Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER


ACARA III : GASTROTOMI

disusun oleh :

Nama : Fadli Putranto

NIM : 17/412417/KH/09313

DEPARTEMEN ILMU BEDAH DAN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
GASTROTOMI
I. JUDUL PRAKTIKUM
“Gastrotomi”

II. PENDAHULUAN
A. Anatomi Lambung
Gastrium merupakan dilatasi terbesar dari saluran alimentarius, memanjang dari
esofagus hingga usus halus. Anjing dan kucing memiliki jenis lambung simpel (sederhana)
dan glandular. Lambung dibagi menjadi empat bagian yaitu cardiac (pars cardiaca), fundus
(fundus ventriculi), body/corpus (corpus ventriculi), pyloric (pars pilorica). Dinding lambung
disusun oleh beberapa lapisan dari dalam ke luar yaitu, tunika mukosa, tunika submucosa,
tunika muskularis, tunika serosa. Gastrium disuplai oleh pembuluh darah celiac artery.
Pembuluh darah tersebut kemudian bercabang menjadi splenic artery, left gastric artery, dan
right gastric artery (Koenig dan Liebich, 2004).

Gambar 1. Struktur anatomi lambung (Aspinall dan Cappello, 2015)


Lambung pada hewan anjing dan kucing dikategorikan sebagai monogastrik.
Lambung berfungsi sebagai :
1. Bekerja sebagai penyimpanan makanan : karnivora liar (seperti singa) hanya makan
setiap 3 – 4 hari sekali dan beristirahat sementara makanan dicerna dengan lambat
2. Untuk memecah makanan dan mencampurnya dengan cairan lambung
3. Unutk melanjutkan proses pencernaan protein

Lambungnya berbentuk C-shaped, organ seperti kantung yang berada di kiri cranial
abdomen. Lambung dibagi menjadi tiga area, cardiac, fundus, pylorus. Kebanyakan kelenjar
lambung berada di fundus. Lumen lambung terdiri dari beberapa sel yang bertanggung jawab
memproduksi cairan lambung :
 Sel goblet ditemukan pada seluruh bagian lambung. Bekerja mensekresikan mukus
untuk melubrikasi makanan dan melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat
enzim pencernaan (autodigesti)
 Sel chief ditemukan di fundus. Bekerja mensekresikan pepsinogen, prekursor untuk
mengaktifkan enzim pepsin, pepsin akan memecah protein menjadi peptida
 Sel parietal ditemukan di fundus. Bekerja mensekresikan HCL, sekret ini akan
penciptakan suasana asam pH yang memungkinkan pepsin bekerja dengan efektif
(Aspinall dan Capello, 2015)
Lambung tersusun dari beberapa tunika, yaitu tunika mukosa, submukosa, muskularis,
dan serosa. Tunika mukosa terdiri dari lamina epithelial, lamina propia dengan serabut
kolagen, sel lemak dan serabut saraf submukosa. Tunika muskularis memiliki 3 lapisan yaitu
lapisan dalam yang mengulir, lapisan tengah yang melingkar, dan lapisan luar yang
longitudinal. Diantara lapisan tengah dan luar terdapat pleksus mientrikus. Tunika serosa
terdiri dari mesotel yang membalut lapisan jaringan ikat longgar yang disebut subserosa
(Fossum dkk., 2013).

B. Operasi pada Lambung


Gastrostomi merupakan incisi pada dinding lambung menuju lumen. Gastrectomi
parsial adalah reseksi dari bagian lambung, dan gastrostomi adalah membuat bukaan buatan
pada dinding lambung. Gastropeksi secara permanen menempelkan lambung ke dinding
tubuh. Pengangkatan pilorus (pylorectomy) dan perlekatan lambung ke duodenum
(gastroduodenostomi) adalah prosedur Billroth I. Perlekatan jejunum ke lambung
(gastrocjejunostomi) setelah gasteroctomy parsial (termasuk pyleroctomi) adalah prosedur
Billroth II. Dalam pyloroctomi, incisi hany dibuat sepanjang pilorus pada lapisan serosa dan
muskularis. Untuk pyloroplasti, reorientasi sayatan dan jaringan yang tebal dilakukan untuk
meningkatkan diameter saluran keluar lambung (Fossum dkk., 2013).
Perhatian sebelum operasi, umumnya operasi ambung melakukan tindakan
mengeluarkan benda asing dan memperbaiki dilatasi lambung – volvulus, ulserasi atau erosi
lambung, neoplasia, dan obstruksi jalur keluar lambung. Gangguan pada lambung mungkin
menyebabkan vomit (intermitten atau profuse dan continuous) atau hanya anoreksia.
Dehidrasi dan hipokalemia umum terjadi pada hewan yang mengalami vomit dan harus
diatasi terlebih dahulu sebelum diberikan anestesi. Alkalosis mungkin muncul sebagai
gangguan sekunder akibat hilangnya cairan lambung; bagaimanapun, metabolik asidosis
dapat terlihat. Bila memungkinkan, makanan harus tidak diberikan minimal 8 hingga 12
sebelum operasi untuk memastikan lambung kosong. Jika akan dilakukan gastroskopi, bagus
untuk pasien dipuasakan selama 18 jam dan dianjurkan 24 jam sebelum prosedur.
Bagaimanapun, puasa selama 4 hingga 6 jam mungkin akan membantu mencegah
hipoglikemia pada pasien pediatrik. Pembedahan untuk obstruksi lambung, distensi,
malposisi, ulserasi harus dilakukan secepat mungkin ketika kondisi pasien telah stabil
(Fossum dkk., 2013).
Beberapa anesthesi digunakan untuk pembedahan abdomen. Pada tabel 1. dapat
dilihat anestesi yang digunakan untuk pembedahan abdomen.

Tabel 1. Tabel pertimbangan sebelum operasi, ketika operasi, dan pasca operasi pada
pembedahan abdomen (Fossum dkk., 2013)
Antibiotik selama perioperatif mungkin digunakan bila membuka lumen lambung;
bagaimanapun, hewan dengan fungsi imun yang normal ketika dilakukan gastrostomi normal
jarang menggunakan antibiotik. Bila antibiotik digunakan, harus diberikan secara intravena
sebelum induksi anestesi dan dilanjutkan pemberiannya hingga 12 jam pasca operasi (Fossum
dkk., 2013).
Teknik pembedahan lambung secara umum lebih aman melakukan gastrotomi
dibandingkan esofagostomi atau enterotomi. Gastrotomi kebanyakan dilakukan apabila ada
indikasi mengeluarkan benda asing. Buat incisi pada midline ventral abdomen dari xiphoid ke
pubis.. gunakan retraktor balfour untuk menarik dinding lambung dan memberikan paparan
yang memadai dari saluran gastrointestinal. Periksa seluruh isi lambung sebelum menginsisi
lambing. Untuk mengurangi kontaminasi, isolasi lambung dari sisa isi lambung dengan spons
laparotomi. Pasang jahitan penahan untuk membantu manipulasi lambung dan membantu
mencegah kebocoran isi lambung. Buat insisi lambung pada daerah yang hipovaskuler (aliran
pembuluh darah rendah) pada ventral lambung, antara kurvatura mayor dan kurvatura minor
(gambar 20 – 66). Pastikan insisi tidak dekat pylorus, atau penutupan insisi dapat
menyebabkan jaringan yang berlebih terlipat ke dalam lumen lambung, mengakibatkan
obstruksi aliran keluar. Buat insisi ke dalam lumen lambung dengan scalpel (gambar 20 – 67,
A). dan perbesar insisi dengan gunting metzenbaum (gambar 20 – 67, B). Gunakan suction
untuk menyedot isi lambung dan mengurangi tumpahan. Tutup lambung dengan benang yang
absorbable (contoh polydioxanone, polyglyconate) dalam pola seromuskular pembalik dua
lapis (gambar 20 67, C). Sertakan serosa, muskularis, dan submukosa pada lapisan pertama,
menggunakan pola cushing atau simple continuous, kemudian diikuti dengan pola lembert
atau cushing yang menggabungkan lapisan serosa dan muskularis (gambar 20 – 67, D).
Sebagai alternatif, tutup mukosa dengan pola jahitan simpel continuous sebagai lapisan yang
terpisah untuk mengurangi pendarahan pasca operasi. Sebelum menutup insisi abdomen,
ganti peralatan dan glove yang terkontaminasi oleh isi lambung dengan menggunakan
peralatan dan glove yang steril. Setiap kali mengeluarkan benda asing dari lambung, pastikan
untuk memeriksa seluruh saluran usus untuk memastikan tidak akan menyebabkan obstruksi
usus dikemudian hari (Fossum dkk., 2013).
Gambar 2. Lokasi insisi yang disarankan pada prosedur gastrotomi (Fossum dkk., 2013)

Gambar 3. Gastrotomi. A, buat insisi hingga lumen lambung dengan scalpel. B, perbesar
insisi dengan gunting metzenbaum. C dan D, tutup lambung dengan pola menjahit sekaligus
di seromuskular (Fossum dkk., 2013).

Perawatan pasca operasi dan penilaiannya perlu memperhatikan elektrolit terutama


potasium, harus diperhatikan selama pasca operasi. Analgesik harus tersedia bila dibutuhkan.
Terapi cairan intravena tetap diberikan hingga pasien mampu minum dengan normal untuk
menghidrasi dirinya. Bila ingin mengantisipasi vomit dan anoreksia yang berkepanjangan,
pemberian hiperalimentasi (overnutrisi) perlu disediakan melalui tabung gastrotomi atau
enterostomi. Bila direncanakan, pemberian tabung makanan dapat dipasang pada awal
pembedahan untuk menghindari prosedur kedua. Makanan dapat diberikan 12 jam pasca
operasi bila tidak terjadi vomit. Elektrokardiogram (ECGs) harus diperhatikan untuk
mengantisipasi aritmia sebelum operasi atau pasca operasi (Fossum dkk., 2013).
III. TUJUAN PRAKTIUM
 Mahasiswa mengetahui teknik yang benar dalam prosedur operasi gastrotomi
 Mahasiswa mengetahui persiapan untuk operasi gastrotomi

IV. MATERI DAN METODE


A. MATERI
a. Alat
- Benang absorbable : untuk menutup luka operasi
- Needle : untuk menjahit luka operasi
- Blade ukuran 11 : untuk melakukan incisi
- Duk : agar daerah sekitar operasi tidak kotor
- Spuit : menginjeksikan obat secara intramuskular dan subkutan
- Cushing forcep : untuk menahan kedua sisi yang dijahit
b. Bahan
- Atropin
- Xylazine
- Ketamin
- Alcohol
- Povidone iodine
B. METODE
a. Laparatomi
Pasien dipuasakan sebelum dianestesi dan diperiksa status kesehatannya
premedikasi dengan atropin sulfat 0,025% dosis 0,04 mg/kg diberikan secara
subkutan -> ditunggu kurang lebih 15 menit hingga muncul efeknya yang ditandai
dengan mukosa mulut mulai kering -> ketamin 10% (15 mg/kg) dan xylazine 2%
(2 mg/kg) dicampur dalam satu syringe kemudian disuntikkan secara intramuscular
-> pasien diposisikan di meja operasi rebah dorsal dengan kaki difiksasi di meja
operasi dan rebahnya simetris untuk memudahkan menemukan linea alba -> Jika
diperlukan, pasien diberi infus dan dipantau terus kestabilannya baik itu
pernapasan, denyut jantung -> Kemudian bagian ventral diberikan antiseptik atau
alkohol dari tengah ke perifer di area yang akan dibedah. Bisa ditambah dnegan
iodine. Pemberian antiseptik dari tengah ke perifer secara sirkular -> Incisi
dilakukan di cranial midline dari umbilicus ke arah cranial -> Linea alba diincisi
sedikit hingga terlihat rongga abdomen -> Diperpanjang menggunakan gunting
b. Gastrotomi
Restrain hewan dengan posisi dorsal rekumbensi -> setelah dilakukan laparotomi
lambung di keluarkan, dan tentukan posisinya baik di curvature mayor atau minor
-> buat dua stay suture sehingga incise mudah -> incise dibuat diantara stau suture
di bagian ventral body yang sedikit pembuluh darah -> incise hingga bagian dalam
mukosa lambung -> keluarkan benda asing -> penutupan insisi dimulai dengan
melakukan jahitan pada mukosa yang berdekatan dengan seromuscular, ikat
dengan dua ikatan dan sisakan benang yang panjang -> tutup bagian mukosa
dengan jahitan sederhana menerus atau cushing, lanjutkan jahitan hingga akhir dari
insisi seromuscular -> tanpa melakukan ikatan, lakukan jahitan cushing melalui
serosa, muskularis, dan submucosa sejajar dengan Panjang dari insisi -> jahitan
terakhir dilakukan dengan pengikatan benang pada ujung benang yang pertama ->
lambung dimasukkan kembali ke dalam rongga abdomen dan diberi NaCl
fisiologis -> lakukan penutupan dinding abdomen linea alba dengan pola jahitan
sederhana tunggal dengan benang vicryl, simpul dipastikan kuat tetap tidak terlalu
menarik kulit, jarak antar jahitan tidak terlalu jauh, peritoneum harus ikut terjahit.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum acara ketiga membahas mengenai operasi gastrotomi pada anjing. Menurut
Smeak dan Monnet (2020), gastrotomi dilakukan untuk mengeluarkan benda asing yang
tersangkut di dalam lambung dan digunakan untuk mengambil sampel biopsi. Sebelum
operasi gastrotomi dilaksanakan, pasien terlebih dahulu diperiksa. Apakah ada gejala muntah
sebelumnya atau tidak, jika ada gejala muntah dapat diberikan obat antiemetika sebelum
anestesi.
Hal-hal yang dilakukan sebelum operasi adalah persiapan alat, tempat, operator dan
asisten, serta persiapan dari pasien. Alat dan tempat tentu harus steril dan bersih, alat sudah
rapih di sekitar meja operasi. Perlengkapan dari operator dan asisten meliputi gaun operasi,
masker, headcap, gloves juga sudah siap. Pasien harus sudah dipuasakan terlebih dahulu,
dalam keadaan stabil baru kemudian diberikan preparat premedikasi seperti atropine dan
xylazine yang disesuaikan dengan dosis dan bobot tubuhnya. Dosis atropine sebagai
preanestesi yang dapat diberikan pada anjing adalah 0,01-0,02 mg/kg secara IM, IV, atau
0,02-0,04 mg/kg secara SC/IM/IV, kemudian setelah 10-15 menit baru diberikan Xylazine
dengan dosis 0,2-1 mg/kg dapat diberikan secara IM, SC, IV yang dicampur dengan ketamine
sebagai anestesi sebesar 0,5 mg/kg IV (Plumb, 2011). Setelah pasien teranestesi, baru dimulai
proses operasi.
Operasi gastrotomi tentu diawali dengan laparotomi terlebih dahulu. Laparotomy
dilakukan dengan membuka rongga abdomen sehingga memungkinkan operator untuk
melakukan eksplorasi secara menyeluruh dan melakukan palpasi pada keseluruhan saluran
pencernaan untuk memastikan sudah tidak ada benda asing serta dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bila terjadi abnormalitas (Otomo dkk., 2017). Jika diperlukan, pasien diinfus
dan selalu dipantau kestabilan tubuhnya meliputi napas, denyut jantung, suhu, dsb. Area
ventral pasien diberi antiseptik dan iodine secara sirkuler dari central ke perifer dengan tujuan
agar bakteri hilang merata. Incisi dilakukan di cranial midline dari umbilicus ke arah cranial
hingga terlihat rongga abdomen, kemudian diperpanjang menggunakan gunting.
Setelah rongga abdomen terbuka, lambung dikeluarkan kemudian ditentukan posisi
untuk dilakukan penyayatan yaitu di tempat dengan tidak ada atau minim pembuluh darah,
contohnya di antara curvatura mayor dan minor. Untuk memudahkan operasi, dibuat dua stay
suture, kemudian lambung diincisi hingga terlihat mukosa lambung dan diperpanjang
menggunakan gunting. Segera setelah terbuka, benda asing atau sampel diambil. Kemudian
ketika sudah selesai, dilakukan penutupan dengan dua lapisan inverting. Lapisan pertama
menggunakan pola jahitan sederhana menerus sesuai dengan literatur dari Smeak dan Monnet
(2020), dan lapisan kedua menggunakan pola jahitan cushing atau lambert menggunakan
benang absorbable. Lalu lambung dimasukkan kembali dan rongga abdomen diberi larutan
NaCl fisiologis agar organ tidak kering atau lengket. Setelah itu dilakukan penutupan dinding
abdomen linea alba menggunakan pola jahitan sederhana tunggal dengan benang vicryl.
Pastikan simpul benar-benar kuat dan jarak antar jahitan tidak terlalu jauh.
Setelah operasi, pasien perlu dipantau perkembangannya. Mulai dari diberikan minum
sedikit demi sedikit, jika tidak ada muntah bisa dilanjutkan dengan pemberian makan (Smeak
dan Monnet, 2020). Selain itu, jika pasien suka menggigiti jahitan, bisa dicegah dengan
memasang collar pada pasien dan jika terluka bisa diberikan iodine dan enbatic untuk
mengurangi bakteri dan mempercepat pengeringan luka.
VI. KESIMPULAN

1. Gastrotomi merupakan tindakan bedah untuk membuka lambung, didahului dengan


laparotomi yaitu tindakan bedah untuk membuka rongga abdomen
2. Teknik yang banyak disukai dokter hewan dalam penutupan dinding lambung ialah pola
lapisan ganda
3. Sebagai dokter hewan, perawatan pra dan pasca operasi harus dilakukan dengan hati-
hati hingga pasien sembuh total

VII. DAFTAR PUSTAKA

Aspinall, V., dan Capello, M. 2015. Introduction to Veterinary Anatomy and Physiology Textbook 3rd
ed. China : Elsevier.
Fossum, T.W., Dewey, C.W., Horn, C.V., Johnson, A.L., MacPhail, C.M., Radlinsky, M.G., Schulz,
K.S., Willard, M.D. 2013. Small Animal Surgery 4th ed. Missouri : Elsevier.
Konig, H. E. dan Liebich, H. G. 2004. Veterinary Anatomy of Domestic Mammals. Germany :
Schattauer
Otomo, A., Singh, A., Valverde, A., Beaufrere, H., Mrotz, V., Kilkenny, J., dan Linden, A. zur. 2018.
Comparison of Outcome in Dogs Undergoing Single-Incision Laparoscopic-Assisted
Intestinal Surgery and Open Laparotomy for Simple Small Intestinal Foreign Body Removal.
Veterinary Surgery, pp. 1-8.

Plumb, D. C. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook 7th Edition. Swedia : PharmaVet Inc.

Smeak, D. D. dan Monnet, E. 2020. Gastrointestinal Surgical Techniques in Small Animals. US :


Wiley

Anda mungkin juga menyukai