Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM OBSTETRI & GINEKOLOGI

ACARA I

SISTEM PLASENTASI, PERKEMBANGAN FETUS, DAN KEBUNTINGAN

DISUSUN OLEH

NAMA : Zaintasya Nur Hidayati

NIM : 18/430099/KH/09820

ASISTEN : Sonya Dwikita Widyawati, S.K.H

DEPARTEMEN REPRODUKSI DAN OBSTETRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
LAPORAN PRAKTIKUM ACARA I
SISTEM PLASENTASI, PERKEMBANGAN FETUS DAN KEBUNTINGAN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami hormon yang berperan dalam kebuntingan
2. Memahami periode kebuntingan
3. Memahami fungsi dan bagian plasenta berbagai hewan
4. Memahami sistem plasentasi

II. TINJAUAN PUSTAKA


1. FERTILISASI
A. Pengertian Fertilisasi
Fertilisasi merupakan peristiwa bertemu dan bersatunya sel telur (ovum) dengan
sel spermatozoa sehingga menghasilkan sel baru yang disebut zygote (Pratiwi et al,
2019).

B. Tahapan Fertilisasi
Saat terjadi ovulasi, ovum dilepaskan oleh ovarium, ovum akan menuju ampula
isthmus junction dan bertemu dengan spermatozoa yang sudah mengalami kapasitasi.
Kemudian, spermatozoa akan melakukan penetrasi korona dan cumulus oophorus
dengan mengeluarkan enzim hyaluronidase yang akan mencerna asam hyaluronat yang
ada diantara sel-sel cumulus. Kemudian spermatozoa akan penetrasi pada zona
pelusida. Zona pelusida tersebut terdiri dari glikoprotein yang menginisiasi reaksi
acrosomal dan pengeluaran enzim akrosin pada spermatozoa sehingga zona pelusida
dapat ditembus. Selanjutnya, spermatozoa akan melakukan penetrasi pada selaput
vitelin dari ovum dan ketika selaput plasma dari kepala spermatozoa berfusi dengan
selaput vitellin, granula kortikal juga berfusi dengan selaput vitellin dan mengosongkan
isinya kedalam ruang perivitelline. Reaksi tersebut disebut membrane vitellin block
dan hardering corteks sehingga mencegah terjadinya penetrasi zona pelusida oleh
spermatozoa lainnya. Masuknya spermatozoa dan melakukan fusi dengan oosit akan
menstimulus terjadinya meiosis ke II. Kemudian akan berkembang menjadi zigot dan
melakukan pembelahan (Pratiwi et al, 2019).

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 2


C. Kapasitasi Spermatozoa

Gambar 1. Gambaran spermatozoa yang mengalami kapasitasi dengan pewarnaan


Chlorotetracycline (Susilawati, 2011).
Kapasitasi spermatozoa merupakan perubahan-perubahan fisiologis
(fungsional) spermatozoa didalam saluran kelamin betina sehingga dapat membuat
spermatozoa melakukan pembuahan. Kapasitasi spermatozoa dapat berupa pelepasan
bahan-bahan pelapis membrane spermatozoa secara bertahap, terutama pada bagian
akrosom. Hal ini menyebabkan reseptor spermatozoa dapat berinteraksi dengan
reseptor sel telur atau zona pellusida (Susilawati, 2011).

2. IMPLANTASI
A. Pengertian
Implantasi adalah menempelnya embrio (tahap blastosis) pada endometrium
induk (dinding Rahim) sehinnga terjadi hubungan antara selput ekstra embrionik
dengan lendir Rahim (Pratiwi et al, 2019).

B. Mekanisme
Proses implantasi dilakukan secara bertahap dimulai dari persentuhan embrio
dengan endometrium, terlepasnya zona pelusida, pembagian tempat dan pertautan antar
trophoblast dengan epitel endometrium. Pada masa persiapan implantasi uterus
mengalami perubahan. Aktivitas dari myometrium dan tonus dari uterus menurun
disebabkan pengaruh dari hormone progresteron. Implantasi telah terjadi apabila
embrio telah bertautan sedemikian rupa sehingga tidak berubah tempatnya (Yekti et al,
2019).

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 3


Gambar 2. Proses perjalanan konseptus sampai terjadinya implantasi.
(Yekti et al, 2019)
Saat blastocyte sampai di endometrium uterus maka membrannya akan pecah
dan mengalami penempelan didalam uterus, peristiwa ini disebut dengan implantasi.
Ada dua macam tipe implantasi yaitu implantasi superficial dan implantasi interstitial.
Pada implantasi superficial, blastosis tetap berada di dalam lumen uterus. Sedangkan
implantasi interstitial, blastosis berukuran relative kecil dan berada disuatu lipatan dari
mukosa uterus (Yekti et al, 2019).

3. KEBUNTINGAN
A. Pengertian
Kebuntingan didefinisikan sebagai suatu periode fisiologis pasca perkawinan
ternak betina yang menghasilkan konsepsi yang diikuti proses perkembangan embrio
kemudia fetus hingga terjadinya proses partus (Hafez dan Hafez, 2000)

B. Hormon Kebuntingan (fungsi dan organ penghasil)


i. Progesteron
Perogesteron merupakan hormone steroid yang disekresikan oleh sel korpus
luteum, plasenta, dan kelenjar adrenal. Secara fisiologi, hormone ini berfungsi
memelihara kebuntingan pada semua spesies dengan memacu pertumbuhan uterus
dan menekan kontraksi myometrium (Pemayun dan Budisa, 2014)
ii. Estrogen
Hormone estrogen dihasilkan oleh ovarium dan plasenta, berfungsi untuk
mempertahankan system saluran kelamin betina dan sifat-sifat kelamin sekunder,
Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 4
kelakuan kelamin betina, stimulasi kelenjar susu, dan mobilisasi Ca dan lemak
(pada ungags) (Feradis, 2010).

C. Periode Kebuntingan (penjelasan singkat)


i. Periode Ovum
Periode ovum adalah periode yang dimulai dari fertilisasi sampai implantasi
(Ismudiono et al, 2010).
ii. Periode Embrio
Periode embrio adalah periode yang dimulai dari implantasi sampat saat
dimulainya pembentukan alat-alat tubuh bagian dalam (Ismudiono et al, 2010).
Germ Layer Organ
1. Epidermis dari kulit
2. Lapisan epitel mulut dan cavum nasi
Ectoderm 3. System saraf dan system indera
4. Rambut
5. Gigi
1. Muskulus (otot) dan jaringan ikat
2. Tulang
Mesoderm 3. System sirkulasi
4. System urinari
5. System genitalia
1. Jaringan gastrointestinal
2. Paru-paru
3. Hati
Endoderm
4. Pancreas
5. Kelenjar ludah, kelenjar thyroid dan
thymus
(Pratiwi et al, 2019; Chokshi et al, 2015)
iii. Periode Fetus
Periode fetus yaitu periode yang dimulai dari terbentuknya alat-alat bagian
dalam, bagian ekstremitas sampai dilahirkan (Ismudiono et al, 2010).

Waktu Kebuntingan berbagai Hewan


Hewan Lama Kebuntingan (Hari)
Sapi 278

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 5


Kerbau 310
Domba 148
Kambing 150
Babi 114
Kuda 335
Anjing 57
Kucing 58
(Yekti et al, 2017; Hafez dan Hafez, 2000)

4. SISTEM PLASENTASI
A. Pengertian Plasenta (+gambar plasenta dan keterangan)
Plasenta merupakan suatu jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan sari
makanan dari induk ke fetus. Plasenta juga merupakan pembungkus selaput janin yang
berfungsi untuk pengambilan nutrisi, mengeluarkan bahan buangan, dan pergantian
oksigen dari darah induk ke fetus melalui tali pusar fetus (Akoso, 2012).

Gambar 3. Tipe-tipe plasenta tiap spesies.


(Lestari dan Ismudiono, 2014)

B. Bagian-bagian Plasenta dan Fungsinya


Bagian Plasenta Fungsi
Berfungsi untuk menyuplai nutrient pada masa awal
Kantung Kuning Telur
embrio dan menjadi vestigial saat gestasi.
Berfungsi untuk menjaga fetus dalam rongga yang berisi
Amnion
cairan.

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 6


Berfungsi sebagai pembuluh darah yang menghubungkan
Allantois janin dengan fetus, fusi dengan chorion menjadi
chorioallantoic placenta.

Chorion Berfungsi untuk melekatkan uterus dengan embrio.

(Hafez dan Hafez, 2000)

C. Tipe Plasenta berdasarkan Bentuk (+penjelasan singkat, contoh hewan, gambar)


i. Zonary
Chorion frondosum membentuk pita (zona) yang dimodifikasi untuk
pertukaran dan perlekatan pada plasenta induk. Contoh hewan yang memiliku
tipe plasenta ini adalah carnivora dan mustelida (Schatten dan Constantinescu,
2007).

Gambar 4. Tipe plasenta zonary.


(Schatten dan Constantinescu, 2007)
ii. Diffuse
Bentuk plasenta ini terdapat pada hewan kuda dan babi. Tipe plasenta ini
dicirikan dengan seluruh chorion hanya terdiri dari chorionic frondosum,
sehingga seluruh area permukaan dimodifikasi untuk pertukaran dengan
pembuluh darah induk (Schatten dan Constantinescu, 2007).

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 7


Gambar 5. Tipe plasenta diffuse.
(Schatten dan Constantinescu, 2007)
iii. Discoid
Pada rodensia, primata dan manusia, chorion frondosum berbentuk seperti
cakram yang sering diistilahkan discoid placenta (Schatten dan Constantinescu,
2007).

Gambar 6. Tipe plasenta discoid.


(Schatten dan Constantinescu, 2007)
iv. Cotyledonary
Pada tipe plasenta ini, chorion frondosum terlokalisasi pada area plasenta
yang disebut kotiledon (Schatten dan Constantinescu, 2007). Ciri utamanya yaitu
tidak adanya epitel uterus yang menutupi karunkula (bentukan bulat pada
mukosa uterus), dan ditemukan pada sapi dan domba. Pada sapi bentuk
permukaan karunkula konveks (cembung) sedangkan pada domba berbentuk
konkaf (cekung) (Lestari dan Ismudiono, 2014).

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 8


Gambar 7. Tipe plasenta cotyledonary.
(Schatten dan Constantinescu, 2007)

D. Tipe Plasenta berdasarkan Jumlah Lapisan Jaringan yang Memisahkan Sirkulasi Fetus
dan Induk (+penjelasan singkat, contoh hewan, gambar)
i. Epitheliochorial
Dalam bentuk plasenta ini, ketiga lapisan maternal lengkap, yang akan
menghasilkan enam lapisan yang memisahkan darah induk dengan darah janin.
Contoh hewan : babi dan kuda (Schatten dan Constantinescu, 2007).

Gambar 7. Tipe plasenta Epitheliochorial.


(Schatten dan Constantinescu, 2007)
ii. Synepithelchorial / Syndesmochorial
Merupakan tipe plasenta yang beberapa nucleus sel epitel korionik
bermigrasi dan menyatu dengan epitel maternal. Fusi sel epitel maternal dengan
janin akan menghasilkan daerah dimana korion berkontak langsung dengan
lamina propria endometrium. Contoh hewan : beberapa spesies ruminansia
seperti sapi dan domba (Schatten dan Constantinescu, 2007).

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 9


Gambar 8. Tipe plasenta Synepitheliochorial.
(Schatten dan Constantinescu, 2007)
iii. Endothelialchorial
Jenis plasenta ini ditandai dengan hilangnya lapisan uterus dan lapisan
jaringan ikat dibawahnya yang mengakibatkan korion berkontak dengan
endothelium kapiler maternal. Hanya ada empat lapisan yang memisahkan
darah maternal dengan darah janin. Contoh hewan : karnivora (Schatten dan
Constantinescu, 2007).

Gambar 9. Tipe plasenta Endotheliochorial.


(Schatten dan Constantinescu, 2007)
iv. Haemochorial
Pada tipe plasenta ini, darah maternal secara langsung mengenai sel-sel
trofoblas. Dengan hanya ada tiga lapisan yang memisahkan darah maternal dari
darah janin menyababkan pertukaran nutrisi dan gas dapat berjalan mudah pada
teipe ini. Contoh : primate dan manusia (Schatten dan Constantinescu, 2007).

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 10


Gambar 10. Tipe plasenta Haemochorial.
(Schatten dan Constantinescu, 2007)

E. Tipe Plasenta berdasarkan Erat Tidaknya Hubungan Plasenta Induk dengan Fetus
(+penjelasan singkat, contoh hewan)
i. Deciduata
Pada tipe plasenta ini, saat melahirkan/partus hewan akan kehilangan
endometrium sehingga menyebabkan banyak terjadi pendarahan. Contoh
hewan : carnivora, primate, manusia (Schatten dan Constantinescu, 2007).

ii. Non deciduata


Pada tipe plasenta non deciduate, tidak terjadi kehilangan
endometrium/hanya sedikit kehilangan endometrium saat melahirkan, sehingga
menyebabkan hewan hanya kehilangan sedikit darah. Contoh hewan :
ruminansia, kuda, babi (Schatten dan Constantinescu, 2007).

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 11


III. HASIL PRAKTIKUM

SAPI

3
2
Keterangan (min 3) :
1. Fetus
2. Chorion Leave
3. Chorion Frondosum; Kotiledon (pada ruminansia)
4. Karunkula
Tipe Plasenta:
1. Bentuk : Cotyledonary
2. Jumlah lapisan jaringan yang memisahkan fetus dan induk : Synepithelchorial/
Syndesmochorial
3. Erat tidaknya hubungan plasenta induk dengan fetus : Non-Decidua
4. Waktu Implantasi : 40 hari
5. Lama Kebuntingan: 278 hari

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 12


BABI

2
3

Keterangan (min 3) :
1. Chorion Leave/Smooth Surface
2. Chorion Frondosum
3. Fetus
Tipe Plasenta:
1. Bentuk : Diffuse
2. Jumlah lapisan jaringan yang memisahkan fetus dan induk : Epitheliochorial
3. Erat tidaknya hubungan plasenta induk dengan fetus : Non-Decidua
4. Waktu Implantasi : 24 hari
5. Lama Kebuntingan: 114 hari

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 13


PRIMATA

1
3

Keterangan (min 3) :
1. Chorion Leave/Smooth Surface
2. Tali pusar
3. Fetus
Tipe Plasenta:
1. Bentuk : Discoid
2. Jumlah lapisan jaringan yang memisahkan fetus dan induk : Haemochorial
3. Erat tidaknya hubungan plasenta induk dengan fetus : Deciduata
4. Waktu Implantasi : 30 hari
5. Lama Kebuntingan: 160-186 (167 hari)

ANJING

1
2

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 14


Keterangan (min 3) :
1. Fetus
2. Chorion Frondosum
3. Chorion Leave/Smooth Surface
Tipe Plasenta:
1. Bentuk : Zonary
2. Jumlah lapisan jaringan yang memisahkan fetus dan induk : Endotheliochorial
3. Erat tidaknya hubungan plasenta induk dengan fetus : Deciduata
4. Waktu Implantasi : 13-15 hari
5. Lama Kebuntingan: 57 hari

IV. KESIMPULAN
1. Hormone yang berperan dalam kebuntingan yaitu progersteron dan estrogen.
Progesterone berfungsi untuk implantasi, mempertahankan kebuntungan dan
stimulasi kelenjar susu. Sedangkan estrogen berfungsi untuk mempertahankan
system saluran kelamin betina dan sifat-sifat kelamin sekunder, kelakuan kelamin
betina, stimulasi kelenjar susu, dan mobilisasi Ca dan lemak.
2. Periode kebuntingan hewan dibagi menjadi periode, periode embrio dan periode
fetus. Periode ovum dimulai dari fertilisasi sampai implantasi, kemudian periode
embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya pemberntukan alat-alat
tubuh bagian dalam, dan periode fetus dimulai dari terbentuknya alat-alat bagian
dalam, bagian ekstremitas sampai dilahirkan.
3. Plasenta merupakan pembungkus selaput janin yang berfungsi untuk pengambilan
nutrisi, mengeluarkan bahan buangan, dan pergantian oksigen dari darah induk ke
fetus melalui tali pusar fetus. Plasenta memiliki beberapa bagian yaitu :
- Kantung kuning telur : berfungsi untuk menyuplai nutrient pada masa awal
embrio dan menjadi vestigial saat gestasi.
- Amnion : berfungsi untuk menjaga fetus dalam rongga yang berisi cairan.
- Allantoios : berfungsi sebagai pembuluh darah yang menghubungkan janin
dengan fetus, fusi dengan chorion menjadi chorioallantoic placenta.
- Chorion : berfungsi untuk melekatkan uterus dengan embrio.

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 15


4. Plasenta berdasarkan bentuknya dibagi menjadi empat yaitu zonary (karnivora),
diffuse (kuda dan babi), discoid (rodensia, manusia, primate), dan cotyledonary
(ruminansia). Kemudian, tipe plasenta berdasarkan jumlah lapisan jaringan yang
memisahkan sirkulasi fetus dengan induk dibagai menjadi empat yaitu
epitheliochorial (babi dan kuda), synepithelchorial/syndesmochorial (ruminansia),
endothelialchorial (karnivora), haemochorial (primate dan manusia). Sedangkan,
tipe plasenta berdasarkan erat tidaknya hubungan plasenta induk dengan fetus
dibagi menjadi dua yaitu deciduate (carnivora, primate dan manusia), dan non
deciduate (ruminansia, kuda, babi).

V. DAFTAR PUSTAKA (minimal 3 buku + 2 jurnal min. tahun 2012)


Akoso, B.T. 2012. Budidaya Sapi Perah. Surabaya : Airlangga University Press.
Chokshi, A., Chokshi, K., Choksi, R., dan Mhambrey, S. 2015. Ectodermal Dysplasia
: A Review. Int J Oral Health Med Res, 2(1) : 101-104.
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Hafez, B., dan Hafez, E.S.E. 2000. Reproduction in Farm Animals 7th Ed. USA :
Lippincott Williams & Wilkins.
Ismudiono., Srianto, P., Anwar, H., Madyawati, S.P., Samik, A., Safitri, E. 2010. Buku
Ajar Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Surabaya : Airlangga University Press.
Lestari, T.D., dan Ismudiono. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Surabaya : Airlangga
University Press.
Pemayun, T.G.O., dan Budiasa, I.G.N.B.T.M.K. 2014. Waktu Inseminasi Buatan yang
Tepat pada Sapi Bali dan Kadar Progesteron pada Sapi Bunting. Jurnal
Veteriner, 15(3) : 425-430.
Pratiwi, H., Firmawati, A., dan Herawati. 2019. Embriologi Hewan. Malang : UB
Press.
Schatten, H., dan Constantinescu, G.M. 2007. Comparative Reproductive Biology.
USA : Blackwell Publishing.
Susilawati, T. 2011. Spermatologi. Malang : UB Press.
Yekti, A.P.A., Susilawati, T., Ihsan, M.N., dan Wahjuningsih, 2017. Fisiologi
Reproduksi Ternak (Dasar Manajemen Reproduksi). Malang : UB Press.

Departemen Reproduksi dan Obstetri 2021| 16

Anda mungkin juga menyukai