Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Tidak lupa
Penulis juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Makalah bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari
Dosen Penyusun, Ibu Sariana Marbun yang diembankan pada Kelompok V
(Lima) dan untuk menambah pengetahuan pembaca seputar “Pandangan Filsafat
Pancasila tentang Manusia, Masyarakat, Pendidikan, dan Nilai.”
Penyusun
Kelompok V (Lima)
3
BAB I
PENDAHULUAN
*LATAR BELAKANG
4
BAB II
ISI
A. Pandangan Filsafat Pancasila tentang Manusia
5
Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah
Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah
Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu
Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk
tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi
kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial.
Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama
memiliki harkat dan martabat sebagai manusia mulia. Paulus Wahana (dalam
H.A.R. Tilaar. 2002 : 191) mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai
berikut :
1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan
memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat
menentukan sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta Nya.
4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya
sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu
menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta Nya.
5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama
manusia.
7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di
dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan
tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
6
9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-
sama dengan manusia Indonesia yang lain.
10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya.
11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban
menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi
peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah
manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya
sebagai individu dan perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk
bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.
7
Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus
mempunyai dasar dan tujuan yang jelas, sehingga dengan demikian baik isi
pendidikan maupun cara-cara pembelajarannya dipilih, diturunkan dan
dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah proses pembentukan peserta didik
untuk menjadi orang tertentu sesuai kehendak sepihak dari pendidik. Karena
manusia (peserta didik) hakikatnya adalah pribadi yang memiliki potensi dan
memiliki keinginan untuk menjadi dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus
dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka
mengembangkan potensi dirinya. Upaya pendidikan adalah pemberdayaan peserta
didik. Hal ini hendaknya tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan yang bersifat
individualistic semata, sebab sebagaimana telah dikemukakan bahwa kehidupan
manusia itu multi dimensi dan merupakan kesatuan yang integral.
8
j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Ketentuan mengenai
pengembangan
9
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3
dijelaskan tujuan pendidikan sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab.
Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan
dimasyarakat. Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi.
Orang tua adalah pendidik dikeluarga (dirumah); Guru dan tenaga kependidikan
lainnya adalah pendidik disekolah; Tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama,
pejabat dsb. adalah teladan bagi peserta didik. Karena itu, masing-masing individu
atau manusia dewasa adalah pendidik dan contoh bagi individu lainnya terutama
bagi peserta didik yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
10
f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaanya masing masing.
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
11
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
f. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-
nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
i. Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
12
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam
identifikasidiri sebagai bangsa, sebagai landasan, arah, dan etos, serta sebagai
moral pembangunan nasional.
2. Budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau
sikap demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara.
Itulah yang menjadi nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.
3. Manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap
perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (sosial)
Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan
atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.
4. Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa,
dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan
atau potensi untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat atau sosial.
5. Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah, Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa
Gelisah, Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu, Disiplin Agama -> dilanggar
-> rasa Berdosa
13
DAFTAR PUSTAKA
14