1. Hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan wajib pajak badan, termasuk
ketentuan khusus yang mengatur hal tersebut.
2. Pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto usaha, maupun penghasilan dari
pembagian keuntungan (dividen) kepada para pemegang sahamnya.
3. Kesempatan untuk menunda pengenaan pajak pada tarif pajak penghasilan lebih kecil/besar apabila
dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tarif pajak penghasilan dan akumulasi
penghasilan.
4. Adanya ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto (Kompensasi Kerugian) dan kredit investasi
yang berlaku bagi bentuk usaha tertentu.
5. Kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba, pajak atas penghasilan
personal, holding company, dan lainnya.
6. Liberalisasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dan atau payment in kind.
Definisi
Badan hukum yang merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam UU serta peraturan pelaksanaannya. (Dasar hukum UU No. 40
tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas).
Perpajakan :
Sesuai pasal 17 UU Nomor 7 tahun 1983 yang telah diubah terakhir kali dengan UU Nomor 36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pengenaan pajak PT dikenakan level net income sebelum
pembagian dividen perusahaan kepada pemegang saham.
Ilustrasi perhitungan pajak Perseroan PT
Pasal 3 (1) :
Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai pajak penghasilan final sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) merupakan :
a. Wajib pajak orang pribadi; dan
b. Wajib pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan terbatas,
yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp.4.800.000.000 dalam
satu tahun pajak.
PP no.23 tahun 2008 Pengecualian Wajib Pajak
➢ Wajib pajak memilih untuk dikenai pajak penghasilan berdasarkan tarif pasal 17 ayat (1) huruf a, pasal 17
ayat (2a), atau pasal 31E Undang – Undang Pajak Penghasilan;
➢ Wajib Pajak badan berbentuk persekutuan komanditer atau firma yang dibentuk oleh beberapa Wajib Pajak
Orang Pribadi yang memiliki keahlian khusus menyerahkan jasa sejenis dengan jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 4 PP no.23 tahun 2018 ~ jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas. (pasal 3 ayat 2 huruf b PP no.23 tahun 2018);
➢ Wajib Pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap (pasal 3 ayat 2 huruf d PP no.23 tahun 2018)
Usaha Persekutuan ( CV, Firma, Kongsi)
Belum ada undang-undang yang mengatur masalah Firma, CV, dan Persekutuan Perdata, maka untuk
persekutuan tersebut menggunakan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.
Perbedaan antara persekutuan dengan PT terletak pada tanggung jawab peseronya (shareholder).
Apabila CV mempunyai banyak hutang sehingga pailit, dan harta benda CV tidak mencukupi untuk
pelunasan utang – utangnya, maka harta benda pribadi pesero pengurus dapat dipertanggungjawabkan untuk
melunasi utang perusahaan.
Pengaturan pajak CV diatur dalam pasal 6 dan 4 ayat 3 UU PPh 36 tahun 2008 : pengenaan pajak CV hanya
dikenakan sekali pada level Net Income Perseroan.
Dividen CV, Firma,Kongsi
Perbedaan dalam menghitung pajak usaha antara pajak perseorangan dengan pajak perseroan, antara
lain :
➢ PTKP dan biaya jabatan (perhitungan pajak bagi wajib pajak pribadi)
➢ Terdapat perbedaan tax rate dan lapisan penghasilan kena pajak (taxable income bracket) antara
PPh Perseorangan dengan Pajak Penghasilan Badan, dimana PPh Perseorangan menggunakan tariff
progresif dari (lapisan tarif 5% sampai dengan tarif maksimum 30%), sedangkan Pajak Penghasilan
Badan menggunakan tarif tunggal 25%.
➢ Pajak Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri
yang memiliki peredaran bruto tertentu (tidak melebihi Rp.4.800.000.000) dalam satu tahun pajak
berlaku tarif pajak penghasilan final 0,5% dari peredaran bruto (Peraturan Pemerintah no.23 tahun
2018 mulai berlaku 1 Juli 2018).
Lapisan dan Tarif Pajak PPh 21
Dasar pendirian sebuah perusahaan koperasi adalah pada akte notaris yang didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI serta disahkan oleh
Kementerian Hukum dan HAM. Tanggung jawab perusahaan dibebankan kepada pengurus, bukan
kepada anggota koperasi.
e. Tarif Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan omzet di bawah Rp.4,8 milyar per tahun = 0,5%
dari peredaran bruto (berlaku 1 Juli 2018).
f. Peraturan Pemerintah no.18 2015 dan PP no. 09 2016 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman
modal di bidang – bidang usaha tertentu dan atau di daerah – daerah tertentu.
Kegiatan Usaha Koperasi yang Mendapatkan Perlakuan Khusus
1. Koperasi yang menanamkan modalnya di bidang – bidang usaha tertentu dan atau di daerah – daerah
tertentu (mendapatkan fasilitas PPh untuk penanaman modal (Peraturan Pemerintah no.18 2015 dan PP no.
09 2016).
2. Pembebanan bea amsuk dan tidak dipungut PPn dan pajak penjualan atas impor kendaraan bermotor jenis
sedan untuk dipergunakkan dalam usaha pertaksian oleh Koperasi Pengemudi Taksi .PPN dan PPnBm
ditanggung pemerintah sepanjang kendaraan tersebut digunakan dalam usaha pertaksian sekurang –
kurangnya selama lima tahun sejak tanggal dikeluarkannya STNK .
3. Pondok boro yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan sederhana, berupa bangunan
bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau
koperasi karyawan yang diperuntukkan bagi buruuh tidak tetap atau para pekerja sektor informal
berpenghasilan rendah dengan biaya sewa yang disepakati, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka
waktu 5 tahun sejak diperoleh (PMK no.36/PMK.03/2007) , jo.no 80/PMK.03/2008 dan
no.31/PMK.03/2011).
Ilustrasi perhitungan pajak Koperasi
Pendirian sebuah perusahaan dengan bentuk yayasan, didasarkan pada akte notaris didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, serta
diperlukan adanya pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM. Tanggung jawab perusahaan
dibebankan ke pengurus.
Sisa hasil usaha (SHU) = obyek pajak penghasilan dikenai tarif 25% .
Pengakuan penghasilan maupun biaya pada Yayasan sama dengan badan usaha lainnya.
Beberapa Macam Jenis Yayasan
1. Yayasan Pendidikan
2. Yayasan Keagamaan dan Sosial
3. Yayasan Kesehatan
4. Yayasan Bidang Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan Usaha Yayasan yang Mendapatkan Perlakuan Khusus
1. Mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk dan cukai dengan mengajukan permohonan untuk
ditetapkan sebagai badan atau Lembaga yang mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk berdasarkan
KMK no.144/KMK.05/1997 tentang Pembebasan Bea Masuk dan Cukai atas impor barang kiriman
hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, social dan kebudayaan (Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 22/PMK/04/2006 diubah PMK.67/PMK.04/2006).
2. Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan bangunan, yakni orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan atau
bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan Pendidikan, badan social, termasuk Yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak – pihak yang bersangkutan (PER – 30/PJ/2009 dan SE
– 48/PJ/2009).
Kegiatan Usaha Yayasan yang Mendapatkan Perlakuan Khusus
3. Yayasan keagamaan dan Sosial Lainnya.
UU PPh 36 2008 Pasal 2, yayasan tetap digolongkan sebagai subjek pajak penghasilan.
Objek pajaknya terbagi dua, bila :
3.1. yayasan bermotif mencari keuntungan (seperti yayasan universitas), maka penerimaannya merupakan
objek pajak penghasilan,
3.2. penerimaan yayasan bukan bermotif mencari keuntungan seperti sumbangan panti asuhan yatim piatu,
maka atas penerimaan tersebut tidak terutang PPh.
4. Peraturan Dirjen Pajak No. PER 44/PJ/2009 dan Peraturan Menkeu No. 80/PMK.03/2009 tentang
pelaksanaan pengakuan sisa lebih yang diterima atau di peroleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang dikecualikan
dari objek pajak penghasilan.
Kegiatan Usaha Yayasan yang Mendapatkan Perlakuan Khusus
Yayasan pendidikan diperkenankan untuk mengakui dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan
yang berasal dari Sisa Lebih (selisih seluruh penerimaan ~ obyek pajak penghasilan selain penghasilan yng
dikenakan pajak penghasilan tersendiri -/- biaya operasional).
Wajib menyampaikan pemberitahuan mengenai renaca fisik sederhana dan rencana biaya pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar dengan tindasan kepada instansi yang membidanginya.
Penyampaian bersamaan dengan penyampaian SPT PPh tahun pajak diperolehnya sisa lebh tersebut atau paling
lama sebelum pembangunan dimulai dalm jangka waktu 4 tahun sejak diperoleh sisa lebih tersebut.
Jika lewat 4 tahun tidak digunakan maka sisa lebih diakui sebagai penghasilan dan dikenai PPh pada tahun
pajak berikutnya.
Bentuk Usaha Tetap
PMK no.35/PMK.03/2019 Pasal 4 (1) berlaku 1 April 2019 :
(1) Bentuk usaha tetap merupakan bentuk usaha yang dipergunakan oleh Orang Pribadi Asing atau Badan
Asing untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. adanya suatu tempat usaha (place of business) di Indonesia;
b. tempat usaha sebagaimana dimaksud pada huruf a bersifat permanen; dan
c. tempat usaha sebagaimana dimaksud pada huruf a digunakan oleh Orang Pribadi Asing atau Badan Asing
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
Bentuk Usaha Tetap
PMK no.35/PMK.03/2019 Pasal 4 (2) dan (3) :
Bentuk usaha sebagai berikut merupakan bentuk usaha tetap meskipun tidak memenuhi kriteria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
b. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60
(enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
c. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; dan
d. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.
(3) Pengertian usaha atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup segala hal yang dilakukan
untuk mendapatkan, menagih, atau memelihara penghasilan.
Bentuk Usaha Tetap
PMK no.35/PMK.03/2019 Pasal 5
(1) Tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a mencakup segala jenis tempat, ruang,
fasilitas, atau instalasi, termasuk mesin atau peralatan, yang digunakan Orang Pribadi Asing atau Badan Asing
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan, yang dapat berupa:
a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan;
c. kantor perwakilan;
d. gedung kantor;
e. pabrik;
f. bengkel;
g. gudang;
h. ruang untuk promosi dan penjualan;
i. pertambangan dan penggalian sumber alam;
J. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; dan
Bentuk Usaha Tetap
l. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan Orang Pribadi asing
atau Badan Asing untuk menjalankan usaha melalui internet.
(2) Adanya tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan tanpa memperhatikan apakah Orang
Pribadi Asing atau Badan Asing memiliki atau menyewa atau apakah Orang Pribadi Asing atau Badan Asing
berhak secara hukum menggunakan tempat usaha tersebut.
Referensi
Drs. Chairil Anwar Pohan.,Msi.,MBA., ,” Manajemen Perpajakan : Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis,”.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013.
H. Prianto Budi,” Manajemen Pajak : Sebuah Pendekatan Komprehensif, Empirik, dan Praktis,” PT Patama
Indomitra Konsultan, Jakarta, 2013.
Peraturan Pemerintah no.23 tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima
Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Grosanu.,Adrian; Rachisan.,Paula Ramona; dan Berinde., Sorin Romulus (2012) ; Creative Accounting, An
Expression of the Disconnection Between Accounting and Taxation”, Annales Universities Apulesis Series
Qeconomica 14 (1).