Jurnal 2
Jurnal 2
Oleh:
AYUB DWI ANGGORO
Email:ayub_dwianggoro@umpo.ac.id
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Abstrak
Media pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini memiliki peranan
penting dalam kesuksesan dan keberhasilan suatu tujuan politik yang ditetapkan. Sebagai
saluran penyampai pesan, media khususnya televisi menjadi alat yang paling ampuh
untuk mempengaruhi, meyakinkan bahkan membentuk suatu opini di publik terkait isi-isi
berita yang disajikan secara audio dan visual. Kondisi pertarungan pilpres 2014 hari ini
antara telah membelah kekuatan korporasi/ perusahaan media. Pertarungan Politik media
yang paling mencolok adalah pertarungan antara Tv One berhadapan dengan Metro
Tv. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Framing Robert N. Entman, identifikasi
tentang penggunaan media televisi untuk kepentingan politik demi mencapai kekuasaan di
klasifikasikan dengan melakukan analisis bingkai sebuah peristiwa yang diberitakan yakni
berita soal Pilpres 2014 di kedua korporasi media tersebut melalui pembahasan Define
problems (Pendefinisian masalah) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli
2014 oleh Tv One dan Metro Tv , Diagnose causes (memperkirakan masalah atau sumber
masalah) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro
Tv, Make moral judgement (Membuat keputusan moral) tentang berita hasil pemilihan
Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv , Treatment recommendation
(Menekankan penyelesaian) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh
Tv One dan Metro Tv. Dari analisis tersebut ditemukan keberpihakan media pada pasangan
calon presiden dalam konten pemberitaan yang disiarkan. TV One membingkai program
pemberitaan yang mencitrakan Prabowo dan Hatta Rajasa sebagai pemenang Pemilu
2014-2019 sedangkan Metro Tv Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenang
pemilu 2014-2019.
ini akan menjalani momentum penting dan dukungan dari publik. Media adalah
pada perjalanan kehidupan berbangsa salah satu kebutuhan publik yang penting,
Legislatif yaitu memilih para anggota merupakan kebutuhan primer yang tidak
Dewan Perwakilan Rakyat mulai dari bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-
rakyat Indonesia memilih Presiden untuk politik yang ada saat ini, persaingan
periode 2014 hingga 2019. Fenomena yang ramai justru terjadi lewat jaringan
barupun lahir pada pertarungan konstalasi media massa baik cetak, elektronik
politik sekarang, proses perjalanan dalam ataupun media internet. Tokoh-tokoh yang
dan melewati berbagai macam saluran, lomba untuk membangun publisitas lewat
mulai dari pengerahan massa hingga media yang ada. Tokoh Capres yang
dinamika terbaru dalam pemilu tahun 2014 dijadikan ajang untuk melakukan promosi
kali ini. Dinamika tersebut menjadikan politik. Tujuan dari promosi politik adalah
pemilu kali ini menjadi berbeda dari untuk meraih simpati dari publik untuk
Proses demokratisasi untuk memilih di pesta demokrasi ini. Namun publik harus
para wakil rakyat dan pemimpin bangsa cerdas dalam memilih pemimpin yang
ini telah melahirkan sebuah fenomena nanti akan mewakilinya. Publik tidak boleh
dalam strategi kampanye politik baru. terjebak dalam pencitraan yang dibungkus
Pola-pola kampanye konvensional seperti oleh iklan politik, selian itu publik juga
pengerahan massa menjadi tidak begitu harus mengkritisi setiap rangkain peristiwa
populer di massa sekarang. Para tokoh yang tersaji dalam pemberitaan media
rangkain sajian berita yang di seting oleh Puskaptis dan JSI, Sementara Metro Tv
Persaingan Industri Media hari ini pilpres dengan tema program “Presiden
ternyata bukan hanya pada ranah bisnis Pilihan Kita” yang menempatkan LSI,
saja, tetapi sudah merembet pada wilayah SMRC, Cyruss Network, Litbang
politis. Hal ini terjadi karena keterlibatan Kompas,RRI,Indo Barometer dan Pool
politik hari ini. Secara umum, media massa, Tidak ada yang salah dan
juga gagal menjalankan fungsi publiknya dari masing-masing media televisi. Namun
pada Pemilu kemarin. Masyarakat tidak semua menjadi berubah ketika perbedaan
untuk menilai mana berita yang kredibel dan skema pemberitaan yang disiarkan
mengandalkan selera politik sebagai ukuran bahwa pasangan Prabowo – Hatta sebagai
atas informasi yang diterima. Masyarakat pemenag pemilu 2014, hingga mensetting
mudah terprovokasi oleh berita-berita yang program acara Presiden pilihan Rakyat
tak berdasar fakta dan sumber yang jelas. dengan headline Judul yang ditampilkan
politik ketimbang validitas informasi yang Prabowo dan Hatta yang mendeklarasikan
Media pada tanggal 9 Juli 2014, Metro Tv yang menampilkan kubu Jokowi –
pilpres secara cepat dengan membuat mensetting program Presiden Pilihan Kita
rangkaian program. Pada media Tv one, dengan yang ditampilkan hasil Quick
hasil hitung cepat setelah Quick Count Count serta melibatkan mayoritas statemen
kita mengklasifikasi, mengorganisasi dan semacam ini tentu saja berusaha mengerti
menginterpretasi secara aktif pengalaman- dan menafsirkan makna dari suatu teks
itu disebut frames, yang memungkinkan sama bisa jadi dibingkai berbeda oleh
memiliki perbedaan yang sangat menonjol yang digunakan dalam penelitian ini.
dengan analisis isi (content analysis). Menurut Robert N. Entman apa yang
Analisis isi dalam studi komunikasi kita ketahui tentang realitas atau tentang
Pada analisis isi, pertanyaan yang selalu Entman melihat framing dalam dua
muncul seperti apa saja yang diberitakan dimensi besar: seleksi isu dan penekanan
oleh media dalam sebuah peristiwa? Tetapi, atau penonjolan aspek-aspek tertentu
dalam analisis framing yang ditekankan dari realitas/isu. Framing dijalankan oleh
adalah bagaimana peristiwa itu dibingkai. media dengan menseleksi isu tertentu
Analisis framing yang menjadi pusat dan mengabaikan isu yang lain. Framing
teks. Framing, terutama, melihat bagaimana bagaimana perspektif atau cara pandang
pesan/ peristiwa dikonstruksi oleh media. yang digunakan oleh wartawan ketika
tertentu dari suatu aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut dipilih,
bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan
isu
dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu
untuk ditampilkan kepada khalayak.
Tabel 1.1. Dua Unsur Framing Media Versi Entman (Eriyanto, 2011: 222)
yang disajikan secara menonjol atau orang atau peristiwa yang diberitakan.
isu tertentu dan mengabaikan isu lain, bagaimana realitas hadir di hadapan
serta menonjolkan aspek isu tertentu khalayak. Seperti yang dikatakan Edelman,
dan menggunakan berbagai strategi apa yang kita tahu tentang realitas sosial
wacana serta penempatan yang mencolok pada dasarnya tergantung bagaimana kita
Entman, secara konsisten menawarkan dan siapa yang dianggap sebagai sumber
sebuah cara untuk mengungkap the power masalah. Oleh sebab itu, masalah yang
rekomendasi dalam suatu wacana untuk sumber masalah ini menjelaskan siapa
menekankan kerangka berpikir tertentu yang dianggap sebagai pelaku dan siapa
terhadap peristiwa yang diwacanakan. yang menjadi korban dalam kasus tersebut.
peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk
framing ke dalam empat elemen sebagai yang dikutip berhubungan denga sesuatu
(menekankan penyelesaian)
Elemen pertama ini merupakan
Elemen keempat ini dipakai
bingkai utama/master frame yang
untuk menilai apa yang dikehendaki oleh
menekankan bagaimana peristiwa
wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk
dimaknai secara berbeda oleh wartawan,
menyelesaikan masalah. Penyelesaian
maka realitas yang terbentuk akan berbeda
itu tentu saja sangat tergantung pada
b. Diagnose causes (memperkirakan
penyebab masalah) bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa
perspektif tertentu. Selain praktik dari praktik ideologi atau pencerminan dari
ada satu aspek lain yang sangat penting Jorge Larrain (1996) dalam Sobur
produksi teks, yakni bagaimana berita itu dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia
bisa bermakna dan berarti bagi khalayak. (worldview) yang menyatakan nilai-nilai
Stuart Hall dalam Eriyanto (2011: 141) kelompok sosial tertentu untuk membela
berita. Aspek ini berhubungan dengan mereka. Sedangkan secara negatif, ideologi
peristiwa tersebut sehingga relevan bagi yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan
bagaimana realitas itu dijelaskan dengan Sobur (2011: 64) menamakan ideologi
cara tertentu kepada khalayak. Diantara “himpunan ide-ide yang muncul dari
mendefinisikan realitas, fungsi pertama tertentu atau, secara lebih luas, dari
dalam ideologi adalah media sebagai sebuah kelas atau kelompok tertentu”.
Sebuah teks, kata Aart van Zoest bentuk-beentuk simbolis dipakai oleh
(Sobur, 2011: 60), tak pernah lepas mereka yang memiliki kekuasaan untuk
namun pada hakikatnya semua arti itu, dan keaagamaan atau filsafat sejarah,
menurut Magnis-Suseno dalam Sobur termasuk ideologi. Arti ketiga ini maunya
(2011: 66) dapat dikembalikan pada salah netral, tetapi dalam penilaian Magnis
satu (atau kombinasi) dari tiga arti, yakni: Suseno, sebenarnya bernada negatif juga
Secara spontan bagi kebanyakan ideologi” itu tidak rasional, di luar hal nalar,
orang, kata ideologi mempunyai konotasi jadi merupakan kepercayaan dan keyakinan
negatif, sebagai claim yang tidak wajar atau subjektif semata-mata, tanpa kemungkinan
misalnya negara- negara komunis. Arti semacam ini dapat dipakai untuk
dari ideologi netral ialah keseluruhan menjelaskan bagaimana prilaku dan realitas
sistem pikir, nilai-nilai, dan sikap dasar yang sama bisa dijelaskan secara berbeda
rohani sebuah gerakan, kelompok sosial karena memakai kerangka yang berbeda.
isinya: kalau isinya baik, ideologi itu ideologi yang berbeda akan menjelaskan
baik, kalau isinya buruk (misalnya, dan meletakkan peristiwa yang sama
membenarkan kebencian), dia buruk. tersebut ke dalam peta yang berbeda, karena
bagaimana peristiwa dilihat dan diletakkan nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik
dalam tempat-tempat tertentu. Seperti yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
yang dikatakan Mattew Kieran dalam Istilah konstruksi sosial atas realitas
dibentuk dalam ruang hampa. Berita terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter
diproduksi dari ideologi dominan dalam L. Berger dan Thomas Luckmann melalui
suatu wilayah kompetensi tertentu. Ideologi bukunya yang berjudul “The Social
yang dimaksud disini tidaklah selalu harus Construction of Reality, a Teatise in the
juga bisa bermakna politik penandaan atau menggambarkan proses sosial melalui
realitas tidak terjadi begitu saja tetapi dirinya dimana dia berada. Manusia tidak
akhir yang diperoleh adalah realitas yang yang lepas dari dunia luarnya. Manusia
sama dapat dipahami secara berbeda oleh berusaha menangkap dirinya, dalam proses
setiap orang tergantung dari konstruksi inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata
yang dilakukan dalam realitas tersebut lain, manusia menemukan dirinya sendiri
Bungin (2008: 14) mulai menjelaskan didapatkan baik mental maupun fisik dari
Realitas diartikan sebagai kualitas yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil
terdapat di dalam realitas-realitas yang itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang
diakui sebagai memiliki keberadaan (being) berada di luar dan berlainan dari manusia
itu nyata (real) dan memiliki karakteristik kebudayaan itu misalnya, manusia
Bungin (2008: 15) mengatakan terjadi dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun
individu. Proses dialektika ini terjadi ia adalah hasil dari kegiatan manusia.
manusia ke dalam dunia, baik dalam sebagai penghasil dari produk kebudayaan.
kegiatan mental maupun fisik. Proses ini Kebudayaan yang telah berstatus sebagai
merupakan sifat dasar manusia. Manusia realitas objektif, ada diluar kesadaran
kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi Eriyanto (2011: 18), berita yang muncul
kenyataan empiris yang bisa dialami oleh merupakan sebuah proses konstruksi
individu dipengaruhi oleh struktur dunia media, wartawan dan berita dengan cara
sosial. Dalam peoses ini, wartawan akan pandang tersendiri. Pada dasarnya studi
diamati oleh wartawan dan diserap ke pesan dan makna. Media massa semakin
dalam kesadaran wartawan. Secara tidak banyak dijadikan sebagai objek studi
dirinya ke dalam realitas tersebut untuk media massa itu sendiri sebagai intitusi
Oleh karena itu, konstruksi realitas saat ini. Media massa memproduksi pesan
sosial yang dilakukan wartawan sangat yang merupakan hasil konstruksi realitas
(Eriyanto, 2009: 25).
berpotensi untuk menggiring kita pada
yang ada dalam sebuah berita bukanlah realitas tetapi kehidupan politik tempat
sebuah peristiwa yang memang begitu media itu berada. Sistem politik yang
adanya, wartawanlah yang secara aktif diterapkan sebuah negara ikut menentukan
memproduksi dan mendefinisikan berita mekanisme kerja media massa negara itu
Media sebagai sarana penyalur pesan tidak Media bisa memperjelas sekaligus
hanya berfungsi sebagai saluran pesan dari mempertajam konflik atau sebaliknya:
bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi orang mempercayai sebuah citra sebagai
dari sekian banyak peristiwa yang terjadi, (Sobur, 2009: 170). Dalam memberitakan
peristiwa mana yang harus diliput oleh konflik, media seharusnya tidak melakukan
wartawannya kemudian dari sisi mana dramatisasi terhadap fakta. Karena hal
si wartawan harus melihat peristiwa itu langsung ataupun tidak langsung akan
tersebut. Pemilihan realitas oleh media memicu konflik lanjutan dan menjadi
Oleh karena itu media turut benar apa adanya tanpa adanya konstruksi
Dengan melihat realitas, berita dan media dari realitas (Eriyanto, 2011: 28). Proses
massa atau dengan kata lain tidak mudah pemaknaan realitas oleh wartawan sebagai
mempercayai apa yang disampaikan oleh aktor atau agen pembentuk realitas.
Fakta atau realitas yang diliput lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas
oleh wartawan. Proses pemahaman selalu wartawan tidak mungkin membuat jarak
melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga dengan objek yang hendak dia liput.
dan menuliskannya, ia secara sengaja atau Tipe penelitian ini ialah deskriptif
ketika memahami masalah. Dengan begitu, Kualitatif. Penelitian ini digunakan untuk
realistas yang kompleks dan tidak beraturan menggambarkan aspek tertentu dari
ditulis dan dipahami, untuk semua proses sebuah realitas yang dibingkai oleh Tv
itu melibatkan konsepsi, pemahaman yang One dan Metro TV menjadi sebuah berita
mau tidak mau sukar dilepaskan dari unsur yang kemudian menjadi realitas media
pandangan tertentu.
1. Objek Penelitian
9 Juli 2014 dengan Judul program berita dalam penelitian ini dilakukan penulis
dan mengkaji buku- buku, artikel serta membantu peneliti dalam mendefinisikan
yang diteliti untuk mendukung asumsi diungkap oleh media dan memperkirakan
analisis framing. Dalam hal ini, analisis informasi dalam konteks yang khas
framing dirasa mampu untuk mencari sehingga isu tertentu mendapat alokasi
tahu bagaimana Tv One dan Metro penempatan yang lebih besar daripada isu
Diagnose causes Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap
(memperkirakan masalah atau sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap
(membuat keputusan moral) moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendegitimasi suatu
tindakan?
Treatment Recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi
(menekankan penyelesaian) masalah / isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh
untuk mengatasi masalah?
I. Analisa framing Model Robert N. Entman pemberitaan Tv One program acara ”Presiden
Pilihan Rakyat” 9 Juli 2014.
meme-nangkan Jokowi – JK
Rajasa adalah pemenang pemilu Presiden count. Diagnose causes bingkai program
versi hitung cepat lembaga survei. Hal pemberitaan tersebut di isi dengan
tersebut di indikasikan dari konten-konten visualisasi hasil survei yang memenangkan
pembingkaian pemberitaan yang dilakukan Prabowo-Hatta, tanpa menampilkan hasil
pada program presiden pilihan rakyat yang survei lain yang memenangkan Jokowi
sangat di dominasi untuk melegitimasi – JK. Make moral judgement dalam
Prabowo hatta yang yakin atas kemenangan nilai ke berimbangan dan kenetralitasan
pasangan yang didukungnya, sama yakinya berita dan institusi media telah hilang
dengan pendukung Jokowi – JK yang unggul pada pemberitaan program tayangan yang
dari lembaga survei yang memenangkanya. mengupas tentang hasil pemilu 2014 pada
Define Problems
Dalam progam acara
Judul Presiden Pilihan kemasan hasil pemilu 2014
kita dengan tampilan yang dilaksa-nakan pada
gambar hasil pembe- tanggal 9 Juli 2014, versi
ritaan Quick Count hitung cepat dengan judul
untuk Jokowi –JK Presiden Pilihan Kita, Metro
52,96 % dan Prabowo Tv membingkai pesan berita
– Hatta 47,04 % . Sudut bahwa Jokowi – JK adalah
visualisasi berita meng-
capres dan cawapres terpilih
gambarkan seorang
dari lembaga - lembaga
presenter tengah mem-
survei yang kredibel. Dengan
bacakan berita keme-
nangan Jokowi - JK ha-nya me-nampilkan
dalam hitung cepat hasil lembaga survei yang
pilpres memenangkankan Jo-kowi
pada visualisasi beritanya
– JK.
Pendekatan Framing Model Robert Jusuf kalla sebagai calon presiden terpilih
bahwa arah pemberitaan dari Metro Tv program pemberitaan presiden pilihan kita
dalam progam tersebut memiliki tujuan adalah upaya penegasan bahwa pasangan
Ideologi dan Politik untuk membangun Jokowi – Jusuf Kalla sebagai pemenang
persepsi publik bahwa Joko Widodo Pilpres versi Quick count. Diagnose
dan Jusuf Kalla adalah pemenang pemilu causes bingkai program pemberitaan
Presiden versi hitung cepat lembaga tersebut di isi dengan dialog dengan
survei. Hal tersebut di indikasikan dari mengundang para direktur lembaga survei
yang dilakukan pada program presiden tanpa menampilkan hasil survei lain yang
pilihan kita yang sangat di dominasi untuk memenangkan Prabowo. Make moral
perbandinganya:
Media. Yogyakarta:
Lkis
November 1999.