Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

ACARA III
GASTROTOMI

Disusun oleh :
Hera Martyna Svensa 17/414492/KH/09379

DEPARTEMEN ILMU BEDAH DAN


RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
I. PENDAHULUAN
Lambung karnivroa terdiri dari cardiac sphincter, cardia, fundus, pylorus, dan

pyloric sphincter (Aspinall, 2004). lapisan dinding lambung dari profundus ke

superficial yaitu tunika mukosa, tunika submucosa, tunika muskularis, dan tunika

serosa (Bacha & Bacha, 2000). Lambung berfungsi untuk mencerna makanan

menjadi bahan dasar yang diperlukan tubuh seperti asam amino, asam lemak,

monogliserida, gula sederhana, dan monosakarida (Aspinall, 2004). Namun

dengan adanya benda asing dalam lambung maka proses digesti pada hewan akan

terganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan pada hewan. Benda asing dalam

lambung adalah segala sesuatu yang ditelan oleh hewan namun tidak dapat

dicerna (seperti batu dan plastik) atau yang lambat dicerna (tulang), benda asing

linier seperti potongan benang, kain, atau benang gigi. Laparatomi atau celiotomy

adalah istilah yang mengacu pada prosedur bedah dengan melakukan sayatan ke

dalam rongga perut. Gastrotomi adalah prosedur membedah lambung. Indikasi

paling umum untuk gastrotomi pada anjing dan kucing adalah pengambilan benda

asing (Fossum, 2013).

Sebelum melakukan prosedur operasi, dokter hewan dan paramedic harus

mempersiapkan hewan. Hewan diberikan premedikasi seperti atropin. Menurut

Nesgash dkk (2016) atropin paling sering digunakan dalam premedikasi dalam

kombinasi dengan acepromazine maleate untuk meminimalisir efek vagal yang

dapat menyebabkan bradikardia dan untuk mengurangi potensi kejang otot

motilitas dan sekresi gastrointestinal, air liur dan sekresi pernapasan hewan serta

mengurangi produksi air mata selama anestesi. Induksi anestesi menggunakan

ketamin. Namun ketika digunakan secara tunggal, ketamin dapat meningkatkan

denyut jantung dan tekanan arteri rata-rata, merangsang fungsi kardiovaskular

sehingga ketamin perlu dikombasi dengan obat alpha-2 agonists seperti

xylazine. Xylazine merangsang


reseptor alfa-2 adrenergik di ujung saraf presinaptik serebral, menghambat

pelepasan katekolamin dan dopamin yang menghasilkan efek analgesik dan

sedatif, dan menghambat konduksi saraf di sistem saraf pusat yang menyebabkan

relaksasi otot lurik (Nesgash dkk, 2016).

II. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui teknik yang benar dalam prosedur operasi gastrotomi
2. Mahasiswa mengetahui persiapan untuk operasi gastrotomi

III. MATERI DAN METODE


1. Materi
- Instrument operasi (scalpel, gunting, pinset anatomis, needle
holder, benang jahit, jarum jahit, duk klem, allis forceps, dan lain-
lain)
- Agen anestesi dan premedikasi

2. Metode
Hewan dipuasakan sebelum dianestesi dan diperiksa status kesehatannya
premedikasi dengan atropin sulfat 0,025% dosis 0,04 mg/kg diberikan secara
subkutan ditunggu kurang lebih 15 menit hingga muncul efeknya yang
ditandai dengan mukosa mulut mulai kering ketamin 10% (15 mg/kg) dan
xylazine 2% (2 mg/kg) dicampur dalam satu syringe kemudian disuntikkan
secara intramuscular hewan diletakkan di meja operasi dengan posisi rebah
dorsal dan untuk mempertahankan posisi tersebut, keempat kaki difiksasi pada
meja operasi pada bagian yang akan dioperasi dilakukan pemasangan 4 duk
yang dimulai dari bagian kaudal, lateral dekster, kranial dan terakhir lateral
sinister laparotomi dilakukan ventral midline diinsisi subkutan
dipreparir lalu cari linea alba linea alba diinsisi untuk mengekspos rongga
abdomen lambung diekspos keluar gastrotomi dilakukan dua stay
suture dibuat pada lambung lambung diinsisi di antara dua stay suture
insisi diperpanjang menggunakan gunting benda asing dikeluarkan
dinding lambung ditutup menggunakan benang absorbable dengan teknik two
layer inverting lapisan pertama yaitu serosa, muskularis, dan submucosa
dijahit menggunakan pola sederhana menerus atau cushing lapisan kedua
yaitu serosa dan muskularis dijahit menggunakan pola cushing atau lambert
tes kebocoran tidak perlu dilakukan karena menggunakan teknik two layer
inverting dinding abdomen ditutup dengan menjahit peritoneum, muskulus
dan linea alba dengan benang catgut chromic dengan pola sederhana tunggal

subkutan dijahit menggunakan pola sederhana menerus atau matras

menerus kulit dijahit menggunakan benang yang tidak diserap


menggunakan pola sederhana tunggal bekas
sayatan diolesi antiseptic

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kasus tertelan benda asing sering terjadi pada hewan peliharaan. Dalam jurnal
Sajeni dkk (2017) telah dikemukakan bahwa menurut studi yang banyak
dilakukan disimpulkan hewan cenderung menelan bahan yang tidak dapat dicerna
karena bosan, tidak berpengalaman (tidak familiar dengan bahan asing). Tanda-
tanda klinis menelan benda asing bervariasi menurut durasi, lokasi, tingkat
obstruksi dan jenis atau sifat benda asing. Berbagai tanda klinis yang dihasilkan
pada kasus ini adalah anoreksia, muntah, kelemahan bertahap, kelemahan,
dehidrasi, nyeri pada palpasi abdomen dan diskezia (Mahesh dkk, 2019).
Sebelum melakukan operasi, kita perlu meneguhkan diagnosa. Menurut
Gomaa dkk (2012) ultrasonografi abdomen dapat memberikan informasi berharga
yang mengarah pada diagnosis definitif atau untuk mempersempit daftar diagnosis
banding yang diperoleh dengan teknik diagnostik lainnya. Menurut Mahesh dkk
(2019) survey radiografi tidak dapat memastikan adanya benda asing kecuali
dilatasi segmental usus karena radiolusennya. Oleh karena itu kontras gastro-
enterogram menggunakan barium dipakai untuk mengkonfirmasi adanya benda
asing linier. Benda asing dalam perut sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan
ekogenisitas. Bola mudah diidentifikasi karena karakteristik permukaan
lengkungnya. Benda asing linier tampak seperti permukaan linier cerah namun
untuk eksplorasi lengkap maka laparotomi harus dilakukan (Gomaa dkk, 2012).
Menurut Bojrab dkk (2014), lokasi optimal untuk gastrotomi adalah daerah
fundus, menghindari cabang arteri lambung dan gastroepiploika kiri dan kanan
serta saraf terkait. Lalu pada metode saat praktikum disebutkan untuk membuat
dua stay
suture pada lambung, hal ini sesuai dengan Bojrab dkk (2014) yang mana babcock
forceps atau stay suture ditempatkan 1-2 cm dari setiap ujung lokasi gastrotomi
yang direncanakan dan digunakan untuk mempertahankan ketegangan jaringan
untuk memfasilitasi sayatan/insisi.
Dalam melakukan insisi, kita perlu menggunakan kekuatan yang tidak terlalu
kuat ataupun lemah. Hal ini didukung oleh Bojrab dkk (2014) yaitu pisau skalpel
(No. 10, 11, atau 15) digunakan untuk membuat sayatan tusukan dengan ketebalan
penuh yang terkontrol. Sebagai alternatif, pisau skalpel dapat digunakan untuk
membuat sayatan dengan ketebalan parsial melalui serosa, muskularis dan
submukosa, dan sayatan mukosa dilakukan sendiri dengan menggunakan teknik
pisau yang serupa. Gunting Metzenbaum dapat digunakan untuk memperpanjang
sayatan tusukan seperti yang ditunjukkan dalam kasus individu.
Hemostasis dicapai dengan menggunakan hemostat atau elektrokauter.
Menurut Bojrab dkk (2014) isi lambung dikeluarkan sesuai kebutuhan untuk
mengambil benda asing. Jika benda asing linier teridentifikasi, bagian dalam perut
tidak boleh terlepas sampai batas distal dalam usus halus telah diidentifikasi
melalui enterotomy (Bojrab dkk, 2014).
Pada praktikum, penutupan lambung menggunakan teknik two layer inverting
dimana lapisan pertama yaitu serosa, muskularis, dan submucosa dijahit
menggunakan pola sederhana menerus atau cushing, sedangkan lapisan kedua
yaitu serosa dan muskularis dijahit menggunakan pola cushing atau lambert. Hal
ini sesuai dengan penjelasan Bojrab dkk (2014) dimana jika ada kekhawatiran
bahwa benang jahit yang terpapar di dalam lumen lambung dapat menyerap cairan
atau kontaminan ke dalam insisi gastrotomi atau ruang peritoneum, maka pola
penutupan two layer inverting, seperti cushing atau lembert menerus, dapat
ditempatkan hanya dengan menggabungkan submukosa, muskularis, dan serosa.
Pada praktikum tidak dijelaskan secara menyeluruh tentang penutupan dinding
lambung namun menurut Bojrab dkk (2014 mukosa lambung dioposisi terlebih
dahulu menggunakan pola sederhana menerus kemudian dilanjutkan dengan pola
two layer. Menambahkan dari jurnal Aertsens dkk (2016) bahwa
abdomen/peritoneum dibilas dengan saline hangat kemudian ditutup dengan cara
konvensional.
Setelah tindakan operasi selesai, pasien (hewan) harus dipantau dengan hati-
hati selama masih di bawah kondisi anestesia. Menurut Archibald (1968)
merupakan
kewajian dokter bedah untuk memastikan pasien yang dioperasi sembuh total serta
mendapatkan kesejahteraan sebagai hewan, tidak hanya bebas dari rasa sakit dan
ketidaknyamanan.

V. KESIMPULAN
1. Gastrotomi merupakan tindakan bedah untuk membuka lambung, didahului
dengan laparotomi yaitu tindakan bedah untuk membuka rongga abdomen
2. Teknik yang banyak disukai dokter hewan dalam penutupan dinding lambung
ialah pola lapisan ganda
3. Sebagai dokter hewan, perawatan pra dan pasca operasi harus dilakukan
dengan hati-hati hingga pasien sembuh total

VI. DAFTAR PUSTAKA (7 JURNAL DAN 3 BUKU)

Aertsens, A., Hernandez, J., Ragetly, G.R. dan Poncet, C.M. 2016. Surgical
extraction of canine oesophageal foreign bodies through a gastrotomy
approach: 12 cases. Journal of Small Animal Practice. DOI:
10.1111/jsap.12521

Archibald, J. 1968. The Postoperative Care of Animals. The Canadian Journal of


Surgery. Volume 98: 897-899

Aspinall, Vicky. 2004. Anatomy and Physiology of the Dog and Cat 8. The
Digestive System. Veterinary Nursing Journal. Volume 19(3): 94-99

Bacha, William J. dan Bacha, L.M. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology 2nd
Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins

Bojrab, M.J., Waldron, D.R. dan Toombs, J.P. 2014. Current Techniques in
Small Animal Surgery 5th Edition. USA: Teton New Media

Fossum, T.W. 2013. Small Animal Surgery 4th Edition. USA: Mosby, Inc.
Gomaa, M., Kramer, M., Samy, M.T., Omar, M.S.A. dan Mekkawy, N.H. 2012.
Ultrasonographic Findings of Most Common Surgical Disorders of
Gastrointestinal Tract in Dogs and Cats. IJVS. Volume 7 (1,2): 23-38

Mahesh, V., Kamalakar, G., Kamran, C.A dan Nagaraja, B.N. 2019. Surgical
management of linear foreign body in a Labrador retriever dog. JEZS.
Volume 7(6): 17-19

Nesgash, A., Yaregal, B., Kindu, T., dan Hailu, E. 2016. Evalution of General
Anesthesia Using Xylazine-Ketamine Combination with and without
Diazipam for Ovariohysterectomy in Bitches. Journal of Veterinary
Science & Technology. Volume 7(6): 1-6

Sajeni, S., Reisinger, W., Mushonga, B., Kandiwa, E. dan Habarugira, G. 2017.
Foreign Body Gastrotomy in an Adult Captive Cheetah, Acinonyx
jubatus. AJVS. Vol. 52: 148-152

Anda mungkin juga menyukai