Skor Nilai:
DISUSUN OLEH :
KELAS : BK REGULER C 20
APRIL 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan nikmat, berkah, dan
rahmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah Mini Riset dengan mengangkat kasus
Kepribadian Introvert pada Klien yang kami observasi.
Pada kesempatan ini tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Yenni Marito, S.Psi., M.Psi, Psikolog selaku dosen mata kuliah PBK- PRIBADI SOSIAL
yang telah menjadi pembimbing kami dalam pembelajaran, serta pihak-pihak lain yang
terkait dalam proses pembuatan makalah mini riset ini secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga mini riset kami ini dapat memberikan manfaat kepada kami selaku
penyusun, para pembaca, serta semua pihak masyarakat.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan
sehingga hasil yang diperoleh jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.
Penyusun
1. STATUS SUBJEK
a. Identitas Subjek
Nama : Ariny Fajrah Perangin-angin
TTL : Medan, 26 November 2004
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Medan Simpang Selayang Gg. Bunga Rimta No. II
Kecamatan Medan Tuntungan
Agama : Islam
Suku : Karo
Bangsa : Indonesia
Anak Ke : 1 dari 1 bersaudara (tunggal)
Cita-Cita : Dokter
Hobi/Kesukaan : Jalan-Jalan
b. Identitas Keluarga Subjek
a) Identitas Ayah
Nama : Zulkarnain Perangin-angin
TTL : Kaban jahe, 01 November 1973
Usia : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Medan Simpang Selayang Gg. Bunga Rimta No. II
Kecamatan Medan Tuntungan
Agama : Islam
Suku : Karo
Bangsa : Indonesia
b) Identitas Ibu
Nama : Juwita Sinulingga
TTL : Kutalimbaru, 09 Maret 1972
Usia : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Medan Simpang Selayang Gg. Bunga Rimta No. II
Kecamatan Medan Tuntungan
Agama : Islam
Suku : Karo
Bangsa : Indonesia
c. Riwayat Pendidikan Subjek
TK : TK MELATI SIMALINGKAR
SD : AR-RIDHO SIMALINGKAR
SMP : MTs AMAL SHALIH
SMA : SMA SWASTA GENERUS BANGSA
4. HASIL ASSESSMENT
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan pada tanggal 26 April 2021 di
Pelataran Masjid UNIMED kami mendapat informasi yang bersumber langsung dari
klien kami yaitu Ariny Fajrah.
Ariny adalah anak pertama dari 1 bersaudara. Ariny adalah anak yang
memiliki kepribadian introvert, dimana Ariny adalah individu yang sulit dalam
melakukan interkasi social. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, Ariny
menjadi seseorang yang introvert sejak ia masih kecil. Ia bercerita kalau dari kecil ia
sudah mengalami kesulitan bersosialisasi dengan banyak orang. Hal ini semakin
dipercaya, karena sampai saat ini pun ia masih menjadi seseorang yang introvert. Saat
ini Ariny adalah siswa kelas 2 SMA. Ia juga bercerita berbagai pengalamannya ketika
banyak bertemu orang, bertemu dengan orang asing atau orang yang baru ia kenal, ia
merasa canggung dan juga bingung saat harus berinteraksi dengan orang tersebut.
Selain itu, Ariny juga bercerita tentang kondisi keluarganya, dimana ibu dan ayah nya
adalah seorang pekerja. Ayah Ariny bekerja sebagai pegawai konstruksi, sedangkan
ibunya bekerja sebagai karyawan di salah satu kantor di Medan.
Ariny hanya mempunyai 1 teman dekat saja. Ia juga bercerita kalau ia lebih
senang dan nyaman jika bercerita ke temannya dibandingkan dengan kedua orang
tuanya. Hal ini dikarenakan ia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama
temannya daripada kedua orangtuanya yang sebagai pekerja dari pagi hingga sore.
Selain itu, alasannya ia lebih senang bercerita kepada temannya karena ia
menganggap jika temannya itu lebih bisa mengerti keaadaan serta perasaannya
daripada kedua orangtuanya yang mungkin karena perbandingan usia sehingga
membuat Ariny merasa jauh lebih nyaman jika bertukar fikiran.
Berdasarkan hasil yang telah kami dapatkan melalui wawancara tersebut,
dapat kami ambil kesimpulan bahwasannya factor keluarga adalah hal yang utama
dalam perkembangan anak, baik itu dari segi perkembangan intelektual,
perkembangan bahasa, dan yang terpenting yaitu perkembangan social dan emosional
pada anak. Dikarenakan kedua orangtuanya yang sebagai pekerja membuat Ariny
menjadi individu yang kurang optimal dalam perkembangannya terutama
perkembangan sosialnya yang mengakibatkan Ariny menjadi anak yang sulit
bersosialisasi, berinterkasi dengan orang lain, menjadi pemalu, pendiam terlebih lagi
Ariny hanya sendiri atau anak tunggal.
5. LANDASAN TEORI
a. Pengertian kepribadian
Istilah “kepribadian” (personality) berasal dari ka ta latin “persona” yang
berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka ya ng sering dipakai oleh pemain-
pemain panggung, yang maksudnya untuk m enggambarkan perilaku, watak, atau
pribadi seseorang. Bagi bangsa Yunani, “persona” berarti bagaimana seseorang
tampak pada orang lain. Jadi konsep awal dari pengertian personality (pada
masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditempatkan dilingkungan sosial.
Kesan yang mengenai diri yang diinginkan agar ditangkap oleh lingkungan sosial
(A lwisol, 2004. Hal: 8). Kartini Kartono dan Dali Gulo (dalam Hall dan Lindz ey,
1993. Hal: 95) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang ya ng
membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari str uktur-struktur,
pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan poten si yang dimiliki
seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh
orang lain.
Gordon Allport memandang kepribadian sebagai organi sasi dinamis didalam
individu yang terdiri dari sistem-sistem ps ikofisis yang menentukan cara-caranya
yang khas dalam menyesuaika n diri dalam lingkungan. Sistem psikofiis terdiri
dari kebiasaan , sikap, nilai, kepercayaan, keadaan emosi, motif, dan sentimen
(Hurlock, 1981. Hal: 524-525). Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah
perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajar an atau melalui
pengalaman-pengalaman.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993; Pandangan Jung tentang
kepribadian adalah prospektif dalam arti bahwa ia melihat kedepan ke arah garis
perkembangan sang pribadi dimasa depan d an retrospektif dalam arti bahwa ia
memperhatikan masa lampau (dala m Supratiknya).
Jung mengkonsepkan tipe kepribadian secara panjang lebar yang disebut
“ekstraversi” dan “intraversi”. Jung melihat pribadi ektrovert memiliki cara
pandang objektif atau tidak personal tentang dunia, sedangkan pribadi introvert
pada hakikatnya merupak an cara subjektif atau individual melihat segala sesuatu
(Jess Feist & Gregoriy, 2008. Hal: 354).
Kepribdian menurut Eysenck (dalam Alwisol, 004. Hal: 319), kepribadian
adalah keseluruhan pola tingkah laku ak tual maupun potensial dari organisme,
sebagaimana ditentukan da ri keturunan dan lingkungan. Pola tingkah laku itu
berasal dan dikem bangkan melalui fungsional dari empat sektor utama yang
mengorganis ir tingkah laku, sektor kognitif, sektor afektif, dan sektor somatic.
Cattel (dalam Nuqul, 2006. Hal : 24) menyebutkan, k epribadian merupakan
suatu prediksi mengenai apa yang dilakuka n seseorang terhadap situasi yang
dihadapi. Sedangkan merut Jung dan Eysenck kepribadian adalah totalitas segala
peristiwa psikis yang disadari maupun tidak disadari atau disebut juga sebagai “
psyche”. Kesadaran sendiri mempunyai pernn penting dalam orientasi manusia
den gan dunianya. Sedangkan sikap jiwa oleh Jung masih dibagi menjadi dua
golongan yaitu kecenderungan ekstrovert dan introvert (Surya brata, 1993).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan ba hwa kepribadian adalah
segala bentuk sifat dan tingkah laku yang kh as yang dapat membedakan seorang
individu dengan individu lainnya dalam menyesuikan diri dengan lingkungannya.
K. Langkah Kegiatan
1. Pendahuluan : a. Konselor mengucapkan salam, dilanjutkan dengan
( alokasi waktu: 10 menyapa.
menit ) b. Konselor menyampaikan topik / tema layanan informasi
c. Konselor memotivasi dengan Ice Breaking: agar klien
senang, tertarik, bersemangat, siap mengikuti layanan
informasi
d. Konselor menjelaskan tujuan layanan konseling
perorangan dan tugas perkembangan yang akan dipahami
e. Bertanggung jawab
1. Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
bertanya/komentar mengenai hal yang belum dapat
dipahami dan memberikan ide atau gagasan yang ingin
disampaikan/ dirasakan, untuk mengambil sikap
bertaggung jawab.
2. Konselor menanyakan pada klien apa saja yang telah ia
ambil tindakan yang dapat dipertanggungjawab- kan
dalam memahami materi yang telah dibahas Bersama.
http://etheses.uin-malang.ac.id/2282/6/08410050_Bab_2.pdf