Anda di halaman 1dari 23

dr. Fifi Sofiah, Sp.

A(K) --- Pendekatan Diagnostik Respiratorik


- Acute Respiratory Infections (ARI) Pediatrics
o Definisi
 Infeksi Respiratori Akut (IRA)
 Akut  anak 5 tahun >>
 Kemenkes  Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
 Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran
napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus,
rongga telinga tengah, pleura)
 Buku Ajar Respirologi
 Infeksi respiratory atas dan adneksanya hingga parenkim paru
 Akut  infeksi yang berlangsung hingga 14 hari
 Pneumonia  kemenkes
 Infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
o Gejala dan Tanda
 Rinorhea  Hidung meler
 Batuk
 Bersin
 Takipnea
 Chest indrawing  Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
 Penting dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI)
 Dispnea  sesak napas
 Nasal flaring  alea nasi
o Lubang hidung melebar saat bernafas
 Grunting
o Suara napas tambahan akibat penutupan glottis pada akhir
ekspirasi dengan tujuan untuk mencegah kolaps alveoli
 Head bobbing
o Kepala bayi mengangkat ke atas ke bawah setiap anak
bernafas
 Retraksi
o Tarikan dinding dada bagian bawah
 Sianosis
 Gejala/ tanda pada kasus yang memburuk
 Kesadaran menurun
 Kesulitan makan/ minum
 Kejang
o SKDI Dokter Umum
 ISPA  suatu kumpulan gejala yang mengarah ke problem < 2 minggu
 Acute Upper Respiratory Infection
 Rhinitis  4A
 Common Cold  4
 Acute Rhinosinusitis  2
 Pharyngitis  4A
 Tonsilitis  4A
 Otitis Media 4A
 Acute Lower Respiratory Infection
 Epiglotitis  3A
 Croup (Laryngotracheobronchitis)  3A
 Bronchitis  4A
 Bronchiolitis  3B
 Pneumonia (uncomplicated)  4A
 Pertusis  4A

- Pertusis
o Pada seorang anak yang lebih kecil  mengganggu intake makan dan minumnya
 Kompikasi yang lebih berat sampai perdarahan intrakranial  kejang
o Disebabkan oleh Bordetella pertussis
 Dapat dicegah dengan imunisasi sejak 2 bulan
o Masa inkubasi  6 – 20 hari
 Gejala timbul  7 – 10 hari terinfeksi
o Lama penyakit  6 – 8 minggu
o Fase penyakit
 Kataral  1 – 2 minggu
 Seperti influenza, batuk ringan, pilek, demam ringan, anorkesia
 Spasmodik/ paroksimal  1 – 4 minggu
 Terjadi paroksimal berupa batuk beruntun > 10 x/hari
 Batuk panjang tanpa inspirasi diantaranya dan diakhiri dengan
Whooping, berkeringat, gelisah bisa sampai muka merah/biru
o Selain whopping, Pada bayi bisa diakhiri dengan muntah
atau biru/henti napas, sakit berat, iritabel
 Konvalesen  2 minggu
 Pemulihan bertahap, berkurang dalam 2 – 3 minggu
 Apabila tidak terlalu berat  sembuh sendiri
 Apabila memberat, cenderung timbul gejala yang mengarah ke pneumonia
 tanda-tanda sesak napas

- Epiglotitis
o Suatu peradangan di epiglotis yang kebanyakan disebabkan oleh bakteri:
 Hemophylus influenza type B/ HiB >90%
 S. aureus
 S. pneumonia
 C. albicans
 Bisa juga virus atau trauma
o Gejala awal
 Batuk pilek biasa diiringi demam yang tidak terlalu tinggi dan akhirnya
menjadi tinggi
 Pada kondisi peradangan tersebut karena epiglottis merupakan suatu
tempat masuknya udara  suara napas berubah  terlihat seperti burung
gagak dan kadang-kadang suara serak bahkan hilang
 AIR RAID
 Airway closed
 Increased pulse
 Restlessness  Gelisah
 Retractions
 Anxiety increased
 Inspiratory stridor
 Drooling
 Tripod position
o Terkait dengan Usia
 Usia 2 – 7 tahun
 Usia Balita >>>  3,5 tahun
o Problem di epiglottis  hipoksia
 Susah mengambil napas
o Epiglottis yang begitu tebal  sempit sekali masuk suara
 Epiglotis merah dan bengkak, jaringan supraglotis mengalami inflamasi

o Tatalaksana
 O2, posisi duduk (Tripod position), Rute Intravena
 Trakeostomy atau Intubasi
 Gambaran rotgen
 Thumb sign  gambaran terlihat seperti jari jempol dan airway ada
udara yang kebawah tertutup  diperlukan intubasi pada pasien
epiglottitis

 Kultur
 Antibiotik Cephalosporin Generasi ke-3  berikan lebih cepat ec infeksi
Hemophylus influenza type B/ HiB
 Cefotaxime
 Ceftriaxone

- Croup
o Definisi
 Suatu gejala yang memang sering ditemukan pada anak dengan infeksi
saluran pernapasaan akut
 Laringotrakeobronkitis (LTB)
 Akut stridor pada anak  > 80%
 Menyebabkan obstruksi saluran napas
 Self limiting
 tapi terkadang berkembang jadi memburuk atau bahkan fatal
o Usia 3 bulan – 3 tahun
 Sering terjadi < 3 tahun, terutama pada bayi
 Tersering  1 – 2 tahun
 Jarang  < 3 bulan dan > 15 tahun
 Gejala tampak memberat pada anak kecil dibanding anak besar
 Karena saluran napasnya berbeda
o Gejala
 Onset lambat
 Mulai dengan batuk pilek, demam tidak tinggi, suara seperti gagak barking,
ada perubahan suara serak  problem bisa dimulai dari laring trakea
bronkus
 Pembengkakan di daerah trakea hingga kadang-kadang bisa sampai ke
bawah
 Barking cought dan suara gagak
 Stridor inspiratory
 Gejala bisa ringan sedang berat  bisa pengaruh kelembaban
 Menjelang malam hari lebih memberat
 Dapat berkembang ke tahap hipoksia
 Anak tampak gelisah
 Retraksi dinding dada
o Etiologi
 Virus  Human Parainfluenza Virus type 1 (HPIV-1)  60%
 Jarang:
 HPIV 2,3 & 4
 Adenovirus
 Influenza A & B
 RSV
 Measles
 Mycoplasma pneumonia  Bakteri
o Patogenesis
 Infeksi Nasofaringeal  menyebar ke epitel trakea & laring  inflamasi
berdifusi, eritema & oedema di trakea  gangguan pada gerakan pita suara
(vocal cord) & iritasi di area subglotis  suara serak
 Saluran napas atas obstruksi  mengalami turbulensi udara Stridor diikuti
retraksi dinding dada
 Memberat  penyempitan saluran napas atas hingga mengganggu
ke bawah
 Gangguan pada dinding dada dan abdomen  fatigue, hipoksia, hiperkapnia
(CO2)  Gagal napas (respiratory failure)
o Klasifikasi
 Klasifikasi umum
 Croup viral
o Infeksi respiratori Prodromal  gejala awal
o Obstruksi napas pada 3 – 5 hari terakhir
 Croup Spasmodik
o Riwayat positif atopi  hipersensitivitas setelah ajanan
allergen  peningkatan antibody IgE dalam sirkulasi
o Tidak ada gejala prodromal
 Berdasarkan derajat keparahan
 Ringan
o Terkadang barking cough
o Stridor tidak terdengar saat istirahat
o Retraksi ringan
 Sedang
o Sering barking cough
o Stridor dapat terdengar saat istirahat
o Retraksi dinding dada
o Respiratory distress (-)
 Berat
o Sering barking cough
o Stridor dapat terdengar saat istirahat
o Retraksi dinding dada
o Respiratory distress
 Impending distress napas
o Batur terkadang tidak jelas
o Stridor
o Kesadaran yang berubah (altered consciousness)
o Letargi
o Diagnosis Banding
 Epiglotitis akut
 Laringitis difteri
 Angioneurotik oedema akut
o Pemeriksaan Laboratorium
 Peingkatan sel darah putih (WBC)  > 20.000/mm3
 Terutama pada PMN  dapat timbul infeksi lainnya secara
bersamaan seperti epiglottitis
o Pemeriksaan penunjang
 Endoskopi/ bronkoskopi  pada pita suara (vocal cords)
 Melihat area trakea yang membengkak dan penyempitan muara
 X-ray
 Steeple sign/ Pencil sign  khas mengarah diagnsosi Croup

 Pembengkakan pada subglotis dan trakea  stridor dan tanda lain dari
obstruksi napas
 CT scan  pada kasus berat
 Merdampak pada jalan napas kecil  penyempitan bronkial,
oedema & atelectasis (paru kolaps ec alveoli tida diisi oleh udara)
o Tatalaksana
 Inhalasi  sebaiknya cold mist  melembabkan saluran napas, mengurangi
inflamasi, mucus menipis/berkurang
 Nebulisasi Epinefrin
 Indonesia  epinefrin standar  injeksi IV subkutan IM pada kasus
syok
o Dosis 0,5 ml/kgBB  masukan ke cup nebulizer 
nebulisasi ke pasien
o Max dosis  5 cc atau 5 ampul
 Pada gejala sendang-berat & dibitihkan intubasi
 Tidak ada remis setelah cold mist
 Hati-hati  kondisi nebulisasi pergerakannya cepat  efek
vasodilatasi di evaluasi
o Takikardi dan hipertensi
 Bantu dengan steroid  mengatasi inflamasi
 Dexametazone 0,6 mg/KgBB per oral ATAU 1 dosis IM  bisa
diulang dalam 6 – 24 jam
 Opsi lain
o Prednison/ metilprednisolon 1 – 2 mg/KgBB
ATAU
o Budesonide
 Nebulisasi 2 – 4 mg (2 ml)
 Bisa diulang dalam 12 – 48 jam awal
 Antibiotik
 Tidak wajib, hanya apabila ada tanda-tanda infeksi bakteri
o Terapi inisial/awal  Pakai cephalosporin generasi 2 dan 3
 Intubasi Endotrakeal
 Pada pasien berat yang tidak respons pada terapi lainnya
 Indikasi:
o Hiperkarbia (CO2) pada impending respiratory failure
o Stridor meningkat, RR, HR, rekraksi berat
o Sianosis, letargi, Kesadaran yang berubah
o Komplikasi
 Otitis media
 Dehidrasi
 Pneumonia  jarang
 Gagal jantung dan gagal napas  Pengobatan yang tidak adekuat

- Bronkitis
o Anak batuk, lendir lengket banyak dan susah ventilasi
 Upaya untuk melepaskan sekresi mukus yang tertahan di saluran napas 
mobilisasi
 Anak-anak dengan mobilisasi terganggu  CP, pasien dengan
ganngguan motorik, pasien tirah baring lama ec penyakit tertentu
o Inflamasi pada trakea dan bronkus
o Self limiting  biasanya sembuh dalma 2 minggu
o Dapat terjadi bersamaan dengan gangguan saluran napas yang lain
o Etiologi
 Di nasofaring berkumpul berbagai kuman  pada kondisi tertentu kuman
tersebut dapat terjadi patologis  dapat bermigrasi ke saluran napas
 Virus >>>
 Rhinovirus
 Respiratory Syncytial Virus (RSV)
 Virus Influenza
 Virus Parainfluenza
 Adenovirus
 Robeola
 Paramyxovirus
 Bakter  jarang
 Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemophilus
influenza, Mycoplasma pneumonia, Chlamydia sp.
 Pada anak yang tidak imunisasi  DPT (difteri, pertussis, tetanus)
o Bordetella pertussis
o Corynebacterium diptheriae
o Manifestasi klinis
 Didahului oleh infeksi non spesifik saluran napas atas  rhinitis & faringitis
 Batuk
 3 – 4 hari diikuti dengan rhinitis
 Kering, hacking cough  baruk produktif  sputup purulent
(disebabkan oleh migrasi leukosit, belum tentu infeksi bakteri) 
secara bertahap akan menipis/ encer
 Muntah
 Nyeri dada  pada anak yang lebih tua
o Tatalaksana
 Virus  terapi suprotif:
 Istirahat
 Intake cairan yang cukup
 Asetaminofen (jika diperlukan)
 Antibiotik  apabila etiologinya bakteri
 Infeksi Klamidia (penyakit menular seksual)
 Entromisin
 Tetrasiklin  anak usia > 9 tahun

- Bronkiolitis
o Peradangan pada bronkiolus  mengeluarkan sekresi mukus yang berlebihan 
adanya oedema
o Usia < 2 tahun, puncaknya 2 – 6 bulan
o Gejala klinis
 Nafas cepat, retraksi, wheezing/ mengi
o Sulit men DD dengan pneumonia
 Klinis demam batuk pilek dengan diikuti dengan sesak nafasnya tidak terlalu
berbeda
 Bronkiolitis  Ada sumbatan dan sekresi mukus berlebih  ventilasi lebih
ke arah ekspirasi yang terganggu
o Patofisiologi
 Infeksi pada epitel siliar di bronkiolus  inflamasi  oedema, sekresi
mukus, endapan sel debris  infiltrasi limfosit peribronkiolus & submukosa
oedema  obstruksi bronkiolus
o Etiologi
 Virus
 Respiratory Syncytial Virus (RSV) >>>
 Adenovirus
o Diagnosis
 Diagnsois berdasarkan etiologinya
 Pemeriksaan mikrobiologi
 Diagnosis klinis
 Gejala dan tanda
 Umur
 Sumber infeski
 Anamnesis
 Batuk, hidung meler
 Demam ringan
 Muntah  biasanya setelah batuk
 Dispnea  sesak napas
 Iritabilitas
 Anoreksia
 Sianosis
 Pemeriksaan Fisik
 Demam, takipnu, takikardi
 Nasal flaring
 Retraksi/ chest indrawing
 Prolong ekspirasi  ekspirasi memanjang
 Wheezing/mengi
 Gejala berat  sianosis, apnea
 Pemeriksaan Laboratorium
 Sel darah merah/ WBC  normal
o Infeksi Virus mendapatkan hasil WBC tidak tinggi
 Pemeriksaan Radiologi
 Hiperfentilasi diffuse  pasien obstruksi jalan nafas
o Diafragma datar
o Subkostal melebar
o Retrosternal space >
 Infiltrat peribronkiolus
 Efusi pleura  jarang
o Penumpukan cairan di antara jaringan yang melapisi paru-
paru dan dada
o Tatalaksana
 Suportif
 Kortikosteroid  untuk mengurangi inflamasi saluran nafas
o Dexametason 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 3 hari
 IVFD D5% + NaCl  sesuaikan dengan umur dan BB
 Oksigenasi
 Penyakit berat
 Rawat inap
 Intravenous Fluid Drip/ IVFD  pasien sesak nafas
 Oksigen  oskigenasi kurang, saturasi oksigen turun < 96%
 Antibiotik profilaksis tanda-tanda infeksi bakteri
o Epitel saluran nafas bisa terdegradasi  menyebablan
bakteri-bakteri yang sudah komensal di area rongga atas
bisa ke bawah  beri antibiotik profilaksis
o Kloramfenikol
 Dibagi 3 – 4 dosis, IV apabila dispnu/ sesak napas
 < 6 bulan  25 – 50 mg/kgBB/hari
 < 6 bulan  50 – 75 mg/kgBB/hari
ATAU
o Gentamisin
 Dosis 3 – 5 mg/kgBB/hari
 Dibagi dalam 2 dosis
o Jika dispnu membaik dengan antibiotik IV, dapat diganti
dengan Kloramfenikol oral atau eritromisin 30 – 50
mg/kgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis
 Bronkodilator  Masih diperdebatkan
 Pada kondisi berat bronkiolitis bisa diberikan
o Tidak mengambil efek bronkodilator dari golongan
salbutamol
o efek kerja obat terhadap mukus recurrent (berulang) dan
efek mengurangi oedema dari mukosa
 Kortikosteroid  masih diperdebatkan
 Pada peradangan berat untuk mengcover peradangannya
o Prognosis
 Natural history dan komplikasi
 Clinical findings yang lebih baik  dalam 3 – 4 hari
 Radiological features yang lebih baik  dalam 9 hari
o Komplikasi
 Obstruksi napas persisten  20%
 Gagal napas  25%
 Paru-paru Kolaps  jarang
o Bronkiolitis kadang-kadang dikaitkan dengan kejadian asma  30 – 50%
 Pada anak melihat apakah ada riwayat atopic pada keluarga pasien?
 Apakah anaknya ada alergi susu sapi atau telur?
 Orang tuanya ada rhenitis allergi?

- Pneumonia
o Definisi
 Pneumonia adalah suatu peradangan parenkimal paru yang disebabkan oleh
beberapa macam seperti infeksi, aspirasi, inhalasi, bahan kimia yang bisa
menyebabkan pneumonia dengan segala jenis pneumonianya
o Etiologi
 Bakteri Pneumonia >>
o Angka kesakitan dan kematian paling sering pada anak  penyakit utama anak pada
fasilitas yang belum memadai
o Diagnosis pneumonia dari sisi etiologi sangat penting mengarah tatanan
pengobatan selanjutnya
 Covid-19 menyebabkan gejala utama pneumonia pada semua usia
o Indonesia  10 negara tertinggi data pneumonia
 Pneumonia pada anak (< 5 tahun)
 Morbiditas (derajat sakit dalam populasi)  10 – 20%
 Mortalitas (jumlah kematian dalam populasi)  6/1000
 Kematian pada kasus Pneumonia
o 50.000/tahun
o 12.500/bulan
o 416/ hari
o 17/jam
o 1/menit
o Upaya pengendalian pneumonia
 Anamnesis  dari semua sisi digali
 Apakah ada faktor risiko yang ada pada anak?
o Bagaimana imunisasinya?
o Apakah anak minum asi eksklusif?
o Di rumahnya ada masak dengan menggunakan kayu bakar?
o Anak nutrisinya cukup?
o Ventilasi dan sirkulasi rumahnya ideal/ tidak?
o Bagaimana keluarganya mendapatkan pengobatan di
fasilitas kesehatan, apakah ada masalah/tidak?
 Promotif
 Menggalakkan:
o Antenatal Care (ANC)
 Imunisasi
o Asi ekslusif
o Gizi seimbang
o Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) / CTPS
o Mengurangi polusi udara
o Etika batuk
o Deteksi dini
o Perhatikan faktor risiko pneumonia dan ARI
 Malnutrisi, pemberian ASI yang tidak benar
 Defisiensi Vitamin A
 BBLR
 Suhu dingin
 Imunisasi yang kurang
 Usia muda
 Immunocompromised
 Sesak
 Prevalensi tinggi pembawa bakteri patogenik
nasofaringeal
 Terpapar polusi udara
 Asap tembakau  rokok
 Asap biomass
 Polusi lingkungan
 Preventif  Pencegahan
 Imunisasi
o DPT, Campak/MR, Hib, pneumokokus, influenza,
varisela/cacar air
o Kenali kelompok risiko tinggi
 Anak immunocompetent
 Anak dengan fungsi atau anatomi asplenia (tidak
ada limpa)
 Anak dengan kondisi immuncompromising
 Asma
 HIV
 Penyakit Jantng Bawaan
 DM
 Thalassemia
 Keganasan
 CKD
o Dari sisi etiologi  dapat memilah apakah disebabkan oleh
bakteri atau virus tertentu  klinis dan diagnosis kerjanya
selalu tetap diberikan antibiotik spectrum luas (broad-
spectrum)  tatanan dibantu karena ada gejala sakit yang
berat (sesak napas, takipnu, retraksi, rongki basah halus
nyaring)
 Neonatus – 20 hari
 Bakteri
o Escherichia coli
o Streptococcus group B & D
o Listeria monocytogenes
o Anaerobic organisms
o Streptococcus pneumonia
o Heamophilus influenza
o Ureaplasma urealyticum
 Virus
o Cytomegalovirus
o Herpes simplex
 3 minggu – 3 bulan
 Bakteri
o Chlamydia trachomatis
o S. pneumonia
o Bordetela pertussis
o H. influenza type B & nontypeable
o Moraxella catarrhalis
o Staphylococcus aureus
o U. urealyticum
 Virus
o Adenovirus
o Influenza virus
o Parainfluenza virus 1, 2, & 3
o Respiratory syncytial virus (RSV)
o Cytomegalovirus
 4 bulan – 5 tahun
 Bakteri
o Chlamydia trachomatis
o Mycoplasma pneumoniae
o S. pneumonia
o H. influenza type B
o M, catarrhalis
o Mycobacterium tuberculosis
o Neisseria meningitis
o Staphylococcus aureus
 Virus
o Adenovirus
o Influenza virus
o Parainfluenza virus
o Rhinovirus
o Respiratory syncytial virus (RSV)
o Varicella-zoster virus
 5 tahun – remaja
 Bakteri
o C. pneumoniae
o Mycoplasma pneumoniae
o S. pneumonia
o H. influenza
o Legionella species
o Mycobacterium tuberculosis
o Staphylococcus aureus
 Virus
o Adenovirus
o Epstein-Barr virus
o Influenza virus
o Parainfluenza virus
o Rhinovirus
o Respiratory syncytial virus (RSV)
o Varicella-zoster virus
 Patofisiologi
o Stadium I  Hyperemia/ kongesti
 Inokulasi mikroorganisme  respon peradangan 
akumulasi sel Morfonuklear pada submukosa &
ruang perivaskuler  obstruksi parsial jalan napas
 Penyakit bertambah berat jika sel alveolar tipe II
kehilangan integritas strukturalnya produksi
surfaktan berkurang  edema
o Stadium II  Hepatisasi merah
 RBC, fibrin, PMNs mengisi alveoli
o Stadium III  Hepatisasi kelabu
 Konsolidasi leukosit dan fibrin pada alveoli yang
terinfeksi
o Stadium IV  Resolutin
 Eksudat diabsorbsi oleh makrofag

 Diagnostik  Diagnosis Pneumonia


 Anamensis  Gejala Pneumonia
o Gejala Infeksi Umum
 Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan
, keluhan Gastrointestinal Tract (mual, mutah,
diare)
o Gejala Gangguan Respiratori
 Batuk, napas cepat, tanda dispnu, misalnya nafas
cuping hidung, grunting (merintih), stridor, head
bobbing, retraksi, sianosis
 Pemeriksaan fisik:
 Pekak perkusi
 Suara napas melemah
 Ronki
o Gejala Berat
 Penurunan kesadaran
 Kesulitan minum/makan
 Kejang
 Pemeriksaan Fisik
o Hitung napas
 Napas cepat  frekuensi napas lebih dari normal
berdasarkan usia
 < 2 Bulan  ≥ 60 x/menit
 2 – 12 bulan  ≥ 50 x/menit
 1 – 5 tahun  ≥ 40 x/menit
 5 – 8 tahun  ≥ 30 x/menit
o Lihat Tarikan Dinding Dada bawah ke dalam (TDD)
o Periksa Saturasi Oksigen
o Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)  Best practice
o Dokter dan dr. Sp Anak  mempertajam klinis dan
penunjang selain MTBS
 Pemeriksaan Penunjang
o Lakukan pemeriksaan saturasi oksigen pada semua pasien
yang dicurigai pneumonia
o Lakukan foto toraks jika memungkinkan

o Pemeriksaan Radiologi
 Tidak rutin dilakukan, indikasi:
 Gejala klinis yang berat
 Terapi yang tidak responsive
 Gejala klinis yang memburuk
 Infiltrat interstitial  meningkat
 Infiltrat alveolar  konsolidasi dengan air
bronchogram
 Konsolidasi pada 1 lobus  lobar
pneumonia
 Bronkopneumonia
 Infiltrat menyebar ke area perifer,
meningkatkan vaskular peribronkiolus

o Pemeriksaan Laboratorium
 WBC perifer (White Blood Cells)
 Pneumonia Viral
o Normal atau peningkatan yang tidak
lebih dari 20.000/mm3, dengan
limfosit predominan
 Pneumonia Bakteria
o Sering terjadi peningkatan sel darah
putih/ WBC 15.000 – 40.000/mm 3
dan granulosit (neutrofil, eosinofil,
basophil) predominan
 Rendah WBC/ Leukopenia  prognosis
buruk
 C-reaktif protein  tanda peradangan
 Infeksi virus  C-reaktif protein rendah
 Tidak ada bukti pasti untuk mebedakan
infeksi virus dengan bakteri
 Kuratif  Tatalaksana
 Terapi Kausatif  Menejemen komprehensif
o Pemberian Antibiotik yang cepat dan tepat  kunci sukses
dalam penatalaksanaan
 Biasanya antibiotik spectrum luas (broad-spectrum)
 Bisa dilihat di Buku pelayanan dasar

o Antibiotik empiris
 Tidak ada tes mikrobiologi cepat
 Identifikasi awal penyebab mikroorganisme tidak
memungkinkan
o Gejala ringan  rawat jalan, antibiotik oral
o Antibiotik:
 Prediktor etiologi terbaik  AGE
 Empiris vs temuan mikroorganisme
 Asal Pneumonia:
 Pneumonia didapat dari Komunitas  gram
positif
 Pneumonia didapat dari rumah sakit 
gram negatif
 Temuan spesifik radiologi  pneumonia lobaris,
pneumatocele)
 Gejala ringan  pasien rawat jalan dengan MTBS
 Amoksisilin 80 – 100 mg/kgBB/hari 
terbagi 2 dosis, bila tidak ada perbaikan
diganti dengan:
o Eritromisin 40 – 60 mg/kgBB/hari 
terbagi 3 – 4 disis
 Gejala memberat dengan adanya kondisi takipnu,
retraksi, dan tanda-tanda dispnu lainnya  dirawat
 Ampisilin 50 mg/kgBB
ATAU
Benzipenicillin 50.000 U/kgBB
IM/IV tiap 6 jam (minimal 5 hari)
 Dan Gentamisin 7,5 mg/kgBB via IM/IV
1x/hari (minimal 5 hari)
 Jika dalam 48 jam tidak membaik
 Gentamisin + kloksasilin 50 mg/kgBB IM/IV
tiap 6 jam
 Antibiotik lini ke-2
 Seftriakson 80 mg/kgBB IM/IV 1 x/hari
o Beberapa etiologi yang menjadi dasar dalam pemberian
antibiotik pada seorang anak dengan pneumonia

o Antibiotik yang direkomendasikan untuk Pneuomonia yang


didapat dari Komunitas/ masyarakat
 Terapi Suportif
o Gejala ringan  Rawat jalan
o Rawat inap:
 IVFD
 Terapi Oksigen
 Berikan oksigen pada anak SpO2 < 90%
ATAU
 Tanda:
o Sianosis sentral
o Kesulitan minum akibat sesak
o Merintih setiap kali bernapas
o Tarikan dinding dada yang berat
o Penurunan kesadaran
o RR > 70x/menit
 Evaluasi oksigen  apakah masih cukup
dengan berapa liter/menit atau perlu
ditambahkan
 Sumber oksigen:
o Tabung silinder
o Oksigen konsentrator
o Oksigen sentral
 Pemantauan & penyapihan terapi oksigen
 Setiap 3 jam perawat menilai apakah:
o Kondisi anak stabil
o Nasal prong terletak pada
tempatnya
o Tidak ada plak mukus
o Koneksi ke sumber oksigen tetap
terjaga (flow rate)
o Saturasi oksigen baik
o Setiap hari oksigen dititrasi secara
bertahap
o Dapat dihentikan jika:
 klinis membaik
 Saturasi oksigen > 90% pada
udara ruang
o Pastikan saturasi > 90% dalam 15
menit saat penghentian
 Pantau 30 menit berikutnya
 Selanjutnya tiap 3 jam pada
hari pertama
o Jika stabil oksigen dapat dihentikan
 Analgetik/ Antipiretik
o Terapi suportif lain
 Pastikan potensi jalan napas
 Antipiretik jika demam tinggi
 Jika mengi dapat diberikan bronkodilator
 Status hidrasi:
 Atasi dehidrasi/ jika perlu koreksi suhu
 Asupan ASI/ oral jika mungkin
 Jika tidak bisa oral  beri NGT koreksi
gangguan elektrolit dan asam basa
o Komplikasi
 Jika dalam 48 – 72 jam klinis tidak membaik/ bahkan memburuk, pikirkan
komplikasi:
 Lakukan pemeriksaan foto toraks
o Pneumatocele
o Effusi parapneumonik  termasuk empiema
 Tatalaksana:
 Drainase  analisis cairan pleura, pulasan
gram & kultur kuman
 Ampisilin ATAU kloksasilin 50 mg/kgBB
IM/IV + Gentamisin
Jika anak membaik (minimal 7 hari
pemberian Antibiotik) lanjutkan dengan:
o Kloksasilin oral selama 3 minggu
Jika gejala menetap dengan terapi yang
adekuat  eksplorasi ke arah HIV & TB
o Pneumotoraks/ pneumomediastinum
 Biasanya sekunder: Pecahnya alveoli atau
mikroorganisme penghasil gas  penumpukan
udara dalam rongga pleura
 Tatalaksana:
 Pemasangan Chest Tube Drainage (Water
Seal Drainage/ WSD)
o Abses paru

 Tatalaksana:
 Ampisilin ATAU kloksasilin 50 mg/kgBB
IM/IV tiap 6 jam + Gentamisin
Jika anak telah membaik (minimal 7 hari
pemberian Antibiotik) lanjutkan dengan:
o Kloksasilin oral selama 4 minggu
 Terapi Bedah  abses paru yang berukuran
besar atau dengan hemoptisis/ batuk darah
& perburukan gejala walaupun sudah
diberikan antibiotik
o Sepsis  syok septik, penyebaran infeksi ke organ lain
seperti meningitis, peritonitis, dll
 Komplikasi lain:
 Perikarditis
 Penyebaran secara Hematologik  melalui pembuluh darah
o Meningitis  raddang selaput otak & sumsu tulang
belakang
o Osteomielitis  radang tulang
o Artritis supuratif
o Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Integrated Management Childhood Illness
(IMCI)  Suatu tatanan manajemen dari para petugas lain (perawat, bidan) selain
dokter yang berada di poli MTBS  membantu dokter dalam screening  kalau
berat akan konsul ke dokter
- Covid-19
o Anamnesis
 Selalu ada gejala yang mengarah panas demam batuk pilek dan kkriteria
epidemiologis
 Kriteria epidemiologis
 Apakah ada kontak erat dengan pasien Covid-19?
 Adakah pasien anak ini berasal dari zona merah?
 Adakah pasien ini dari perjalanan ke arah zona merah?
 Pasien ini kondisi akutnya tidak ada penyebab lain
o Kriteria Gejala dan Manifestasi Klinis Pada Anak
 Tanpa Gejala
 Tidak ada gejala klinis
o Pasien tidak memiliki gejala apapun
 Sakit Ringan
 Sakit ringan tanpa komplikasi
o Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam, batuk,
nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala,
nyeri otot
 Sakit Sedang
 Pneumonia ringan
o Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau
kesulitan bernapas, napas cepat
o Frekuensi napas:
 < 2 bulan  ≥ 60 x/menit
 2 – 11 bulan  ≥ 50 x/menit
 1 – 5 tahun  ≥ 40 x/menit
o Dan tidak ada tanda pneumonia berat
 Sakit Berat
 Pneumonia Berat/ ISPA Berat
o Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas,
ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
 Sianosis sentral atau Sp02 <90%
 Distress pernapasan berat
 Mendengkur
 Tarikan dinding dada yang berat
 Tanda pneumonia berat
 Ketidakmampuan menyusui atau minum
 Letargi
 Penurunan kesadaran
 Kejang
o Tanda lain pneumonia yaitu tarikan dinding dada, takipneu:
 < 2 bulan  ≥ 60 x/menit
 2 – 11 bulan  ≥ 50 x/menit
 1 – 5 tahun  ≥ 40 x/menit
 5 – 8 tahun  ≥ 30 x/menit
o Diagnosis ini berdasarkan klinis  pencitraan dada dapat
membantu penegakan diagnosis dan dapat menyingkirkan
komplikasi
 Sakit Kritis
 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
o Lihat tabel kriteria ARDS pada anak
 Usia
 Eksklusi pasien dengan perinatal
 Waktu
 Dalam 7 hari sejak onset penyakit
 Penyebab edema
 Gagal napas yang tidak dapat dijelaskan
oleh gagal jantung atau kelebihan cairan
(fluid overload)
 Radiologis
 Infiltrat baru konsisten dengan penyakit
paru akut
 Oksigenasi  Pediatric Acute Respir atory Distress
Syndrome
 Ventilasi mekanis non invasif
o Ringan
 Masker full face  4 ≤ O ≤ 8
 Ventilasi mekanis invasif
o Sedang
 Masker full face  8 ≤ O ≤
16
o Berat
 Masker full face  O ≥ 16
 Ventilasi bi-level atau CPAP ≥ 5 cm H2O
o Algoritma

Anda mungkin juga menyukai