Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hariman Sofia

Nim :6183321031

Kelas : PKO C 2018

M.K. : Kesehatan Olahraga

DOPING

Doping atau dope pertama kali muncul pad tahun 1889 pada
suatu pacuan kuda di inggris. Tujuan awal dari pemakain
dope ini adalah mereka beanggapan bahwa dope dapat
membantu mereka dalam memburu dan melakukan
perjalanan jauh dengan menambah kekuatan dan
keberanian dari dope tersebut.

Pengertian dari doping sendiri adalah pemberian kepada


atau pemakian oleh seorang olahragawan yang bertanding,
suat zat fisiologis dengan jumlah yang tak wajar dengan
jalan atau cara apapun dengan tujuan khusus untuk
meningkatkan kemampuan seorang olahragawan secara tida
jujur dalam pertandingan. Penggunaan zat atau obat-obatan
ini daapat digunakan dengan cara:

1. sadar, sistematis, dan terencana dengan baik tanpa


sepengetahuan pelatih.
2. Direncanakan dengan sistematis oleh pelatih, pembina
dengan atau tanpa bantuan dokter dengan atau tanpa
sepengetahuan atletnya.
3. Secara tidak sadar mengkonsumsi obat-obatan yang
termasuk kategori terlarang (obat flu, minuman suplemen
yang mengandung zat perangsang).
4. Aplikasinya dengan mengoles, memakai, menyuntikkan, dan
mengkonsumsi/metode terlarang.

Obat-obatan apa saja yang termasuk doping?

Sesuai dengan pengertian doping menurut Undang-


Undang yang disebutkan di atas, doping dapat berupa
penggunaan zat dan/atau metode yang dilarang. Sehingga
ada dua komponen doping dalam olahraga, yakni
penggunaan zat serta metode tertentu. Pada tulisan kali
ini, yang akan dibahas hanya mengenai penggunaan zat-
zat tertentu untuk tujuan doping. 

Merujuk pada situs resmi World Anti-Doping Agency, ada


6 kategori zat ( substances ) yang dilarang penggunaannya
dalam olahraga, baik itu saat kompetisi ataupun di luar
kompetisi. Kategori zat pertama adalah agen anabolik,
termasuk agen anabolik steroid (AAS).

 Steroid anabolik adalah obat yang meniru efek


testosteron, hormon yang berperan dalam pembentukan
otot pada pria. Dalam dunia medis, zat anabolik steroid
digunakan pada beberapa kondisi kelainan hormon,
seperti delayed puberty  atau pada pasien-pasien kanker
dan AIDS yang mengalami kehilangan massa otot karena
penyakitnya. Namun pada dunia olahraga, zat anabolik
steroid ini sering kali disalahgunakan untuk pembentukan
otot atlet. Dengan demikian, dapat meningkatkan
performa fisik atlet tersebut.

 
Kategori kedua adalah hormon peptida, growth factors ,
dan zat lain yang berkaitan. Termasuk di dalamnya adalah
agen pembentuk eritrosit atau sel darah merah
(erythropoietin stimulating agent ). Pada kondisi medis,
obat ini digunakan untuk pasien yang membutuhkan
stimulasi pembentukan sel darah merah, misalnya pada
pasien gagal ginjal .
 Dalam kasus doping, obat ini digunakan untuk menambah
jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen dalam
tubuh. Jadi, diharapkan mampu meningkatkan asupan
oksigen. Kategori ini juga termasuk faktor-faktor
pertumbuhan alias growth factors,  yang dimaksudkan
untuk memodulasi pembentukan otot, tendon,
vaskularisasi, dan penggunaan energi di level selular.

Anda mungkin juga menyukai