Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM OBSTETRI & GINEKOLOGI

ACARA I

SISTEM PLASENTASI,PERKEMBANGAN FETUS, DAN KEBUNTINGAN

DISUSUN OLEH

NAMA : Dewa Gde Nova Hariadhi

NIM : 17/409251/KH/09252

ASISTEN : Adelia Agatha Paramita Zain, S.K.H

DEPARTEMEN REPRODUKSI DAN OBSTETRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
LAPORAN PRAKTIKUM ACARA I
SISTEM PLASENTASI,PERKEMBANGAN FETUS DAN KEBUNTINGAN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui periode perkembangan fetus
2. Mengetahui hormonal kebuntingan yang berperan
3. Mengetahui macam-macam dan tipe-tipe plasenta berbagai hewan
4. Mengetahui susunan plasenta setiap hewan

II. TINJAUAN PUSTAKA


1. FERTILISASI
A. Pengertian
Proses penyatuan/fusi 2 sel gamet yaitu jantan dan betina akan membentuk zigot,
yang mengandung 1 sel. Secara embriologi, fertilisasi adalah pemasukan faktor-faktor
hereditas ke ovum dan melibatkan penggambungan sitoplasma dan badan nukleus.
(Toilehere, 1981)
B. Tahapan Fertilisasi
1. Ovum maturation
2. Sperm Maturation
3. Sperm attachment
4. Sperm penetration
5. Gamete Fusion

Tahapan pertama yaitu maturasi ovum, disini ovum melanjutkan meiosis dari
profase I dari divisi meiosis pertama sebagaimana mulai matang saat folikulogenesis.
Selanjutnya terjadi ovulasi oosit pd metaphase II, maturasi ovum dan meiosis belum
selesai hingga tahapan fertilisasi selesai. Selanjutnya terjadi maturasi spermatozoa
selama 10-15 hari di epididimis berupa kapasitasi dan reaksi akrosom. Kapasitasi dan
reaksi akrosom berguna bagi spermatozoa agar mampu melakukan perlekatan dan
penetrasi pada ovum. Disini permukaan spermatozoa mengandung pro-acrocyn
inactive yang akan bereaksi dengan glikosaminoglikan di uterus. Hal ini bertujuan
melindungi acrosome tidak rusak sebelum bertemu dengan oosit.

Setelah itu, oosit mengeluarkan sinyal “ZP3” yang berfungsi untuk mengundang
spermatozoa mendekati oosit. Lalu, spermatozoa menembus menembus as.
Hyaluronat dengan enzim hyaluronidase di corona radiate. Setelah itu dilanjutkan
dengan perlekatan spermatozoa di zona pelucida. Acrocyn berguna untuk menembus
glikoprotein di zona pelucida sehingga ketika 1 spermatozoa sudah masuk akan ada
mekanisme membrane viteline block dan hardening cortex untuk mencegah
spermatozoa masuk. Tahapan terakhir yaitu adanya gamete fusion dimana plasma
spermatozoa bertemu dengan sel telur dan dilanjutkan dengan pembelahan zigot
(Hafez B & Hafez ESE, 2000)

2. IMPLANTASI (Pengertian)
Waktu dimana uterus menjadi receptive untuk melekat dengan zigot (blastocyst).
(Hafez B & Hafez ESE, 2000)

3. Kebuntingan
A. Pengertian
Waktu diantara fertilisasi/konsepsi hingga kelahiran/partus.
(Hafez B & Hafez ESE, 2000)
B. Hormon Kebuntingan (+Fungsi dan Organ Penghasil)
i. Progesteron
Progesteron berfungsi dalam mempertahankan kebuntingan setelah fase tri
semester awal. Progesteron dihasilkan oleh corpus luteum pada tri semestes
awal, dan plasenta setelah tri semester awal
( Sjahfirdi, dkk, 2013 )
ii. Estrogen
Estrogen berfungsi untuk metabolisme lemak dan karbohidrat. Estrogen ini akan
meningkat saat terjadi ovulasi, dan saat partus akan meningkat. Hormon ini
dihasilkan paling dominan oleh ovarium, dan organ lain seperti hati, kelenjar
adrenal, plasenta, dan jaringan lemak akan menghasilkan estrogen namun dalam
jumlah yang sedikit
( Fitriani, 2018 )
iii. Relaksin
Hormon ini dihasilkan dari kelenjar endokrin, dan berfungsi untuk untuk
membantu proses persalinan dalam kontraksi otot
( Pratiwi, dkk, 2019 ).
iv. Prolaktin
Hormon ini disekresikan oleh hipofisis yang distimulus oleh TRH dan estradiol,
dan ada juga stimulus lain seperti serotonin, opioid, oksitosin, histamin,
neurotensin, dan substansi P yang seluruhnya berada pada tingkat hippotalamus.
Fungsi hormon ini adalah merangsang pembetukan susu
( Heffer, dan Schust, 2010 )
v. Oxytocin
Hormon ini dihasilkan dari hipofisis posterior karena adanya stimulasi kelenjar
mamae, terutama puting. Berfungsi untuk meningkatkan tonus muskulatorik
uterus dan akhirnya mendorong fetus untuk dilahirkan
( Yekti, dkk, 2017 ).
C. Perkembangan Fetus (+Penjelasan singkat)
i. Periode Ovum
Periode ovum merupakan periode yang di mulai dari fertilisasi sampai
implantasi
( Ismudinio, dkk, 2010 ).

ii. Periode Embrio


Periode ini adalah periode setelah terjadi implantasi sampai saat
dimulainya pembentukan bagia tubuh atau disebut dengan organogenesis.
( Ismudinio, dkk, 2010 ).

Germ Layer Organ


1. Central Nervous System
2. Sense Organs
Ectoderm 3. Mamary glands
4. Skin & Hair
5. Sweat glands
1. Skeletal System
2. Muscle
Mesoderm 3. Reproductive Organs
4. Kidney
5. Urinary Tract
1. Liver
2. Lungs
Endoderm 3. Digestive System
4. Pancreas
5.Thyroid glands
(MacKenzie et al, 2005)
iii. Periode Fetus

Merupakan Periode setelah periode embrio dimana terjadi organogenesis


sampai foetus dilahirkan atau partus

( Ismudinio, dkk, 2010 )


D. Komparasi Lama Kebuntingan berbagai Hewan

LAMA WAKTU
HEWAN
(HARI)
SAPI 278 hari
KERBAU 310 hari
DOMBA 148 hari
KAMBING 150 hari
BABI 114 hari
KUDA 335 hari
ANJING, KUCING 57 hari,58 hari
(Hafez B & Hafez ESE, 2000)

4. Sistem Plasentasi
A. Pengertian Plasenta (+gambar)
Ekstraembrionik atau membran fetus yang terbagi atas yolk sac, amnion, allantois,
dan chorion
(Hafez B & Hafez ESE, 2000).

(Hafez B & Hafez ESE, 2000)


B. Bagian-bagian Plasenta

Bagian Fungsi
Kantung Untuk menyuplai nutrient pada masa awal embrio dan
Kuning Telur menjadi vestigial saat gestasi

Amnion Untuk menjaga fetus dalam rongga berisi cairan

Pembuluh darah yang menghubungkan janin dengan


Allantois fetus, fusi dengan chorion menjadi chorio-allantoic
placenta

Chorion Melekatkan uterus dengan embrio

(Hafez B & Hafez ESE, 2000)


C. Tipe Plasenta berdasarkan Bentuknya (+Penjelasan singkat dan contoh hewan)
i. Zonary
Pada tipe plasenta jenis ini plasenta akan mengelilingi fetus seperti
band/pita yang dapat sempurna maupun tidak.
Contoh : kucing, anjing
ii. Diffuse
Pada tipe plasenta jenis ini hampir semua permukaan allantochorion
terlibat dalam pembentukan plasenta
Contoh : kuda, babi
iii. Discoid
Pada tipe plasenta jenis ini plasenta tunggal dan berbentuk plat, membulat
seperti cakram
Contoh : Primata
iv. Cotyledonary
Pada plasenta jenis ini menciri dengan tempat perlekatan antara induk
(coruncula) dan fetus (kotiledon) yang membentuk bentukan kompelks yang
disebut placentome
Contoh : Sapi, kambing, domba
( Schatten, dan Constantinescu, 2007 )

D. Tipe Plasenta berdasarkan Histologi/Pertautan terhadap Endometrium Maternal


(+gambar, Penjelasan singkat dan Contoh Hewan)
i. Epitheliochorial
Tipe plasenta dimana chorion fetus bertautan dengan epithel endometrium
maternal.
Contoh: Babi, Kuda. (Furukawa, 2014)

(Robert dll, 2016)


ii. Synepithelialchorial / Syndesmochorial
Sebagian epitel endometrium luruh, dan jaringan ikat berhubungan dengan
chorion.
Contoh : Sapi, kambing, domba

(Robert dll, 2016)

iii. Endothelialchorial
Epitel maternal serta jaringan ikat menghilang selama implantasi dan
tropoblas kontak secara langsung dengan endometrium maternal.
Contoh: Anjing, Kucing (Furukawa, 2014)

(Robert dll, 2016)

iv. Haemochorial
Tipe ini merupakan tipe plasenta yang paling invasif. Semua lapisan
jaringan maternal menghilang karena erosi, lalu mengarah langsung ke korion
dan maternal blood.
Contoh : Primata

(Robert dll, 2016)


III. HASIL PRAKTIKUM
Sapi Anjing

3
1 2 3

Keterangan (min 3) : Keterangan (min 3) :


1. Fetus 1. Fetus
2. karunkula 2. Chorion Frondosum
3. smooth surface 3. Chorion Leave

Tipe Plasenta: Cotyledonary Tipe Plasenta: Zoonary


1. Bentuk : Placentome 1. Bentuk : Zoonary/Sabuk
2. Histologi : Sindesmochorial 2. Histologi : endotheliochorial
3. Lama Implantasi : 40 hari 3. Lama Implantasi: 13-15 hari
4. Lama Kebuntingan: 278 hari 4. Lama Kebuntingan: 57-58 hari

Babi Primata

3
1
2 3

1 2

Keterangan (min 3) : Keterangan (min 3) :


1. Fetus 1. Placenta
2. Chorion leave 2. Umbilicalis
3. Necrotic tip 3. Fetus
Tipe Plasenta: Diffuse Tipe Plasenta: Discoid
5. Bentuk : allantochorial 5. Bentuk : piringian
6. Histologi : Epitheliochorial 6. Histologi : Haemochorial
7. Lama Implantasi : 24 hari 7. Lama Implantasi: 5-10 hari
8. Lama Kebuntingan: 114 hari 8. Lama Kebuntingan: 257-247 hari

IV. KESIMPULAN
1. Periode perkembangan fetus meliputi perkembangan ovum (berkembang selama
0-15 hari), periode embrio (berlangsung selama 15-45 hari), periode fetus (hari ke
45 partus)
2. Hormon yang berperan dalam kebuntingan adalah progesterone, estrogen,
relaksin, prolaktin dan oksitosin.
3. Tipe-tipe plasenta berdasarkan bentuk yaitu zonary (anjing kucing), diffuse (kuda,
babi), discoid (primata, rodensia), cotyledonary (sapi, kambing, domba).
Sedangkan tipe plasenta berdasarkan histologi ada epitheliochorial (babi, kuda),
synepithelialchorial/syndesmochorial (sapi, kambing, domba), endothelialchorial
(anjing, kucing), haemochorial (primata, rodensia)
4. Plasenta terdiri dari yolk sack, amnion, allantois dan chorion.

V. DAFTAR PUSTAKA (minimal 3 buku + 2 jurnal >2010)

Fitriani, D. 2018. Peran Estrogen dan Leptin dalam Homeostasis Energi. Jurnal Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan 7(5)

Furukawa, S., Kuroda, Y., Sugiyama, A. 2014. A Comparison of the Histological


Structure of the Placenta in Experimental Animals. J Toxicol Pathol 2014;
27: 11–18

Heffer, L.J., dan Schust D. J. 2010. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga

Hafez, B & Hafez, ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals 7th Edition.USA :
Lippincott Williams & Wilkins.

Ismudinio, Srianto, P., Anwar, H., Madyawati, S. P., Samik, A., dan Safitri, E. 2010.
Buku Ajar Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Surabaya: Airlangga
University Press
MacKenzie, L., Arwine, DK., Shewan, EJ., McHugh, MJ. 2005. Biology : A Search
For Order In Complexity. US : Christian Liberty Press

Pratiwi, H, Firmawati, A., dan Herawati. 2019. Embriologi Hewan. Malang: UB press

Roberts, R.M., Green, J.A., Schulz, L.C. 2016. The Evolution of the Placenta. Society
for Reproduction and Fertility ISSN 1470–1626
Schatten, H, dan Constantinescu, G. M. 2007. Comparative Reproductive Biology.
USA: Blackwell Publishing

Sjahfirdi, L., Gita, P. K., Astuti, P., Maheswari., H. 2013. Pemeriksaan Profil Hormon
Progesteron Selama Siklus Estrus Tikus ( Rattus norvegicus ) Betina
Menggunakan Perangkat Inframerah. Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7(1).

Toilehere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa

Yekti, A. P. A., Susilawati, T., Ihsan, M. N., Wahjuningsih, S. 2017. Fisiologi


Reproduksi Ternak. Malang: UB press

Anda mungkin juga menyukai