Anda di halaman 1dari 60

KEPERAWATAN KELUARGA

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

OLEH :

IDA AYU TISNA EMI PAYANTI


2014901108

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode
(Irianto, 2014). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi
sering kali disebut silent killer karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan
gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.Gejala-gejala
hipertensi yaitu adalah sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar,
mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes
RI, 2013).
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk
Indonesia.Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari
waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya
hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat,
merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir
sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat
dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi
(Anindya,2009).
Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat dan akan menyebabkan
komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan dengan baik dapat
menyebabkan komplikasi (Riskesdas,2013). Apabila hipertensi tidak ditangani dengan
tepat maka akan menimbulkan komplikasi yaitu stroke, infark miokard, gagal jantung,
gagal ginjal kronik dan retinopati (Nuraini, 2015).
Data World Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau
26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta
berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia
(Yonata, 2016). Hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak
pada pasien rawat jalan dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita
(30%) dan pria (29% ) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara
berkembang (Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang didapat
melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %. Prevelensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %,
yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 %
yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64
tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang berinteraksi satu dengan yang
lainnya dalam peran serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.(Ali,
2010).Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup
yang sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki penyakit akan
menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia. Beberapa ahli berpendapat
bahwa bertambah umur, merupakan faktor terjadinya Hipertensi.Oleh sebab itu
pengawasan dan pengelolaan keluarga terhadap faktor pencetus dari peningkatan tekanan
darah sangat disarankan agar terhindar dari keadaan yang lebih parah (Harmoko, 2012).
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan,
ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion &
Betan, (2013) yaitu :mengenal masalah dalam kesehatan keluarga, membuat keputusan
tindakanyang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang
sakit,mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat,menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Tugaskeluarga tersebut harus selalu
dijalankan. Apabila salah satu atau beberapa diantara tugas tersebut tidak dijalankan
justru akan menimbulkan masalah kesehatan dalam keluarga. Berdasarkan latar belakang
dan fenomena di atas kami mencoba untuk menyusun asuhan keperawatan tentang
hipertensi di dalam keluarga.

2. TINJAUAN TEORI
a. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi
satu sama lain (Mubarak dkk, 2011 ). BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012)
menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya. Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Friedman (2010)
menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri
dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang
dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun
berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai
keluarga.
2. Ciri – Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
3. Tipe Keluarga
Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi)
b. Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka
pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :
1) Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan
oleh sanksi – sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,
baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan
baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/ meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6) Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu.Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
9) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institutional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-
panti.
11) Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain
dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
14) Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, struktur peran, struktur
kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011) menggambarkan
sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.
b. Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan.Jadi pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal.
c. Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain :legitimate power (hak),
referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah),
coercive power (paksa) dan affective power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
5. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan
salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama orang dewasa
dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi
keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota
keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status social
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam
keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara menjalankan
fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul
suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain
dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak berarti mewariskan
tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola
sebagian besar orang dewasa Amerika.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu
menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan
terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang
paling relafan bagi perawat keluarga.

e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan.
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :
a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang
baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan
keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu
sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan
perencanaan keluarga.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus
kehidupan keluarga.Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah
hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan
penting.Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran barunya, sementara
unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab.
c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia
2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini dapat
terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-
ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun
kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi
diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama.
Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar
13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang
maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal.Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak,
dapat meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau
tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga
lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari
19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah
melonggarkan ikatankeluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan
remaja yanglebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa
mudah.Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan
kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi.Tugas perkembangan
keluarga yang kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali
hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang
ketiga adalah untuk anggota keluarga,terutama orang tua dan anak remaja,
untuk berkomunikasi secara terbuka satu sama lain.
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching
centerfamilies) Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan
perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya
rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahapini dapat
cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga
atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka
menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar,
orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka
menjadi mandiri.
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika
anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45
tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya
16 sampai 18 tahun kemudian.Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini
adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk
hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang
berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat.
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan
salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu
pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah mempertahankan
penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali kerumah setelah individu
pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik.
7. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998)
dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang
dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang
tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga
tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hygiene sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
8. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga,
terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk
menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi
“entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga
secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak.Kunjungan rumahtersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah keluarga
menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak keluarga
klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi
system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan
keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban
mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan
keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi
sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah
kesehatan yang dialami oleh angota keluarga.Masalah kesehatan yang muncul
didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
dipraktikkan keluarga.
9. Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga
Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan
dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai
tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran
aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan
kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga
adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau
perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga-keluarga
yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain adalah :
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah :
a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
sendiri.
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan
penyakit keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b) Menderita kekurangan gizi (anemia).
c) Menderita hipertensi.
d) Primipara dan Multipara.
e) Riwayat persalinan atau komplikasi

3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :


a) Lahir prematur (BBLR).
b) Berat badan sukar naik.
c) Lahir dengan cacat bawaan.
d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan
anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk
digugurkan.
b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering
timbul cekcok dan ketegangan.
c) Ada anggota keluarga yang sering sakit
d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari
meninggalkan rumah.

b. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit
dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik
diatas tekana darah normal.Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak yang
tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui
arteri.Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung
rileks dan mengisi darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung
dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus– menerus
lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).Hal ini terjadi bila arteriol– arteriol
konstriksi.Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri.Hipertensi menambah beban kerja jantung dan
arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh
darah (Udjianti, 2010).Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan
dimanatekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009)
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, vaskuler
(arteri, vena, kapiler) dan limfatik.Fungsi utama sisitem kardiovaskuler adalah
menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan memompakan
darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi.
1) Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua
paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah
disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya
pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea
medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak
kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum. Ukuran
jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm. beratnya
sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada
perempuan sekitar 225 gram.
2) Pembuluh darah
Lubang pusat pada pembuluh darah yang disebut lumen dikelilinggi oleh
dinding yang terdiri atas tiga lapisan :
a) Tunika intima adalah lapisan dalam yang berhubungan langsung
dengan darah. Terdiri atas lapisan dalam endotelium yang dikelilingi
berbagai jaringan ikat.
b) Tunika media adalah lapisan tengah yang terdiri atas otot polos
dengan berbagai serat elastik.
c) Tunika advensia adalah lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat.
Sistem jantung dan pembuluh darah terdiri atas tiga macam pembuluh
darah yang membentuk sistem jalur-jalur tertutup :
a) Arteri mengangkut darah menjauhi jantung.
1) Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan cabang-
cabang terdekatnya. Mengandung banyak jaringan ikat.
2) Arteri muskular bercabang dari arteri elastik dan mendistribusikan
darah ke berbagai bagian tubuh.
3) Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil. Sebagian besar
arteriol mempunyai tiga tunika pada dindingnya, dengan jumlah
otot polos yang memadai pada tunika medika.
b) Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai
dinding sangat tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada dinding
ini. Sebagian dindingnya hanya mengandung satu lapisan endotelium.
c) Vena mengangkut darah kembali ke jantung.
1) Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-pori, tetapi
mempunyai serat otot polos yang menyebar pada tunika media.
2) Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu. Dinding venula
yang lebih besar berlapis tiga.
3) Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika intima dan
tunika medianya jauh lebih tipis daripada arteri yang berukuran
serupa.
b. Fisiologi
Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai sistim
regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh
aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai
darah agar aktivitas jaringan dapatterpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan
lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung otak untuk
memelihara sistim sirkulasi organ tersebut.
1) Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim
kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi
pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat
badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar 55% merupakan
plasma, volume komponen darah harus memiliki jumlah yang sesuai
dengan rentang yang normal agar system kardiovaskuler dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
2) Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang
digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan yaitu
dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output) pengaturan
curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut jantung (heart rate)
dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang dewasa
adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan curah jantung terjadi
karena adanya peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup.
3) Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung ini
dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA dan
system purkinje.Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung
dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf
otonom.Empat reflek utama yang menjadi media system saraf otonom
dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks
kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.
4) Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika
darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg pada saat
sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan menurun
bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri, kapiler, venula.
Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat besar dan
berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya kapasitansi
dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah tekanan vena dalam
mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena yang disebabkan oleh
stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani dan meningkatkan
tekanan vena, sehingga meningkatkan aliran balik ke jantung.
5) Ruang jantung
a) Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai
tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi
sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru .darah
yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan
melalui vena cava superior, inferior dan sinus koronarius.
b) Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang
berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup
untuk mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi
pulmunar merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah, dengan
resitensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari
ventrikel kanan. Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh
lebih ringan dari pada ventrikel kiri.
c) Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru
melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena
pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir
kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan dalam
atrium kiri (retrograde).
d) Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah
ke jaringan-jaringan perifer.
6) Katup jantung
a) Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel, mempunyai
tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis. Sedangkan
katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai
dua buah daun katup yang disebut katup mitral.
b) Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary dan
katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak pada arteri
pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel
kanan.katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
klasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg


Prahipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium I 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Sumber: Smeltzer, 2012

Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa


menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)


Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (Ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (Sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Satdium 3 (Berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (Maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
Sumber: Triyanto, 2014
4. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin penyebabnya.
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada
individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “menetap” pada
suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat
atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat.
Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor keturunan
(Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa
faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup
pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti :stress, kegemukan,
merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai obat,
disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan
menurut Wijaya& Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder diantaranya
berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan
aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,
hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan
kartikosteroid.
5. Faktor – Faktor Risiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah
oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah sebagai berikut:
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang
dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang lainnya
dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari
waktu ke waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada
pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih dari
60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang
dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari pada tekanan darah
diastolic karena merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan
kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal
jantung, dan penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai
kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama antara
usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam tidaklah
jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar rennin yang lebih
rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin, tinginya asupan
garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes
mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan
hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi,
interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan
respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah
lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan
pengembangan hipertensi.Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain
dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko
hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada
individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik
yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung menigkatkan
tekanan darah.Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vaseoresor
didalam system saraf pusat.Penelitan juga menunjukkan bahwa asupandiet
rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam
pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa penggunaan
obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi.pada dosis
tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat
menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.
6. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut.Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi perubahan
tekanan darah secara akut.Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi
perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat
tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek
kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon
perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan perngaturan hormon
angiotensin dan vasopresor. Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya
atherosklerosis yang merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan
arteri).Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada
dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel
otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan
pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan
darah kemudian mengakibatkan hipertensi.Kekakuan arteri dan kelambanan aliran
darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam
bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik
karenagangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi.(Hull, 1996; dalam Bustan
2007).Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri.Penimbunan lemak terdapat pada
dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan darah ke
jantung.Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi penyempitan dan
penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang artinya
beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan diastolik yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
7. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi
oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan angina adalah
gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai
respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan
tekana sistemik yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan
peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner &
Suddart, 2015). Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin/hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan
hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat
juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit
pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013)
9. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari
arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh
menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :

a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot
jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau edema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan
kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
10. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Efektivitas setiap program ditentukan oleh
derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan
dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis
terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam
mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas
juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jikaberhasil menurunkan berat badan
2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5
mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan konsumsi
garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan sistolik
sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alcohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus
dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan
darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat
kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet
potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi
buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel, kacang-
kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan
lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut Radmarsarry (2007)
dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat menurunkan tekanan darah
dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama urin.Dengan
mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa
mencapai asupan potassium yamg cukup.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang tidak
berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok
dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat
memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering
terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat
yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran
energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya
dapat diminalisir, ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh
ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-obatan
jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf
simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II
dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung
(kontraktilitas) akan terhambat.

3. Tinjauan Askep
a. Pengkajian
1) Data Subjektif
- Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
a) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,umur,
pekerjaan dan pendidikan.
b) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
c) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
2) Data Objektif
- Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
ini.
b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber
pelayanan kesehatanyang biasa digunakan keluarga dan pengalaman
terhadapa pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan
istri.
e) Genogram
Bagian yang menggambarkan pohon keluarga yang mencatat informasi
tentang silsilah genetik dari keluarga dan hubungan (psikososial) antara
mereka selama paling sedikit 3 generasi dengan menggunakan simbol-
simbol yang telah baku.
- Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah ruangan,
jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta dilengkapi
dengan denah rumah (Friedman, 2010).
- Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati,
perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).

b) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi
dan menerima cinta (Friedman, 2010).
c) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang dianut
keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan
kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang dirasa :
keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat
kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan (Friedman,
2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang
dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang
dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan
(Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang
dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan penyakit,
perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan
dirumah (Friedman, 2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak, kebersihan
gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan
(Friedman, 2010).
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : berapa
jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
e) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi
sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status
kesehatan.
- Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
3) Diagnosa Keperawatan
- Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke sistem
keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasilpengkajian keperawatan.
Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan
potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan
mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan
pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:
1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
- Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan
masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) :
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi.
b) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
d) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulator sekunder akibat gagal jantung.
e) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
berhubungan dengan : interupsi aliran darah, vasospasme serebral, edema
serebral.
f) Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kegagalan untuk
mengambil tindakan untuk mengurangi faktor resiko.
g) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
h) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
i) Resiko cidera berhubungan dengan penurunan sensori penglihatan.

- Skala Prioritas Masalah


Table 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga

Kriteria Skor Bobot


1) Sifat masalah
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
b) Ancaman kesehatan 2 1
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat
diubah
a) Mudah 2 2
b) Sebagian 1
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk
dicegah : 3 1
a) Tinggi 2
b) Cukup 1
c) Rendah

4) Menonjolnya masalah :
a) Masalah dirasakan dan 2 1
perlu segera ditangani
b) Masalah dirasakan tapi 1
tidak perlu segera ditangani
c) Masalah tidak dirasakan 0

Total Score

Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)


Total Skor didapatkan dengan:
Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai Angka tertinggi dalam skor
Cara melakukan Skoring adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap criteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua criteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.
b. Perencanaan
Rencana Keperawatan (Intervensi)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
.
1. Penurunan curah jantung Setelah diberikan asuhan Mandiri
berhubungan dengan keperawatan selama … kali 1. Pantau TD. Ukur pada 1. Perbandingan dari
vasokontriksi kunjungan diharapkan kedua tangan/paha tekanan memberikan
masalah penurunan curah untuk evaluasi awal. gambaran yang lebih
jantung dapat teratasi dengan Gunakan ukuran lengkap tentang
kriteria hasil: manset yang tepat dan keterlibatan/bidang
1. Tanda-tanda vital dalam teknik yang akurat. masalah vascular
rentang normal 2. Catat keberadaan, 2. Denyutan karotis,
TD : 120/90 mmHg kualitas denyutan jugularis, radialis dan
N : 60-100 x/menit sentral dan perifer. femoralis mungkin
S : 36,5 – 37,5 °C teramati/terpalpasi.
RR : 16-20 x/menit Denyut pada tungkai
2. Tidak adanya edema paru mungkin menurun,
3. Tidak ada penurunan mencerminkan efek
kesadaran dari vasokuntriksi
(peningkatan SVR)
dan kongesti vena.
3. Auskultasi tonus 3. S4 umum terdengar
jantung dan bunyi pada pasien hipertensi
napas. berat karena adanya
hipertrofi atrium
(peningkatan
4. Amati warna kulit, volume/tekanan
kelembaban, suhu, dan atrium).
masa pengisiaan 4. Adanya pucat, dingin,
kapiler. kulit lembab dan
masa pengisiaan
kapiler lambat
mungkin berkaitan
dengan vasokonstriksi
atau mencerminkan
5. Catat edema dekompensasi/penuru
umum/tertentu nan curah jantung.
5. Dapat
6. Berikan lingkungan mengendikasikan
tenang, nyaman, gagal jantung,
kurangi, kerusakan ginjal atau
aktivitas/keributan vascular.
lingkungan, batasi 6. Membantu untuk
jumlah pengunjung dan menurunkan rangsang
lamanya tinggal. simpatis;
7. Pertahankan meningkatkan
pembatasan aktivitas, relaksasi.
spt., istirahat di tempat
tidur/kursi; jadwal
periode istirahat tampa
gangguan; bantu pasien 7. Menurunkan stress
melakukan aktifitas dan ketegangan yang
perawatan diri sesuai mempengaruhi
kebutuhan. tekanan darah dan
8. Lakukan tindakan- perjalanan penyakit
tindakan yang nyaman, hipertensi.
spt., pijatan punggung
dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
9. Anjurkan tehnik
relaksasi, panduan 8. Mengurangi
imajinasi, aktivitas ketidaknyamanan dan
penglihatan. dapat menurunkan
rangsang simpatis

10. Berikan obat-obat 9. Dapat menurunkan


sesuai indikasi, ransangan yang
contoh : Diuretic tiazid, menimbulkan stres,
mis., klorotiazid membuat efek tenang,
(diuril);
hidroklorotiazid
(Esidrix/HidroDIURIL 10. Tiazid mungkin
); bendroflumentiazid digunakan sendiri
(Naturetin). atau dicampur dengan
obat lain untuk
menurunkan TD pada
pasien dengan fungsi
ginjal yang relative
normal. Diuretic ini
memperkuat agent-
agent anti hipertensif
lain dengan
membatasi retensi
cairan

2. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan Mandiri :


dengan peningkatan tekanan keperawatan selama …. kali 1. Kaji skala nyeri/rasa 1. Menganjurkan klien
vascular serebral kunjungan diharapkan tidak nyaman dengan untuk melokalisasi
masalah nyeri akut dapat menggunakan skala 0- kuantitas nyeri yang
teratasi, dengan kriteria hasil : 10. Observasi adanya menunjukkan adanya
1. Nyeri klien berkurang tanda-tanda nonverbal perubahan dan adanya
2. Klien tampak rileks dari nyeri tersebut perbaikan.
3. Klien tidak meringis (wajah tampak
4. Skala nyeri 0 dari 0-10 menahan sakit,
skala nyeri yang diberikan meringis, menarik
5. Klien tampak tidak diri/menangis). 2. Meminimalkam
memegangi matanya lagi. 2. Mempertahankan tirah stimulasi/meningkatk
6. Tanda-tanda vital dalam baring selama fase akut an relaksasi
rentang normal 3. Tindakan yang
TD : 110/70-120/80mmHg 3. Berikan tindakan menurunkan tekanan
N : 60-100x/mnt nonfarmakologi untuk vaskuler dan yang
RR : 16-20x/mnt menghilangkan sakit memperlambat/memb
S : 36,5 0C – 37,5 0C kepala, misalnya lok respon simpatis
kompres dingin pada efektif dalam
dahi, pijat punggung menghilangkan sakit
dan leher, redupkan kepala dan
lampu kamar, teknik komplikasinya
relaksasi ( panduan
imajinasi, distraksi )
dan aktivitas waktu
senggang
4. Ajarkan menggunakan 4. Pernafasan dalam
tehnik relaksasi dan dapat meningkatkan
distraksi asupan O2 sehingga
(mendengarkan musik akan menurunkan
atau berbicara dengan nyeri sekunder dari
keluarga) iskemia jaringan otak.
5. Gunakan pencahayaan 5. Cahaya dapat
yang lebih gelap dari menyebabkan nyeri
yang diperlukan. pada berbagai kondisi
mata, dank arena
pengistirahatan mata
dapat memfasilitasi
penyembuhan
6. Berikan obat analgetik 6. Dapat mengurangi
(lorezepam ( ativan ), tegangan dan
diazepam ( valium ) ketidaknyamanan
sesuai kebutuhan. yang di perberat oleh
Hindari penggunaan stress
narkotika.

3. Intoleransi aktifitas Setelah diberikan asuhan Mandiri


berhubungan dengan keperawatan selama … kali 1. Kaji respons pasien 1. Menyebutkan
ketidakseimbangan antara kunjungan diharapkan terhadap aktifitas, parameter membantu
suplai dan kebutuhan masalah intoleransi aktifitas perhatikan frekuensi dalam mengkaji
oksigen dapat teratasi, dengan kriteria nadi lebih dari 20 kali respons fisiologi
hasil : per menit di atas terhadap stress
1. Klien mampu melakukan frekuensi istirahat; sktifitas dan, bila ada
aktivitas sehari-hari peningkatan TD yang merupakan indicator
(ADL) secara mandiri nyata selama/sesudah dari kelebihan kerja
2. Klien mampu aktifitas (tekanan yang berkaitan
berpartisipasi dalam sistolik meningkat 40 dengan tingkat
aktivitas fisik tanpa mmHg atau tekanan aktifitas.
disertai peningkatan diastolic meningkat 20
tekanan darah, nadi, dan mmHg); dispenea atau
respirasi nyri dada; keletihan
dan kelemahan yang
berlebihan; diaforosis;
pusing atau pingsan.
2. Instruksikan pasien
tentang teknik
penghematan energy, 2. Teknik menghadap
mis, menggunakan energi mengurangi
kursi saat mandi, penggunaan energy,
duduk saat menyisir juga membantu
rambut atau penyikat keseimbangan antara
gigi, melakukan suplai dan kebutuhan
aktifitas dengan oksigen.
perlahan.
3. Berikan dorongan
untuk melakukan 3. Kemajuan aktifitas
aktifitas/perawatan diri bertahap mencegah
bertahap jika dapat peningkatan jantung
ditoleransi, berikan tiba-tiba. Memberikan
bantuan sesuai bantuan hanya sebatas
kebutuhan. kur dan kebutuhan akan
pantau tanda-tanda mendorong
vital (suhu, respirasi, kemandiriaan dalam
nadi) melakukan aktifitas.
ntuk mengetahui
perkembangan
kondisi pasien.

4. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan … kali 1. Kaji status cairan: 1. Pengkajian
berhubungan dengan kunjungan diharapkan terjadi a. Timbang Berat merupakan data dasar
gangguan mekanisme keseimbangan cairan dan Badan Setiap Hari dan berkelanjutan
regulator sekunder akibat tidak ada edema pada tubuh Dan Pantau untuk memantau
gagal jantung serta pengeluaran urine Kecenderungannya perubahan dan
kembali normal. b. Pertahankan Catatan mengevaluasi
Kriteria Hasil: Asupan Dan intervensi
1. Output dan input cairan Haluaran Yang
seimbang (1-2 cc/kg Akurat
BB/jam) c. Pantau Hasil
2. Tanda-tanda vital dalam Laboratorium Yang
rentang normal Relevan Terhadap
TD : 110/70-120/80mmHg Retensi Cairan
N : 60-100x/mnt (Peningkatan Bun
RR : 16-20x/mnt Dan Hematokrit)
S : 36,5 0C – 37,5 0C d. Pantau indikasi
3. Tidak terjadi asites dan kelebihan cairan
edema ekstremitas (edema,
4. penegangan pada vena peningkatan cvp,
jugularis tidak teraba distensi vena
jugularis dan asites)
2. Ajarkan pasien tentang 2. Pasien memahami
penyebab dan cara tentang penyebab dan
mengatasi edema, dapat mencegah
pembatasan diet, peningkatan cairan
penggunaan dosis dan
efek samping obat yang
diprogramkan
3. Manajemen cairan: 3. Puasa untuk
a. Anjurkan pasien membatasi cairan yang
untuk puasa sesuai masuk
dengan kebutuhan
4. Tinggikan ekstremitas
yang edema 4. Meningkatkan aliran
5. Ubah posisi sedikitnya balik vena
setiap 2 jam 5. Untuk mengurangi
terjadinya edema
Kolaboratif
6. Lakukan dialysis
6. Dialisis akan
menurunkan volume
7. Konsultasikan dengan cairan yang berlebih
ahli gizi untuk 7. Pemberian diet yang
memberikan diet sesuai untuk mengurangi
dengan kandungan asupan cairan
protein yang
8. Konsultasikan ke
dokter jika tanda dan 8. Untuk mendapatkan
gejala kelebihan terapi yang lebih lanjut
volume cairan menetap dari dokter
dan memburuk.
9. Berikan diuretik
9. Diuretik bertujuan
untuk menurunkan
volume plasma dan
menurunkan retensi
cairan sehingga
menurunkan resiko
terjadinya edema

5. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan … kali 1. Jelaskan tentang batas 1. Memberikan dasar
berhubungan dengan kurang kunjungan diharapkan klien tekanan darah normal, untuk pemahaman
terpajan informasi mengetahui informasi tentang tekanan darah tinggi tentang peningkatan
hipertensi, dengan Kriteria dan efeknya tekanan darah,
hasil: mengklarifikasikan
1. Klien mengungkapkan istilah medis yang
pengetahuan akan sering digunakan.
hipertensi pemahaman bahwa
2. Melaporkan pemakaian tekanan darah tinggi
obat-obatan sesuai dapat terjadi tanpa
program gejala sehingga
memungkinkan
pasien untuk
melanjutkan
pengobatan meskipun
sudah merasa sehat.
2. Jelaskan sifat penyakit
dan tujuan dari
pengobatan dan 2. Supaya klien tahu dan
prosedur memungkinkan
pasien untuk
3. Jelaskan pentingnya melanjutkan
lingkungan yang tenag pengobatan.
tidak penuh dnegan
stress 3. Supaya klien bisa
4. Diskusikan tentang mengontrol stress.
obat-obatan: nama
obat, dosis obat, waktu
pemberian obat, tujuan 4. Mengurangi risiko
pemberian obat dan keracunan dan
efek samping obat. overdosis obat supaya
pengobatan lancar
karena pasien sudah
5. Berikan pendidikan paham dan tahu
kesehatan tentang cara mengenai obat-obatan
mencegah dan yang diberikan.
mengatasi hipertensi
5. Menambah
6. Anjurkan klien untuk pengetahuan klien
tidak mengkonsumsi sehingga klien bisa
makanan dan minuman mencegah dan
yang dapat mengatasi hipertensi
meningkatkan tekanan
darah 6. Menghindari
7. Evaluasi tingkat peningkatan tekanan
pengetahuan darah

7. Mengetahui sejauh
mana klien
mengetahui dan
memahami tentang
penyakitnya.

6. Ketidakefektifan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji faktor-faktor yang 1. Mempengaruhi


jaringan serebral keperawatan keluarga selama berhubungan dengan intervensi
berhubungan dengan : …. kali kunjungan, penyebab terjadinya
interupsi aliran darah, diharapkan, dengan kriteria koma atau menurunnya
vasospasme serebral, edema hasil perfusi jaringan otak.
serebral 1. Mempertahankan tingkat 2. Catat status neurologis 2. Mengetahui
kesadaran fungsi kognitif dan bandingkan dengan kecenderungan
dan motorik / sensori keadaan normal tingkat kesadaran dan
2. Mendemontrasikan tanda- potensial peningkatan
tanda vital stabil. TIK dan mengetahui
lokasi luas dan
kemajuan kerusakan
SSP
3. Pantau tanda-tanda
vital. 3. Reaksi mungkin
terjadi oleh karena
tekanan / trauma
serebral pada daerah
4. Evaluasi pupil : ukuran, vasomotor otak.
bentuk, kesamaan dan
reaksi terhadap cahaya 4. Reaksi pupil berguna
dalam menentukan
apakah batang otak
tersebut masih baik.
Ukuran dan kesamaan
pupil ditentukan oleh
keseimbangan antara
persyaratan simpatis
5. Catat perubahan dalam dan parasimpatis yang
penglihatan : mempersarafinya.
kebutuhan, gangguan 5. Gangguan
lapang pandang. penglihatan yang
spesifik
mencerminkan daerah
otak yang terkena dan
mempengaruhi
6. Kaji fungsi bicara jika intervensi yang akan
pasien sadar. dilakukan.

6. Perubahan dalam isi


7. Letakkan kepala engan kognitif dan bicara
posisi agak ditinggikan merupakan indikator
dan dalam posisi dari lokasi.
anatomis 7. Menurunkan tekanan
arteri
denganmeningkatkan
8. Pertahankan keadaan drainase dan
tirah baring : ciptakan meningkatkan
lingkungan yan tenang sirkulasi

8. Aktivitas yang
kontinu dapat
meningkatkan TIK,
istirahat dan
9. Cegah terjadinya ketenangan
mengejan saat defekasi diperlukan untuk
dan pernafasan yang pencegahan terhadap
memaksa perdarahan dalam
kasus stroke
10. Kaji adanya hemoragik
kedutan, kegelisahan 9. manuver valsava
yang meningkat, peka dapat meningkatkan
rangsang dan serangan TIK dan memperbesar
kejang risiko terjadinya
perdarahan
10. Merupakan
indikasi adanya
meningeal kejang
dapat mencerminkan
adanya peningkatan
TIK /trauma serebral
yang memerlukan
perhatian dan
intervensi selanjutnya

7. Resiko tinggi cedera: jatuh Setelah diberikan asuhan 1. Kaji ulang adanya 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan keluarga selama faktor-faktor resiko fakktor-faktor risiko
penurunan sensori …. kali kunjungan, klien jatuh pada klien. jath pada klien.
penglihatan. mampu untuk menurunkan 2. Lakukan modifikasi 2. Modifiasi lingkungan
risiko jatuh pada diri klien. lingkungan agar lebih dapat menurukan
Ditandai dengan: aman (memasang risiko jatuh pada
1. Mengidentifikasi bahaya pinggiran tempat pasien.
lingkungan yang dapat tidur, dll) sesuai hasil
meningkatkan pengkajian bahaya
kemungkinan cidera. jatuh pada poin 1.
2. Mengidentifikasi tindakan 3. Ajarkan klien tentang
preventif atas bahaya upaya pencegahan 3. Meningkatkan
tertentu, cidera (menggunakan kemandirian pasien
3. Melaporkan penggunaan pencahayaan yang untuk mencegah
cara yang tepat dalam baik, memasang risiko jatuh.
melindungi diri dari cidera. penghalang tempat
tidur, menempatkan
benda berbahaya
ditempat yang aman)
4. Kolaborasi dengan
dokter untuk 4. Kolaborasi dengan
penatalaksanaan dokter untuk
vertigo pada klien meberikan terpai yang
sesuai dengan
penyakit yang diderita
pasien
8. Ansietas berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
dengan perubahan status keperawatan keluarga selama percaya antara percaya adalah dasar
kesehatan ditandai dengan …. kali kunjungan, perawat-klien hubungan terpadu
klien gelisah, ketakutan, diharapkan ansietas dapat yang mendukung
gangguan tidur, sering diminimalkan sampai dengan klien dalam mengatasi
berkeringat diatasi, dengan kriteria hasil : perasaan cemas
1. Klien tampak tenang 2. Pahami rasa
2. Klien menerima tentang takut/ansietas klien 2. Perasaan adalah nyata
penyakitnya dan membantu klien
3. Gangguan tidur hilang untuk terbuka
4. Pola berkemih normal sehingga dapat
mendiskusikan dan
3. Kaji tingkat ansietas menghadapinya
dan diskusikan
penyebab bila 3. Identifikasi masalah
mungkin spesifik akan
meningkatkan
kemampuan individu
untuk menghadapinya
4. Temani atau atur dengan lebih realistis
supaya ada seseorang 4. Dukungan yang terus
bersama klien sesuai menerus mungkin
indikasi membantu klien
mengurangi
ansietas/rasa takut ke
tingkat yang dapat
5. Kaji ulang keadaan diatasi
umum klien dan TTV
5. Sebagai indicator
awal dalam
6. Berikan waktu klien menentukan
untuk mengungkapkan intervensi berikutnya
masalahnya dan
dorongan ekspresi 6. Agar pasien merasa
yang bebas, misalnya diterima
rasa marah, takut, ragu
7. Berikan penjelasan
pada klien tentang
penyakitnya
8. Jelaskan semua 7. Dapat mengurangi
prosedur dan rasa cemas klien akan
pengobatan penyakitnya
8. Ketidaktahuan dan
kurangnya
9. Diskusikan perilaku pemahaman dapat
koping alternative dan menyebabkan
teknik pemecahan timbulnya ansietas
masalah.
9. Mengurangi
kecemasan klien

9. Koping keluarga tidak Setelah di berikan asuhan 1. Tetapkan hubungan 1. Suatu hubungan yang
efektif berhubungan dengan keperawatan selama .... kali kerja dengan keluarga berkelanjutan
kegagalan untuk mengambil kunjungan di harapkan koping melaui kontinuitas membangun
tindakan untuk mengurangi keluarga efektif dengan perawatan kepercayaan,
faktor resiko kriteria hasil : mengurangi rasa
1. Keluarga keterasingan, dan
mengkomunikasikan dapat membantu
kebutuhan dan mengatasi masalah.
bernegosiasi dengan orang 2. Membantu keluarga 2. Melibatkan keluarga
lain untuk memenuhi menetapkan tujuan dalam pengambilan
kebutuhan. yang realistis dan keputusan membantu
2. Keluarga menggambarkan mengidentifikasi mereka bergerak
dan memulai strategi keterampilan dan menuju kemerdekaan
penanggulangan yang pengetahuan pribadi
efektif 3. Berikan kesempatan 3. Verbalisasi ancaman
3. Keluarga menggambarkan untuk mengungkapkan aktual atau yang
hasil positif dari perilaku kekhawatiran, dirasakan dapat
baru ketakutan, perasaan membantu
4. Keluarga berfokus pada dan harapan mengurangi
saat ini kecemasan dan
5. Keluarga membuka pintu untuk
mengidentifikasikekuatan komunikasi yang
pribadi dan menerima 4. Gunakan komunikasi berkelanjutan
dukungan melalui empati 4. Mengakui dan
hubungan keperawatan berempati
6. Keluarga membuat menciptakan
keputusan dan mengikuti lingkungan yang
tindakan yang tepat untuk 5. Menyampaikan mendukung yang
mengubah situasi perasaan menerima meningkatkan
provokatif di lingkungan dan memahami penanganan
pribadi 5. Hindari penyangkalan
7. Keluarga menggunakan palsu. Hubungan jujur
sumberdaya dan system memfasilitasi
pendukung yang di pemecahan masalah
sedikan dan penanganan yang
8. Keluarga verbalisasi berhasil. Penegasan
perasaan yang palsu tidak pernah
berhubungan dengan 6. Dorong keluarga membantu keluarga
keadaan emosiona untuk membuat dan hanya dapat
pilihan dan melegakan
berpartisipasi dalam ketidaknyamanan
perencanaan pada penyediaan
perawatan layanan
dan aktivitas 6. Partisipasi memberi
terjadwal. perasaaan kontrol dan
meningkatkan harga
7. Dorong keluarga diri
untuk mengenali
kekuatan dan
kemampuannya
sendiri 7. Selama krisis,
keluarga mungkin
tidak dapat mengenali
kekuatan mereka.
Membina kesadaran
bisa memperlancar
8. Pertimbangkan penggunaan kekuatan
aktivitas mental dan ini.
fisik dalam 8. Intervensi yang
kemampuan keluarga meningkatkan
kesadaran tubuh
seperti olahraga,
nutrisi yang dapat,
9. Membantu keluarga dan rileksasi otot
dengan mengevaluasi dapat membantu
situasu dan prestasi mengatasi kecemasan
mereka secara akurat dan depresi.
9. Hal ini dapat
membantu keluarga
untuk menyadari
bahwa dia memiliki
keterampilan dan
kekuatan untuk
mengelola situasi
10. Berikan informasi secara efektif.
yang diinginkan dan Keluarga mungkin
kebutuhan keluarga memerlukan bantuan
untuk mendekati
perspektif situasi yang
realistis.
10. Jangan memberikan
lebih dari yang bisa di
tangani keluarga.
Keluarga yang
mengatasi ketidak
efektifan telah
mengurangi
kemampuan untuk
menyerap informasi
dan mungkin
memerlukan lebih
banyak panduan pada
awalnya
c. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. dengan rencana keperawatan yang
dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai
tujuan dah hasil yang diinginkan untuk medukung dan meningkatkan status
kesehatan klien. Implementasi keperawatan merupakan bentuk penanganan
yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan
klinis yan bertujuan meningkatkan asuhan keperwatan klien.

d. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan
kontak dengan klien. Setelah melaksanakan implementasi, mengumpulkan dat
subjektif dan objektif dari klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan selain
itu, anda meninjau ulang pngetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi,
sumber daya pemulihan, dan hasil yang diharpkan dengan bekal pengalaman
sebelumnnya, anda dapat mengevaluasi klien secara lebih baik. Gunakan
pemikiran kritis dan standar untuk menentukan apakah hasil telah tercapai.Jika
hasil telah dipenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi.Bandingkan
prilaku dan respon klien sebeluh dah setelah dilakukan asuhan keperawatan.
PATHWAY
Faktor Predisposisi : usia, jenis
kelamin, merokok, stress,
kurang olahraga, genetic,
alcohol, konsentrasi garam,

HIPERTENSI

Tekanan Sistemik Kerusakan Perubahan


Darah ↑ vaskuler situasi
pembuluh darah

Beban Kerja Jantung Perubahan Informasi Khawatir


↑ Struktur yang minim

Penyumbatan Ansietas
Aliran darah makin Pembuluh Darah Defisit
cepat ke seluruh Pengetahua
tubuh sedangkan n
nutrisi dalam sel Vasokontriksi
sudah mencukupi
kebutuhan
Gangguan
Sirkulasi

Ginjal Otak Pembuluh Retina


Darah

Vasokontriksi Suplai O2 ke otak


pem darah ginjal ↓ Spasme
Sistemik Koroner
arteriol
Aliran darah ↓
ketidakefektifan
Vasokontriks Iskemia
perfusi jaringan Risiko
Respon RAA i miokard
otak ceder
a
Merangsang Afterload ↑
Nyeri
aldosteron Akut

Retensi Na Penurunan Fatigue


curah
jantung
Edema
Intoleransi
Kelebihan volume aktivitas
cairan
DAFTAR PUSTAKA

Dion,Y& Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.


Yogyakarta: Nuha Medika

Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset,


Teori&Praktik.Jakarta : EGC

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta
:Kemenkes RI; 2014.

Mubarrak, dkk.2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi. Jakarta:


Salemba Medika

Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine. University of


Lampung.

Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC.Jogjakarta : MediAction

Riskedas.2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transtruktual.Jakarta : EGC

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai