Anda di halaman 1dari 12

Ilya, Dede, Sofia; Manajemen Program Bimbingan Konseling Sekolah ...

103

Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 9 (2), 2019 103-114


Copyright ©2019 Universitas PGRI Madiun
ISSN: 2088-3072 (Print) / 2477-5886 (Online)
Available online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK
DOI: 10.25273/counsellia.v9i2.4808

Manajemen Program Bimbingan Konseling Sekolah Menengah


Pertama

Ilya Aida Darliyan Fitri1, Dede Rahmat Hidayat2, Sofia Hartati3


1
Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
ilyadarliyan_bk16s2@mahasiswa.unj.ac.id
2
Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
dederhidayat@unj.ac.id
3
Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
sofiahartati@unj.ac.id

Abstrak
Manajemen bimbingan konseling yang dibuat secara sistematis akan menciptakan
layanan bimbingan konseling yang efektif dan efisien bagi peserta didik. Salah
satunya dengan cara dibuatnya program bimbingan konseling yang jelas,
terorganisir dan rasional. Namun dalam membuat program bimbingan konseling,
terdapat beberapa kendala diantaranya adalah minimnya anggaran untuk kegiatan
bimbingan konseling di sekolah, minimnya keterampilan yang dimiliki guru
bimbingan konseling dalam merencanakan program bimbingan konseling.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran manajemen bimbingan
konseling, kelebihan serta kekurangan program di tiap sekolah. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan hasil temuan diatas hanya SMPN
259 melaksanakan manajemen program layanan bimbingan konseling lebih baik
atau unggul dibanding yang lainnya. Masing-masing program memiliki kelemahan
dan kelebihan dan mungkin jika disatukan akan menjadi program yang lebih baik.

Kata Kunci: Manajemen, Program, Bimbingan Konseling

Abstract
Management of guidance counseling is systematically created effective and
efficient guidance counseling services for students. One of them is by
making a clear, organized and rational guidance counseling program.
However, in making guidance counseling programs, there are several
obstacles including the lack of budget for counseling guidance activities in
schools, the lack of skills possessed by school counselor in planning
guidance counseling programs. This research was conducted to determine
the description of management of guidance counseling, advantages and
disadvantages of the program in each school. This research uses a
descriptive method. Based on the above findings, only SMPN 259
implements better counseling program management services or guidance
compared to the others. Each program has weaknesses and strengths and if
united would be better program.

Keywords: Management, Program, Guidance Counseling

103
104 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 9 No.2, November 2019 | 103-114

PENDAHULUAN pendidikan pada kegiatan bimbingan


Sekolah menjadi salah satu cara konseling di sekolah, minimnya
untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru
keterampilan yang dibutuhkan sesuai bimbingan konseling dalam
dengan tuntutan zaman. Sekolah merencanakan program bimbingan
dapat memberikan layanan konseling. Penelitian lain
bimbingan konseling bagi peserta menunjukkan bahwa guru bimbingan
didik agar mereka dapat konseling di Kabupaten Gunungkidul
mengembangkan potensinya sesuai masih dalam kategori sedang, artinya
dengan tahap perkembangan. Tujuan belum semua guru bimbingan
utama layanan bimbingan dan konseling memiliki pemahaman baik
konseling di sekolah adalah mengenai program bimbingan
memberikan dukungan pada konseling komprehensif (Bhakti,
pencapaian kematangan kepribadian, Kumara, & Safitri, 2017).
keterampilan sosial, kemampuan Sebelum merencanakan program
akademik, dan bermuara pada bimbingan konseling baiknya
terbentuknya kematangan karir melakukan asesmen kebutuhan
individual yang diharapkan dapat kepada peserta didik. Program
bermanfaat di masa yang akan bimbingan konseling dapat berjalan
datang (Rahman, 2009). dengan efektif bila didasarkan pada
Manajemen bimbingan kebutuhan nyata dan sesuai dengan
konseling yang dibuat secara kondisi objektif perkembangan
sistematis akan menciptakan layanan peserta didik (Kurniawan, 2015).
bimbingan konseling yang efektif Saat ini Indonesia dikenal dua
dan efisien bagi peserta didik. Salah macam program bimbingan
satunya dengan cara dibuatnya konseling yaitu bimbingan konseling
program bimbingan konseling yang dengan pola 17 dan 17+ atau
jelas, terorganisir dan rasional. bimbingan konseling komprehensif.
Selain itu, penyelenggaraan suatu Berdasarkan lampiran
program bimbingan dan konseling permendikbud tahun 2014 nomor 111
agar terlaksana dengan baik maka program bimbingan konseling
harus dilakukan dalam suatu alur cenderung mengacu pada model
manajerial yang utuh mulai dari bimbingan konseling komprehensif
planning, designing, implementing, karena adanya empat komponen
evaluating, dan improving (Gysbers, program bimbingan konseling yaitu
Norman, C. and Henderson, 2012). layanan dasar, layanan responsif,
Namun dalam membuat program layanan perencanaan individual dan
bimbingan konseling memiliki dukungan system (Peraturan Menteri
beberapa kendala diantaranya adalah nomor 111, 2014). Model program
minimnya anggaran untuk bimbingan konseling komprehensif
Ilya, Dede, Sofia; Manajemen Program Bimbingan Konseling Sekolah ... 105

dapat disebut juga dengan Model mempengaruhi keterampilan sosial,


Missouri. Model program bimbingan kepercayaan diri dan kesehatan
konseling komprehensif merupakan mental peserta didik (Escapa & Julià,
skema atau bagan organisasi yang 2018; Furqon dan Badrujaman,
terdiri dari gambaran prosedur dan 2014).
sistem (Cobia & Henderson, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk
Model bimbingan konseling mengetahui gambaran manajemen
komperhensif dibagi kedalam empat program bimbingan konseling di tiga
bidang (ASCA National model, Sekolah Menengah Pertama di
2012). ASCA (Asosiasi Guru BK Jakarta dan untuk mengetahui
Amerika) memiliki penjelasan yang kemampuan dan keterampilan guru
rinci mengenai keempat komponen BK dalam menyusun program
program BK komprehensif tersebut. bimbingan konseling.
Foundation berisi pemikiran,
filosofi, visi dan misi serta METODE PENELITIAN
kompetensi bidang layanan. Delivery Metode Penelitian yang
System didalamnya memuat digunakan adalah metode penelitian
kurikulum bimbingan, perencanaan deksriptif dengan jenis survey.
individual, layanan responsif, dan Metode penelitian deskriptif adalah
dukungan sistem. Management penlitian yang diarahkan untuk
System terdiri dari tata aturan, memberikan gejala-gejala, fakta-
penggunaan data, rencana tindakan fakta, atau kejadian-kejadian secara
dan penjadwalan. Accountability sistemtis dan akurat, mengenai sifat-
didalamnya terkandung laporan hasil sifat populasi atau daerah tertentu
kinerja konselor dan evaluasi (Zuriah, 2009). Pada penelitian ini
program. Program bimbingan tidak ada perlakuan yang diberikan
konseling komprehensif juga atau dikendalikan sebagaimana
melibatkan kolaborasi berbagai terdapat dalam penelitian
pihak yang dianggap memiliki eksperimen, dan tidak ada pula
keterkaitan untuk mengembangkan pengujian hipotesis (Basuki, 2006).
kompetensi peserta didik (Gysbers, Subjek penelitian dilakukan pada tiga
Norman, C. and Henderson, 2012). sekolah menengah pertama di Jakarta
Bimbingan konseling komprehensif yaitu SMP Negeri 259 Jakarta, SMP
telah terbukti efektif dalam Negeri 277 Jakarta, dan SMP Negeri
memberikan kontribusi pada 283 Jakarta. Teknik pengumpulan
pencapaian prestasi akademis peserta data menggunakan angket,
didik, perubahan sikap dalam wawancara dan observasi. Angket
pembelajaran lebih baik, komitmen yang digunakan adalah instrumen
sekolah, pemberdayaan guru evaluasi manajemen program BK
bimbingan konseling, dan menggunakan SSE-Program Audit
106 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 9 No.2, November 2019 | 103-114

dari model ASCA nasional yang Gambaran persentase


telah dimodifikasi berdasarkan manajamen bimbingan konseling di
kebutuhan penelitian. tiga Sekolah Menengah Pertama
Negeri di Jakarta dapat dilihat pada
HASIL DAN PEMBAHASAN tabel dibawah ini:
Hasil
Tabel 1. Persentase Gambaran Manajemen BK

No. Nama Sekolah Skor %


1. SMP Negeri 259 Jakarta 178 52 %
2. SMP Negeri 277 Jakarta 67 19 %
3. SMP Negeri 283 Jakarta 35 10 %

sedangkan SMP Negeri 259 dalam


Berdasarkan data diatas terlihat
melaksanakan manajemen program
bahwa dua sekolah yang masuk
bimbingan konseling memiliki
dalam kategori rendah dalam
persentase sebesar 52% yang masuk
melaksanakan manajemen program
dalam kategori sedang. Gambaran
bimbingan konseling yaitu SMP
manajemen bimbingan konseling
Negeri 283 dan SMP Negeri 277
ditinjau pada setiap aspek dapat
yang masing – masing memiliki
dilihat melalui grafik dibawah ini:
persentase sebesar 10% dan 19%
70 70
60 44 54
50 39
40
30
20 5 16 23
10 4 15 14 SMPN
0 00
259
SMPN
277
SMPN
283

Gambar 1. Grafik skor tiap aspek


Dari grafik diatas, SMPN 259 sekolah lainnya yaitu SMPN 277 dan
cenderung dominan pada setiap SMPN 283. Selain itu, perbedaan
aspek ASCA National Model juga dapat terlihat dengan jelas
Program Audit dibandingkan kedua melalui grafik dibawah ini:
Ilya, Dede, Sofia; Manajemen Program Bimbingan Konseling Sekolah ... 107

30
23 21
20
12 14
10 4 SMPN
0 00 5 259
0 00
0
SMPN
277

SMPN
283

Gambar 2. Grafik Aspek Landasan

Dari grafik diatas SMPN 259 penyampaian, SMPN 259 juga lebih
terlihat lebih tinggi pada setiap tinggi pada setiap indikator dalam
indikator dalam aspek landasan aspek sistem penyimpanan. Hal
dibandingkan dua sekolah lainnya tersebut dapat dilihat pada grafik di
yaitu SMPN 277 dan SMPN 283. bawah ini:
Bila dilihat pada aspek sistem

20 18 12
15 12 12 12
10 8 97
5 1 6
2 SMPN 259
0 0
SMPN 277
SMPN 283

Gambar 3. Grafik Aspek Sistem Penyampaian

Dari grafik diatas terlihat SMPN 259 sebanding dengan SMPN


adanya perbedaan pada masing – 277 yang masing – masing memiliki
masing indikator dalam aspek sistem poin sebesar 12. Selanjutnya pada
penyampaian. Pada indikator indikator dukungan sistem SMPN
layanan dasar dan layanan responsif 277 lebih unggul dibandingkan dua
SMPN 259 lebih unggul SMP lainnya dengan poin sebesar 6.
dibandingkan dua SMP lainnya Pada aspek sistem manajemen akan
dengan poin pada kedua indikator terlihat variasi tinggi rendahnya pada
tersebut yaitu 18 dan 12 poin. setiap indikator. Grafik sistem
Berbeda dengan indikator manajemen dapat dilihat sebagai
perencanaan individu siswa, terlihat berikut:
108 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 9 No.2, November 2019 | 103-114

20 18

11 12 13
10 8
33
2 000 4 3 44 5
0 0 2 SMPN
259
SMPN
277
SMPN
283

Gambar 4. Grafik Aspek Sistem Manajemen

Dari grafik diatas terlihat juga dominan pada tiga indikator


adanya perbedaan pada masing – lainnya dengan masing – masing poin
masing indikator dalam aspek sistem sebesar 8, 12 dan 13. Lain halnya
manajemen. Pada indikator guru BK dengan aspek akuntabilitas, pada
SMPN 259 dan SMPN 277 memiliki setiap indikator terlihat ketiga
poin yang sama yaitu sebesar 3. Poin sekolah belum melaksanakan
0 terdapat pada indikator pihak berbagai hal yang ada dalam
berkempentingan. Dalam indikator indikator laporan hasil, evaluasi
penggunaan data poin 18 dimiliki kinerja guru BK dan program
oleh SMPN 259, poin 11 dimiliki evaluasi. Berikut ini tabel grafik
pada SMPN 277 dan SMPN 283 aspek akuntabilitas yaitu:
dengan poin sebesar 4. SMPN 259

15
10 SMPN
5 259
0 SMPN
277
SMPN
283

Gambar 5. Grafik Aspek Akuntabilitas

Dari grafik diatas terlihat jelas sekolah lainnya yang masing –


perbedaan pada masing – masing masing memiliki poin sebesar 0.
indikator dalam aspek akuntabilitas. Selanjutnya pada indikator evaluasi
Pada indikator laporan hasil SMPN kinerja dan program hasil, seluruh
259 memiliki poin 14 dibandingkan sekolah memiliki poin 0. Hal ini
Ilya, Dede, Sofia; Manajemen Program Bimbingan Konseling Sekolah ... 109

menjelaskan bahwa ketiga sekolah mempengaruhi proses pelayanan


belum memiliki pemahaman dan yang diberikan guru bimbingan
keterampilan mengenai evaluasi konseling kepada peserta didik.
kinerja dan program hasil sehingga Sebab, tujuan program menjadi salah
akuntabilitas guru BK terhadap satu kriterian landasan atau dasar dari
sekolah sangatlah rendah. pembuatan program bimbingan
konseling. Terhambatnya guru
Pembahasan bimbingan konseling SMPN 283 dan
Berdasarkan tabel 1 terlihat satu SMPN 277 dalam membuat program
sekolah yang sudah cukup baik bimbingan konseling dikarenakan
membuat program bimbingan jumlah rasio antara guru bimbingan
konseling walaupun terdapat konseling dengan peserta didik tidak
beberapa hal yang belum sesuai sesuai dengan ketentuan serta
standar ASCA/POP BK yaitu SMP kurangnya kompetensi dan
259 Jakarta. Pada grafik 2 aspek keterampilan dalam membuat
landasan SMPN 259 lebih menonjol program bimbingan konseling.
karena memiliki landasan atau dasar Penelitian lain menyebutkan bahwa
yang jelas di dalam program banyak guru bimbingan konseling
bimbingan konseling seperti kurang informasi yang jelas
keyakinan (belief) guru bimbingan mengenai tugas pokok, kewalahan
konseling yang didasari oleh latar dengan tanggung jawab yang
belakang dan pengalaman terhadap diberikan sekolah selain pelayanan
peserta didik, keluarga dan bimbingan konseling dan ikut
stakeholder sekolah kompetensi berpartisipasi dalam kegiatan
peserta didik yang sesuai dengan pengembangan profesi yang tidak
sepuluh standar kompetensi sesuai (Moyer, 2011; Wilkerson &
kemandirian peserta didik (SKKPD) Bellini, 2006).
SMP, urgensi bimbingan konseling Pada grafik 3 aspek sistem
di sekolah serta visi misi bimbingan penyampaian yang terdiri dari
konseling sekolah (ASCA National layanan dasar, perencanaan individu,
model, 2012). dukungan sistem dan layanan
Dalam menerapkan program responsif. Guru bimbingan konseling
bimbingan konseling komprehensif dari masing-masing sekolah sudah
harus berdasarkan tujuan program. memberikan empat layanan pada
Tujuan program terdiri dari data bidang bimbingan konseling (pribadi,
sekolah dan misi visi bimbingan sosial, karir, dan belajar) yang
konseling yang diselaraskan dengan diadaptasi sesuai dengan kebutuhan
misi visi sekolah (Young, 2011). peserta didik. Guru bimbingan
Ketiadaan tujuan pada program konseling SMPN 283 kurang
bimbingan konseling akan mendapatkan dukungan dari guru
110 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 9 No.2, November 2019 | 103-114

mata pelajaran lain sehingga menganalisis, mengevaluasi, dan


menghambat pelayanan bimbingan melaksanakan tujuan dan rencana
konseling. Hambatan dalam pendidikan, pekerjaan, dan pribadi
penerapan program bimbingan mereka. Pemberian layanan responsif
konseling diantaranya rasio guru disetiap sekolah biasanya ditangani
bimbingan konseling dan peserta saat peserta didik mengalami
didik yang tidak ideal, ambiguitas masalah pada guru mata pelajaran.
peran guru bimbingan konseling di Tindakan yang dilakukan lebih sering
sekolah, kendala anggaran dan tugas dengan cara konseling individu dan
non-konseling lainnya (Cobb, 2011). berkolaborasi dengan orangtua,
Peran ganda guru bimbingan walikelas dan guru mata pelajaran.
konseling SMPN 277 juga diakui Dukungan sistem masih kurang
menghambat pemberian layanan dirasakan oleh guru bimbingan
bimbingan konseling. Seharusnya konseling di tiga sekolah ini. Padahal
guru bimbingan konseling memiliki dukungan sistem sangatlah penting
tingkat kesadaran diri yang tinggi dalam berjalannya program
akan nilai-nilai, pengetahuan, bimbingan konseling komprehensif.
keterampilan, dan keterbatasan Layanan dasar, perencanaan individu
mereka sendiri, dan tahu untuk tidak dan layanan responsif tidak akan
bertindak di luar batas kualifikasi berjalan dengan baik tanpa adanya
profesional mereka (South Carolina dukungan sistem (Gysbers, Norman,
Guidance and Counseling Writing C. and Henderson, 2001). Peran guru
Team, 2008). bimbingan konseling perlu didukung
Guru bimbingan konseling dari oleh stakeholder sekolah dan
tiga sekolah belum maksimal dalam orangtua peserta didik. Padahal peran
melakukan perencanaan individu guru sangat penting dalam
peserta didik. Idealnya guru memotivasi prestasi dan kompetensi
bimbingan konseling memantau sosial peserta didik (Wentzel, 1999).
empat bidang layangan yaitu karir, Aspek sistem manajemen pada
belajar, pribadi dan sosial peserta grafik 4 yang dilaksanakan pada
didik secara berkala dengan cara masing-masing sekolah berbeda-
memberikan penilaian berdasarkan beda. Perbedaan terlihat jelas pada
pengumpulan data, memberikan pengelolaan data, monitoring peserta
saran/nasihat, dan menindak lanjuti didik serta rencana kegiatan. Dalam
terkait rencana peserta didik memonitoring peserta didik, SMPN
(Gysbers, Norman, C. and 259 melakukan pengumpulan data
Henderson, 2001). Perencanaan pribadi terutama peserta didik yang
individu berfokus pada membantu berprestasi. Guru bimbingan
siswa, dalam kerja sama erat dengan konseling mengumpulkan prestasi
orang tua, untuk mengembangkan, apa saja yang sudah diraih peserta
Ilya, Dede, Sofia; Manajemen Program Bimbingan Konseling Sekolah ... 111

didik di tingkat kecamatan, madya pelaporan pelaksanaan program


dan daerah sebagai bukti peserta bimbingan konseling, evaluasi
didik memiliki kemajuan pada kinerja dan evaluasi program
bidang yang digelutinya. bimbingan konseling.
Pemantauan dilihat melalui Guru bimbingan konseling
konsistensi peserta didik dalam mengakui bila mereka tidak
menggeluti bidang yang disukai berkompeten dalam mengevaluasi
melalui hasil rapot untuk prestasi program karena pengetahuan dan
akademik atau berdasarkan observasi keterampilan dalam membuat
dan wawancara guru bimbingan evaluasi program yang kurang
konseling dengan pelatih (bila sehingga pengembangan program
peserta didik memiliki prestasi di bimbingan konseling tidak tersusun
bidang olahraga atau lainnya). dengan rapi dan terencana. Padahal
SMPN 277 melakukan pengumpulan pentingnya pengetahuan evaluasi
data pribadi dan data prestasi berupa dapat berdampak pada rendahnya
fotocopy sertifikat peserta didik akuntabilitas baik dimata kepala
sedangkan SMPN 283 sekolah, guru pelajaran maupun
mengumpulkan data pribadi dan peserta didik. Beberapa studi juga
poin pelanggaran yang dilakukan menunjukkan bahwa melakukan
peserta didik. Penggunaan data dapat akuntabilitas dapat meningkatkan
meningkatkan kepercayaan dan kinerja peserta didik dan dapat
kinerja guru bimbingan konseling di mengukur serta memantau efektifitas
sekolah dan memudahkan dalam program yang telah dilaksanakan
memonitoring kemajuan akademik (ASCA National model, 2012; Hatch,
formatif dan sumatif peserta didik Poynton, & Pérusse, 2015; Young,
(Young, 2011). 2011).
Tiga sekolah lebih banyak Selama ini guru bimbingan
menjawab tidak ada pada aspek konseling melakukan evaluasi tidak
akuntabilitas (grafik 5). sesuai dengan ketentuan, pelaporan
Akuntabilitas sering disebut sebagai hasil program bimbingan konseling
katalis dalam meningkatkan pun hanya sebatas lisan kepada
kredibilitas guru bimbingan pimpinan sekolah sehingga program
konseling dan sarana untuk bimbingan konseling yang dibuat
menetapkan hasil yang diinginkan hanya dirasakan oleh kalangan
pada program konseling sekolah tertentu saja. Evaluasi bertujuan
(Young, 2011). Akuntabilitas untuk membantu konselor sekolah
dilakukan sebagai jembatan dalam mencapai dan meningkatkan
penghubung antara guru bimbingan potensi profesional mereka. Hal ini
konseling sebagai pelaksana dengan dapat membantu guru bimbingan
stakeholder maka diperlukan konseling mendefinisikan
112 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 9 No.2, November 2019 | 103-114

pekerjaannya, memberikan implementing, evaluating, dan


pengawasan profesional, melakukan enhancing (Gysbers, Norman, C. and
evaluasi kinerja, dan menetapkan Henderson, 2012). Lima tahapan
tujuan untuk pengembangan tersebut harus dilakukan secara
profesional yang berkelanjutan. sistematis agar program bimbingan
Selain itu, tujuan evaluasi juga untuk dan konseling menjadi sebuah
meningkatkan penyampaian dan kegiatan yang berkelanjutan tidak
dampak program pada peserta didik terputus guna mencapai tujuan.
juga orang tua yang diberikan Penyelenggaraan suatu program
pelayanan serta untuk media bimbingan konseling semestinya
komunikasi antara guru bimbingan didukung oleh sistem manajemen
konseling, pimpinan sekolah dan yang baik (Furqon dan Badrujaman,
administrator sekolah (Gysbers, 2014). Jika dibandingkan, SMPN 259
2001). Ketika satu tahun ajaran melaksanakan manajemen program
sudah terlewati mestinya guru layanan bimbingan konseling lebih
bimbingan konseling tidak memulai baik atau unggul dibanding yang
ajaran baru dengan penggunaan lainnya. Masing-masing program
program bimbingan konseling memiliki kelemahan dan kelebihan
sebelumnya yang tanpa perubahan. dan mungkin jika disatukan akan
Idealnya guru BK dapat menjadi program yang lebih baik.
menggunakan program tahun
sebelumnya namun dengan SIMPULAN
perbaikan dari hasil evaluasi yang Penyelenggaraan bimbingan dan
telah dilakukan. konseling di sekolah harus dikelola
Saat ini guna membantu guru secara profesional guna pencapaian
BK dalam melaksanakan manajemen tujuan yang optimal. Salah satu ciri
maka alur manajerial sudah dari pengelolaan secara profesional
distandarkan secara nasional dengan ialah bahwa pelaksanaan bimbingan
disusunnya panduan operasional dan konseling dibuat secara
penyelenggaraan bimbingan dan terprogram. Program bimbingan
konseling. Manajemen program konseling yang diselenggarakan pada
bimbingan dan konseling di sekolah tiga sekolah terhenti pada alur
yang menjadi objek penelitian belum evaluasi sehingga tidak dapat
berjalan maksimal, yang terlihat diketahui kekurangan serta kelebihan
jelas ialah karena terdapat alur dari program yang telah dibuat.
manajerial yang terpotong dan tidak Kurangnya kompetensi guru
terlaksana sehingga program bimbingan konseling dalam
bimbingan konseling tidak utuh. melakukan evaluasi program
Alur manajerial yang utuh terdiri bimbingan konseling menjadi salah
dari planning, designing, satu alasannya. Idealnya sebuah
Ilya, Dede, Sofia; Manajemen Program Bimbingan Konseling Sekolah ... 113

program disusun mengikuti alur Hall.


manajerial yang utuh, dimulai dari Escapa, S., & Julià, A. (2018). What
perencanaan (planning), impact do guidance and
counselling programs have on
perancangan (designing),
students?
pelaksanaan (implementing), Furqon dan Badrujaman, A. (2014).
evaluasi (evaluating), dan perbaikan Model Evaluasi Layanan Dasar
(enhancing). Oleh karena itu, perlu Berorientasi Akuntabilitas.
diadakan seminar atau pelatihan Jakarta: Indeks.
manajemen bimbingan konseling Gysbers, Norman, C. and Henderson,
guna meningkatkan kompetensi guru P. (2001). Comprehensive
Guidance and Counseling
bimbingan konseling terutama dalam
Programs: A Rich History and a
pelaksanaan evaluasi hingga Bright Future. Professional
perbaikan program bimbingan School Counseling, 4(4), 289.
konseling. Retrieved from
https://www.questia.com/library
/journal/1P3-70579253/results-
DAFTAR PUSTAKA based-comprehensive-guidance-
ASCA National model. (2012). and-counseling
Retrieved from Gysbers, Norman, C. and Henderson,
http://www.ascanationalmodel. P. (2012). Developing and
org/content.asp?contentid=18 Managing Your School
Basuki, S. (2006). Metode Guidance and Counseling
Penelitian. Jakarta. Program (fifth edit).
Bhakti, C. P., Kumara, A. R., & Gysbers, N. C. (2001). Assessing the
Safitri, N. E. (2017). Effectiveness of School
Pemahaman guru bimbingan Guidance Programs : Program ,
dan konseling tingkat SMP Personnel , and Results
tentang bimbingan dan Evaluation By Norman C .
konseling komprehensif. Gysbers.
Counsellia: Jurnal Bimbingan Hatch, T., Poynton, T. A., & Pérusse,
Dan Konseling, 7(1), 11. R. (2015). Comparison Findings
https://doi.org/10.25273/counse of School Counselor Beliefs
llia.v7i1.1163 About ASCA National Model
Cobb, N. A. (2011). Progressing School Counseling Program
towards the implementation of Components Using the SCPCS.
the Tennessee model for Kurniawan, L. (2015).
comprehensive school Pengembangan Program
counseling programs: a study Layanan Bimbingan Dan
of school counselor priorities Konseling Komprehensif Di
and practices. Sma. Jurnal Psikologi
Cobia, D. C., & Henderson, D. A. Pendidikan Dan Konseling:
(2006). Developing an effective Jurnal Kajian Psikologi
and accountable school Pendidikan Dan Bimbingan
counseling program. Prentice Konseling, 1(1), 1.
114 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 9 No.2, November 2019 | 103-114

https://doi.org/10.26858/jpkk.v 76.
1i1.1351 https://doi.org/10.1177/2156759
Moyer, M. (2011). Effects of Non- X1101500204
Guidance Activities, Zuriah, N. (2009). Metode
Supervision, and Student-to- Pendidikan Sosial Dan
Counselor Ratios on School Penelitian Teori-Aplikasi.
Counselor Burnout. Journal of Jakarta: Bumi Aksara.
School Counseling, 9, 1–31.
https://doi.org/Retrieved
November 17, 2014
Peraturan Menteri nomor 111, K. R.
I. 111 tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. ,
Jakarta: Depdikbud § (2014).
Rahman, F. (2009). Bimbingan dan
Konseling Komprehensif; Dari
Paradigma Menuju Aksi.
Disampaikan pada Workshop
Penyusunan Program BK
Komprehensif.
South Carolina Guidance and
Counseling Writing Team.
(2008). The South Carolina
Comprehensive Developmental
Guidance and Counseling
Program Model Guidance and
Counseling.
Wentzel, K. R. (1999). Social-
Motivational Processes and
Interpersonal Relationships :
Implications for Understanding
Motivation at School. 91(1),
76–97.
Wilkerson, K., & Bellini, J. (2006).
Intrapersonal and
organizational factors
associated with burnout among
school counselors. Journal of
Counseling and Development,
84(4), 440–450.
https://doi.org/10.1002/j.1556-
6678.2006.tb00428.x
Young, A. (2011). The Beliefs and
Practices of. (December), 67–

Anda mungkin juga menyukai