Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Perkembangan Hewan

Disusun oleh :
Faris Verliansyah
140410190049
Kelompok 4
Aslab : Teh Callista

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
LEMBAR KERJA II
Reproduksi Jantan

TUGAS II-1.1 Gambar Sistem Reproduksi Tikus Jantan Bagian Eksterna


Gambar

(Phadmacanty & Nugraha,


2017)
Keterangan:
Penis : Fungsi penis adalah untuk memasukkan sperma ke dalam alat reproduksi betina
(kopulasi) (Phadmacanty & Nugraha, 2017).
Skrotum : Skrotum merupakan kantung pembungkus testis.ungsi skrotum adalah mengatur
suhu testis agar selalu tetap untuk menjaga proses pembentukan sperma (Phadmacanty &
Nugraha, 2017).

TUGAS II-1.2 Gambar Sistem Reproduksi Tikus Jantan Bagian lnterna serta Sistem Ekskresi
Gambar

(Fitria, Mulyati, Tiraya, &


Budi, 2015)
Testis : Fungsi testis adalah menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon
seks yaitu testosteron. Tempat pembentukan sperma dalam testis adalah tubulus
seminiferous
Caput Epididimis : Bagian hulu epididimis
Corpus Epididimis : Bagian badan epididimis
Cauda Epididimis : Bagian ekor epididimis
Epididimis : Fungsi Epididimis adalah sebagai saluran, penyimpanan, dan pematangan
sperma. Setelah epididimis, sperma akan masuk ke vas deferens, lalu disalurkan menuju ke
vesikula seminalis
Ductus Deferens : mengangkut sperma menuju vesikula seminalis (kantong sperma).
Bladder : menampung hingga 400-600ml urin pada orang dewasa yang sehat.
Vesikula Seminalis : Fungsi vesikula seminalis untuk mensekresikan cairan yang bersifat
basa, mukus, vitamin, fruktosa (sebagai nutrisi bagi sperma), protein, enzim dan
prostaglandin.
Kelenjar Bulbouretra : Cowper kelenjar yang berjumlah dari sepasang. Fungsi kelenjar
bulbouretra (cowper) adalah menghasilkan cairan lendir yang sifatnya basa dalam saluran
ejakulasi.
Kelenjar Preputium : sumber sinyal kimiawi (feromon) yang mendorong reproduksi dan
perilaku tikus.
Uretra : Uretra adalah saluran yang terletak dalam penis. Fungsi uretra adalah sebagai
tempat keluarnya sperma dan urin.
Ampulla : Ruang penyimpanan untuk air mani dan menyumbangkan sekresi ke dalamnya.
Kelenjar Koagulasi : Memfasilitasi transfer sperma ke betina
(Marty, Marty, Chapin, Parks, & Thorsrud, 2003)

TUGAS II-2.1 Morfologi Spermatozoa Tikus


Organ Asal Gambar
Testis P.400x R: Spermatozoa pada
HE testis umumnya
diketahui memiliki
kepala bulat, ekor
agak pendek, serta
imotil. Hal ini
karena spermatozoa
belum mengalami
pematangan yang
akan terjadi pada
epididimis (Sudatri,
Yulihastiti, Suartini,
& Hewan, 2019)
Epididimis P.400x Pada epididimis,
R:HE spermatozoa telah
mengalami
pematangan. Kepala
mulai berkait, motil,
ekor memanjang
(Sudatri et al., 2019)
Vas Deferens Vas deferens
P.400x R:HE merupakan saluran
berotot yang keluar
dari ekor epididimis
menuju ke uretra
(Campbell and
Reece, 2008)

TUGAS II-2.2 Penghitungan Jumlah Spermatozoa Tikus


1 2 3 4 5
R 1 1 1 0 1
ƩR 4
F 0,25
P 50
Jumlah sperma/mL ƩR × P 4 × 50
= 0,25 × 10−6 = 800 Juta sperma/mL
𝐹𝐾 × 10−6

TUGAS II-3 Jawab Pertanyaan


Tugas II 3
3.1. Sistem reproduksi dipelajari bersamaan dengan sistem eksresi menggambarkan adanya
kaitan yang erat dari kedua sistem tersebut. (a) Tunjukkan 2 data anatomis yang menguatkan
adanya kaitan ini. (b) Bagaimana proses pengeluaran sperma dan urin pada hewan jantan
a) Sistem reproduksi laki-laki berhubungan erat dengan sistem ekskresi urineria.
Testis menghasilkan jutaan sperma setiap hari mulai dari masa pubertas sampai
meninggal dunia. Jika tidak dikeluarkan, selsel sperma akan mati dan diserap kembali
oleh tubuh. Sistem Reproduksi dan sistem ekskresi sama-sama merupakan bagian dari
proses yang terjadi dalam tubuh hewan hanya saja keduanya mempunyai tugas yang
berbeda. Sistem Reproduksi pada hewan merupakan sistem yang mengurusi terkait
proses bagaimana untuk memperoleh keturunan/melestarikan jenisnya. Sistem
reproduksi ini di pengaruhi oleh hormon yg ada pada organ reproduksi itu sendiri.
Sedangkan Sistem Ekskresi adalah sustu proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme
yang sudah tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh hewan (Kusnadi,1993).
b) Proses pengeluaran sperma: sperma yang keluar dari tubulus seminiferus akan
masuk kedalam vas deferens, yang kemudian akan bergerak perlahan bahkan bisa
memakan waktu berhari-hari. Dari vas deferens, spermatozoa akan masuk ke ductus
epididimis. Di bagian ini spermatozoa akan mengalami kapasitasi (pematangan)
secara fisiologis dan siap untuk diejakulasikan sewaktu-waktu. Dari ductus
epididimis, spermatozoa akan masuk ke vas defferen. Sperma mampu bergerak karena
kerutan otot yang disebabkan oleh rangsangan yang sangat kuat. Vas deferens pada
beberapa jenis hewan berfungsi sebagai penyimpan mani. Pada vas deferens akan
bermuara vesicula seminalis yang memberikan plasma pada sperma. Dengan
rangsangan yang kuat sperma akan dikeluarkan melalui uretra (Puja et al., 2010). Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra (Wulandari dan Hendarmin, 2010).
3.2. Sebutkan beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas sperma,
mengapa dengan parameter tersebut kita dapat menentukan baik buruknya suatu sperma?
Jawaban : Menurut (Cooper et al., 2011) ada beberapa parameter yang umum
digunakan untuk mengetahui kualitas sperma di antaranya adalah jumlah, bentuk, dan
motilitas.
1) Jumlah : Normalnya sperma yang dikeluarkan bersama semen adalah
sekitar 20 juta sel/mL. Hal ini diketahui sangat berpengaruh pada tingkat
keberhasilan kehamilan serta dapat mencirikan kualitas kesehatan alat
reproduksi jantan (Cooper et al., 2011)
2) Morfologi : bentuk sperma diketahui dapat memengaruhi proses sperma
bergerak. Ada atau tidaknya ciri tertentu dapat berakibat kepada infertilitas
entah itu karena sperma yang gagal mencapai sel telur ataupun
ketidakmampuan sperma untuk menembus sel telur (Cooper et al., 2011;
Milachich & Dyulgerova-Nikolova, 2020).
3) Motilitas : sperma dengan motilitas yang baik ditunjukkan ketika sperma
bergerak lurus dengan kecepatan sekitar 25 mikrometer per detik. Jika,
diketahui pergerakan sperma lebih rendah dari 25 mikrometer per detik
besar kemungkinannya sperma akan sulit mencapai sel telur dan berakibat
pada tidak berhasilnya pembuahan. Kondisi ini disebut dengan
asthenozoospermia (Centola, 2014; Brusie, 2017).
3.3. Dengan mengetahui sistem reproduksi pada hewan jantan ada beberapa manfaat yang
bisa diterapkan, misalnya dalam kontrasepsi (kastrasi, vasektomi, bahan antifertilitas), seleksi
hewan unggul (sperma beku, inseminasi buatan), dan upaya membantu pasangan ingin anak
(bahan peningkat fertilitas sperma). Jelaskan istilah dan prinsip kerjanya!

• Kastrasi (castration) atau pengebirian adalah operasi pengangkatan organ reproduksi


(pria dan wanita). Pada pria, kastrasi dilakukan dengan tiga cara. Pertama, memotong saluran
sperma ke arah penis yang kemudian tren dengan nama vasektomi dalam istilah kontrasepsi.
Kedua, mengeluarkan atau meniadakan organ penghasil sperma (testis) yang terdapat pada
kantung skrotum di bawah batang kemaluan laki-laki. Ini dikenal dengan istilah orkiektomi.
Ketiga, penyuntikan atau injeksi bahan kimia yang mematikan fungsi organ penghasil sperma
(testis) itu sendiri (Widiyaningrum dan Irwansyah, 2017).
• Vasektomi merupakan proses pemotongan saluran sperma (vas deferens) ke arah
penis (Widiyaningrum dan Irwansyah, 2017).
• Sperma beku merupakan sperma yang melalui proses pembekuan, yaitu suatu proses
penghentian sementara kegiatan hidup dari sel sperma tanpa mematikan fungsi sel dan reaksi
metaboliknya berhenti mendekati total (Widiyaningrum dan Irwansyah, 2017).
• Bahan antifertilitas merupakan bahan yang digunakan sebagai alat kontrasepsi.
Contoh bahan antifertilitas adalah biji pepaya (Carica papaya) yang menyebabkan kuantitas
dan kualitas sperma menurun (Widiyaningrum dan Irwansyah, 2017).
• Inseminasi buatan merupakan proses memasukan sperma atau semen yang telah
dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari jantan ke dalam alat kelamin
betina dengan bantuan ‘insemination gun’. Secara umum teknik inseminasi buatan terdiri dari
dua metode yakni metode inseminasi vaginaskop atau spekulum dan metode rectovaginal
(Widiyaningrum dan Irwansyah, 2017).
• Upaya membantu pasangan ingin anak bisa dilakukan dengan teknologi bayi
tabung atau In vitro Fertilization (IVF) yaitu proses pembuahan diluar tubuh adalah prosedur
yang dikembangkan untuk mengatasi masalah infertilitas atau ketidaksuburan yang bertujuan
untuk menghasilkan kehamilan (Widiyaningrum dan Irwansyah, 2017).
LEMBAR KERJA III
Spermatogenesis

TUGAS III-1. Kompartemen Testis


Gambar Keterangan
Kompartemen adluminal
Kompartemen adluminal merupakan
kompartemen yang mengarah ke lumen.
Kompartemen tersebut membentuk suatu
blood-testis barrier yang menyebabkan
molekul besar tidak dapat melewatinya
(Rukmana, 2010).
Kompartemen basal
Kompartemen basal merupakan
kompartemen yang dekat dengan lamina
basal. Kompartemen tersebut membentuk
suatu blood-testis barrier yang
menyebabkan molekul besar tidak dapat
melewatinya (Rukmana, 2010).
Kompartemen vaskular
Kompartemen vaskular dan interstitial
terletak diantara tubulus tempat
dihasilkannya hormon androgen (Rukmana,
2010).
Kompartemen interstitial
Kompartemen vaskular dan interstitial
terletak diantara tubulus tempat
dihasilkannya hormon androgen (Rukmana,
2010).

TUGAS III-2. Diferensiasi Sel Spermatozoa


Gambar Keterangan
PREPARAT TUBULUS SEMINIFERUS Spermatogonium A
TIKUS P.400X
Spermatogonium I
Spermatogonium B
Spermatosit Primer (R/L/P/Z/Di)
Spermatosit Sekunder
Spermatid
Spermatozoa

Spermatogonia akan mengalami perubahan


menjadi spermatosit primer, kemudian
menjadi spermatosit sekunder dan menjadi
spermatid. Sebelum spermatid menjadi
spermatozoa ada fase yang dilewati
spermatid yang disebut fase spermiogenesis.
Fase ini terdiri dari pembentukan akrosom
dan flagella bertujuan untuk membentuk
morfologi normal spermatozoa yang terdiri
dari kepala, leher dan ekor yang normal.
Dihasilkan 4 spermatozoa fungsional (Nita
dkk, 2019)

TUGAS III-3. Komponen Sel Somatik


Gambar Keterangan
Sel Leydig
PREPARAT SEL SOMATIK TIKUS
P.400X
Sel Leydig adalah sel yang mensekresi
steroid yang secara kolektif disebut
androgen. Androgen utama adalah
testosteron, mengontrol perkembangan dan
pemeliharaan karakteristik seksual
sekunder, keinginan untuk melakukan
kopulasi, dan membantu mempertahankan
saluran genital dan kelenjar aksesori
(Mahfud dkk, 2016).
Sel Sertoli (bentuk ideal)
Sel Sertoli (bentuk yang tampak)
PREPARAT SEL SOMATIK TIKUS
P.400X

Sel Sertoli berperan sangat penting di


dalam testis, diantaranya adalah sebagai
dukungan fisik, perlindungan, dan nutrisi
untuk perkembangan sperma (spermatid);
fagositosis terhadap kelebihan sitoplasma
(badan residual) dari spermatid yang sedang
berkembang; melepas spermatozoa yang
sudah matang, atau yang disebut
spermiation, ke dalam lumen tubulus
seminiferous; sekresi cairan testis yang kaya
fruktosa untuk makanan dan transportasi
sperma ke saluran excurrent (Mahfud dkk,
2016).
Sistem Reproduksi Eksterna

Sumber: (Herbreteau, Jittapalapong, Rerkamnuaychoke, Chaval, & Morand, 2011)


Struktur eksterna sistem reproduksi jantan terdiri dari penis dan skrotum. Penis
merupakan organ kopulatori yang berfungsi untuk mendepositkan semen ke dalam saluran
reproduksi betina melalui proses kopulasi (Phadmacanty dkk, 2013). Penis pada tikus
memiliki tulang dan berkulum yang berfungsi untuk memperkeras penis untuk kawin
(Campbell and Reece, 2008). Skrotum merupakan pembungkus testis, penurunan testis
kedalam skrotum (Decensus testikulorum) terjadi sebelum kelahiran , Fungsi skrotum yaitu
untuk menjaga agar suhu testis selalu lebih rendah 2℃ dari suhu tubuh (Campbell and Reece,
2008).

Sistem Reproduksi Internal

Sumber: (Herbreteau et al., 2011)


Pada struktur interna sistem reproduksi jantan teramati vas deferens, epididimis, testis, vesika
urinaria, uretra, dan penis. Vas deferens merupakan saluran berotot yang keluar dari ekor
epididimis menuju ke uretra (Campbell and Reece, 2008). Epididimis merupakan duktus eferens
bersatu yang berkelok-kelok dan berfungsi sebagai tempat pematangan sperma hingga mampu
membuahi dan mendorong sperma ke vas deferens (Campbell and Reece, 2008). Testis
merupakan saluran-saluran yang melilit-lilit yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang disebut
Tubulus seminiferus (tempat terbentuknya sperma) dan berfungsi untuk menghasilkan
spermatozoa dan hormone testosterone serta androgen yang dihasilkan oleh sel – sel Leydig
(Phadmacanty dkk, 2013). Vesika urinaria merupakan tempat untuk menampung dan
menyimpan urine yang berasal dari ginjal sebelum dibuang (Campbell and Reece, 2008). Uretra
merupakan saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan urine dan saluran reproduksi pada jantan
(Campbell and Reece, 2008).

Testis

Sumber: https://www.britannica.com/science/testis

Testis merupakan saluran-saluran yang melilit-lilit yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
disebut Tubulus seminiferus (tempat terbentuknya sperma) dan berfungsi untuk menghasilkan
spermatozoa dan hormone testosterone serta androgen yang dihasilkan oleh sel – sel Leydig
(Phadmacanty dkk, 2013). Tunika albuginea merupakan jaringan ikat berwarna putih yang
mengandung serat fibrosa (Akmal dkk, 2014). Epididimis merupakan duktus eferens bersatu
yang berkelok-kelok dan berfungsi sebagai tempat pematangan sperma hingga mampu membuahi
dan mendorong sperma ke vas deferens (Campbell and Reece, 2008).
Daftar Pustaka
Akmal, M., Masyitah, D., Hafizuddin, H., & Fitriani, F. (2015). Epididimis Dan Perannya
Pada Pematangan Spermatozoa. JESBIO: Jurnal Edukasi dan Sains Biologi, 4(2), 1-
9.
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan:
Damaring Tyas Wulandari. Jakarta : Erlangga.
Centola, G. (2014). Semen Assessment. Urologic Clinics Of North America, 41(1), 163-167.
doi: 10.1016/j.ucl.2013.08.007
Cooper, T., Noonan, E., von Eckardstein, S., Auger, J., Baker, H., & Behre, H. et al. (2009).
World Health Organization reference values for human semen
characteristics*‡. Human Reproduction Update, 16(3), 231-245. doi:
10.1093/humupd/dmp048
Fitria, L., Mulyati, Tiraya, C., & Budi, A. (2015). Profil Reproduksi Jantan Tikus (Rattus
norvegicus Berkenhout, 1769) Galur Wistar Stadia Muda, Pradewasa, dan Dewasa.
Jurnal Biolgo Papua, 7, 29–36.
Herbreteau, V., Jittapalapong, S., Rerkamnuaychoke, W., Chaval, Y., & Morand, S. (2011).
Protocols for field and laboratory rodent studies HAL Id : ird-00714514. (January).
Kusnadi, Kemal Adyana. 1993. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. FMIPA
IKIP. Bandung
Mahfud., Winarto, Adi., dan Nisa, Chairun. 2016. Mikromorfologi Alat Kelamin Primer
Biawak Air (Varanus salvator bivittatus) Jantan. Jurnal Kedokteran Hewan, 10 (1),
72 – 76.
Marty, S., Marty, M. S., Chapin, R. E., Parks, L. G., & Thorsrud, B. A. (2003). Development
and Maturation of the Male Reproductive System Development and Maturation of the
Male Reproductive System. (July 2018). https://doi.org/10.1002/bdrb.10015
Milachich, T., & Dyulgerova-Nikolova, D. (2020). The Sperm: Parameters and
Evaluation. Innovations In Assisted Reproduction Technology. doi:
10.5772/intechopen.90677
Nita, Sri., Hayati, Lusia., dan Subandrate. 2019. Mekanisme Antifertilitas Fraksi Biji Pepaya
pada Tikus Jantan. Sriwijaya Journal of Medicine, 2 (1), 52 – 58.
Phadmacanty, R., & Nugraha, T. P. (2017). Organ Reproduksi Jantan Sulawesi Giant Rat (
Paruromys dominator ) Organ Reproduksi Jantan Sulawesi Giant Rat ( Paruromys
dominator ). (July 2013).
Puja, I K., Suatha, I K., Heryani, S.S., Susari, N.N. W dan Setiasih, N. L.E. (2010).
Embryologi Modern. Denpasar: Udayana University Press.
Rukmana, R. M. (2010). Pengaruh ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Less) terhadap
proses Spermatogenesis pada mencit (Mus musculus L) (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Sudatri, N. W., Yulihastiti, D. A., Suartini, N. M., & Hewan, L. (2019). Journal of Biological
Sciences. 6(1), 7–13.
Widiyaningrum, I., & Irwansyah, I. (2017). Politik Hukum Pemidanaan Kastrasi: Perspektif
Hak Asasi Manusia. Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan, 5(3), 380-397.
Wulandari, Endah dan Hendarmin, L. A. (2010). Intergrasi Biokimia dalam Modul
Kedokteran. Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan: UIN Syarif
Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai