Anda di halaman 1dari 28

MEDIA, POLITIK dan KEKUASAAN

(Analisis Framing Model Robert N. Entman tentang pemberitaan hasil pemilihan


Presiden, 9 Juli 2014 di TV One dan Metro TV )

Oleh:
AYUB DWI ANGGORO
Email:ayub_dwianggoro@umpo.ac.id
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Abstrak

Media pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini memiliki peranan
penting dalam kesuksesan dan keberhasilan suatu tujuan politik yang ditetapkan. Sebagai
saluran penyampai pesan, media khususnya televisi menjadi alat yang paling ampuh
untuk mempengaruhi, meyakinkan bahkan membentuk suatu opini di publik terkait isi-isi
berita yang disajikan secara audio dan visual. Kondisi pertarungan pilpres 2014 hari ini
antara telah membelah kekuatan korporasi/ perusahaan media. Pertarungan Politik media
yang paling mencolok adalah pertarungan antara Tv One berhadapan dengan Metro
Tv. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Framing Robert N. Entman, identifikasi
tentang penggunaan media televisi untuk kepentingan politik demi mencapai kekuasaan di
klasifikasikan dengan melakukan analisis bingkai sebuah peristiwa yang diberitakan yakni
berita soal Pilpres 2014 di kedua korporasi media tersebut melalui pembahasan Define
problems (Pendefinisian masalah) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli
2014 oleh Tv One dan Metro Tv , Diagnose causes (memperkirakan masalah atau sumber
masalah) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro
Tv, Make moral judgement (Membuat keputusan moral) tentang berita hasil pemilihan
Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv , Treatment recommendation
(Menekankan penyelesaian) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh
Tv One dan Metro Tv. Dari analisis tersebut ditemukan keberpihakan media pada pasangan
calon presiden dalam konten pemberitaan yang disiarkan. TV One membingkai program
pemberitaan yang mencitrakan Prabowo dan Hatta Rajasa sebagai pemenang Pemilu
2014-2019 sedangkan Metro Tv Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenang
pemilu 2014-2019.

Kata kunci : Media, Politik dan Kekuasaan

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 25


PENDAHULUAN politik dan team suksesnya lebih memilih

Bangsa Indonesia pada tahun 2014 “bertarung” untuk mendapatkan simpati

ini akan menjalani momentum penting dan dukungan dari publik. Media adalah

pada perjalanan kehidupan berbangsa salah satu kebutuhan publik yang penting,

dan bernegara, mulai dari pemilihan bahkan perkembangan sekarang media

Legislatif yaitu memilih para anggota merupakan kebutuhan primer yang tidak

Dewan Perwakilan Rakyat mulai dari bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-

Kota/Kabupaten, Propinsi hingga ke DPR hari.

Pusat, sedangkan pada tataran eksekutif Dari perkembangan situasi

rakyat Indonesia memilih Presiden untuk politik yang ada saat ini, persaingan

periode 2014 hingga 2019. Fenomena yang ramai justru terjadi lewat jaringan

barupun lahir pada pertarungan konstalasi media massa baik cetak, elektronik

politik sekarang, proses perjalanan dalam ataupun media internet. Tokoh-tokoh yang

mendapatkan simpati, dukungan suara mendeklarasikan diri untuk bertarung pada

dari rakyat dilakukan dengan melaui pemilihan Umum sekarang. Berlomba-

dan melewati berbagai macam saluran, lomba untuk membangun publisitas lewat

mulai dari pengerahan massa hingga media yang ada. Tokoh Capres yang

menggunakan media sebagai wadah untuk “bertarung” untuk mendapatkan dukungan

melakukan kampanye. dari rakyat diantarnya Prabowo Subianto

Era kecanggihan dan perkembangan dan Joko Widodo.

teknologi komunikasi telah melahirkan satu Media sekarang ini memang

dinamika terbaru dalam pemilu tahun 2014 dijadikan ajang untuk melakukan promosi

kali ini. Dinamika tersebut menjadikan politik. Tujuan dari promosi politik adalah

pemilu kali ini menjadi berbeda dari untuk meraih simpati dari publik untuk

pemilu-pemilu sebelumnya di Indonesia. mau memberikan dukungan dan suaranya

Proses demokratisasi untuk memilih di pesta demokrasi ini. Namun publik harus

para wakil rakyat dan pemimpin bangsa cerdas dalam memilih pemimpin yang

ini telah melahirkan sebuah fenomena nanti akan mewakilinya. Publik tidak boleh

dalam strategi kampanye politik baru. terjebak dalam pencitraan yang dibungkus

Pola-pola kampanye konvensional seperti oleh iklan politik, selian itu publik juga

pengerahan massa menjadi tidak begitu harus mengkritisi setiap rangkain peristiwa

populer di massa sekarang. Para tokoh yang tersaji dalam pemberitaan media

26 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


massa supaya tidak terjebak dalam wilayah cepat bersumberkan lembaga suvei LSN,

rangkain sajian berita yang di seting oleh Puskaptis dan JSI, Sementara Metro Tv

para PR politik. membingkai pemberitaan hasil hitung cepat

Persaingan Industri Media hari ini pilpres dengan tema program “Presiden

ternyata bukan hanya pada ranah bisnis Pilihan Kita” yang menempatkan LSI,

saja, tetapi sudah merembet pada wilayah SMRC, Cyruss Network, Litbang

politis. Hal ini terjadi karena keterlibatan Kompas,RRI,Indo Barometer dan Pool

para pemilik media dalam persaingan Tracking.

politik hari ini. Secara umum, media massa, Tidak ada yang salah dan

tidak hanya terindikasi sebagai partisan,tapi mencurigakan ketika kebijakan redaksi

juga gagal menjalankan fungsi publiknya dari masing-masing media televisi. Namun

pada Pemilu kemarin. Masyarakat tidak semua menjadi berubah ketika perbedaan

memiliki keterampilan yang memadai hasil perhitungan cepat tersebut dengan

untuk menilai mana berita yang kredibel dan skema pemberitaan yang disiarkan

mana yang tidak. Akibatnya, masyarakat kepada publik. Tv One memberitakan

mengandalkan selera politik sebagai ukuran bahwa pasangan Prabowo – Hatta sebagai

atas informasi yang diterima. Masyarakat pemenag pemilu 2014, hingga mensetting

mudah terprovokasi oleh berita-berita yang program acara Presiden pilihan Rakyat

tak berdasar fakta dan sumber yang jelas. dengan headline Judul yang ditampilkan

Ketika berhadapan dengan informasi, hasil Quick Count serta melibatkan

masyarakat lebih mengedepankan selera mayoritas statemen kubu pasangan

politik ketimbang validitas informasi yang Prabowo dan Hatta yang mendeklarasikan

didapatnya. kemenangannya, berbeda terbalik dengan

Media pada tanggal 9 Juli 2014, Metro Tv yang menampilkan kubu Jokowi –

berlomba-lomba untuk membingkai hasil JK sebagai pemenang pemilu 2014 dengan

pilpres secara cepat dengan membuat mensetting program Presiden Pilihan Kita

rangkaian program. Pada media Tv one, dengan yang ditampilkan hasil Quick

hasil hitung cepat setelah Quick Count Count serta melibatkan mayoritas statemen

setelah pencoblosan suara dilakukan kubu Jokowi- JK sebagai narasumber

di beritakan dengan tema program untuk deklarasi kemenangan.

“Presiden Pilihan Rakyat”, Tv One Perbedaan isi berita tersebut tentu

menggunakan sumber data perhitungan menjadi permasalahan yang besar bagi

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 27


publik. Kebingungan atas fakta suatu recommendation (Menekankan

berita bisa berakibat menjadi gejolak penyelesaian) berita hasil pemilihan

di masyarakat. Apalagi hal tersebut Presiden pada tanggal 9 Juli 2014

menyangkut hasil pemilihan presiden oleh Tv One dan Metro Tv?

kedepan untuk Indonesia. Fenomena


LANDASAN TEORI
tersebut menarik untuk di kaji dengan

pendekatan analisis Framing Model I. Analisis Framing

Robert N. Entman peneliti akan mengkaji


Framing adalah sebuah cara
pemberitaan-pemberitaan hasil pemilihan
bagaimana peristiwa disajikan oleh media.
presiden, 9 Juli 2014 yang disajikan media
Penyajian tersebut dilakukan dengan
khusunya TV One Metro TV. Dengan
menekankan bagian tertentu, menonjolkan
membongkar makna pemberitaan tersebut
aspek tertentu dan membesarkan cara
peneliti ingin mengkaji arah ideologi
bercerita tertentu dari suatu realitas.
politik media tersebut.
Media menghubungkan dan menonjolkan
Pendekatan Analisis Framing Model
peristiwa sehingga makna dari peristiwa
Robert N. Entman mengklasifikasikan
tersebut lebih mudah diingat oleh khalayak.
rumusan masalah sebagai berikut:
Karenanya, seperti yang dikatakan Frank
1. Bagaimana Define problems
D. Durham, framing membuat dunia
(Pendefinisian masalah) berita hasil
lebih diketahui dan lebih dimengerti .
pemilihan Presiden pada tanggal 9
Realitas yang kompleks dipahami dan
Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv?
disederhanakan dalam kategori tertentu.
2. Bagaimana Diagnose causes
Menurut pandangan subjektif, realitas
(memperkirakan masalah atau sumber
sosial adalah suatu kondisi yang cair dan
masalah) berita hasil pemilihan
mudah berubah melalui interaksi manusia
Presiden pada tanggal 9 Juli 2014
dalam kehidupan sehari–hari (Mulyana,
oleh Tv One dan Metro Tv?
2006: 34).
3. Bagaimana Make moral
Analisis framing secara sederhana
judgement (Membuat keputusan
dapat digambarkan sebagai analisis untuk
moral) tentang berita hasil pemilihan
mengetahui bagaimana realitas (peristiwa,
Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh
aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai
Tv One dan Metro Tv?
oleh media. Pembingkaian tersebut tentu
4. Bagaimana Treatment
saja melalui proses konstruksi. Di analisis
28 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
Framing realitas dimakai dan dikonstruksi masyarakat (Eriyanto, 2009:3).

dengan makna tertentu. Metode analisis framing yang

Menurut Erving Goffman kita lihat adalah bagaimana cara media

secara sosiologis konsep frame analysis memaknai, memahami dan membingkai

memelihara kelangsungan kebiasaan kasus/peristiwa yang diberitakan. Metode

kita mengklasifikasi, mengorganisasi dan semacam ini tentu saja berusaha mengerti

menginterpretasi secara aktif pengalaman- dan menafsirkan makna dari suatu teks

pengalaman hidup kita untuk dapat dengan jalan menguraikan bagaimana

memahaminya. Schemata interpretasi media membingkai isu. Peristiwa yang

itu disebut frames, yang memungkinkan sama bisa jadi dibingkai berbeda oleh

individu dapat melokalisasi, merasakan, media.

mengidentifikasi dan memberi label Ada beberapa model pendekatan

terhadap peristiwa – peristiwa serta analisis framing yang dapat digunakan

informasi (Sobur, 2009:163). untuk menganalisa teks media , salah

Secara metodologi analisis framing satunya model analisis Robert N. Entman

memiliki perbedaan yang sangat menonjol yang digunakan dalam penelitian ini.

dengan analisis isi (content analysis). Menurut Robert N. Entman apa yang

Analisis isi dalam studi komunikasi kita ketahui tentang realitas atau tentang

lebih menitikberatkan pada metode dunia tergantung pada bagaimana kita

penguraian fakta secara kuantitatif dengan membingkai dan menafsirkan realitas

mengkategorisasikan isi pesan teks media. tersebut.

Pada analisis isi, pertanyaan yang selalu Entman melihat framing dalam dua

muncul seperti apa saja yang diberitakan dimensi besar: seleksi isu dan penekanan

oleh media dalam sebuah peristiwa? Tetapi, atau penonjolan aspek-aspek tertentu

dalam analisis framing yang ditekankan dari realitas/isu. Framing dijalankan oleh

adalah bagaimana peristiwa itu dibingkai. media dengan menseleksi isu tertentu

Analisis framing yang menjadi pusat dan mengabaikan isu yang lain. Framing

perhatian adalah pembentukan pesan dari adalah pendekatan untuk mengetahui

teks. Framing, terutama, melihat bagaimana bagaimana perspektif atau cara pandang

pesan/ peristiwa dikonstruksi oleh media. yang digunakan oleh wartawan ketika

Bagaimana wartawan mengkonstruksi menseleksi isu dan menulis berita.

peristiwa dan menyajikannya kepada

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 29


Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas

yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi

untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di

dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included),

tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak

semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan

memilih aspek tertentu dari suatu dari suatu isu.

Penonjolan aspek Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika

tertentu dari suatu aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut dipilih,
bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan
isu
dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu
untuk ditampilkan kepada khalayak.

Tabel 1.1. Dua Unsur Framing Media Versi Entman (Eriyanto, 2011: 222)

Penonjolan seperti yang disinggung pemakaian grafis untuk mendukung dan

di atas, merupakan proses membuat memperkuat penonjolan, pemakaian

informasi menjadi lebih bermakna. Realitas label tertentu ketika menggambarkan

yang disajikan secara menonjol atau orang atau peristiwa yang diberitakan.

mencolok tentu mempunyai peluang besar Kata penonjolan (salience) didefinisikan

untuk diperhatikan dan mempengaruhi sebagai membuat sebuah informasi lebih

khalayak dalam memahami realitas. diperhatikan, bermakna, dan berkesan

Karena itu dalam praktiknya, framing (Sobur, 2009: 164).

dijalankan oleh media dengan menyeleksi Framing pada akhirnya menentukan

isu tertentu dan mengabaikan isu lain, bagaimana realitas hadir di hadapan

serta menonjolkan aspek isu tertentu khalayak. Seperti yang dikatakan Edelman,

dan menggunakan berbagai strategi apa yang kita tahu tentang realitas sosial

wacana serta penempatan yang mencolok pada dasarnya tergantung bagaimana kita

(menempatkan di headline, di halaman melakukan frame atas peristiwa itu yang

depan, atau bagian belakang), pengulangan, memberikan pemahaman tertentu atas

30 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


suatu peristiwa. berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa

Konsep framing, dalam pandangan dipahami, tentu saja menentukan apa

Entman, secara konsisten menawarkan dan siapa yang dianggap sebagai sumber

sebuah cara untuk mengungkap the power masalah. Oleh sebab itu, masalah yang

of a communication text. Framing pada dipahami secara berbeda, maka penyebab

dasarnya merujuk pada pemberitaan masalahnya akan dipahami secara berbeda

definisi, penjelasan, evaluasi, dan pula. Dengan kata lain, pendefinisian

rekomendasi dalam suatu wacana untuk sumber masalah ini menjelaskan siapa

menekankan kerangka berpikir tertentu yang dianggap sebagai pelaku dan siapa

terhadap peristiwa yang diwacanakan. yang menjadi korban dalam kasus tersebut.

Untuk mengetahui bagaimana Elemen framing yang dipakai

pembingkaian yang dilakukan media, untuk membenarkan/memberi argumentasi

terdapat sebuah perangkat framing pada pendefinisian masalah yang sudah

yang dikemukakan Entman yang dapat dibuat. Setelah masalah didefinisikan

menggambarkan bagaimana sebuah dan penyebab masalah sudah ditentukan,

peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk

wartawan. Entman membagi perangkat mendukung gagasan tersebut. Gagasan

framing ke dalam empat elemen sebagai yang dikutip berhubungan denga sesuatu

berikut : yang familiar dan dikenal oleh khalayak.


a. Define Problems (pendefinisian

masalah) c. Treatment recommendation

(menekankan penyelesaian)
Elemen pertama ini merupakan
Elemen keempat ini dipakai
bingkai utama/master frame yang
untuk menilai apa yang dikehendaki oleh
menekankan bagaimana peristiwa
wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk
dimaknai secara berbeda oleh wartawan,
menyelesaikan masalah. Penyelesaian
maka realitas yang terbentuk akan berbeda
itu tentu saja sangat tergantung pada
b. Diagnose causes (memperkirakan
penyebab masalah) bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa

Elemen kedua ini merupakan yang dipandang sebagai penyebab masalah.

elemen framing yang digunakan untuk

membingkai siapa yang dianggap sebagai

aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini

bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga


Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 31
Framing dan Ideologi dari ideologi dan memiliki kemampuan

Produksi berita berhubungan untuk memanipulasi pembaca ke arah

dengan bagaimana rutinitas terjadi dalam suatu ideologi, sedangkan Eriyanto

ruang pemberitaan, yang menentukan menempatkan ideologi sebagai konsep

bagaimana wartawan didikte/dikontrol sentral dalam analisis wacana karena teks,

untuk memberitakan peristiwa dalam percakapan, dan lainnya adalah bentuk

perspektif tertentu. Selain praktik dari praktik ideologi atau pencerminan dari

organisasidan ideologi profesional tersebut, ideologi tertentu. Istilah Ideologi menurut

ada satu aspek lain yang sangat penting Jorge Larrain (1996) dalam Sobur

yang berhubungan dengan bagaimana (2011:61) mempunyai dua pengertian yang

peristiwa ditempatkan dalam keseluruhan bertolak belakang. Secara positif, ideologi

produksi teks, yakni bagaimana berita itu dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia

bisa bermakna dan berarti bagi khalayak. (worldview) yang menyatakan nilai-nilai

Stuart Hall dalam Eriyanto (2011: 141) kelompok sosial tertentu untuk membela

menyebut aspek ini sebagai konstruksi dan memajukan kepentingan-kepentingan

berita. Aspek ini berhubungan dengan mereka. Sedangkan secara negatif, ideologi

bagaimana wartawan/media menampilkan dilihat sebagai suatu kesadaran palsu,

peristiwa tersebut sehingga relevan bagi yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan

khalayak. penipuan dengan cara memutarbalikkan

Media berperan mendefinisikan pemahaman orang mengenai realitas sosial

bagaimana realitas seharusnya dipahami Raymond Williams dalam

bagaimana realitas itu dijelaskan dengan Sobur (2011: 64) menamakan ideologi

cara tertentu kepada khalayak. Diantara “himpunan ide-ide yang muncul dari

berbagai fungsi dari media dalam seperangkat kepentingan material

mendefinisikan realitas, fungsi pertama tertentu atau, secara lebih luas, dari

dalam ideologi adalah media sebagai sebuah kelas atau kelompok tertentu”.

mekanisme integrasi sosial. Media Sedangkan John B. Thomson dalam

berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok, Sobur (2011: 64) menyatakan bahwa

dan mengontrol bagaimana nilai-nilai ideologi hanya dapat dipahami dengan

kelompok itu dijalankan. tepat sebagai “ideologi dominan” di mana

Sebuah teks, kata Aart van Zoest bentuk-beentuk simbolis dipakai oleh

(Sobur, 2011: 60), tak pernah lepas mereka yang memiliki kekuasaan untuk

32 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


“membangun dan melestarikan hubungan 2. Ideologi: keyakinan yang tidak ilmiah

dominasi (masyarakat yang timpang).” Segala penilaian etis dan moral,

Begitulah, meskipun istilah anggapan-anggapan normatif, begitu pula

ideologi dipergunakan dalam banyak arti, teori-teori dan paham-paham metafisik

namun pada hakikatnya semua arti itu, dan keaagamaan atau filsafat sejarah,

menurut Magnis-Suseno dalam Sobur termasuk ideologi. Arti ketiga ini maunya

(2011: 66) dapat dikembalikan pada salah netral, tetapi dalam penilaian Magnis

satu (atau kombinasi) dari tiga arti, yakni: Suseno, sebenarnya bernada negatif juga

1. Ideologi sebagai kesadaran palsu karena memuat sindiran bahwa “ideologi-

Secara spontan bagi kebanyakan ideologi” itu tidak rasional, di luar hal nalar,

orang, kata ideologi mempunyai konotasi jadi merupakan kepercayaan dan keyakinan

negatif, sebagai claim yang tidak wajar atau subjektif semata-mata, tanpa kemungkinan

sebagai teori yang tidak berorientasi pada untuk mempertanggungjawabkannya scara

kebenaran, melainkan pada kepentingan objektif.

pihak yang mempropagandakannya. Apakah peristiwa dibingkai dan

Biasanya ideologi sekaligus dilihat dimaknai sebagai wilayah penyimpangan,

sebagai sarana kelas ataupun kelompok kontroversi, ataukah konsensus? Dalam

yang berkuasa untuk melegitimasikan wilayah penyimpangan, suatu peristiwa,

kekuasaannya secara tidak wajar. gagasan, atau prilaku tertentu dikucilkan

dan dipandang menyimpang. Ini semacam

1) Ideologi dalam arti netral nilai yang dipahami bersama bagaimana

Ideologi ini kebanyakan peristiwa secara umum dipahami secara

ditemukan di negara-negara yang sangat sama antara berbagai anggota komunitas.

mementingkan sebuah “ideologi negara”, Sebagai area ideologis, peta

misalnya negara- negara komunis. Arti semacam ini dapat dipakai untuk

dari ideologi netral ialah keseluruhan menjelaskan bagaimana prilaku dan realitas

sistem pikir, nilai-nilai, dan sikap dasar yang sama bisa dijelaskan secara berbeda

rohani sebuah gerakan, kelompok sosial karena memakai kerangka yang berbeda.

atau kebudayaan. Nilai ideologi tergantung Masyarakat atau komunitas dengan

isinya: kalau isinya baik, ideologi itu ideologi yang berbeda akan menjelaskan

baik, kalau isinya buruk (misalnya, dan meletakkan peristiwa yang sama

membenarkan kebencian), dia buruk. tersebut ke dalam peta yang berbeda, karena

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 33


ideologi yang menempatkan bagaimana bebas di dalam dunia sosialnya.

nilainilai bersama yang dipahami dan Dalam penjelasan ontologi

diyakini secara bersama-sama dipakai paradigma konstruktivis, realitas

untuk menjelaskan berbagai realitas yang merupakan konstruksi sosial yang

hadir setiap hari. diciptakan oleh individu. Namun demikian

Peta ideologi menggambarkan kebenaran suatu realitas sosial bersifat

bagaimana peristiwa dilihat dan diletakkan nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik

dalam tempat-tempat tertentu. Seperti yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.

yang dikatakan Mattew Kieran dalam Istilah konstruksi sosial atas realitas

Eriyanto (2011: 154), berita tidaklah (social construction of reality) menjadi

dibentuk dalam ruang hampa. Berita terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter

diproduksi dari ideologi dominan dalam L. Berger dan Thomas Luckmann melalui

suatu wilayah kompetensi tertentu. Ideologi bukunya yang berjudul “The Social

yang dimaksud disini tidaklah selalu harus Construction of Reality, a Teatise in the

dikaitkan dengan ide-ide besar. Ideologi Sociological of Knowledge” (1966). Ia

juga bisa bermakna politik penandaan atau menggambarkan proses sosial melalui

pemaknaan. tindakan dan interaksinya, yang mana

individu menciptakan secara terus-menerus


II. Konstruksi Realitas Sosial suatu realitas yang dimiliki dan dialami

bersama secara subjektif (Bungin, 2006:


Manusia dalam banyak hal memiliki
202).
kebebasan untuk bertindak di luar batas
Dalam pandangan paradigma
kontrol struktur dan pranata sosialnya di
definisi sosial, realitas adalah hasil
mana individu berasal. Manusia secara
ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan
aktif dan kreatif mengembangkan dirinya
konstruksi sosial di sekelilingnya. Dunia
melalui respons-respons terhadap stimulus
sosial itu dimaksud sebagai yang disebut
dalam dunia kognitifnya. Karena itu,
oleh George Simmel dalam Bungin
paradigma definisi sosial lebih tertarik
(2006: 201), bahwa realitas dunia sosial
terhadap apa yang ada dalam pemikiran
itu berdiri sendiri di luar individu, yang
manusia tentang proses sosial, terutama
menurut kesan kita bahwa realitas itu
para pengikut interaksi simbolis. Dalam
“ada” dalam diri sendiri dan hukum yang
proses sosial, individu manusia dipandang
menguasainya.
sebagai pencipta realitas sosial yang relatif
34 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
Peter L.Berger berpendapat bahwa akan selalu mencari dan mencurahkan

realitas tidak terjadi begitu saja tetapi dirinya dimana dia berada. Manusia tidak

dibentuk dan dikonstruksikan. Hasil dapat kita mengerti sebagai ketertutupan

akhir yang diperoleh adalah realitas yang yang lepas dari dunia luarnya. Manusia

sama dapat dipahami secara berbeda oleh berusaha menangkap dirinya, dalam proses

setiap orang tergantung dari konstruksi inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata

yang dilakukan dalam realitas tersebut lain, manusia menemukan dirinya sendiri

(Eriyanto, 2009:15). dalam suatu dunia.

Berger dan Luckman dalam Kedua, objektivasi yaitu hasil yang

Bungin (2008: 14) mulai menjelaskan didapatkan baik mental maupun fisik dari

realitas sosial dengan memisahkan kegiatan eksternalisasi manusia. Hasil

pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. itu menghasilkan realitas objektif yang

Realitas diartikan sebagai kualitas yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil

terdapat di dalam realitas-realitas yang itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang

diakui sebagai memiliki keberadaan (being) berada di luar dan berlainan dari manusia

yang tidak tergantung kepada kehendak yang menghasilkannya. Lewat proses

kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu

sebagai kepastian bahwa realitas-realitas realitas suigeneris. Hasil dari ekternalisasi

itu nyata (real) dan memiliki karakteristik kebudayaan itu misalnya, manusia

yang spesifik. menciptakan alat demi kemudahan

Berger dan Luckman dalam hidupnnya atau kebudayaan non-materiil

Bungin (2008: 15) mengatakan terjadi dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun

dialektika antara individu menciptakan bahasa adalah kegiatan eksternalisasi

masyarakat dan masyarakat menciptakan manusia ketika berhadapandengan dunia,

individu. Proses dialektika ini terjadi ia adalah hasil dari kegiatan manusia.

melalui eksternalisasi, objektivasi, dan Setelah dihasilkan, baik benda

internalisasi. atau bahasa sebagai produk ekternalisasi

Pertama, eksternalisasi, yaitu tersebut menjadi realitas yang objektif.

usaha pencurahan atau ekspresi diri Bahkan ia dapat menghadapi manusia

manusia ke dalam dunia, baik dalam sebagai penghasil dari produk kebudayaan.

kegiatan mental maupun fisik. Proses ini Kebudayaan yang telah berstatus sebagai

merupakan sifat dasar manusia. Manusia realitas objektif, ada diluar kesadaran

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 35


manusia, ada “di sana” bagi setiap orang. konstruksi yang berbeda terhadap realitas

Realitas objektif itu berbeda dengan yang muncul di hadapannya. Menurut

kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi Eriyanto (2011: 18), berita yang muncul

kenyataan empiris yang bisa dialami oleh merupakan sebuah proses konstruksi

setiap orang. dengan suatu peristiwa, karena adanya

Ketiga, internalisasi, penyerapan interaksi antara wartawan dengan fakta

kembali dunia objektif ke dalam kesadaran yang muncul di lapangan.

sedemikian rupa hingga subjektifitas Pandangan konstruksionis melihat

individu dipengaruhi oleh struktur dunia media, wartawan dan berita dengan cara

sosial. Dalam peoses ini, wartawan akan pandang tersendiri. Pada dasarnya studi

berhadapan dengan realitas. Realitas media massa merupakan proses pencarian

diamati oleh wartawan dan diserap ke pesan dan makna. Media massa semakin

dalam kesadaran wartawan. Secara tidak banyak dijadikan sebagai objek studi

langsung wartawan akan menceburkan disebabkan semakin meningkatkanya peran

dirinya ke dalam realitas tersebut untuk media massa itu sendiri sebagai intitusi

kemudian dimaknainya. yang tergolong penting dalam masyarakat

Oleh karena itu, konstruksi realitas saat ini. Media massa memproduksi pesan
sosial yang dilakukan wartawan sangat yang merupakan hasil konstruksi realitas
(Eriyanto, 2009: 25).
berpotensi untuk menggiring kita pada

pemaknaan wartawan terhadap suatu


Bagi kaum konstruksionis, realitas
peristiwa, ditambah ideologi media massa
adalah sesuatu yang subjektif. Fakta dan
tempat wartawan bekerja dibangun sesuai
realitas bukanlah sesuatu yang sudah
visi dan kepentingan perusahaan yang
ada, tersedia dan tinggal diambil untuk
bersangkutan.
menjadi bahan sebuah berita. Realitas yang
III. Media dan Berita dalam
tertuang dalam berita adalah sesuatu yang
Perspektif Konstruksionis
dikostruksi dan dibentuk oleh pandangan
Pemikiran konstruksionis ini
tertentu. Fakta atau realitas pada dasarnya
diperkenalkan oleh Peter L. Berger yang
dikonstruksi. Sebuah fakta berupa
menyatakan bahwa sebuah realitas hadir di
kenyataan bukanlah sesuatu yang sudah
hadapan pembaca setelah melalui sebuah
ada seperti itu, melainkan apa yang ada di
proses konstruksi (Eriyanto, 2011: 15).
benak dan pikiran kita. Kita sendirilah yang
Hal ini menyebabkan setiap orang memiliki
memberikan definisi dan makna atas fakta
36 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
tersebut sebagai sebuah kenyataan. Fakta hanya dari cara wartawan memandang

yang ada dalam sebuah berita bukanlah realitas tetapi kehidupan politik tempat

sebuah peristiwa yang memang begitu media itu berada. Sistem politik yang

adanya, wartawanlah yang secara aktif diterapkan sebuah negara ikut menentukan

memproduksi dan mendefinisikan berita mekanisme kerja media massa negara itu

tersebut. mempengaruhi cara media massa tersebut

mengkonstruksi realitas (Hamad, 1999:


Fakta yang dikumpulkan dan
55).
disusun selanjutnya akan disebarkan.

Media sebagai sarana penyalur pesan tidak Media bisa memperjelas sekaligus

hanya berfungsi sebagai saluran pesan dari mempertajam konflik atau sebaliknya:

komunikator kepada penerima (khalayak). mengaburkan dan mengelimirnya.

Media tidak bertindak sebagai suatu Media bisa mengkonstruksi realitas,

institusi yang netral dalam menyampaikan namun juga bisa menghadirkan

pesan. Media bukanlah saluran yang hiperrealitas. Hiperrealitas menggiring

bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi orang mempercayai sebuah citra sebagai

realitas, lengkap dengan pandangan, bias, kebenaran, meski kenyataannya hanya

dan pemihakannya (Eriyanto, 2011: 26). dramatisasi realitas dan pemalsuan

Sebagai contoh media juga menentukan kebenaran, yang “melampaui realitas”

dari sekian banyak peristiwa yang terjadi, (Sobur, 2009: 170). Dalam memberitakan

peristiwa mana yang harus diliput oleh konflik, media seharusnya tidak melakukan

wartawannya kemudian dari sisi mana dramatisasi terhadap fakta. Karena hal

si wartawan harus melihat peristiwa itu langsung ataupun tidak langsung akan

tersebut. Pemilihan realitas oleh media memicu konflik lanjutan dan menjadi

dikarenakan media memiliki kepentingan provokasi bagi pihak-pihak yang bertikai

antara lain kepentingan ekonomi, politik


Menjadi suatu hal yang menarik
ataupun ideologi. Media tentunya akan
ketika kebanyakan orang awam melihat
membentuk reaitas yang dapat mendukung
media atau berita yang disuguhkan oleh
kepentingan-kepentingannya.
media massa adalah sesuatu yang benar-

Oleh karena itu media turut benar apa adanya tanpa adanya konstruksi

berperan dalam mengkonstruksi realitas. realitas di dalamnya. Mereka kemudian

Konstruksi realitas terbentuk bukan menjadi sepenuhnya percaya akan apa

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 37


yang disampaikan oleh media massa. mustahil berita merupakan pencerminan

Dengan melihat realitas, berita dan media dari realitas (Eriyanto, 2011: 28). Proses

massa atau dengan kata lain tidak mudah pemaknaan realitas oleh wartawan sebagai

mempercayai apa yang disampaikan oleh aktor atau agen pembentuk realitas.

media karena begitu banyak muatan- Wartawan bukanlah pemulung yang

muatan kepentingan di dalamnya. mengambil fakta begitu saja. Dia tidak

hanya melaporkan sebuah peristiwa namun


Setiap media tentunya memiliki
mendefinisikan dan secara aktif membentuk
kebijakan masing-masing dalam
peristiwa dalam pemahaman mereka.
mekanisme kerja untuk mengkonstruksi
Realitas bukanlah sesuatu yang “berada
dan menghasilkan berita yang “diinginkan”.
di luar”, objektif, benar dan seakan-akan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
ada sebelum wartawan meliputnya. Ada
berita adalah hasil mekanisme kerja
proses konstruksi makna dalam peristiwa
individu-individu yang ada dalam media
yang diliput sehingga menghasilkan suatu
(redaksional) berdasarkan kebijakan,
realitas baru. Laporan-laporan jurnalistik
pertimbangan serta ideologi.
yang ada di media pada dasarnya tidak

Fakta atau realitas yang diliput lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas

kemudian ditampilkan dalam media dalam bentuk cerita (Barata dalam

lewat pemberitaan. Pada dasarnya berita Birowo, 2004: 168).

adalah laporan dari suatu peristiwa atau


Seperti yang d i k a t a k a n
realitas. Namun gambaran realitas atas
Judith Lichtenberg dalam Eriyanto
peristiwa dalam media bukanlah realitas
(2011: 35), realitas hasil konstruksi itu
yang sebagaimana adanya, yang diambil
selalu terbentuk melalui konsep dan
oleh sang wartawan dan dituangkan.
kategori, tanpa kita buat, kita tidak bisa
Berita adalah hasil dari konstruksi yang
melihat dunia tanpa kategori, tanpa
selalu melibatkan pandangan ataupun
konsep. Artinya, kalau seorang wartawan
nilai-nilai dari wartawan dan media yang
menulis berita,ia sebetulnya membuat dan
bersangkutan. Bagaimana sebuah realita
membentuk dunia, membentuk realitas.
dijadikan berita sangat tergantung pada

bagaimana ia dimaknai dan dipahami Dalam konsepsi konstruksionis,

oleh wartawan. Proses pemahaman selalu wartawan tidak mungkin membuat jarak

melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga dengan objek yang hendak dia liput.

38 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


Karena ketika ia meliput suatu peristiwa 2. Tipe Penelitian

dan menuliskannya, ia secara sengaja atau Tipe penelitian ini ialah deskriptif

tidak menggunakan dimensi perseptuilnya dengan menggunakan pendekatan

ketika memahami masalah. Dengan begitu, Kualitatif. Penelitian ini digunakan untuk

realistas yang kompleks dan tidak beraturan menggambarkan aspek tertentu dari

ditulis dan dipahami, untuk semua proses sebuah realitas yang dibingkai oleh Tv

itu melibatkan konsepsi, pemahaman yang One dan Metro TV menjadi sebuah berita

mau tidak mau sukar dilepaskan dari unsur yang kemudian menjadi realitas media

subjektif. dalam hal ini pemberitaan mengenai

hasil pemilu versi hitung cepat. Format


Dalam pandangan konstruksionis,
deskriptif kualitatif bertujuan untuk
berita itu ibarat sebuah drama. Ia bukan
menggambarkan, meringkas berbagai
menggambarkan realitas, melainkan
kondisi, situasi, atau fenomena realitas
potret dari arena pertarungan antara
sosial dalam masyarakat yang menjadi
berbagai pihak yang berkaitan dengan
objek penelitian dan berupaya menarik
peristiwa. Berita bukan representasi dari
realitas itu ke permukaan sebagai suatu
realitas. Berita yang kita baca pada
ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau
dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja
gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun
jurnalistik, bukan kaidah baku jurnalistik.
fenomena tertentu (Bungin, 2006: 68).
Semua proses konstruksi (mulai dari
Penelitian ini menggunakan metode
memilih fakta, sumber, pemakaian kata,
analisis framing dengan paradigma atau
gambar, sampai penyuntingan) memberi
pendekatan konstruksionis. Paradigma
andil bagaimana realitas tersebut hadir di
konstruksionis memandang bahwa tidak
hadapan khalayak (Eriyanto, 2011: 30).
ada realitas yang obyektif, karena realitas

METODE PENELITIAN tercipta melalui proses konstruksi dan

pandangan tertentu.
1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah berita- 3. Teknik Pengumpulan Data


berita hasil Pemilihan Presiden tanggal Teknik pengumpulan data

9 Juli 2014 dengan Judul program berita dalam penelitian ini dilakukan penulis

Presiden pilihan rakyat TV One dan berdasarkan kebutuhan analisis dan

Presiden pilihan kita Metro TV. pengkajian. Pengumpulan data tersebut

sudah dilakukan sejak penulis menentukan


Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 39
permasalahan apa yang sedang dikaji. berita Hasil Pemilihan Presiden, 9 Juli

Pengumpulan data yang dilakukan adalah : 2014.

Memakai analisa yang

a. Pengkajian berita–berita terkait Hasil dikembangkan oleh Robert N. Entman.

pemilihan presiden tanggal 9 Juli 2014 Peneliti memilih perangkat framing

di Tv One dan Metro Tv Entman dalam penelitian ini dengan

b. Kajian pustaka dengan mempelajari argumen perangkat frame Entman mampu

dan mengkaji buku- buku, artikel serta membantu peneliti dalam mendefinisikan

situs internet dengan permasalahan masalah Hasil Pemilihan Presiden yang

yang diteliti untuk mendukung asumsi diungkap oleh media dan memperkirakan

sebagai landasan teori permasalahan penyebab dari masalah itu. Selanjutnya,

yang dibahas. pisau analisa ini akan membantu peneliti

dalam mencari tahu makna didalam

4. Teknik Analisis Data pembingkaian berita tersebut

Teknik analisis data yang digunakan Dalam pandangan Entman, framing

penulis dalam penelitian ini adalah dipandang sebagai penempatan informasi-

analisis framing. Dalam hal ini, analisis informasi dalam konteks yang khas

framing dirasa mampu untuk mencari sehingga isu tertentu mendapat alokasi

tahu bagaimana Tv One dan Metro penempatan yang lebih besar daripada isu

Tv melakukan proses pembingkaian lainnya.

Define Problems Bagaimana suatu peristiwa / isu dilihat? Sebagai apa?

(pendefinisian masalah) Atau sebagai masalah apa?

Diagnose causes Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap

(memperkirakan masalah atau sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap

sumber masalah) sebagai penyebab masalah?

Make moral judgement


Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan msalah? nilai

(membuat keputusan moral) moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendegitimasi suatu

tindakan?
Treatment Recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi

(menekankan penyelesaian) masalah / isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh
untuk mengatasi masalah?

Tabel 1.2. Perangkat Framing Entman (Eriyanto, 2011: 223)

40 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


PEMBAHASAN

I. Analisa framing Model Robert N. Entman pemberitaan Tv One program acara ”Presiden
Pilihan Rakyat” 9 Juli 2014.

Frame Konten Pemberitaan Interpretasi

Define Problems Dalam progam aca-ra kemasan hasil


Judul Presiden Pilihan pemilu 2014 yang dilaksanakan
rakyat dengan tampilan
pada tanggal 9 Juli 2014, versi
gambar hasil pemberitaan
hitung cepat dengan judul Presiden
Quick Count Prabowo
Pilihan Rakyat, Framing Tv One
– Hatta 50,19% dan
Jokowi – JK 49,81 % menampilkan hasil Quick Count
serta menampilkan nara- dengan hasil keung-gulan pasangan
sumber untuk mengupas Prabowo – Hatta sebe-sar 50,19 %
serta menganalisa hasil
- Jokowi JK 49,81 %. Dengan tidak
dari perhitungan cepat
menampilkan survei dari lembaga
yang ditampilkan dalam
headline pemberitaan. lain. Tv one ingin mengabarkan kepa-

da publik bahwa Presiden terpilih

Versi Quick Count adalah Prabowo

Hatta. Sedangkan keterlibatan

pengamat dalam acara tersebut

sebagai pembanding atas hasil survei

lain yang memenagkan kubu Jokowi

–JK. dalam statemennya pengamat

menyarankan untuk melakukan

pengujian metodelogi terhadap

lembaga yang melakukan survei

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 41


Diagnose causes Dalam progam acara kemasan

hasil pemilu 2014 yang


Judul Presiden Pilihan
dilaksanakan pada tanggal 9 Juli
rakyat dengan tampil-
2014, versi hitung cepat dengan
an gambar hasil
judul Presi-den Pilihan Rakyat,
pemberitaan Quick
Framing Tv One menampilkan
Count Prabowo – Hatta
hasil Quick Count de-ngan
50,19% dan Jokowi
– JK 49,81 % dan hasil keung-gulan pasangan Pra-

menampilkan visualisa- bowo – Hatta sebe-sar 50,19

si yang lembaga- % - Joko-wi - JK 49,81%.

lembaga Survei yang Dengan memvisu-alisasikan

menyatakan bahwa lembaga – lembaga survei yang

Prabowo – Hatta unggul memenangkan Prabowo–

atas Jokowi – JK oleh Hatta, Tv One mengabar-kan

3 lembaga survei yang bahwa validitas hasil survei

ditampil-kan. keme-nangan pasangan tersebut

juga sama kredibelnya dengan

lembaga – lembaga lain yang

meme-nangkan Jokowi – JK

dalam Quick Count yang dibuat.

42 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


Make moral judgement Dalam progam acara kemasan

hasil pemilu 2014 yang

Judul Presiden Pilihan dilaksanakan pada tanggal 9 Juli

rakyat dengan tampil- 2014, versi hitung cepat dengan

an gambar hasil judul Presi-den Pilihan Rakyat,

pemberitaan Quick Framing Tv One menampilkan

Count Prabowo – Hatta hasil Quick Count de-ngan hasil

50,19% dan Jokowi keung-gulan pasangan Pra-bowo

– JK 49,81 %. Sudut – Hatta sebesar 50,19 % - Jokowi

visualisasi pemberitaan JK 49,81 %. Dengan memvisu-

menampilkan suasana alisasikan kegembiraan para

kegembiraan keme- pen-dukung Prabowo-Hatta,

nangan kubu Prabowo – Tv One mengabarkan bahwa

Hatta versi Quick Count para pendukung Prabowo –

Hatta yakin atas keme-nangan

Capresnya pada hasil hitung

cepat yang dilakukan oleh

lembaga survei. sama seperti

keyakinan pendukung capres

Jokowi – JK atas hasil surveinya.

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 43


Treatment Recommen- Dalam progam acara kemasan
dation hasil pemilu 2014 yang
dilaksanakan pada tanggal 9 Juli
Judul Presiden Pilihan 2014, versi hitung cepat dengan
rakyat dengan tampilan judul Presi-den Pilihan Rakyat,
gambar hasil pemberita- Framing Tv One menampilkan
hasil Quick Count de-ngan hasil
an Quick Count Prabowo
keung-gulan pasangan Pra-
– Hatta 50,19% dan
bowo – Hatta sebesar 50,19 %
Jokowi – JK 49,81 %.
- Jokowi JK 49,81 %. Dengan
Sudut visualisasi pem-
memvisu-alisasikan pidato
beritaan menampilkan
politik kemenangan Prabowo
Pidato Politik keme-
– Hatta, Tv One mengabar-
nangan pasangan Prabo-
kan bahwa Prabowo – Hatta
wo – Hatta dalam versi
juga telah melakukan deklarasi
Quick count
kemenangan pilpres dari hasil
hitung cepat.

Pendekatan Framing Model kekuatan politik Prabowo subianto – Hatta


Robert N. Entman pemberitaan Tv rajasa sebagai calon presiden terpilih versi
One program acara ”Presiden Pilihan quick count.
Rakyat” menunjukan bahwa arah Define Problems dalam bingkai
pemberitaan dari Tv One dalam progam program pemberitaan presiden pilihan
tersebut memiliki tujuan Ideologi dan rakyat adalah upaya penegasan bahwa

Politik untuk membangun persepsi pasangan Prabowo – Hatta Rajasa


publik bahwa Prabowo Subianto – Hatta sebagai pemenang Pilpres versi Quick

Rajasa adalah pemenang pemilu Presiden count. Diagnose causes bingkai program
versi hitung cepat lembaga survei. Hal pemberitaan tersebut di isi dengan
tersebut di indikasikan dari konten-konten visualisasi hasil survei yang memenangkan
pembingkaian pemberitaan yang dilakukan Prabowo-Hatta, tanpa menampilkan hasil
pada program presiden pilihan rakyat yang survei lain yang memenangkan Jokowi
sangat di dominasi untuk melegitimasi – JK. Make moral judgement dalam

44 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


pembingkai berita tersebut menampilkan atas kemenangannya.

uforia atau kegembiraan para pendukung Uraian diatas menyimpulkan bahwa

Prabowo hatta yang yakin atas kemenangan nilai ke berimbangan dan kenetralitasan

pasangan yang didukungnya, sama yakinya berita dan institusi media telah hilang

dengan pendukung Jokowi – JK yang unggul pada pemberitaan program tayangan yang

dari lembaga survei yang memenangkanya. mengupas tentang hasil pemilu 2014 pada

Treatment Recommendation menampilkan tanggal 9 Juli 2014 dengan judul acara

Prabowo – Hatta dengan deklarasi politik Presiden Pilihan Rakyat.

II. Analisa framing Model Robert N. Entman pemberitaan Metro Tv program


acara ”Presiden Pilihan Kita” 9 Juli 2014.

Frame Isi Pemberitaan Interpretasi

Define Problems
Dalam progam acara
Judul Presiden Pilihan kemasan hasil pemilu 2014
kita dengan tampilan yang dilaksa-nakan pada
gambar hasil pembe- tanggal 9 Juli 2014, versi
ritaan Quick Count hitung cepat dengan judul
untuk Jokowi –JK Presiden Pilihan Kita, Metro
52,96 % dan Prabowo Tv membingkai pesan berita
– Hatta 47,04 % . Sudut bahwa Jokowi – JK adalah
visualisasi berita meng-
capres dan cawapres terpilih
gambarkan seorang
dari lembaga - lembaga
presenter tengah mem-
survei yang kredibel. Dengan
bacakan berita keme-
nangan Jokowi - JK ha-nya me-nampilkan
dalam hitung cepat hasil lembaga survei yang
pilpres memenangkankan Jo-kowi
pada visualisasi beritanya

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 45


Diagnose causes
Dalam progam acara
kemasan hasil pemilu 2014
Judul Presiden Pilihan
yang dilaksa-nakan pada
kita dengan tampilan
tanggal 9 Juli 2014, versi
gambar hasil pembe-
hitung cepat dengan judul
ritaan Quick Count
Presiden Pilihan Kita,
untuk Jokowi –JK
Metro Tv membingkai
52,96 % dan Prabowo
pesan bersama dialog yang
– Hatta 47,04 %. Sudut
visualisasi berita meng- dilakukan bahwa hasil hitung
gambarkan dialog an- cepat harus dilakukan oleh
tara presenter Metro Tv lembaga yang kre-dibel dan
dan para Direktur Lem- dapat di pertanggung jawab-
baga Survei yang me-
kan metodeloginya. Pesan
lakukan Quick Count
yang ingin disampaikan
Pilpres
bahwa lembaga survei yang

melakukan quick count di

metro tv adalah lembaga

survei yang kredibel.

46 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


Make moral judge- Dalam progam acara
ment
kemasan hasil pemilu 2014

yang dilaksa-nakan pada


Judul Presiden Pilihan
tanggal 9 Juli 2014, versi
kita dengan tampilan
hitung cepat dengan judul
gambar hasil pembe-
Presiden Pilihan Kita, Metro
ritaan Quick Count
Tv membingkai pesan
untuk Jokowi – JK
suasana kegembiraan dari
52,68 % dan Prabowo
para pendukung Jokowi baik
– Hatta 47,32 %. Sudut
keluarga atau para tokoh
visualisasi berita meng-
dari partai politik yang
gambarkan suasana ke-
mengusungnya. pesan yang
gembiraan dan haru
ingin disam-paikan adalah
dari Keluarga Jokowi
keyaki-nan atas kemenangan
dan tokoh-tokoh politik
Jokowi dari hasil hitung
pendukung pasangan
cepat.
calon presiden Jokowi

– JK.

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 47


Treatment Recom- Dalam progam acara
mendation kemasan hasil pemilu 2014
yang dilaksa-nakan pada
Judul Presiden Pilihan
tanggal 9 Juli 2014, versi
kita dengan tampilan
hitung cepat dengan judul
gambar hasil pembe-
Presiden Pilihan Kita,
ritaan Quick Count
Metro Tv membingkai
untuk Jokowi – JK
pesan suasana Jokowi se-
52,78 % dan Prabowo
dang menyampaikan pidato
– Hatta 47,22 %. Sudut
kemenangan dirinya dari
Visualisasi berita men-
hasil quick count, pesan yang
gambarkan Capres Jo-
ingin disam-paikan adalah
kowi menyampaikan
dekla-rasi kemenangan
pidato kemengananya
Jo-kowi pada pemilihan
versi hitung cepat Quick
presiden versi quick Count.
Count

Pendekatan Framing Model Robert Jusuf kalla sebagai calon presiden terpilih

N. Entman pemberitaan Metro Tv program versi quick count.

acara ”Presiden Pilihan Kita” menunjukan Define Problems dalam bingkai

bahwa arah pemberitaan dari Metro Tv program pemberitaan presiden pilihan kita

dalam progam tersebut memiliki tujuan adalah upaya penegasan bahwa pasangan

Ideologi dan Politik untuk membangun Jokowi – Jusuf Kalla sebagai pemenang

persepsi publik bahwa Joko Widodo Pilpres versi Quick count. Diagnose

dan Jusuf Kalla adalah pemenang pemilu causes bingkai program pemberitaan

Presiden versi hitung cepat lembaga tersebut di isi dengan dialog dengan

survei. Hal tersebut di indikasikan dari mengundang para direktur lembaga survei

konten-konten pembingkaian pemberitaan yang memenangkan Jokowi – Jusuf Kalla,

yang dilakukan pada program presiden tanpa menampilkan hasil survei lain yang

pilihan kita yang sangat di dominasi untuk memenangkan Prabowo. Make moral

melegitimasi kekuatan politik Jokowi dan judgement dalam pembingkaiberita

48 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


tersebut menampilkan uforia atau III. Interpretasi perbandingan
nilai berita dari Tv One dan Metro
kegembiraan para tokoh politik dan
Tv
keluarga pendukung Jokowi – Jusuf Kalla
Fenomena Perbedaan nilai sebuah
yang yakin atas kemenangan pasangan
berita dan kepentingan ideologi politik
yang didukungnya, sama yakinya dengan
antara Tv One (Presiden Pilihan Rakyat)
pendukung Prabowo - Hatta yang unggul
dan Metro Tv (Presiden Pilihan Kita)
dari lembaga survei yang memenangkanya.
pada pemberitaan tentang hasil pemilihan
Treatment Recommendation menampilkan
presiden versi hitung cepat pada tanggal 9
Jokowi – Jusuf Kalla dengan deklarasi
Juli 2014 sangat menimbulkan kebingungan
politik atas kemenangannya.
dan keresahan di masyarkat. Nilai sebuah
Uraian diatas menyimpulkan bahwa
berita sebagai suatu fakta yang bebas dari
nilai ke berimbangan dan kenetralitasan
kepentingan bagi publik, menemukan
berita dan institusi media telah hilang
sebuah perjalanan baru dimana publik
pada pemberitaan program tayangan yang
sekarang harus memiliki nilai kekritisan
mengupas tentang hasil pemilu 2014 pada
didalamnya. Elaborasi mengidentifikasi
tanggal 9 Juli 2014 dengan judul acara
tentang kepentingan ideologi politik dari
Presiden Pilihan Rakyat.
kedua media tersebut. Dengan pendekatan

framing Robert N. Entman, berikut nilai

perbandinganya:

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 49


Tv One Metro Tv
Define Problems Define Problems

Dalam bingkai program pemberitaan Dalam bingkai program pemberitaan


presiden pilihan rakyat adalah upaya presiden pilihan kita adalah upaya penegasan
penegasan bahwa pasangan Prabowo – bahwa pasangan Jokowi – Jusuf Kalla sebagai
Hatta Rajasa sebagai pemenang Pilpres pemenang Pilpres versi Quick count.
versi Quick count.
Diagnose causes
Diagnose causes
Bingkai program pemberitaan tersebut di
Bingkai program pemberitaan tersebut
isi dengan dialog dengan mengundang para
di isi dengan visualisasi hasil survei
direktur lembaga survei yang memenangkan
yang memenangkan Prabowo-Hatta,
Jokowi – Jusuf Kalla, tanpa menampilkan
tanpa menampilkan hasil survei lain yang
hasil survei lain yang memenangkan
memenangkan Jokowi – JK.
Prabowo.
Make moral judgement
Make moral judgement
Dalam pembingkai berita tersebut
Dalam pembingkai berita tersebut
menampilkan uforia atau kegembiraan
menampilkan uforia atau kegembiraan
para pendukung Prabowo hatta yang
para tokoh politik dan keluarga pendukung
yakin atas kemenangan pasangan yang
Jokowi – Jusuf Kalla yang yakin atas
didukungnya, sama yakinya dengan
kemenangan pasangan yang didukungnya,
pendukung Jokowi – JK yang unggul dari
sama yakinya dengan pendukung Prabowo
lembaga survei yang memenangkanya.
- Hatta yang unggul dari lembaga survei yang
Treatment Recommendation memenangkanya
menampilkan Prabowo – Hatta dengan
Treatment Recommendation
deklarasi politik atas kemenangannya.
Menampilkan Jokowi – Jusuf Kalla dengan
deklarasi politik atas kemenangannya

50 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014


KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Nilai keberimbangan dan


Birowo, M. Antonius. 2004. Metode
kenetralitasan berita dan institusi media
Penelitian Komunikasi, Teori dan
telah hilang pada pemberitaan program
Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali.
tayangan yang mengupas tentang hasil

pemilu 2014 pada tanggal 9 Juli 2014


Bulaeng, Andi. 2004. “Metode Penelitian
dengan judul acara Presiden Pilihan Rakyat
Komunikasi Kontemporer”.
(Tv One) dan Presiden pilihan Kita (Metro
Yogyakarta: Andi
Tv). Persaingan Industri Media hari ini

ternyata bukan hanya pada ranah bisnis saja,


Bungin, Burhan. 2008. “Konstruksi
tetapi sudah merembet pada wilayah politis.
Sosial Media Massa”. Jakarta:
Hal ini terjadi karena keterlibatan para
Kencana Prenada Media
pemilik media dalam persaingan politik
Group.
hari ini. Secara umum, media massa, tidak

hanya terindikasi sebagai partisan,tapi juga


. 2006. “Metodologi Penelitian
gagal menjalankan perananya pada Pemilu
Kualitatif”. Jakarta: PT Raja
kemarin. Masyarakat tidak memiliki
Grafindo
keterampilan yang memadai untuk menilai

mana berita yang kredibel dan mana yang


. 2006. “Sosiologi Komunikasi”.
tidak. Untuk itu publik sekarang harus lebih
Jakarta: Kencana Prenada Media
kritis didalam menerima segala informasi
Group
yang diberikan oleh media massa.

Effendi, Onong Uchjana 2003. “Ilmu,

Teori, dan Filsafat Komunikasi”.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Eriyanto. 2011. “Analisis Framing”:

Konstruksi Ideologi, dan Politik

Media. Yogyakarta:

Lkis

Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014 51


Hamad, Ibnu. 1999. “Media Massa dan Pareno, Sam Abede. 2005. “Media

Konstruksi Realitas”, dalam Massa Antara Realitas dan

Jurnal Pantau. ISAI, 6 Oktober- Mimpi”. Surabaya: Papyrus

November 1999.

Saripudin & Quisyaini Hasan. 2003.


Kriyantono, Rachmat. 2009. “Teknik
“Tomy Winata Dalam Citra
Praktis Riset Komunikasi”.
Media: Analisis Berita Pers
Jakarta: Kencana Prenada
Indonesia”. Jakarta: JARI.
Media Group

Siahaan, Hotman M, dkk. 2001.


Littlejohn, Stephen W. & Karen A.
“Pers yang Gamang Studi
Foss. 2009. Teori Komunikasi:
Pemberitaan Jajak Pendapat
Theories of Human
Timor Timur”. Surabaya:
Communication”. Edisi
Lembaga Studi Perubahan
Kesembilan. Terjemahan oleh
Sosial dan Jakarta Institut
Mohammad Yusuf Hamdan.
Studi Arus Informasi.
Jakarta: Salemba Humanika

Severin, Werner J dan James W Tankard.


Mulyana, Deddy. 2006. “Metodologi
2008. “Teori Komunikasi :
Penelitian Kualitatif”.
Sejarah, Teori dan Terapan di
Bandung : PT Remaja
Dalam Media Massa”
Rosdakarya

Nurudin, 2007. “Pengantar Sobur, Alex. 2009. “Analisis Teks Media

Komunikasi Massa”. Jakarta: : Suatu Pengantar analisis

PT. Raja Grafindo Persada wacana, analisis semiotika, dan

analisis framing”. Bandung: PT


Oetama, Jacob. 1987. “Perspektif Pers
Remaja Rosdakarya
Indonesia”. Jakarta: LP3ES

Perdede, Pemmiliana. 2001. Vivian, John. 2008. “Teori Komunikasi

“Dramatisasi Cukup Massa”. Jakarta : Kencana

Dominan”. Jurnal Media Prenada Media Group.

Watch Kupas.Vol.3 No.2

52 Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai