I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui periode perkembangan fetus
2. Mengetahui hormonal kebuntingan yang berperan
3. Mengetahui macam-macam dan tipe-tipe plasenta berbagai hewan
4. Mengetahui susunan plasenta setiap hewan
Fertilisasi merupakan peristiwa bertemu dan bersatunya ovum dengan sel spermatozoa
sehingga menghasilkan zygot. Fertilisasi juga bisa diartikan bersatunya pronukleus jantan
(spermatozoa) dan proneukleus betina (ovum) sehingga membentuk zygot yang ditandai dengan
terbentuknya polar body II (Pratiwi et al, 2019). Fertilisasi juga spermatozoa mempenetrasi
ovum sehingga proukleus jantan dan pronukleus betina bertemu sehingga mempunyai 2
pronukleus (2PN) (Parera dan Hadisutanto, 2014).
B. Tahapan Fertilisasi
Oosit dilepaskan oleh ovarium dan menuju tuba falopii untuk bertemu dengan spermatozoa
yang telah mengalami kapasitasi. Tahap pertama dari proses fertilisasi dimulai dari penetrasi
korona dan sel-sel cumulus oophorus oleh spermatozoa dengan menggunakan enzim
hyalurodinase yang akan mencerna asam hyaluronat di sel-sel cumulus. Setelah menembus sel-
sel cumulus, spermatozoa berikatan dengan zona pelusida melalui ikatan semacam antigen-
reseptor yang bersifat spesifik. Zona pelucida merupakan selubung glikoprotein yang
mengelilingi ovum yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan memicu
reaksi akrosom (Pratiwi et al, 2019).
Tahap kedua, penetrasi zona pelusida, reaksi penetrasi spermatozoa pada zona pelusida
menyerupai reaksi antigen-reseptor. Dimana yang berperan sebagai antigen ialah protein pada
membran plasma spermatozoa dan reseptornya ialah glikoprotein pada zona pelusida. ZP3
merupakan glikoprotein reseptor primer bagi ikatan spermatozoa-zona pelusida, ikatan ini akan
merangsang reaksi akrosom dan pengeluaran enzim hidrolotik yang mencerna dan meluruhkan
zona pelusida sehingga bisa ditembus. Selanjutnya spermatozoa akan melakukan penetrasi pada
selapt vitellin dari ovum (Pratiwi et al, 2019).
Tahap ketiga, kepala spermatozoa akan berfusi dengan selaput vitellin. Akrosin, enzim yang
terdapat pada kepala spermatozoa akan membuka zona pelusida sebagai jalan masuk
spermatozoa. Setelah spermatozoa masuk ke dalam sitoplasma, terjadi reaksi zona. Selaput
2. IMPLANTASI (Pengertian)
Implantasi adalah proses menempelnya embrio (tahap blastosis) pada endometrium induk
(dinding rahim) sehingga terjadi hubungan antara selaput ekstrak embrionik dengan lendir rahim
(Pratiwi et al, 2019).
3. Kebuntingan
A. Pengertian
Berkembangnya individu baru di dalam saluran alat kelamin betina sampai dilahirkan
(Ismudiono et al, 2010)
Diproduksi oleh ovarium, selama kebuntingan akan menjaga kebuntingan setelah ovum
terfertilisasi dan implantasi di uterus. Setelah hamil, CL akan memproduksi progesteron supaya
menjaga kehamilan (Colville dan Bassert, 2016)
ii. Estrogen
Dihasilkan oleh ovarium, berfungsi untuk pembentukan fisik dan kebiasaan hewan betina
yang berguna untuk mempersiapkan breeding dan kehamilan, serta sebagai sinyal bagi pejantan
bahwa hewan siap dikawini oleh pejantan (Colville dan Bassert, 2016). Estrogen juga berfungsi
meningkatkan pertumbuhan sistem saluran ambing selama masa laktasi (abdullah et al, 2019).
iii. Relaksin
Dihasilkan oleh ovarium, hormon ini berfungsi menyebabkan relaksasi ligamentum antar
tulang yang mengelilingi canal kelahiran supaya mempermudah kelahiran. Tergantung
spesiesnya, relxin juga bisa diproduksi oleh corpus luteum, placenta, atau uterus (Colville dan
Bassert, 2016).
Dihasilkan oleh Anterior Pituitari, prolaktin berfungsi memicu dan menjaga laktasi,
sekresi susu oleh glandula mammae. Selama laktasi terjadi, prolaktin akan produksi dan di
lepaskan oleh anterior pituitari selama ada stimulus pada puting hewan (Colville dan Bassert,
2016).
v. Oxytocin
Dihasilkan oleh posterior pituitari, dengan target utama uterus dan glandula mammae.
Pada uterus oxytocin akan menyebabkan kontraksi myometrium. Selain itu oxytocin akan
mengaktifkan glandula mammae melakukan milk let-down, atau memicu keluarnya susu dari
glandula mammae (Colville dan Bassert, 2016).
LAMA WAKTU
HEWAN
(HARI)
SAPI +278
KERBAU +310
DOMBA +148
KAMBING +150
BABI +114
KUDA +335
+50-60 dan + 30-
ANJING, KUCING
40
Tabel 2 : lama kebuntingan hewan (Ihsan, 2010) (Yekti et al, 2017)
4. Sistem Plasentasi
A. Pengertian Plasenta (+gambar)
Plasenta merupakan struktur kompleks embrionik
dan jaringan maternal, yang memiliki beberapa
fungsi selama kehamilan, yaitu : sebagai “jangkar”
penghubung fetus dengan uterus, transport nutrien
dari induk ke fetus, saluran pembuangan
metabolusme fetus ke induk, dan produksi hormon
yang mengatur kebuntingan (Feldhamer et al, 2020).
Bagian Fungsi
Kantung Memberi suplai nutrisi kepada embrio yang sedang
Kuning Telur berkembang (Feldhamer et al, 2020).
Lapisan yang mengelilingi fetus. Terdapat kantung
yang mengelilingi fetus disebut amniotic sac yang
Amnion
berisi cairan untuk melindungi fetus dari goncangan
(Colville dan Bassert, 2016).
Mengelilingi amniotic sac, yang membentuk ruang
berisi cairan disebut allantoic sac. Membawa
Allantois
pembuluh darah dari umbilical cord (Colville dan
Bassert, 2016).
Terdapat pada bagian luar allantoic sac, yang
melekat pada sepanjang uterus. Menghubungkan
Chorion
fetus dengan umbilical cord (Colville dan Bassert,
2016).
3.b
iii. Endothelialchorial
Sistem plasenta ini sangat menampakan betapa
terpisahnya jaringan karena erosi jaringan maternal
yang digambarkan pada hewan karnivor
(anjing,kucing). Chorion fetus langsung kontak
dengan kapiler maternal (induk) (Feldhamer et al,
2020). 3.c
Gambar 3 : Jenis plasenta berdasarkan histologi. 3.a : epitheliochorial, 3.b : syndesmochorial, 3.c
: endotheliochroial, 3.d : hemochorial (Feldhamer et al, 2020).
Sapi Anjing
a
a b
c
d
c
Keterangan (min 3) : Keterangan (min 3) :
a. Fetus a. fetus
b. Cotyledone b. zonary bands / haemofagous organ
c. Amnion c. amnionic cavity
d. chorion-allantioc
Tipe Plasenta: Tipe Plasenta:
1. Bentuk : cotiledonary 1. Bentuk : zonary
2. Histologi : synepitheliochorial 2. Histologi : endotheliochorial
3. Lama Implantasi : 30 – 33 hari 3. Lama Implantasi: 14 – 21 hari
4. Lama Kebuntingan: + 278 hari 4. Lama Kebuntingan: + 60 hari
Babi Primata
c
b
a d
b
c
Keterangan (min 3) : Keterangan (min 3) :
a. cairan dan amnion cavity a. Umbilical
b. chorion / alantochorion b. Fetus
c. fetus c. Amnio cavity
IV. KESIMPULAN
1. Periode perkembangan fetus dibagi menjadi 3 periode, yaitu : periode ovum, periode
embrio, dan periode fetus.
2. Hormon yang berperan dalam kebuntingan ada progesteron, estrogen, prolaktin, relaksin,
dan oksitosin.
3. Tipe plasenta berdasarkan bentuknya ada cotyledonary, diffuse, discoid, dan zonary.
Berdasarkan histologi plasenta ada tipe epitheliochorial,
synepitheliochorial/syndemochorial, endothelialchorial, dan hemochorial.
4. Susunan plasenta tiap hewan ialah dari paling dalam ada yolk sac, amnion, saccus
amnion, allantois, saccus allantois, dan chorion.
Abdullah, M.A.N., Novita, C.I., Sari, E.M. 2019. Manajemen reproduksi Ternak Sapi. Aceh :
Syiah Kuala University Press.
Colville, T., dan Bassert, J.M. 2016. Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary
Technicians 3rd ed. Missouri : Elsevier.
Feldhamer, G.A., Merrit, J.F., Krajewski, C., Rachlow, J.L., Stewart, K.M. 2020. Mammalogy
5th ed. Canada : Johns Hopkins University Press.
Gunawan, M., Fahrudin, M., Boediono, A. 2014. Perkembangan Embrio Sapi Setelah Fertilisasi
Menggunakan Metode Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) dan Aktivasi Dengan
Strontium. Jurnal Kedokteran Hewan Vol.8 No. 2.
Ismudiono., Srianto, P., Anwar, H., Madyawati, S.P., Samik, A., Safitri, E. 2010. Fisiologi
Reproduksi Ternak. Surabaya : Airlangga University Press.
Parera, H., dan Hadisutanto, B. 2014. Tingkat Fertilisasi oosit Sapi Silangan Simmental
Peranakan Ongole Secara In Vitro. Jurnal Ilmu Ternak Vol. 1 No. 6, 28-31.
Pratiwi, H., Firmawati, A., Herawati. 2019. Embriologi Hewan. Malang : UB Press.
Yekti, A.P.A., Susilawati, T., Ihsan, M.N., Wahjuningsih, S. 2017. Fisiologi reproduksi Ternak
(dasar manajemen reproduksi). Malang : UB Press.