
bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini
dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu. Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa
adalah berupa bunyi, yaitu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang
digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah bahasa yang
diucapkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dikatakan bersifat arbitrer karena tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau
pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Contoh antara [kuda] dengan yang
dilambangkannya, yaitu sejenis binatang berkaki empat. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa
binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi [kuda]2. Dan tidak dapat dijelaskan pula mengapa
binatang berkaki empat ini dinamakan kuda. Hal tersebutlah yang dinamakan dengan arbitrer.

Menurut Plato, bahasa pada hakikatnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan
perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin
dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut3

Ibnu Jinni (392 H) mendefinisikan bahasa dengan pernyataannya, yaitu “Bahasa adalah
bunyi-bunyi yang dipakai oleh setiap kaum untuk menyatakan tujuannya”4.

Sapir (1921) mendefenisikan bahwa bahasa itu adalah cara manusia yang dipelajari untuk
menyampaikan gagasan dan perasaan serta keinginan melalui sistem lambang tertentu (bunyi)
yang dipilih dan disetujui oleh anggota suatu masyarakat5.

Jadi kesimpulannya bahwa bahasa pada hakikatnya adalah sekumpulan sistem bunyi yang
berbentuk lambang, bersifat arbitrer dan bermakna yang digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi.

1
Abdul Chaer, “Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia”, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006). Hlm 1
2
Abdul Chaer, “Linguistik Umum”, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012). Hlm 53
3
Briyan Magee, “The Story Of Philoshofy”, (Yogyakarta : Kanisius, 2008). Hlm 32
4
Ahmad Royani dan Erta Mahyudin, “Kajian Linguistik Bahasa Arab”, (Jakarta : Publica Institute Jakarta, 2020). Hlm
26
5
Edward Sapir, “Languange An Introduction to The Study Of Speech”, (New York : Harcourt, Brace, 1921). Hlm 34
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang yakni :

1. Bahasa Sebagai Alat Ekpresi Diri.

Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat ekpresi diri, si pemakai bahasa tidak perlu
mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya,
atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingan pribadi. Fungsi
ini akan berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

2. Bahasa Sebagai Alat untuk Berkomunikasi.

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Pada saat kita
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin
dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang
lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin
mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran
kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian
utana kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan
khalayak sasaran kita.

Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan
alat untuk menunjukkan identitas diri.

3. Bahasa Sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial.

Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai
alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial
tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada kondisi dan
situasi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang
berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar dilingkungan teman-teman dan
menggunakan bahasa yang standar pada orang tua atau orang yang kita hormati. Dengan hal
itu, kita bisa dengan mudah berbaur dan menyesuaikan bahasa kita saat berkomunikasi.

4. Bahasa Sebagai Alat Kontrol Sosial.

Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada
diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi maupun pendidikan
disampaikan melalui bahasa. Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan
bahasa sebagai alat kontrol sosial. Contoh kedua seperti ketika ayah sedang menasehati
anaknya dan ketika Guru sedang menyampaikan materi kepada muridnya. Hal itu merupakan
kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru,
sikap baru dan prilaku yang baik. Disamping itu, kita belajar untuk menyimak dan
mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal6.

6
Gorys Keraf, “Linguistik Bandingan Tipologis”, (Jakarta : Gramedia, 1990). Hlm 3-5.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih
banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat
membangun makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai