Anda di halaman 1dari 7

PENYAKIT MENULAR

Klasifikasi penyakit
Penyakit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, berdasarkan sifat jalur sebab-
akibatnya yang berhubungan dengan pengaruh keadaan lingkungan makhluk hidup yang
berbeda, dari satu kelas ke kelas yang lain.
1.Kelas terpenting hingga saat kita sekarang berada di abad ke-20 ini., ialah penyakit menular
yang disebabkan oleh bakteria,protozoa, cacing, jamur dan virus.
2.Suatu kelompok penyakit yang sekarang makin banyak mengganggu manusia juga, ialah
penyakit yang disebabkan oleh pencemaran alam seperti bronkhitis, emfisema dan kanker.
3.Kelas lain, ialah penyakit yang disebabkan oleh tekanan keadaan, kesibukan dan
kekhawatiran, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit tekanan pembuluh jantung., dan
sebagainya. Penyakit semacam ini jelas berhubungan dengan lingkungan sosial manusia.
4.Suatu jenis penyakit yang berhubungan juga dengan keadaan sosial manusia, ialah penyakit
yang berhubungan dengan keadaan makanan.
Tetapi penyakit semacam ini berlainan dengan no.3 karena erat juga hubungannya dengan
keadaan ekonomi, hasil pertanian dan cara mengolah makanan.
5.Kelas lain yang mempunyai tempat tersendiri dan umum juga diderita orang ialah penyakit
alergi yang ada hubungannya dengan faktor lingkungan.
6.Penyakit yang terkenal dengan istilah teratologi,yaitu penyakit kelainan batuk,yang juga
disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Misalnya sesuatu yang mempengaruhi seorang ibu
yang sedang hamil sehingga bayinya dilahirkan cacat. Yang paling terkenal, ialah pengaruh
semacam pil tenang thalidomida.
Dalam bab ini terutama akan dibahas penyakit menular yang dapat menyebabkan banyak
kematian, tidak saja kepada hewan, tetapi juga pada manusia.
Penyakit menular ini sebetulnya dibagi lagi kedalam beberapa kategori umum,bergantung
pada sejumlah sifat atau macam organisme hidup yang bersangkutan dengan dinamika
epidemi itu. Menurut klasifikasi May(1958), penyakit menular itu ada yang merupakan
kompleks dua-faktor, tiga-faktor dan empat-faktor. Kompleks dua-faktor hanya menyangkut
patogen dengan spesies tuan rumahnya saja. Misalnya flu(influenza) dan penyakit lainnya
yang disebabkan oleh virus.
Kompleks tiga-faktor adalah semacam penyakit malaria dan demam kuning, yaitu yang
memerlukan hubungan patogen, vektor (penyebar) , manusia.
Kompleks empat-faktor misalnya penyakit pes atau tipes (typhoid) . Merupakan suatu sistem
dimana terdapat tuan rumah perantara misalnya tikus dan mamalia kecil lain yang membawa
ekto-parasit semacam pinjal. Pinjal (Siphonoptera) itu membawa patogrn yang mungkin
berapa bakteria atau jenis kuman lain. Faktor yang keempat tentu saja manusia, tuan rumah
terakhir yang ditulari penyakit, karena digigit oleh ekto-parasit yang telah meninggalkan tuan
rumah perantaranya yang sedang sakit atau bahkan mungkin sudah mati. Hewan perantara
dapat menulari manusia, karena memang hidup dalam lingkungan sama dan berdekatan

Asal mulai epidemi dan gelombang epizootika


Sepanjang perjalanan sejarah ilmu kedokteran, berbagai teori telah dikemukakan untuk
menerangkan tingkah laku dinamika gelombang epidemi. Lama kelamaan memang telah
disepakati bahwa interaksi berbagai macam faktor bertanggung jawab atas ciri epidemi
dipandang dari perjalanan ruang dan waktu. Terutama telah dipahami bahwa penyakit dapat
berasal dari sumber penyebarannya. Yang mungkin berasal dari satu episenter atau lebih.
Penyebaran penyakit ini merupakan hasil interaksi tiga macam faktor, yakni:
1.Faktor yang berhubungan dengan kepadatan populasi (dencity dependent factor) yaitu yang
disebabkan misalnya oleh kepadatan populasi manusia sebagai tuan rumah penyakit menular
itu. Ada penduduk yang tinggal berdekatan sekali dalam kampung yang berpenduduk padat
atau ada pula yang tinggal berjauhan antara satu rumah dengan yang lain, atau terpencil.
2.Faktor yang berhubungan dengan sifat biologi patogen atau virus, misalnya: virulensinya,
umur tiap partikel, sifat biologi lain baik dari tuan rumah maupun patogen dan vektor yang
berhubungan dengan daya tahan atau daya resesterti.
3.Faktor yang tak bergantung pada populasi, misalnya naik turunnya cuaca yang tiba-tiba
atau keadaan kebersihan atau sanitasi lingkungan hidup manusia.
Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Gafafer (1931), Pada (1958), London (1964),
Boyd(1960), Holland dkk(1965), menunjukkan, bahwa suhu memang merupakan faktor
lingkungan yang sangat penting dalam menentukan berjangkitnya penyakit lubang
pernapasan bagian atas
Sungguh pun demikian telah pula diketahui, bahwa penyakit influenza tak timbul sekaligus di
semua tempat pada waktu yang sama. Penyakit ini berjangkit di beberapa tempat tertentu,
kemudian menyebar ke daerah lain. Barangkali peledakan penyakit influenza ini di suatu
tempat ada juga hubungannya dengan keadaan iklim di daerah tersebut, pada suatu waktu
tertentu. Kalau saja kita bisa menentukan keadaan faktor iklim atau lingkungan yang
bagaimana, yang dapat membuat suatu tempat itu menjadi pusat epidemi, maka pasti kita
dapat meramalkan keadaan cuaca di suatu tempat yang mungkin akan berbahaya sebagai
pusat epidemi,. Dari pengetahuan itu kemudian kita dapat melakukan usaha pencegahan.
Berdasarkan epidemi tahun 1950-1951 pusat penyebaran epidemi influenza di Eropa berasal
dari negara Skandinavia. Dan menurut analisa data cuaca, influenza itu berjangkit pada waktu
cuaca cukup hangat di musim dingin kemudian diikuti oleh penurunan suhu yang tiba-tiba.
Influenza di Asia berdasarkan epidemi tahun 1957 berasal dari Cina sebelah utara. Data cuaca
dari Cina tak ada untuk di analisa, tetapi menurut laporan cuaca di Jepang, nampak adanya
penurunan suhu yang berat pada bulan November dan Desember tahun 1956. Kemudian
influenza mulai merajalela pada bulan Maret tahun 1957.

Kesimpulan
Dari ulasan diatas dapatlah disimpulkan, adanya suatu tekanan yang meningkat pada tubuh
manusia oleh penurunan suhu lingkungan. Tekanan yang berat itu memudahkan tubuh untuk
dijangkiti penyakit influenza. Masalah timbul untuk menentukan dengan tepat dan pasti kesan
kumulasi apakah yang menimbulkan penyakit ini berjangkit pada manusia. Ada dugaan
bahwa faktor yang kritis bukanlah bobot tekanan suhu, tetapi perubahan yang tiba-tiba dan
tak diharap-harapkan dari iklimlah yang menyebabkan berjangkitnya penyakit influenza pada
manusia. Kalau dugaan ini benar,implikasi keterangan diatas selanjutnya akan sangat
menarik. Mungkinkah hawa dingin yang tiba-tiba itu telah merangsang timbulnya virus jenis
baru, seperti halnya pada epidemi influenza di Asia, yang ditimbulkan oleh virus jenis baru.
Meskipun demikian, data ilmiah lebih cenderung untuk bertolak dari penjelasan tentang
adanya ‘ingatan' fisiologi pada tubuh manusia.Nampaknya tubuh manusia itu dikawal oleh
beberapa simpul kontrol umpan- balik yang setiap waktu dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan. Makin menyimpang keadaan lingkungan dari batas kemampuan tubuh
untuk melawan perubahan, makin besarlah tekanan pada tubuh dan makin mudahlah manusia
dijangkiti penyakit menular.
Flu biasa,yang berjangkit sewaktu-waktu di antara anggota keluarga, sering juga terjadi, tapi
tak begitu berbahaya. Sebaliknya, epidemi penyakit flu yang berjangkit secara meluas dan
membunuh orang ribuan atau jutaan datangnya menurut interval. Contohnya, ialah flu yang
menyerang dunia tahun 1918-1919 membunuh kurang lebih 21 juta manusia.
Ada 2 fakta yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian mengenai hal
ini:
1.Epidemi yang hebat biasanya disebabkan oleh satu jenis virus influenza, yang relatif baru
bagi suatu populasi manusia yang di serang nya; atau sudah lama tidak pernah menyerang
lagi. Ada kemungkinan timbulnya virulen influenza yang di luar biasa atau jenis baru itu,
merupakan gejala siklis dalam periode setiap 40 tahun sekali dugaan semacam ini memang di
jumpai dalam bahan pustaka hingga jauh di zaman Hippocrates.
2.Bukti yang makin bertimbun menambah keyakinan, bahwa reservoir atau sumber virulen
influenza ini berasal dari populasi babi atau hewan mamalia lainnya.

Banyak pula bukti bahwa orang dapat mengembangkan kekebalan (imunitas) terhadap suatu
jenis penyakit flu, yang mereka jumpai di sepanjang hayatnya. Lebih daripada itu, orang yang
sudah tua sekali umurnya nampak lebih kebal terhadap serangan influenza berbahaya. Hal ini
juga mungkin, karena orangtua memang telah berhasil ditempa oleh berbagai bentuk viruen
flu selama hidupnya. Mulder dan Masure (1958) melaporkan dari hasil pengamatannya,
bahwa kekebalan yang tinggi waktu terjadi pandemi flu di Asia tahun 1957 terdapat pada
orangtua berumur di sekitar 70 tahunan. Hal ini mungkin bersangkut paut dengan jenis
influenza yang juga menyerang daerah ini tahun 1889,68 tahun sebelumnya. Dan mereka
pernah lolos, dari malapetaka yang terjadi sebelumnya itu, bahkan kemudian berhasil
mengembangkan kekebalan.
Sungguh pun demikian, Vasenjak hirjan dkk (1996) mengemukakan bahwa kekebalan
seseorang akan suatu jenis virus influenza tertentu, belum tentu merupakan jaminan akan
kekebalannya terhadap jenis virus yang lain. Gambaran dari data virologi dan imunologi
menunjukkan, bahwa penyakit influenza selalu berada dalam populasi manusia.
Sungguh pun demikian mereka itu mengalami perubahan jenis secara terus-menerus. Untuk
tiap jenis yang timbul, manusia mengembangkan kekebalan terhadap jenis virus itu.
Kekebalannya terhadap satu jenis memang berkaitan dengan kekebalan terhadap jenis yang
lain. Tetapi, lebih atau kurang kebalnya seseorang terhadap satu jenis virus bergantung pada
jauh dekatnya hubungan virus baru itu terhadap virus yang mengenalkan seseorang,
sebelumnya. Sungguh pun demikian, virus baru yang berbahaya timbul pada interval waktu.
Misalnya, 1889-1918-1957.Jadi, kalau memang epidemi itu timbul hanya orang yang
berumur tua saja yang kebal terhadap virus itu, kalau memang jenis virus itu timbul tiap 30-
40 tahun sekali.
Berbagai penyakit. Dan kita ketahui pula, bahwa beberapa protein plasma itu di pengaruhi
oleh cuaca. Jadi, ada cukup alasan untuk mengambil perkiraan, bahwa cuaca mempunyai
pengaruh terhadap protein plasma, yang bertanggung jawab terhadap pembentukan daya
tahan tubuh.

Tromp (1963) mempunyai alasan lain yang cukup menarik. Saluran darah kapiler di
permukaan tubuh mengkerut kalau kena dingin. Reaksi ini merupakan salah satu mekanisme
untuk mengurangi aliran darah ke permukaan tubuh pada waktu cuaca dingin. Hal ini perlu
untuk mencegah terlalu banyak nafas di buang oleh tubuh. Meskipun demikian, pengerutan
saluran kapiler ini mempunyai akibat lain pula.

Pendinginan cuaca menaikkan piscositas dan menurunkan kecepatan reaksi kimia yang
berlaku di permukaan tubuh. Dan barang kali hal ini pula lah yang menimbulkan kurang nya
daya-tindak dari berbagai mekanisme, saat zat anti body berjuang melawan berbagai
penyakit. Tentu saja anggapan ini masih perlu di dukung oleh banyak hasil percobaan untuk
membuktikan kebenarannya.

CUACA DAN VARIASI PENJANGKITAN PENYAKIT LUBANG PERNAPASAN(bagian


atas)
Ribinskia (1957)mengamati kembali epidemi influenza di Rusia sejak tahun 1772. Ternyata
hanya ada satu peristiwa epidemi yang berjangkit bukan pada bulan antara November dan
Maret. Kekecualian ini pun adalah pandemi tahun 1918-1919 yang berasal dari negeri lain
yang pada saat berjangkitnya sedang mengalami musim dingin. Di tunjukan pula, bahwa
selama musim dingin tahun 1952-1955, penyakit influenza berjangkit di beberapa tempat di
kiyev,setelah terjadi penurunan suhu yang tiba tiba sekali bahwa suhu udara mempunyai
hubungan yang erat dengan berjangkitnya penyakit influenza di dukung oleh suatu bukti,
yang ditunjukkan oleh sebuah sekolah mengecat. Pelajar yang di latih menembok, yang
kebanyakan bertugas di luar ruangan dan terkena hawa dingin, ternyata paling banyak banyak
di serang epidemi influenza tersebut (47,7%). Yang bekerja sebagai penganyam permadani
dan selalu berlatih dalam ruangan hanya 23% saja yang terserang influenza pelajar yang di
latih menjadi juru cat berada diantara batas Kisar presentasi di atas, sedang-kadang mereka
mengecat di luar, kada-kadang di dalam ruangan.
Tateno dekaka. (1963) dari Jepang memberikan bukti yang lebih menguatkan dan
mengatakan, bahwa epidemi influenza akan berjangkit, kalau suhu dan kelembaban udara
relatif sedang berada pada batas terendah.

Anda mungkin juga menyukai