Pemeriksaan Fisik
Gejala asma
o Tanpa gejala
o Ada gejala
Batuk, sesak, wheezing, ekspirasi memanjang
Tanda alergi
o Dermatitis atopic, rhinitis alergi
o Allergic shiners, geographic tongue
o Lihat kulit kiri-kanannya yang alergi tanda-tanda alergi
Pemeriksaan Penunjang
Uji fungsi paru paling sering dilakukan di Indonesia
o Spirometri
Apabila tidak bisa di spirometri (tidak bisa dipakai, anak tidak mampu dan
kooperatif) dicoba dengan bronkodilator obat salbutamol 3 – 5 hari
dengan dosis sesuai
Ada perbaikan Mengarah ke Asma
Tidak ada perbaikan (masih sesak napas) kasih steroid sistemik
Ada perbaikan (bronkodilator + steroid) Mengarah ke Asma
Tidak ada perbaikan (bronkodilator + steroid) Pikirkan diagnosis
lain
o Diagnosis Banding
Gejala klinis tidak sesuai dengan karakteristik asma sehingga perlu
dipertimbangkan kemungkinan diagnosis banding:
Inflamasi infeksi, alergi
o Rinitis, rinosinusitis
o Chronic upper airway cough syndrome
o Infeksi respiratori berulang
o Bronkiolitis
o Aspirasi berulang
o Defisiensi imun
o Tuberkulosis
Obstruksi mekanis
o Laringomalasia, trakeomalasia
o Hipertrofi timus
o Pembesaran KGB
o Aspirasi benda asing
o Vascular ring, laryngeal web
o Disfungsi pita suara
o Malformasi kongenital saluran respiratori
Patologi bronkus
o Bronkopulmonari dysplasia
o Bronkiektasis
o Diskinesia silia primer
o Fibrosis kistik
Kelainan sistem organ lain
o Penyakit refluks gastroesofagus/ GastroEsophageal Reflux
Disease (GERD)
o Penyakit jantung bawaan
o Gangguan neuromuscular
o Batuk psikogen
o Klasifikasi
Berdasarkan Umur
Asma bayi – baduta (bawah dua tahun)
Asma balita
Asma usia sekolah 5 – 11 tahun
Asma remaja 12 – 17 tahun
Dalam pedoman ini hanya dibedakan asma anak dan asma balita
Berdasarkan Fenotip
Asma tercetus infeksi virus
Asma tercetus aktivitas exercise induced asthma
Asma tercetus allergen
Asma terkait obesitas
Asma dengan banyak pencetus multiple triggered asthma
Dalam pedoman ini klasifikasi berdasarkan fenotip tidak digunakan
untuk kepentingan tatalaksana asma
Berdasarkan Kekerapan Timbulnya Gejala
Klasifikasi kekerapan dibuat pada kunjungan-kunjungan awal dan
dibuat berdasarkan anamnesis
Kekerapan:
o Asma intermiten
< 6 x/tahun atau jarak antar gejala ≥ 6 minggu
o Asma persisten ringan
> 1 x/bulan, < 1 x/minggu
Sering, tiap bulan muncul namun tidak setiap hari
atau seragan asma satu dengan yang lain tidak
berdekatan
o Asma persisten sedang
> 1x/minggu, namun tidak setiap hari
Sering muncul namun tidak setiap hari, hampir
setiap minggu
o Asma persisten berat
Gejala asma terjadi hampir setiap hari
Dalam pedoman ini, klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala dipakai
sebagai dasar penilaian awal pasien
Keterangan untuk membuat klasifikasi kekerapan:
o Klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala dibuat setelah
dibuat diagnosis kerja asma & dilakukan tatalaksana umum
(penghidaran pencetus) selama 6 minggu
o Jika sudah yakin diagnosis asma dan klasifikasi sejak
kunjungan awal, tatalaksana dapat dilakukan sesuai
klasifikasi
o Klasifikasi kekerapan ditujukan sebagai acuan awal
penetapan jenjang tatalaksana jangka panjang
o Jika ada keraguan dalam menentukan klasifikasi kekerapan,
masukkan ke dalam klasifikasi lebih berat
Berdasarkan Derajat Beratnya Serangan Butuh alat ukur saturasi Oksigen
Asma serangan ringan-sedang
o Bicara dalam kalimat
o Lebih senang duduk daripada berbaring
o Tidak gelisah
o Frekuensi napas
o Frekuensi nadi
o Retraksi minimal
o SpO2 (udara kamar) 90 – 95%
o PEF (Peak Expiratory Flow) 50% prediksi atau terbaik
Asma serangan berat
o Bicara dalam kata
o Duduk bertopang lengan
o Gelisah
o Frekuensi napas
o Frekuensi nadi
o Retraksi jelas
o SpO2 (udara kamar) < 90%
o PEF < 50% prediksi atau terbaik
Serangan asma dengan ancaman henti napas
o Mengantuk
o Letargi
o Suara napas tidak terdengar
Dalam pedoman ini klasifikasi derajat serangan digunakan sebagai dasar
penentuan tatalaksana
Berdasarkan Derajat Kendali
Asma terkendali penuh Well controlled
o Tanpa obat pengendali pada asma intermiten
o Dengan obat pengendali pada asma persisten
(ringan/sednag/berat)
Asma terkendali sebagian Partly controlled
Asma tidak terkendali Uncontrolled
Pada pedoman ini, klasifikasi derajat kendali dipakai untuk menilai
keberhasilan tatalaksana yang tengah dijalankan dan untuk penentuan
naik jenjang (step-up), pemeliharaan (maintenance) atau turun jenjang
(step-down) tatalaksana yang diberikan
Berdasarkan Keadaan Saat Ini
Tanpa gejala
Ada gejala
Serangan ringan-sedang
Serangan berat
Ancaman gagal napas
o Tahapan Penegakan Diagnosis
Diagnosis Kerja Asma
Dibuat sesuai alur diagnosis asma anak
Tatalaksana umum penghindaran pencetus, pedera, dan
tatalaksana penyakit penyulit
Diagnosis klasifikasi kekerapan
Dibuat dalam waktu 6 minggu
Dapat < 6 minggu bila informasi klinis sudah kuat
Diagnosis derajat kendali
Dibuat setelah 6 minggu menjalani tatalaksana jangka panjang awal
sesuai klasifikasi kekerapan
o Patofisiologi
o Pasien Risiko Tinggi
Bisa menjadi serangan yang lebih berat secara berat dari awal langsung
kasih steroid
Pasien dengan riwayat:
Serangan asma yang mengancam nyawa
Intubasi karena serangan asma
Pneumotoraks dan/ atau pneumomediastinum
Serangan asma berlangsung dalam waktu yang lama
Penggunaan steroid sistemik saat ini atau baru berhenti
Kunjungan ke UGD atau perawatan rumah sakit karena asma dalam
setahun terakhir
Tidak teratur berobat sesuai rencana terapi
Berkurangnya persepsi tentang sesak napas
Penyakit psikiatrik atau masalah psikososial
Steroid sistemik (oral/parenteral) perlu diberikan pada awal tatalaksana
o Tatalaksana
Tujuan tatalaksana serangan asma
Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin
Mengurangi hipoksemia
Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
Mengevaluasi dan memperbarui tatalaksana jangka panjang untuk
mencegah kekambuhan
Tatalaksana serangan asma di fasilitas pelayanan kesehatan
- TB
o Topik
Aspek Praktis
Diagnosis
Tatalaksana
TB Preventive Treatment (TPT)
o Definisi
Gejala khas pada TB:
Batuk lama > 2 minggu yang tidak membaik setelah pengobatan
Demam lama yang tidak ditemukan etiologinya
Penurunan BB/ BB tidak naik-naik, badan kurus, kadang anak
dantang dengan gizi buruk
Malaise
Paling sering pada anak yang lebih muda < 5 tahun
Kebanyakan kasus terjadi dalam 2 tahun pertama setelah terpapar/
terinfeksi
Umumnya dalam 1 tahun
Kasus yang paling banyak pada anak TB paru
Kebanyakan sputum smear (-) atau smear not done
Sputum smear positif Biasanya pada anak yang lebih tua
TB ekstraparu sering terjadi dan tipenya tergantung dengan umur
o Epidemiologi
Indonesia Peringkat ke-2 TB
o Tahapan TB pada anak
Setelah kontak dengan pasien TBC anak awalnya hanya terpapar/
Exposure (ada kontak TB), lihat apakah anak sudah terinfeksi/ Infection atau
belum (dibuktikan dengan Mantoux Tuberculin Skin Test/ TST)
Positif sudah ada kuman TB (bisa aktif atau dormant) evaluasi
gejala klinis dan mencari temuan bakteri di dalam badannya (periksa
dahak, dsb)
Pasien aktif TB/ Active TB didapatkan gejala sakit ditemukan
Batuk lama, demam lama, Penurunan BB, ada gejala
organ yang terlibat selain paru (spondylitis, dsb)
Mencari bukti infeksi (uji tuberkulin/test mantoux/
test IGRA (Interferon Gamma Release Assays)
Mencari bakteri dengan cara pemeriksaan dahak /
pemeriksaan prosedur induksi sputum untuk
mengeluarkan dahak
Exposed Terpajan
Asimptomatik
TST atau IGRA (-)
Chest X-Ray normal
Temuan Bakteri (-)
Infection (Latent TB infection/LTBI) Infeksi
Asimptomatik
TST atau IGRA (+)
Chest X-Ray normal
Temuan Bakteri (-)
Active TB Sakit
Simptomatik
TST atau IGRA (+/-)
Chest X-Ray (+) pada TB
Temuan Bakteri (+/-)
o Diagnosis
Aspek praktis dalam mendiagnosis TB Anak
Konfirmasi adanya TB bakteri
Tanda klinis TB
TST/IGRA (+) atau ada kontak dekat dengan pasien TB terkonfirmasi
X-ray thorax curiga TB
Rekomendasi pendekatan dalam mendiagnosis TB Anak
Riwayat
o Gejala TB
o Riwayat kontak pada kasus TB terkonfirmasi atau TB dewasa
Pemeriksaan klinis
o Status nutrisi
o Tanda TB ekstraparu
o Tuberculin Skin Test (TST/ Test Mantoux) atau IGRA
o Chest X-Ray (AP/ dekstra lateral)
o Bakteri yang terkonfirmasi apabila memungkinkan
o Pemeriksaan yang relevan pada kecurigaan TB Paru atau TB
Ekstraparu
o Test HIV
Riwayat kontak erat dengan pasien TB Paru Dewasa
Tanyakan hal-hal berikut:
o Seberapa erat kontaknya dengan sumber penularan?
o BTA/TCM sumber penularan positif/negatif?
Status dahaknya pada Tes Cepat Molekuler/TCM,
apakah terdeteksi:
Sedikit
Sedang
Banyak
o Di laboratorium RSMH ada
mesinnya Gene expert dari
dahaknya itu akan di evaluasi
apakah ada terdeteksi DNA MTB
Dilihat berapa banyak
kalau positif dilihat
apakah ada rifampisin yang
resisten
o Kapan kontak terjadi?
Sakit TB biasanya berkembang dalam 2 tahun
setelah kontak
Jika sumber penularan tidak dapat diidentifikasi selalu tanyakan
apakah ada yang batuk lama
o Jika iya anjurkan orang tersebut untuk pelacakan TB
Gejala Klinis (Sistemik-Lokal)
Tergantung Faktor:
o Kuman Jumlah & Virulensi
o Penjamu Usia, Kompetensi imun & Kerentanan pada awal
infeksi
o Serta interaksi keduanya
Tuberkulosis Ekstra Paru
o TB Tulang/sendi
o TB Kelenjar/ Skrofula
o TB Pleura
o Skrofuloderma
o TB Kutis
o TB Meningitis
o TB Abdomen
o TB sistem Retikuloendotelial
Hati
Sumsum Tulang
Lien
o TB Ginjal
o TB Jantung
Pemeriksaan Fisik
Tanda utama Suhu & Frekuensi napas
Tanda distres respirasi
Pembesaran kelenjar limfonodi cervical
Kelainan pada organ lain
Perkusi dan Auskultasi biasanya normal
o Pada TB Paru berat atau efusi pleura TB bisa ditemukan
kelainan
Pemeriksaan Penunjang
TST/ Tes Mantoux atau IGRA
o TST Positif:
Diameter indurasi ≥ 10 mm
Imunokompromais Diameter indurasi ≥ 5 mm
o IGRA
Bukti infeksi TB sama dengan Tes Mantoux
Pengambilan sampel darah di laboratorium
sebanyak 3 – 4 ml
Hasil dari laboratorium:
Positif
Indeterminate
Negatif
Foto Toraks
o Foto toraks Antero-Posterior (AP)
Dapat dilakukan Lateral Kanan apabila dibutuhkan
o Gambaran radiologis yang sugestif TB di antaranya:
Pembesaran KGB hilus sering
Konsolidasi
Milier
Kavitas
Efusi pleura
Atelektasis
Kalsifikasi
Pemeriksaan Histopatologi Patologi Anatomi
o Gambaran granuloma dengan nerkosis perkijuan di
tengahnya
o Gambaran sel datia langhans dan/atau kuman TB
Pemeriksaan Bakteriologis TB
o Pada TB Anak
Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan Sputum
Terutama pada:
o Anak > 5 tahun
o HIV (+)
o Gambaran kelainan paru luas
Cara mendapatkan sputum
Berdahak
Induksi sputum
Bilas lambung
TB Ekstra Paru
Aspirasi KGB
Cairan serebrospinal
o Mikroskopis BTA sputum 10 – 15% (+) dari anak sakit TB
o 5 – 7 kg 1 tablet
o 8 – 11 kg 2 tablet
o 12 – 16 kg 3 tablet
o 17 – 22 kg 4 tablet
o 23 – 30 kg 5 tablet
o > 30 kg (Fase intensif) OAT dewasa
Keterangan:
o KDT Anak Dispersible Tablet