Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Pengertian Korosi
Korosi logam merupakan salah satu masalah yang paling penting yang di hadapi
oleh kelompok industri maju. Pengaruh korosi dapat terlihat pada pembentukan karat pada
permukaan besi. Korosi dapat di gambarkan sebagai sel galvani yang mengalami hubungan
pendek. Karat terbentuk pada katoda dan lubang terjadi pada anoda (Suminar, 2001).
Menurut Oxtoby (2001), faktor yang mempercepat korosi:
1. Garam yang larut menghasilkan sebuah elektrolit yang menaikkan aliran muatan
menuju larutan.
2. Keasaman yang tinggi.
Teknik pencegahan korosi antara lain :
a. Pelapisan permukaan dengan suatu lapisan tidak tertembuskan. Contohnya
cat dapat mencegah masuknya udara lembab.
b. Dilakukan dengan galvanisasi (elektroplating). Contohnya pelapisan benda
besi dengan Zn.
c. Mengubah potensial objek dengan memompakan electron guna memenuhi
kebutuhan reduksi oksigen, tanpa melibatkan oksidasi logam.
Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvani yang mempunyai hubungan pendek
dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai
anoda, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh rangkaian elektron menuju besi itu sendiri.

Gambar 2.1 Pembentukan Karat


Menurut Haryono (2010), mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe)
dituliskan sebagai berikut:
Fe(s) + H2O (l) + ½O2 (g) → Fe(OH)2 (s)
Ferro hidroksida atau Fe(OH)2 yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat
teroksidasi secara alami oleh air dan udara menjadi ferri hidroksida [Fe(OH)3],
sehingga mekanisme reaksi selanjutnya adalah :
4Fe(OH)2 (s) + O2 (g) + 2H2O (l) →4Fe(OH)3
Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi Fe2O3 yang berwarna merah
kecoklatan yang biasa kita sebut karat.
2Fe(OH)3 → Fe2O3 + 3H2O

2-1
BAB 2 TINJAUAN
2.1.2 Pengendalian Korosi
Korosi dapat dikurangi dengan berbagai macam cara, cara yang paling mudah dan
paling murah adalah dengan menambahkan inhibitor ke dalam media. Inhibitor adalah
senyawa yang bila ditambahkan dengan konsentrasi yang kecil kedalam lingkungan
elektrolit, akan menurunkan laju korosi. Inhibitor dapat dianggap merupakan katalisator
yang memperlambat (retarding catalyst). Pemakaian inhibitor dalam suatu sistem tertutup
atau sistem resirkulasi, pada umumnya hanya dipakai sebanyak 0.1% berat. Inhibitor yang
ditambahkan akan menyebabkan:
1. Meningkatnya polarisasi anoda;
2. Meningkatnya polarisasi katoda;
3. Meningkatnya bahan tahanan listrik dari sirkuit oleh pembentukan lapisan tebal
pada permukaan logam.
Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik
yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas, seperti nitrit,
kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-senyawa amina. Namun
demikian, pada kenyataannya bahwa bahan kimia sintesis ini merupakan bahan kimia yang
berbahaya, harganya lumayan mahal, dan tidak ramah lingkungan, maka sering industri-
industri kecil dan menengah jarang menggunakan inhibitor pada sistem pendingin, sistem
pemipaan, dan sistem pengolahan air produksi mereka, untuk melindungi besi atau baja
dari serangan korosi. Untuk itu penggunaan inhibitor yang aman, mudah didapatkan,
bersifat biodegradabel, biaya murah, dan ramah lingkungan sangatlah diperlukan (Haryono,
2010).
Menurut Utomo (2009), beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya korosi antara lain:
1. Pengecatan
Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak
dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zinc (seng) akan lebih baik,
karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
2. Pelumuran dengan oli atau gemuk
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk
mencegah kontak dengan air.
3. Pembalutan dengan plastik.
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut
dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.
4. Tin Plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah.
Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong
logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama
lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya
tergores, maka timah justru mendorong atau mempercepat korosi besi. Hal itu
terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah (Eº Fe = -0,44
volt; Eº Sn = -0,44 volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan
membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode;

2-2
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB 2 TINJAUAN

5. Galvanisasi (pelapisan dengan seng)


Pipa besi, tiang telpon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zinc.
Berbeda dengan timah, zinc dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya
tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan
katoda. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zinc maka besi
yang kontak dengan seng akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai
katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zinc yang mengalami oksidasi.
Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat;
6. Chromium Plating (pelapisan dengan kromium).
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan
pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Chromium plating juga
dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zinc kromium dapat memberi
perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak;
7. Sacrificial Protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah
berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak.
Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau
badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti;

2.1.3 Elektroplating
Elektroplating adalah proses pengendapan ionion logam pelindung (anoda) yang
dikehendaki di atas logam lain (katoda) secara elektrolisa. Selama proses pengendapan
berlangsung terjadi reaksi kimia pada elektroda (anoda-katoda) dan elektrolit menuju arah
tertentu secara tetap. Untuk hal tersebut dibutuhkan arus listrik searah (DC) dan tegangan
yang konstan. Proses elektroplating dilakukan dalam bejana yang disebut sel elektrolisa
berisi cairan elektrolit atau rendaman (bath). Pada rendaman ini tercelup paling tidak dua
elektroda yang masing-masing dihubungkan dengan arus listrik, terbagi menjadi kutub
positif (+) dan negatif (-) dikenal sebagai anoda (+) dan katoda (-). Anoda dalam larutan
elektrolit ada yang larut dan ada yang tidak larut. Anoda yang tidak larut berfungsi sebagai
penghantar arus listrik saja sedangkan anoda yang larut berfungsi selain penghantar arus
listrik juga sebagai bahan baku pelapis. Katoda diartikan sebagai benda kerja yang dilapisi,
dihubungkan kutub negatif sumber arus listrik. Elektrolit berupa larutan yang molekulnya
dapat larut dalam air dan terurai menjadi partikel-partikel bermuatan positif atau negatif
(Lawerench, 1992).
Bila arus listrik dialirkan di antara kedua elektroda (anoda dan katoda) di dalam
larutan elektrolit, maka muatan ion positif akan ditarik oleh katoda, sedangkan ion
bermuatan negatif berpindah ke arah elektroda bermuatan positif (anoda). Ion-ion tersebut
dinetralisir oleh kedua elektroda dan larutan elekrolit yang hasilnya diendapkan pada
katoda (benda kerja). Hukum Faraday merupakan basis utama pemahaman elektrokimia
yang digunakan dalam proses elektroplating sampai saat ini, berbunyi :
1. Jumlah perubahan kimia oleh satuan arus listrik sebanding dengan banyaknya arus
yang mengalir.

2-3
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB 2 TINJAUAN
2. Jumlah aneka bahan berbeda yang dibebaskan oleh sejumlah tertentu listrik
sebanding dengan berat ekivalen kimianya.
Menurut Hartomo (1992), hukum Faraday di atas dapat diringkas bahwa pada
elektrolit zat yang diendapkan berbanding lurus dengan waktu dan arus listrik. Berat logam
yang diendapkan, dapat ditulis sebagai berikut :

dimana :
W = Berat logam yang diendapkan (gr)
Ma = Massa atom (gr/mol)
I = Arus listrik (Amp)
t = Waktu (detik)
n = Elektron valensi
F = Bilangan Faraday (96.500 Coulomb)
Menurut Lowenheim (1978), rumus untuk menghitung ketebalan lapisan yang
terbentuk adalah:

dimana :
= Tebal lapisan terbentuk (cm)
W = Berat lapisan yang terbentuk (gr)
ρ = Massa jeni pelapis (gr/cm3)
A = Luas permukaan setelah dilapis (cm2)
Dari kedua rumus di atas dapat disubstitusikan menjadi :

Beberapa jenis logam banyak digunakan di bidang pelapisan namun tembaga, nikel
dan chrom lebih terkenal. Walaupun sifat fisik dan kimianya berbeda, ketiganya
merupakan finishing elektroplating standar. Di masyarakat umum sering dikenal istilah
vernikel dan verkrom. Logam pelapis (anoda) pada proses elektroplating sangat penting
berkaitan dengan kwalitas hasil pelapisan. Pengaruh kebersihan anoda terhadap elektrolit
dan penentuan dimensi ukuran dan bentuk anoda perlu diperhatikan. Ukuran dan peletakan
anoda yang cermat dapat meningkatkan distribusi endapan, mengurangi kontaminasi,
menurunkan biaya bahan, efisiensi produksi dan mengurangi timbulnya masalah pada
proses elektroplating (Hartomo, 1992).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elektroplating


Menurut Fontana (1978), faktor-faktor yang mempengaruhi proses-proses dari
percobaan elektroplating antara lain adalah:
1. Potensial dan arus yang diberikan
2. Suhu
2-4
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB 2 TINJAUAN
3. Kerapatan arus
4. Konsentrasi ion
5. Waktu
Harga potensial mempengaruhi jalannya proses electroplating. Setiap logam
mempunyai harga potensial tertentu untuk terjadinya reduksi di katoda. Besarnya potensial
yang diberikan berpengaruh pula pada arus yang mengalir ke dalam larutan. Suhu sangat
penting untuk menyeleksi tepat tidaknya jalan reaksi dan melindungi pelapisan.
Keseimbangan suhu ditentukan oleh beberapa faktor misalnya jarak antara anoda dan
katoda serta arus yang digunakan. Kerapatan arus yang baik adalah arus yang tinggi pada
saat arus yang diperlukan masuk. Berapapun nilai kerapatan arus akan mempengaruhi
proses dan waktu untuk ketebalan lapisan tertentu. Konsentrasi merupakan faktor yang
mempengaruhi struktur deposit. Naiknya konsentrasi logam akan meningkatkan aktivitas
anion yang membantu mobilitas ion. Waktu merupakan faktor yang mempengaruhi
banyaknya logam yang mengendap di katoda. Secara umum semakin banyak waktu yang
digunakan untuk proses electroplating semakin tebal lapisan pada katoda (Fontana, 1987).

2.4 Macam-Macam Pelapisan Logam


Berdasarkan Fontana (1987), macam-macam pelapisan logam ada dua macam,
yaitu:
a. Pelapisan Anorganik
Hal utama dari pelapisan adalah (terlepas dari pengorbanan logam pelapis
seperti zinc untuk menyelesaikan sebuah kendala secara efektif. Pelapisan logam
diaplikasikan dalam pengendapan logam menggunakan arus listrik (electro
deposition), penyalutan (cladding), penceluban panas (hot dipping), dan
pengendapan logam dengan uap (vapor deposition).
Menurut Fontana (1987), macam-macam dari pelapisan anorganik logam
meliputi:
1. Pelapisan Logam (Electrodeposition)
Electrodeposition disebut juga electroplapting. Electroplating adalah
pelapisan logam dengan cara pengendapan logam lainnya ke logam seabagai
pelapis logam tersebut dengan menggunakan aliran arus listrik. Proses ini dikenal
juga dengan istilah elektrolisis. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendapan
logam pada electroplating yaitu suhu, aliran arus listrik, waktu dan kadar dari
palarut yang digunakan pada electroplating. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pelapisan logam tersebut dapat diatur untuk mengahasilkan
pelapisan logam yang tebal, tipis, lunak atau tajam. Pada pelapisan yang keras
digunakan untuk mencegah erosi korosi. Pada pelapisan dapat digunakan logam
tunggal, beberapa campuran logam atau beberapa komposisi alloy, misalnya
campuran pada pelapisan bemper mobil, mempunyai sebuah lapisan utama berupa
tembaga pada permukaannya, lapisan nikel pada bagian tengahnya dan pada bagian
atasnya terlapisi logam krom yang tipis. Seng, nikel, timah dan kadmium pada
pelapisan logam diatas untuk mendapatkan hasil pelapisan yang kuat. Pelapis
berupa emas, perak dan platina adalah sering digunakan. Pada umumnya dari

2-5
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB 2 TINJAUAN
beberapa logam bisa diaplikasikan dengan electroplating atau pelapisan logam
dengan menggunakan sumber arus listrik.

Gambar 2.1 Electrodeposition


2. Pengalasan (Flame Spraying)
Proses pengalasan ini dikenal juga dengan istilah metallizing, dimana bijih
logam dipanasi dengan apai atau dijadikan bubuk kemudian diluruhkan dengan api
sehingga logam berubah menjadi cairan logam (liquid) dan disemprotkan pada
permukaan logam yang akan dilapisi.

Gambar 2.2 Flame Spraying


3. Penyalutan (Cladding)
Proses penyalutan ini melibatkan sebuah sebuah lapisan permukaan dari
beberapa lembar logam yang biasanya diletakkan oleh penggelinding pada dua lembar
logam yang diletakkan secara bersama-sama pada benda yang akan dilapisi.

Gambar 2.3 Cladding


4. Pecelupan (Hot Dipping)
Pencelupan dengan cairan logam panas diaplikasikan kepada logam yang
dicelupkan pada penampungan yang berisi leburan logam yang teridiri dari berbagai
campuran leburan logam lainnya, misal seng, timah, timah hitam dan aluminium. Hot

2-6
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB 2 TINJAUAN
Dipping merupakan salah satu metode pelapisan logam yang paling tua dan pelapisan
seng adalah salah satu contohnya.

Gambar 2.4 Hot Dipping


5. Pengendapan dengan metode uap (Vapor Deposition)
Proses ini dilakukan pada ruangan hampa dengan uap temperatur tinggi.
Pelapis logam diupakan oleh pemanas elektrik dan pelapis logam akan diendapkan
pada bagian yang akan dialpisi, metode pelapisan menghabiskan biaya yang lebih
mahal daripada metode pelapisan logam yang lainnya. Contoh dari pelapisan jenis ini
biasanya digunakan pada pelapisan bagian dari kerangka roket.

Gambar 2.5 Vapor Deposition


6. Penyebaran (Diffusion)
Pelapisan dengan metode penyebaran melibatkan pemanasan pada bentukan
alloy yang kemudian dipanasakan dan disebarkan dari satu alloy ke permukaan
logam lainnya yang akan dilapisi.

Gambar 2.6 Diffusion


7. Reaksi Kimia (Chemical Conversion)

2-7
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB 2 TINJAUAN
Pelapisan logam melalui reaksi kimia dilakukan untuk menghindari dari
perkaratan “corroding” pada sebuah permukaan logam.

Gambar 2.7 Chemical Conversion


8. Modifikasi Permukaan (Surface Modification)
Perlakuaan pada permukaan logam untuk pelapisan logam membutuhkan
energi langsung guna meningkatkan daya tahan logam tersebut. Misalnya saja ingin
melapisi logam dengan alloy atau chrom sehingga tahan karat.

Gambar 2.8 Surface Modification


9. Penanaman Ion (Ion Implantation)
Pengaplikasian penanaman ion pada permukaan logam untuk memodifikasi
permukaan logam agar tahan karat.

Gambar 2.9 Ion Implantation


10. Pelapisan Organik
Pelapisan jenis ini melibatkan beberapa subtrat alami dan lingkungan.
pengecatan (paints), pernis (varnishes), pemberian pernis (lacquers) dan pelapisan
2-8
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB 2 TINJAUAN
yang sejenis untuk melindungi logam dan pencegahan terhadap korosi. Permukaan
pada bagian luar yang dilapisi sering kita jumpai, tapi pelapisan pada bagian dalam
sering juga kita gunakan. Salah satu jenis pelapisan organik yang sering digunakan
yaitu pengecatan. Proses pengecatan dapat mencegah prose korosi.

Gambar 2.10 Pengecatan Gambar 2.11 Pernis

2-9
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB 2 TINJAUAN
2.2 Aplikasi Industri
Kajian Cyclic Voltammary Pengaruh Surfaktan Glucopone 215 CSUP dalam
Elektrolit Sulfat
Setia Budi, Agung Purwanto1, dan A.R. Daud
2011

Penambahan surfaktan kedalam elektrolit merupakan salah satu teknik yang dapat
dilakukan untuk memodifikasi orientasi pertumbuhan partikel di atas katoda. Sifat
surfaktan yang memungkinkan molekul molekulnya berada pada interphase larutan
(elektrolit) dan fasa padat (elektrode) dapat menjadikannya berperan dalam meningkatkan
inisiasi partikel baru dan kemudian mengontrol pertumbuhannya. Oleh karena itu, dalam
preparasi nanopartikel dengan metode deposisi elektrokimia, penggunaan surfaktan
sebagai aditif menjadi sangat penting karena, pada umumnya, partikel yang dihasilkan
dengan metode ini tidak homogen dan memiliki ukuran ≥10 μm. Glucopone 215 CSUP
adalah surfaktan non-ionik yang ramah lingkungan dan sangat mudah terdegradasi dalam
lingkungan berair. Sifat fisikokimia Glucopone 215 CSUP, seperti toleran terhadap
elektrolit berpotensi untuk digunakan sebagai aditif dalam preparasi nanopartikel logam
dengan metode deposisi elektrokimia yang juga dikenal dengan istilah elektrodeposisi.
Surfaktan Glucopone 215 CSUP yang digunakan dalam kajian ini diperoleh dari
Fluka. Garam-garam sulfat seperti CoSO4.7H2O dan NiSO4.6H2O dan CuSO4.5H2O, serta
H3BO3 digunakan merek Sigma-Aldrich. Indium-tin oksida (ITO) telah digunakan sebagai
katoda sedangkan untuk anoda digunakan kawat platinum sepanjang 1 cm. Penentuan
critical micelle concentration (CMC) dari Glucopone 215 CSUP dilakukan dengan teknik
tegangan permukaan menggunakan Tensiometer model 703D dari KSV instrument. Nilai
CMC ditentukan baik pada pelarut air dalam hal ini de-ionized water maupun dalam
elektrolit sulfat. Kajian cyclic voltammetry dilakukan menggunakan Potentiostat model
1286 dari Solartron. Eksperimen dilakukan pada rentang potensial -1.100 s/d 400 mV vs
SCE. Gas Argon dengan kemurnian 99,99% dialirkan selama eksperimen dijalankan.
Oleh karena itu penentuan CMC dalam elektrolit yang digunakan menjadi langkah awal
yang penting dalam rangkaian kajian ini tentang tingkat toleransi surfaktan yang
digunakan terhadap anion sulfat yang terdapat dalam elektrolit dengan konsentrasi CoSO4
0.400 M, NiSO4 0.040 M, CuSO4 0.004 M dan H3BO3 0.400 M.
Surfaktan Glucopone 215 CSUP dapat mempengaruhi karakteristik elektrokimia
dari elektrolit yang akan digunakan untuk preparasi nanopartikel Cobalt, Nikel dan
Cuprum. Pengaruh penambahan surfaktan ini baru bisa teramati jika konsentrasinya
dalam elektrolit sampel melebihi nilai CMC-nya. Pada konsentrasi tersebut inisiasi
reduksi ion-ion logam telah bergeser ke potensial yang lebih negatif. Ini menunjukkan
bahwa pada konsentrasi tersebut terjadi kenaikan overpotensial untuk co-elektrodeposisi.
Hasil ini menjadi langkah awal untuk penelitian berikutnya dalam upaya menghasilkan
nanopartikel logam Cobalt, Nikel dan Cuprum. Hasil eksperimen yang sama dengan
pelarut air menunjukkan bahwa pada setiap konsentrasi surfaktan yang diuji tidak ada
perbedaan nilai yang signifikan pada tegangan permukaan dengan nilai yang diperoleh
dalam pelarut air. Tegangan permukaan suatu larutan berhubungan dengan keseimbangan

2-10
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS
BAB 2 TINJAUAN
energi permukaan pada interphase antara larutan dan fasa gasnya dan berkurang signifikan
pada fasa padat.

2-11
LABORATORIUM DIAGRAM ALIR DAN PEMILIHAN
BAHAN
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FV-ITS

Anda mungkin juga menyukai