Anda di halaman 1dari 4

Sekitar 70% epilepsi pada anak akan berespons baik terhadap OAE lini pertama atau lini

kedua. Jika OAE lini pertama dan lini kedua masing-masing gagal sebagai monoterapi,
peluang untuk mencoba monoterapi lain dalam memberantas kejang sangat kecil, sehingga
terapi OAE kombinasi patut dipertimbangkan.
- Pilhan OAE pertama

Kejang fokal terjadi karena adanya lesi pada satu bagian dari cerebral cortex, di mana pada
kelainan ini dapat disertai kehilangan kesadaran parsial. Sedangkan pada kejang umum, lesi
mencakup area yang luas dari cerebral cortex dan biasanya mengenai kedua hemisfer cerebri.
Kejang mioklonik, tonik, dan klonik termasuk dalam epilepsi umum.

 Selain pengobatan secara medikamentosa, apakah terdapat terapi dengan non-


medikamentosa pada kasus epilepsi?
o Jadi untuk anak epilepsi terapi primer nya itu dengan obat anti epilepsi.
Namun bebrapa pasien (> 30%) pasien epilepsi tidak mencapai seizure control
dengan obat anti epilepsi yang menjadi epilepsi refrakter. Terdapat
tatalaksana/terapi non-medikamentosa yang dapat dilakukan pada pasien
apabila tidak tercapainya bebas kejang/ tidak ada respons terhadap obat anti
epilepsi setelah diberikan dua/ lebih obat anti-epilepsi dengan dosis yang
adekuat (dalam bentuk monotrapi maupun kombinasi) yang dideskripsikan
sebagai epilepsy refrakter. Yang pertama ada:
 Diet ketogenik
 Diet ketogenik adalah diet dengan kandungan lemak yang
tinggi, rendah karbohidrat, dan cukup protein. Diet ini
menghasilkan energi untuk otak bukan dari glukosa sebagai
hasil glikolisis, namun dari keton sebagai hasil oksidasi asam
lemak. Rasio lemak dengan karbohidrat dan protein adalah 3:1
atau 4:1 (dalam gram). Diet ketogenik dapat diberikan sebagai
terapi adjuvan pada epilepsi intraktabel dan dapat menurunkan
frekuensi kejang.
 Namun perlu diingat, diet ketogenik pada anak usia 6-12 tahun
dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat, batu ginjal, dan
fraktur. Inisiasi diet ketogenik pada pasien rawat jalan sama
efektifnya dengan inisiasi di ruang rawat inap. Suplementasi
multivitamin bebas gula, kalsium dan vitamin D, serta garam
sitrat (untuk mengurangi risiko batu ginjal) dapat diberikan.
 Tindakan Bedah
 Sebagian besar epilepsi pada anak dapat dikontrol dengan
terapi medikamentosa. Tindakan bedah saraf dapat
dipertimbangkan pada sebagian kecil penyandang epilepsi yang
tetap mengalami kejang meskipun telah mendapat terapi OAE
kombinasi, terdapat kontraindikasi atau gagal dengan diet
ketogenik.
 Terapi bedah dikerjakan hanya jika tidak ada sumber
epileptogenik lain di luar area yang direncanakan akan
direseksi. Tindakan tersebut dapat berupa pengangkatan area di
mana kejang bermula atau pengangkatan lesi yang menjadi
fokus epileptik. Pemilihan jenis operasi berdasarkan tipe dan
lokalisasi kejang. Jika bedah kuratif tidak mungkin dikerjakan,
anak dengan epilepsi intraktabel harus dirujuk untuk prosedur
bedah paliatif.
 Stimulasi nervus vagus
Stimulasi nervus vagus merupakan terapi adjuvan yang
dilakukan pada pasien dengan kejang intraktabel dan bukan
merupakan kandidat terapi bedah reseksi. Terapi stimulasi
nervus vagus dilaporkan efektif dalam mengurangi frekuensi
kejang pada epilepsi parsial dan epilepsi umum serta sindrom
Lennox-Gastaut yang refrakter terhadap terapi medikamentosa.
Evaluasi dan keputusan tindakan bedah harus dilakukan pada
institusi khusus yang menangani bedah epilepsi.

 Apakah terdapat efek samping pada pemberian obat anti-epilepsi?


Jadi untuk efek sampinya itu,kalau pada penggunaan
- karbamazepine, efek sampingnya ada:
 Diplopia, ataksia, mengantuk, pusing, icterus, anemia, sindroma
steven jhonson
 Asam valproate  nyeri perut, rambut rontok, peningkatam BB,
trombositopenia, hepatitis
 Fenitoin  hiperplasi gusi
 Fenobarbital  mengantuk, gangguan sifat berupa hiperaktifitas,
hiperiritabilitas dan agresifitas, gangguan kognitif dan daya ingat

- Asam valproate
o Peningkatan BB
 Valproat berkaitan dengan penambahan berat badan pada anak dan
remaja. Kelebihan berat badan pada awal terapi merupakan prediktor
yang bermakna untuk peningkatan berat badan selanjutnya selama
pemakaian obat tersebut
o Gangguan fungsi hati
 Asam valproat berhubungan dengan peningkatan enzim transaminase
hati dan kadar amonia darah namun biasanya asimtomatik.
Peningkatan enzim transaminase kurang dari tiga kali nilai normal dan
asimtomatik tidak memerlukan penghentian OAE. Bila kadar enzim
transaminase meningkat lebih dari tiga kali, maka kadarnya perlu
diulang beberapa minggu kemudian dan OAE dihentikan bila kadarnya
meningkat secara cepat dan simtomatik. Hepatotoksisitas akibat asam
valproat biasanya terjadi pada anak berusia kurang dari 3 tahun dan
terjadi dalam 6 bulan pertama pemberian. Namun seringkali anak-anak
tersebut tidak hanya mendapat asam valproat, tetapi mendapat
politerapi, serta diduga terdapat kelainan metabolik yang mendasari,
misalnya defek siklus urea, asiduria organik, storage disease, atau
kelainan metabolik bawaan lainnya.
- Fenobarbital
o Gangguan Kognitif
 Orangtua kerap melaporkan perubahan fungsi kognitif akibat efek
samping OAE, namun beberapa studi berkualitas tinggi menunjukkan
bahwa tidak terdapat gangguan kognitif pada pemberian klobazam,
valproat, karbamazepin, atau fenitoin. sedangkan Fenobarbital dapat
menyebabkan gangguan kognitif pada anak.
- Fenitoin
o Hipertrofi gusi
 Hipertrofi atau pembesaran gusi sering berkaitan dengan fenitoin,
namun jarang terjadi pada natrium valproat dan vigabatrin. Hal
tersebut dapat dicegah dengan higiene oral yang baik, yang pada
beberapa anak cukup sulit, terutama pada anak dengan kesulitan fisik
dan belajar.
 Myofibroblast dan sitokin diinduksi oleh fenitoin. Fibroblas yang
diaktifkan fenitoin menghasilkan IL-6, IL-1, dan IL-8 dalam jumlah
besar. Mediator tersebut mampu mengaktifkan proliferasi sel T dan
adanya neutrofil di jaringan, membangun interaksi langsung antara
sistem kekebalan tubuh dan jaringan ikat.Selain itu plak gigi dalam
etiologi pada pembesaran gingiva yang disebabkan oleh fenitoin adalah
sebagai respon inflamasi, lokal sehingga gingiva mengalami
pertumbuhan yang cepat.
- Karbamazepin
o Leukopenia dan agranulositosis
 Penggunaan karbamazepin berhubungan dengan leukopenia yang
terjadi dalam 2-3 bulan pertama terapi. Anemia dan agranulositosis
dilaporkan dapat terjadi namun sangat jarang, dengan perkiraan
insidens 2 dari 575.000 paparan. Pada keadaan leukopenia dan
agranulositosis, jumlah leukosit dan hitung jenis diulang setiap 3-4
minggu mencapai nilai normal. Jika nilai absolute neutrophil count
(ANC) kurang dari 1000, maka pemberian karbamazepin harus
dihentikan

Pemberian OAE harus mempertimbangkan risiko dan manfaat. Pedoman ini mengevaluasi
efikasi dan keamanan OAE berdasarkan bukti ilmiah terbaru. Rekomendasi dibuat untuk
setiap OAE, tanpa memandang status lisensi masing-masing obat di Indonesia. Faktor
akseptabilitas OAE sangat menentukan kepatuhan berobat. Selain itu, ketersediaan obat
secara konsisten dan kontinu juga menjamin keberhasilan terapi

Pada epilepsi yang baru terdiagnosis, semua kelompok usia, dan semua jenis kejang,
beberapa uji klinik acak menunjukkan bahwa karbamazepin, asam valproat, klobazam,
fenitoin, dan fenobarbital efektif sebagai OAE, namun penelitian tersebut tidak dapat
membuktikan perbedaan yang bermakna antara obat-obat tersebut dalam hal efikasi obat-obat
tersebut. Selain efikasi, efek samping OAE pun harus dipertimbangkan terlebih dahulu
sebelum memilih OAE.

Anda mungkin juga menyukai