Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastrium merupakan bagian dari alat pencernaan pada hewan non ruminansia.

Pada kucing terletak pada sisi kiri linea alba cranial abdominal, dibelakang diafragma dan

hepar. Letaknya bervariasi tergantung dari jumlah isi gastrium. Gastrotomi adalah operasi

membuka gastrium atau dinding lambung yang dilakukan untuk mengambil benda asing,

inspeksi mukosa gastrium terhadap kemungkinan ulcer, neoplasma atau hipertropi dan untuk

mengambil spesimen biopsi.

Kasus gastrointestinal pada hewan kesayangan yang mengharuskan dilakukannya

gastrotomi adalah kasus foreign body removal (pengangkatan benda asing) yang sering

ditemukan pada hewan di bawah umur 2 tahun.

Indikasi dilakukannya gastrotomi diantaranya adalah untuk mengeluarkan benda asing dan

tumor lambung (gastrointestinal lymphoma) dari gastrium dan oesophagus bagian

bawah. Namun, prosedur ini juga sering dilakukan terhadap pengambilan sampel biopsi

lambung (phycomycosis atau gastric carcinomas case), untuk mengurangi tekanan akibat

gastrium terlalu berdilatasi, distensi lambung serta penyempitan pylorus.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa

yang di maksud dengan gastrotomy, serta mengetahui cara atau metode yang

digunakan dalam tindakan gastromy, serta hal hal yang perlu diperhatikan setelah

operasi pada hewan kecil.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lambung

Lambung memiliki banyak suplai darah dari arteri celiac. Cabang dari

lambung sebelah kanan dan kiri, splenic dan kiri dan kanan arteri gastropoietic

memberikan suplai darah terbesar untuk lambung (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Anatomi arteri pada Lambung. Dicetak dengan izin dari Anderson S,
Gill P, Lippincott L, Somerville M, Shields S, Balfour R, Wilson E. Dimensions in
Surgery: Partial Gastrectomy. Pulse (an official publication of the Southern
California Veterinary Medical Association): May, 2002.

Inversi pada lambung memerlukan pertimbangan yang sangat penting pada

bagian anatominya hal ini dikarenakan dapat terjadinya gangguang saraf dan otot yang

dapat mempengaruhi post operasi lambung dan sistem biliary. Stimulasi aksi primer

berupa parasimpatetik dari saraf vagus. Cabang dorsal dan ventral vagus melalui ruang

2
kosong bagian esophagus. Cabang bagian ventral mensuplai lambung bagian lesser

curvature, pylorus, dan hati. Cabang bagian dorsal mensuplai lesser curvature, dinding

ginjal bagian ventral, lalu cabang dari celiac dan arteri arteri cranial messentric.

Stimulasi aksi lambung berupa simpatetik berasal dari fleksus celiacomesentric dengan

serabut otot diikuti dengan cabang arteri celiac lambung (Gbr 2.2). Sumsum tulang

bagian ganglia bertanggung jawab stimulasi aksi lambung dapat menjangkau dari C2

ke L5 dan puncak dari T2 ke T10.

Gambar 2.2 Stimulasi Aksi pada Lambung

Bagian cardia dan pilorus dari lambung biasanya di fiksasi posisinya oleh

ligament penggantung esophagus dan hepatoduodenal dimana pada bagian tengahnya

lebih dapat bergerak.

Pada hewan kecil contoh anjing dengan jenis dada yang lebih dalam, akses

menuju lambung dan pylorus akan dibatasi oleh omental dan penggantung mesenteric

termasuk ligament hepatoduodenal dan bagian dari lesser omentum. Struktur ini terdiri

dari arteri hepatic, limfatik, cabang sara vagus, vena portal dan bile duct, namun pada

3
bagian insisi memiliki resiko untuk merusak bagian tersebut (Gbr 2.3). Insisi untuk

menemukan lambung yang paling baik dengan memperpanjang dari insisi dinding

abdomen secara cranial dari bagian xiphoid ke tulang rawan sternum dan secara caudal

melewati umbilicus. Saat melakukan perpanjangan secara cranial, hindari insisi

inadvertent oleh diaragma yang dapat mengakibatkan iatrogenic pneumothorax.

Eksposur abdominal dapat dilakukan dengan alat seperti Balour Abdominal Retractor.

Gambar 2.3 Anatomi bile duct. Hal yang sangat penting untuk menghindari
kerusakan dari bile duct karena posisinya transversal dengan ligament
hepatoduodenal.

Tabel 2.1 Hal yang Perlu diperhatikan untuk operasi gastrotomi

Pengetahuan Anatomi Bahan benang dan teknik jahit


Potensi kedua penyakit metabolism Teknik menjahit
Penyakit neoplastic
Profilatik pemberian anatomi Alat stapling
Pencapaian ke target organ (ventral Omental patching
midline celiotomy)
Teknik aseptis Abdominal lavage

4
Handling jaringan yang tidak traumatik Manajemen perawatan sakit setelah
operasi
Teknik palpasi untuk benda asing Manajemen nutrisi setelah perawatan

2.2 Tata Laksana sebelum Operasi

Sebelum melakukan operasi sebaiknya dehidrasi, ketidakseimbangan asam-

basa, dan gangguan elektrolit harus diperbaiki. Hewan dengan toksisitas seng

mungkin memerlukan transfusi untuk anemia hemolitik. Antibiotik profilaksis dapat

diberikan secara intravena saat induksi dan 2 hingga 6 jam kemudian.

Hewan harus dicukur dan disiapkan dari bagian tengah thoraks hingga ke

bagian preputium atau pubis. Bagian juga harus disiapkan jika diperlukan tabung

enterostomi. Kancing pada tabung endotrakeal harus diperiksa untuk inflasi yang

memadai, karena manipulasi lambung dapat memaksa isi lambung ke kerongkongan.

Bantalan laparotomi, pengisapan, dan larutan lavage harus disediakan.

2.3 Operasi

Seperti halnya dengan operasi gastrointestinal lainya, lambung harus

dieksplorasi sepenuhnya, dan setiap prosedur dilakukan secara bersih, seperti biopsi

hati, harus dilakukan sebelum membuka lambung. Sayatan pada abdomen biasanya

dimulai pada xiphoid dan diteruskan hingga ke arah kaudal sampai umbilikus.

Memperpanjang sayatan kearah kranial ke ujung xiphoid dapat menyebabkan

perforasi diafragma dan selanjutnya pneumotoraks. Ligamentum falciform mungkin

memerlukan ligasi dan reseksi untuk mengekspos lambung. Sebelum memasuki bagian

visera yang terkontaminasi, instrumen steril harus disisihkan untuk pencegahan

terkontaminasi.

5
Gastrotomi untuk pengangkatan benda asing biasanya dilakukan di dalam

lambung bagian fundus sehingga daerah pilorus tidak akan terhalang saat dilakukan

penutupan kembali. Jika memungkinkan, lambung diiris di tengah antara lengkungan

yang lebih besar dan bagian lengkungan yang lebih rendah pada bagian paling sedikit

vaskular di serosa. Jahitan sederhana untuk menjaga organ berada pada tempatnya bisa

ditempatkan di sepanjang tepi sayatan untuk memfasilitasi penarikan dan pembukaan,

isi lambung dapat dihilangkan dengan penyedotan untuk mengurangi kontaminasi.

Benda asing lambung biasanya diangkat dengan gunting jaringan jenis Allis, Carmalt,

atau Kelly.

Gambar 2.4 Lokasi untuk insisi pada gastrotomi. Pastikan sayatan tidak dekat
pilorus, atau penutupan sayatan mungkin menyebabkan jaringan yang berlebihan
direngkuh ke dalam lumen lambung, mengakibatkan obstruksi aliran keluar.
Membuat tusuk sayatan ke lumen lambung dengan pisau bedah.

Berbagai metode telah direkomendasikan untuk penutupan sayatan

gastrotomi, yang dapat sembuh dengan cepat dan jarang timbul. Beberapa ahli bedah

akan menutup mukosa lambung terpisah dengan pola menerus untuk mengurangi

pendarahan intragastrik. Ahli bedah lainnya akan melakukan penutupan pembalik dua

lapis itu hanya meluas pada bagian submukosa, karena mukosa lambung akan menutup

6
sendiri. Gastrotomi di dekat pilorus harus ditutup dengan lapisan tunggal, apposisional,

pola terputus atau menerus. Penutupan biasanya dilakukan dengan 2-0 atau 3 -0 benang

monofi lament yang dapat diserap dan menggunakan jarum lancip.

Terdapat dua macam cara menjahit lambung. Penutupan lambung langsung

dengan satu lapisan (mukosa, submukosa, muskularis, serosa) secara appositional pola

menerus sederhana menggunakan bahan jahitan yang mudah diserap yaitu

monofilamen biasanya berukuran 2-0 atau 3-0. Penjahitan dua lapisan Pertama

menjahit lapisan mukosa secara appositional lalu menjahit lapisan kedua yang terdiri

dari submucosa, muscularis dan serosa secara inverting dapat dilakukan dengan pola

seperti Cushing menerus atau Lembert. Setelah gastrotomi selesai, sarung tangan dan

instrumen diganti dan perut dibilas dan disedot untuk menghilangkan kontaminan.

7
Gambar 2.5 Teknik Menjahit A. Stay suture dibuat agar lambung dapat lebih

diekspos dan untuk mempertahankan posisi. Menggunakan blade ukuran 10, 11 atau

15 untuk membuat sayatan menusuk penuh ke lambung. B. Perpanjang sayatan dari

blade dengan menggunting dengan gunting Metzenbaum. C. Penutupan single-layer

menggunakan pola appotional menerus sederhana yang menggabungkan mukosa,

submukosa, muskularis dan serosa secara bersamaan

D. Penutupan lapisan ganda dapat dilakukan dengan langkah awal aposisi mukosa

menggunakan pola menerus sederhana. E. Langkah kedua adalah apposisi

submukosa, muscularis dan serosal menggunakan pola jahitan kontinu sederhana. F.

Menggunakan pola Lembert. G.Menggunakan Cushing.

8
2.4 Hal yang diperhatikan setelah operasi

Selama pemulihan, pertahankan agar kepala hewan tetap tinggi untuk mengurangi

refluks lambung. Hematokrit awal harus diukur, dan hematokrit serial dievaluasi jika

hematomesis, pucat, atau anemia atau melena yang signifikan terjadi. Makanan dapat

diberikan 12 hingga 24 jam setelah operasi jika hewan tersebut tidak muntah atau mual.

Muntah atau mual pasca operasi dapat terjadi akibat ileus, kelainan elektrolit (terutama

hipomagnesemia), nyeri, iritasi lambung, atau kondisi lainnya. Perawatan mungkin

termasuk cairan intravena gastroprotectants (sucralfate), inhibitor asam lambung (mis.,

omeprazole atau famotidine), obat penambah motilitas untuk ileus (mis.,

metoclopramide), atau antiemetik (mis., klorpromazin, ondansetron, dolasetron, atau

maropitan). Jika terjadi toksisitas dari timbal atau seng pada lambung mungkin karena

benda asing dan memerlukan kelasi terapi.

Komplikasi yang paling umum adalah muntah, yang dapat menyebabkan

pneumonia aspirasi. Jika mukosa belum ditutup, hewan dapat muntah sebagian darah

yang tercerna yang terlihat seperti bubuk kopi. Hewan yang muntah secara persisten

harus dievaluasi dengan radiography atau kontras atau endoskopi untuk melihat

kemungkinan obstruksi. Terbukanya jahitan dari gastrotomi jarang terjadi karena

lambung sembuh dengan cepat dan memiliki suplai darah yang luas. Terbukanya

jahitan pada lambung dapat terjadi akibat muntah hebat atau pada hewan dengan

iskemik, neoplastik, atau perut yang sangat sakit. Penutupan gastrotomi antral dengan

jahitan yang tidak dapat diserap seperti polypropylene dapat menyebabkan peradangan

obstruksi pilorus. Obstruksi pilorus juga dapat terjadi dari jaringan yang berlebihan

inversi atau distorsi antrum selama penutupan sayatan.

9
BAB III

MATERI & METODE

3.1. Materi

3.1.1. Hewan

Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik secara umum

meliputi tekanan darah, frekuensi pulsus, frekuensi nafas, suhu tubuh, keadaan umum dari

anjing tersebut, dan dilakukan pemeriksaan darah rutin. Jika kucing dinyatakan memenuhi

syarat, maka operasi dapat dilaksanakan. kucing harus dipuasakan makan selama 12 jam dan

puasa minum selama 6 jam terlebih dahulu sebelum operasi dilakukan dengan tujuan agar

kondisi usus dalam keadaan kosong sehingga kucing tidak muntah dalam kondisi teranastesi.

3.1.2. Persiapan Meja dan Alat Operasi

Meja operasi didesinfeksi dengan menggunakan air sabun dan dilap sampai bersih dan

kering. Alat operasi dalam keadaan steril diletakkan dimeja khusus dan disusun secara urut

didekat meja operasi.

3.1.3. Persiapan Operator dan Co-Operator

Operator dan co-operator harus dalam keadaan asepsis dan steril selama berlangsungnya

operasi. Tangan dicuci bersih dari ujung jari sampai siku dengan sabun dan disikat kemudian

dibilas dengan air bersih yang mengalir sampai bersih kemudian didesinfektan dengan

menggunakan alcohol.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah infuse set, iv catheter, scalpel, blade, gunting Metzenbaum,

guntin tumpul tajam, needle holder, jarum bulat dan jarum segitiga, benang safil serta benang

10
silk, pinset anatomis dan chirurgis, allis forceps, hemostatic forceps, drapping, gawn, hairscap,

sarung tangan dan masker.

Bahan yang digunakan adalah alcohol 70%, povidone iodine, hipavix, bandage, leucoplast,

kasa,tampon, NaCL fisiologis, Ringer lactate, antibiotic, obat premedikasi (atropin sulfat ,

obat anastesi (ketamin dan Xylazin )

3.3.Metode

Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co – operator harus terlebih dahulu

melepaskan semua aksesoris yang dapat mengganggu jalannya operasi.

Cuci tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan sabun, setelah itu

dapat dicuci kembali dengan alkohol 70%. Kemudian operator dan co-operator menggunakan

sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan tersebut dipertahankan sampai operasi selesai.

Premedikasi yang digunakan adalah Atropin Sulfat dengan dosis 0,02 – 0,04 mg/KgBB

secara intramuscular. Setelah ± 10 menit dilanjutkan dengan pemberian anestesi umum yaitu

Ketamin 10 – 40 mg/KgBB dan Xylazine 1 – 3 mg/KgBB secara intramuskular.

Setelah pemberian anestesi, frekuensi nafas dan denyut jantung dimonitoring setiap 5 – 10

menit sampai pembedahan selesai. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan radiograph,

melakukan evaluasi terhadap keseimbangan elektrolitnya.

 Selanjutnya hewan diberikan anestesi umum dan ditempatkan pada posisi dorsal

recumbency.

 Selama hewan masih teranastesi, dilakukan infus ringer laktat untuk mengganti cairan yang

hilang dan untuk koreksi keseimbangan elektrolit secara intravena.

 Setelah itu melakukan incisi kulit pada ventral midline abdominal dari thipoid sampai

pubis.

 Incisi dilanjutkan pada linea alba dan peritonium sehingga rongga abdominal terbuka.

11
 Dinding abdominal dikuakkan dengan retraktor sehingga gastrointestinal terlihat. Lambung

dikeluarkan dengan membuat jahitan stay suture yang bertujuan untuk memegang dinding

lambung.

 Selanjutnya melakukan incisi pada dinding lambung yang sedikit pembuluh darahnya

(bagian curvatura mayor). Incisi dibuat agar tidak dekat dengan pilorus dan incisi dilebarkan

dengan gunting.

 Setelah dilakukan tindakan pada lambung (mengeluarkan benda asing, biopsi), segera

dilakukan penutupan pada serosa muskularis, dan submukosa sebagai lapis pertama dengan

pola simple interrupted selanjutnya dijahit dengan pola cushing menggunakan jarum bulat

dan benang safil.

 Lambung dimasukkan ke dalam rongga perut dan dilakukan penutupan dinding perut.

 Pada bagian peritoneum dan linea alba dijahit secara terputus sederhana dengan jarum bulat

dan benang safil.

 Bagian suubkutan dijahit dengan jarum bulat dan benang safil menggunakan teknik

subcuticular.

 Bagian kutan dijahit dengan jarum segitiga dengan benang silk dengan teknik terputus

sederhana.

 Perawatan pasca operasi, hewan jangan diberi makan dan minum. Diberikan infus secara

intravena, antibiotika secara intravena dan oral.

3.4. Pasca Operasi

 Segera setelah penutupan dinding abdomen dilakukan penyuntikan Ampicillin 10 % dengan

dosis 10-20 mg/kg BB secara intramuskuler untuk menghindari adanya infeksi sekunder.

 Luka bekas operasi diolesi nutimoist dan ditutup dengan kasa dan hipavix.

 Pemberikan antibiotic Flaxivet dan Tolfedine secara IM.

12
 Selain itu juga dilakukan monitoring terhadap denyut jantung, pernafasan dan temperatur

tubuh. Untuk mencegah keadaan hipotermi dapat dilakukan dengan menggunakan lampu

infrared.

 Setelah hewan dioperasi ditempatkan pada tempat yang kering dan bersih, luka operasi

dijaga kebersihannya dan pemeriksaan dilakukan selama 4 – 6 hari berturut – turut,

kemudian diberikan makanan yang mudah dicerna guna mengurangi kerja gastrium selama

3 – 4 hari, kasa pada hipavix diganti setiap hari dan luka dibersihkan dengan rivanol lalu

diberikan nutrimoist dan memberikan kasa baru dan hipavix. Jahitan dapat dibuka setelah

luka operasi benar-benar kering dan sembuh serta telah tertutup, kemudian diolesi kembali

nutrimoist.

13
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Signalement

Dilakukan operasi mandiri gastrotomi pada kucing Heizer yang dilakukan pada

hari Kamis, 14 Maret 2019 di Klinik Weka dengan operator oleh Elsa Firnanda Pin

Pratama, S.KH dan co-operator Aryanto Hamid, S.KH dan Muhammad Wildan

Wiguna, S.KH dibimbing oleh drh.Ratna Widyawati, M.Vet dan drh.Desty Apritya,

M.Vet.

Nama : Heizer

Jenis Hewan : Kucing

Ras : Domestic Short Hair

Warna Bulu & Kulit : Putih Hitam

Jenis kelamin : Jantan

Umur : 1,5 tahun

Berat Badan : 3,8 kg

Pemeriksaan Hewan (2 hari sebelum dilakukan operasi)


 Temperatur : 38,5oC
 Pulse : 143 kali/menit
 Membrane color : Pink
 Hydration : Normal
 Color and consistency of feses : -
 Respiration : 46 kali/menit
 CRT : < 2 detik

14
 Body weight : 3,8 kg
 Body condition : Normal

4.2. Perawatan Pre Operasi & Saat Operasi

Perawatan pre operasi berupa pemasangan infus Ringer Laktat secara intravena

lalu pemberian povidone iodine pada lokasi insisi, pre-medikasi dan anastesi lalu

dilanjutkan saat penutupan lapisan peritoneum dilakukan dengan pencucian perut

dengan larutan Natrium Klorida 0,9% lalu pemberian antibiotic viccilin yang telah

diencerkan setelahnya dilakukan pemberian antibiotic Floxivet dan Tolfedine secara

IM.

4.2.1. Atropine Sulfate (ATP)

Pramedikasi yang diberikan berupa Atropine Sulfate diberikan sebanyak 0,6 ml

secara IM dari perhitungan rumus sebagai berikut :

Dosis ATP = 0,04/0,25 X 3,8 Kg

= 0,608 ml

Atropin merupakan salah satu jenis premedikasi yang memiliki afinitas kuat

terhadap reseptor muskarinik serta terikat secara kompetitif, sehingga mencegah

asetilkolin terikat pada tempatnya pada reseptor muskarinik. Kerja obat ini secara

umum berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila diteteskan ke dalam mata, maka kerjanya

bahkan sampai berhari-hari.

Pada gastrointestinal, atropin digunakan sebagai obat anti spasmodik untuk

mengurangi aktivitas saluran cerna, sebab atropin adalah salah satu obat yang memiliki

sifat kuat dalam menghambat saluran cerna. Berefek pula pada kandung kemih dengan

15
mengurangi keadaan hipermotilitas kandung kemih. Atropin dapat menghambat kerja

kelenjar saliva sehingga timbul efek pengeringan pada lapisan mukosa mulut

(serostomia). Kelenjar saliva sangat peka terhadap atropin, bahkan kelenjar keringat

dan air mata juga dapat terganggu (Mycek et al. 2001). Atropin sulfat sebagai

premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0,02-0,04 mg/kg, yang diberikan baik secara

subkutan, intravena maupun intra muskuler (Plumb, 1998). Farmakokinetik dari

atropin yaitu atropin mudah diserap, sebagian dimetabolisme di dalam hepar, dan

dibuang dari tubuh terutama melalui air seni. Adapun efek samping dari atropin

tergantung dari dosis, atropin juga dapat menyebabkan mulut kering, penglihatan

mengabur, takikardia, dan konstipasi. Efeknya terhadap sistem saraf pusat termasuk

rasa capek, bingung, dan delirium (ketidakmampuan membedakan kondisi yang nyata

dan halusinasi) yang dapat berlanjut menjadi depresi dan penyumbatan pada sistem

pernapasan bahkan kematian (Mycek et al. 2001). Atropin ini juga dapat menghambat

bradikardia yang dapat ditimbulkan oleh obat kolinergik dan tidak mempengaruhi

pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung, tetapi dapat menghambat

vasodilatasi oleh asetilkolin atau ester kolin yang lain. Pada dosis yang kecil

memperlihatkan efek merangsang di susunan saraf pusat dan pada dosis toksik

memperlihatkan depresi setelah melampaui fase eksitasi yang berlebihan (Syarif et al,

2011)

4.2.2. Xylazine

Pramedikasi yang diberikan setelag Atropine Sulfate adalah xylazine yang

diberikan sebanyak 0,5 ml secara IM dari perhitungan rumus sebagai berikut :

Dosis Xylazine = 0,15 x 3,8 Kg

16
= 0,57 ml

Xylazin merupakan senyawa sedatif golongan α2 adrenergik agonis yang bekerja

dengan cara mengaktifkan central α2–adrenoreceptor (Thurmon et al. 1996). Xylazin

memiliki rumus kimia 2-(2,6-xylodino)5,6-dihydro-4H-1,3- thiazin hydrochloride

(Booth 1995). Xylazin menyebabkan penekanan sistem saraf pusat yang diawali

dengan sedasi kemudian pada dosis yang lebih tinggi digunakan untuk hipnotis,

sehingga akhirnya hewan menjadi tidak sadar dan teranestesi (Zulfadli, 2005).

Di dalam anestesi hewan, xylazin biasanya paling sering digunakan dengan

kombinasi ketamin. Obat ini bekerja pada reseptor presinapsis dan pos-sinapsis dari

sistem saraf pusat dan perifer sebagai agonis adrenergik. Xylazin menimbulkan efek

relaksasi muskulus centralis. Selain itu, xylazin juga mempunyai efek analgesi. Xylazin

menimbulkan kondisi tidur yang ringan bahkan sampai kondisi narkosis yang dalam,

tergantung dari dosis untuk masingmasing spesies hewan. Reseptor α2 adrenoreceptor

agonis mengerahkan efek penghambatan pada fungsi sistem saraf pusat melalui

penghambatan pelepasan 10 neurotransmiter dari saraf simpatis. Hal ini menyebabkan

aktivitas saraf simpatis menurun sehingga menurunkan tingkat kewaspadaan,

menurunkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Reseptor α2 adrenoreceptor

ditemukan di otot polos pembuluh darah arteri organ dan vena abdomen. Ketika α2

adrenoreceptor diaktifkan dapat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, selain itu α2

adrenoceptor dijumpai juga pada sistem kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal,

sistem saraf pusat, ginjal, sistem endokrin dan trombosit (Adams, 2001).

Obat ini banyak digunakan dalam subtansi kedokteran hewan dan sering

digunakan sebagai obat penenang (sedasi), nyeri (analgesik) dan relaksasi otot rangka

17
(relaksan otot). Pemberian xylazin sebagai preanestesi dapat memperpanjang durasi

analgesi, mengurangi dosis anestesi dan memperpendek masa pemulihan. Pada kucing

penggunaan kombinasi ketamin-xylazin menyebabkan perlambatan absorpsi ketamin

sehingga eliminasi ketamin lebih lama, hal ini menyebabkan durasi anestesi lebih

panjang (Waterman, 1983), pada kucing range dosis xylazin yang sering digunakan

yaitu 1,0-2,0 mg/kg BB secara intra muskuler (Lumley 1990) dan 1-2 mg/kg BB

(McLean, 1967). Xylazin dapat menyebabkan gejala bradikardia, arythmia,

peningkatan tekanan sistem saraf pusat, pengurangan sistem sistolik, depresi respirasi

(pengurangan frekuensi respirasi dan volume respirasi per menit) serta hipertensi yang

diikuti dengan hipotensi (Zulfadli, 2005). Xylazin memiliki efek farmakologis yang

sebagian besar terdiri dari penurunan cardiac output, sehingga terjadi penurunan

frekuensi setelah kenaikan di awal injeksi pada tekanan darah kemudian dalam

perjalanan dapat menyebabkan efek vasodilatasi pada tekanan darah yang juga dapat

menyebabkan bradikardia, vomit, tremor, motilitas menurun tetapi kontraksi uterus

meningkat pada betina, bahkan dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal seperti

menghambat produksi insulin dan antidiuretic hormon (ADH). Xylazin juga

menghambat efek stimulasi saraf postganglion. Pengaruh xylazin dapat dihambat

dengan menggunakan antagonis reseptor adrenergik seperti atipamezole, yohimbine

dan tolazoline (Kusumawati, 2011).

Kontraindikasi dari xylazin adalah tidak boleh digunakan pada hewan yang

memiliki hipersensitivitas terhadap obat tersebut. Xylazin dapat diberikan secara

intravena, intramuskular, dan subkutan. Pada ruminansia, xylazin dapat menyebabkan

18
peningkatan sekresi saliva, meningkatkan risiko pneumonia aspirasi (pernafasan),

tetapi dapat dihambat oleh kerja dari atropin (Kusumawati, 2011).

Efek xylazin pada fungsi respirasi biasanya tidak berarti secara klinis, tetapi pada

dosis yang tinggi dapat mendepres respirasi sehingga terjadi penurunan volume tidal

dan respirasi rata-rata (Plumb, 1991). Perubahan yang cukup jelas terlihat pada fungsi

kardiovaskular. Awalnya segera setelah injeksi, tekanan darah akan meningkat,

kemudian diikuti dengan konstriksi pembuluh darah kapiler. Sebagai reflek normal

terhadap peningkatan tekanan darah dan pemblokiran saraf simpatis, frekuensi denyut

jantung akan menurun sehingga menimbulkan bradikardi dan tekanan darah menurun

mencapai level normal atau subnormal. Xylazin tidak dianjurkan pada hewan yang

memiliki penyakit jantung, darah rendah, dan penyakit ginjal (Ramadhani, 2013).

4.2.3. Ketamin

Anastesi yang diberikan berupa Ketamine diberikan sebanyak 1,52 ml secara IM

setelah 10 menit diberikan ATP dan Xylazine dari perhitungan rumus sebagai berikut:

Dosis Ketamin = 40/100 x 3,8 Kg

= 1,52 ml

Ketamin adalah anestesi umum non barbiturat yang bekerja cepat dan termasuk

dalam golongan fenyl cyclohexylamine dengan rumus kimia 2-(0- chlorophenil) – 2

(methylamino) cyclohexanone hydrochloride. Pertama kali diperkenalkan oleh

Domino dan Carsen pada tahun 1965. Ketamin mempuyai efek analgesi yang kuat akan

tetapi memberikan efek hipnotik yang ringan. Ketamin merupakan zat anestesi dengan

efek satu arah yang berarti efek analgesinya akan hilang bila obat itu telah

didetoksikasi/diekskresi, dengan demikian pemakaian lama harus dihindarkan.

19
Anestetik ini adalah suatu derivat dari phencyclidine suatu obat anti psikosa (Drajat,

1986).

Pemberian ketamin dapat diberikan dengan mudah pada penderita secara

intramuskuler. Obat ini menimbulkan efek analgesia yang sangat baik dan dapat

dikatakan sempurna dengan hanya diikuti tidur yang superfisial. Hal ini dapat dilihat

pada penderita yang diberikan ketamin sering menunjukkan gerakan 9 spontan dari

ekstrimitasnya walaupun pelaksanaan operasi telah dilakukan. Keadaan ini disebabkan

titik tangkap kerjanya pada daerah kortek dari otak dibanding dengan obat anestesi

lainnya yang titik tangkap kerjanya adalah reticular actifiting system dari otak

(Dodman et al, 1984). Dosis ketamin pada kucing yaitu 10-30 mg/kg secara intra

muskuler (Lumley,1990). Ketamin menyebabkan pasien dalam kondisi tidak sadar

dalam durasi yang cepat namun mata masih tetap terbuka tetapi tidak memberikan

respon rangsangan dari luar (Hilbery et al, 1992). Selain itu ketamin juga memiliki efek

anestetikum yang dapat menekan hipotalamus sehingga menyebabkan penurunan

temperatur tubuh (Plumb, 2005).

Sifat-sifat ketamin, yaitu larutan tidak berwarna, stabil pada suhu kamar, dan

suasana asam (pH 3,5 – 5,5). Adapun farmakokinetik dari ketamin adalah sebagian

besar ketamin mengalami dealkilasi dan dihidrolisis dalam hati, kemudian dieksresi

terutama dalam bentuk metabolik dan sedikit dalam bentuk utuh. Ketamin dengan

pemberian tunggal bukan anestetik yang bagus, karena obat ini tidak merelaksasi

muskulus bahkan kadang-kadang tonus sedikit meningkat. Efek puncak pada hewan

umumnya tercapai dalam waktu 6-8 menit dan anestesi berlangsung selama 30-40

20
menit, sedang untuk pemulihan membutuhkan waktu sekitar 5-8 jam. (Gan, 1987;

Kusumawati dan Sardjana, 2004).

Ketamin merupakan salah satu jenis anesthesi yang sering digunakan pada

kucing untuk beberapa jenis operasi. Adapun dosis ketamin untuk kucing adalah 10-30

mg/KgBB (Kusumawati dan Sardjana, 2004) dan 10-15 mg/kgBB (Napier and Napier,

2009). Efek ketamin dapat merangsang simpatetik pusat yang akhirnya menyebabkan

peningkatan kadar katekolamin dalam plasma dan meningkatkan aliran darah. Karena

itu ketamin digunakan bila depresi sirkulasi tidak dikehendaki. Sebaliknya, efek-efek

ini meringankan penggunaan ketamin pada penderita hipertensi atau stroke

(Kusumawati dan Sardjana, 2004; Mycek et al, 2001). Kelemahan dari anastetika ini

menyebabkan terjadinya depresi pernafasan dan tidak memberikan pengaruh relaksasi

pada muskulus, yang karenanya sering dikombinasikan dengan obat yang mempunyai

pengaruh terhadap relaksasi muskulus (Hellebrekers et al, 2011).

4.2.4. Povidone Iodine

Pengertian Povidon-iodine ialah suatu iodovor dengan polivinil pirolidon

berwarnacoklat gelap dan timbul bau yang tidak menguntungkan (Ganiswara,1995).

Povidone-iodinemerupakan agens antimikroba yang efektif dalamdesinfeksi dan

pembersihan kulit baik pra- maupun pascaoperasi, dalampenatalaksanaan luka

traumatik yang kotor pada pasien rawat jalan(Morison, 2003 dikutip dari Helm, 1978),

dan untuk mengurangi sepsis lukapada luka bakar (Morison, 2003 dikutip dari Zellner

& Bugyi, 1985).

21
Tjaydan Rahardja (2002) mendefinisikan bahwa kompleks dari ioddengan

polivinil pirolidon yang tidak merangsang dan larut dalam air. Povidon-iodine bersifat

bakteriostatik dengan kadar 640 µg/ml danbersifat bakterisid pada kadar 960 µg/ml.

Mikobakteria tuberkulosabersifat resisten terhadap bahan ini. Povidon-iodine

memilikitoksisitas rendah pada jaringan, tetapi detergen dalam larutanpembersihnya

akan lebih meningkat toksisitasnya (Peter, 1992).Dalam 10% povidon iodine

mengandung 1% iodiyum yang mampumembunuh bakteri dalam 1 menit dan

membunuh spora dam waktu15 menit (Ganiswara, 1995).

Manfaat povidon iodine Tjay dan Rahardja (2002) berpendapat bahwa, Povidon-

iodine 10% merupakan antiseptik solution yang digunakan:

1. Untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksipada luka-luka seperti :

lecet, terkelupas, tergores, terpotong atau terkoyak

2. Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka.

3. Untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan timbulnya infeksi

4. Pemberian povidon-iodine Betadine-antiseptik solution dapat digunakan beberapa

kali dalamsehari, dan digunakan dengan konsentrasi penuh baik untuk mengoles

maupun kompres (Rahman, 2007).

4.2.5. Ringer Lactate

Terapi cairan dibutuhkan saat operasi dan setelah operasi dimana hewan

dipuasakan dari makan dan minum. Saat operasi kucing ini membutuhkan

4cc/kgBB/jam.

Terapi cairan intraoperatif harus mempertimbangkan efek anestesi dan

pembedahan pada cairan hemodinamik. Dosis 10 hingga 15 mL / kg cairan kristaloid

22
selama 1 jam operasi umumnya direkomendasikan untuk mengimbangi hipotensi dan

mempertahankan perfusi selama anestesi. Tingkat yang lebih rendah (5 mL / kg per

jam) mungkin memadai untuk pasien sehat.

Cairan natrium tinggi isotonik sering disebut sebagai cairan pengganti karena

sering digunakan untuk yang cepat penggantian defisit volume ECF yang disebabkan

oleh muntah dan diare. Mereka memiliki [Na +] di dekat ECF, berkisar dari sekitar 130

mEq / L (mis., Ringer laktasi solusi [LRS]) hingga 154 mEq / L (mis., saline 0,9%).

Tabel 5-2 termasuk contoh pengganti tambahan cairan, disorot dalam warna merah.

Cairan natrium tinggi isotonik digunakan baik untuk hipovolemia maupun untuk

penurunan volume ECF yang tidak terlalu parah sebagai dehidrasi. Ketika diberikan

dengan cepat, mereka bisa terbiasa mengembalikan volume cairan intravaskular pada

kucing dengan hipovolemia. Mereka juga digunakan, bila diberikan lebih banyak

perlahan, untuk menggantikan volume ECF dalam keadaan dehidrasi isotonik yang

tidak langsung mengancam nyawa, seperti seperti yang terjadi pada pasien dengan

gastrointestinal atau kemih kehilangan cairan saat asupan oral tidak cukup untuk

menyeimbangkan kerugian.

4.2.6. Viccilin

Vicillin mengandung ampicillin yang kandungannya berbeda-beda pada tiap

negara. Perbedaannya adalah pada derivat ampicilin yang digunakan. Di Indonesia

vicillin mengandung ampicilin sodium.

Ampicillin merupakan suatu aminopenicillin semi-sintetik. Merupakan

antibiotik spektrum luas yang telah ditingkatkan aktifitasnya terhadap bakteri gram

negatif, anaerob maupun aerob. Antibiotik ini peka terhadap enzim b-laktamase yang

23
diproduksi oleh beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Ampisilin berbentuk

anhidrat atau trihidrat mengandung tidak kurang dari 900 g tiap milligram

C16H19N3O4S dihitung terhadap zat anhidrat. Secara komersial, sediaan ampisilin

tersedia dalam bentuk trihidrat untuk sediaan oral dan garam natrium untuk sediaan

injeksi. Potensi ampisilin trihidrat dan natrium penisilin dihitung berdasarkan basis

anhidrous. Ampisilin trihidrat berwarna putih, praktis tidak berbau , serbuk kristal, dan

larut dalam air. Ampisilin trihidrat mempunyai kelarutan dalam air sekitar 6 mg/mL

pada suhu 200 0c dan 10 mg/mL pada suhu 40 0C. Ampisilin sodium berwarna hampir

putih, praktis tidak berbau, serbuk kristal, serbuk hidroskopis, sangat larut dalam air,

mengandung 0.9% natrium klorida. Pelarutan natrium ampicilin dengan larutan yang

sesuai, maka 10 mg ampicilin per mL memiliki pH 8-10. Jika dilarutkan secara

langsung ampisillin trihidrat oral suspensi memiliki pH antara 5-7.5 (Coughland,2011)

Ampicillin anhydrous atau trihydrate dalam bentuk kapsul dan powder untuk

penggunaan oral harus disimpan dalam suhu ruang (15-30 0c). suspensi oral akan tetap

stabil selama 14 hari dalam lemari es pada suhu 2-8 0c dan tetap dapat stabil selama 7

hari dalam suhu ruang. Ampicillin trihydrate untuk injection (Polyflex¨) tetap stabil

dalam waktu 12 bulan jika disimpan dalam lemari es dan tetap stabil selama 3 bulan

dalam suhu ruang. Ampicillin sodium untuk injection sifatnya relatif tidak stabil

setelah reconstitution dan secara umum harus digunakan dalam waktu satu jam setelah

reconstitution.semakin tinggi konsentrasi dari solution dari obat maka stabilitas dari

obat akan meningkat (Coughland,2011).

Resorpsinya dari usus kurang dari 50 % dan agak perlahan, baru setelah lebih

kurang 2 jam tercapai kadar puncak dalam plasma. Plasma t ½ – nya sedikit lebih lama

24
dari derivat tahan asam yaitu 1-2 jam.pengikatan proteinnya jauh lebih rendah daripada

pen-G atau pen-V, hanya 25 %, sehingga difusinya kedalam jaringan juga lebih baik.

Penetrasinya ke SSP ringan namun dengan dosis tinggi sekali ternyata efektif pada

meningitis. Ampicillin menembus plasenta, namun relatif aman digunakan selama

masa kebuntingan. Absorpsi obat dalam saluran cerna kurang baik (± 30-40 %), obat

terikat oleh protein plasma (± 20 %). Kadar darah maksimalnya dicapai dalam 5 menit

setelah injeksi intravena, 1 jam setelah injeksi intramuskuler dan 2 jam setelah

pemberian per oral. Waktu paruhnya 0,5-1 jam (Plumb,2006). Ekskresi terjadi untuk

sebagian kecil melalui empedu dan untuk sebagian besar lewat ginjal dengan transport

aktif tubuler pula, yaitu 30-40 % dalam keadaan aktif utuh dan sisanya sebagai

metabolit 6-APA dan penicillanic acid. Penggunannya adalah untuk bermacam-macam

infeksi saluran nafas, saluran pencernaan, respirasi, kulit dan urogenital. Dosis untuk

anjing 10-20 mg/kg IM tiap 6-8 jam (Plumb,2006)

Antibiotika Ampicillin termasuk dalam semisintetik penicillin. Mempunyai

aktivitas tinggi melawan bakteri Gram negatif seperti Escherichia coli, Shigella, dan

Salmonella juga aktif melawan bakteri Gram positif termasuk Streptococcus,

Staphylococcus, Corynebacterium. .Ampicillin dalam bentuk asam bebas sebagai

serbuk kristal putih yang larut air. Konsentrasi dalam serum memuncak diperoleh

kurang lebih 2 jam setelah pemberian. Didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dan

terkonsentrasi di hati dan ginjal dan diekskresikan lewat urin. Organ sasaran: alat

perkencingan, alat pernafasan, gastrointestinal (Plumb,2006).

Pemberian parenteral, interval 24 jam, tetapi pada stadium infeksi sangat akut

dapat diberikan 2kali sehari. Garam sodium (NaCl) lebih besar larut dalam air sehingga

25
bentuk ampicillin dapat digunakan sebagai preparat parental, bagaimanapun juga

garam sodium tidak sama stabil setelah larut dalam air sehingga harus digunakan 3-4

jam. Ampicillin diberikan sebanyak 0,2 cc, untuk menangani adanya infeksi sekunder

pada gastritis. Mekanisme kerjanya sebagai antibiotik β-lactamase yang menghambat

sintesa dinding sel bakteri dengan menghambat kerja enzim transpeptidase dan

disirkulasi di enterohepatik. Ampicillin mempunyai waktu paruh 1 – 1,5 jam. Sangat

baik digunakan pada infeksi oleh Escherichia coli dan Salmonella sp. Diekskresikan

oleh ginjal dan dapat bertahan lama pada level darah pada anjing yang mengalami

anuria (Plumb,2006).

Dosis :

Anjing

For susceptible infections:

 10 - 20 mg/kg IV, IM, or SQ q6-8h

 Trihydrate injectable (Polyflex¨): 5.5 - 11 mg/kg IM or SQ q8h Sodium salt: 5.5 -

11 mg/kg IV or SQ q8h Oral Forms: 22 - 33 mg/kg PO q8h

 For routine infections: 22 mg/kg PO tid, or 11 - 22 mg/kg IM, IV, or SQ tid-qid

 For susceptible UTIÕs: 77 mg/kg/day PO divided tid

 10 - 20 mg/kg PO q6h; 5 - 10 mg/kg q6h IV, IM or SQ

 10 - 55 mg/kg q6-12h PO; 5 - 11 mg/kg IV, IM, or SQ q6-12h

 Trihydrate injectable (Polyflex¨): 10 - 50 mg/kg IM or SQ q6-8h; For beta-hemolytic

Streptococcus osteomyelitis: 20 mg/kg PO q6h

Cats:

26
For susceptible infections:

 10 - 20 mg/kg IV, IM, or SQ q6-8h

 Trihydrate injectable (Polyflex¨): 5.5 - 11 mg/kg IM or SQ q8h Sodium salt: 5.5 -

11 mg/kg IV or SQ q8h Oral Forms: 22 - 33 mg/kg PO q8h

 Oral: 10 - 20 mg/kg PO q8-12h

 For bacterial respiratory infections: 10 - 20 mg/kg PO or parenterally q8-12h

 10 - 20 mg/kg PO q6h; 5 - 10 mg/kg q6h IV, IM or SQ

 For routine infections: 22 mg/kg PO tid, or 11 - 22 mg/kg IM, IV, or SQ tid-qid

 10 - 60 mg/kg q6-12h PO; 5 - 11 mg/kg IV, IM, or SQ q6-12h

Cattle:

Untuk infeksi yang sesuai:

 4 - 10 mg/kg IM q24h (salt not indicated); 4 - 10 mg/kg PO q12-24h.

 For respiratory infections: Ampicillin trihydrate (Polyflex¨): 22 mg/kg SQ q12h (60

day slaughter withdrawal suggested).

 For respiratory infections: ampicillin sodium 22 mg/kg SQ q12h;

 Ampicillin trihydrate: 11 mg/kg IM q24h

 Ampicillin trihydrate: 15 - 22 mg/kg SQ or IM tid

(Plumb,2006)

4.2.7. Tolfenamic acid

Tolfedine terdiridai 100 ml sterile aqueous solution containing 4.0% w/v

tolfenamic acid as active ingredients and 1.04% benzyl alcohol aspreservative).

27
Tolfenamic acid diberikan sebanyak 0,38 ml dari perhitungan seperti berikut :

Dosis Tolfenamic acid = 0,1 ml x 3,8 Kg

= 0,38 ml

Merupakan salah satu agen non-steroidal anti infflamatory yaitu dari katagori

anthranilic acid (fenamat) yang secara struktur kumianya mirip dengan meclofenamic

acid. Disimpan pada pada suhu ruangan untuk semua jenis sediaan baik sediaan tablet

maupun dalam bentuk solution.

Kerja dari obat ini mirip dengan kerja dari aspirin yaitu sebagai potensial

inhibitor dari cyclooxigenase yang akan menghambat rilisnya prostaglandin. Obat ini

juga akan menghambat secara langsung pada daerah reseptor prostaglandin.

Tolfenamic acid memiliki aktivitas yang signifikan sebagai anti tromboksan, sehingga

tidak dianjurkan digunakan pada saat pre-operasi karena akan memberikan pengaruh

pada fungsi platelet (Coughland,2011)

Penggunaan tolfenamic acid dapat digunakan sebagai treatment baik akut

maupun kronis dari inflamasi dan atau rasa nyeri. Obat ini dapat digunakan baik pada

anjing maupun pada kucing. Di negara-negara eropa obat ini juga digunakan pada

hewan ternak besar seperti pada sapi (Coughland,2011).

Tolfenamic acid dapat diabsobrsi melalui rute oral. Pada anjing level tertinggi

dari obat adalah 2-4 jam setelah pemberian yang berarti jumlah dari obat ini paling

banyak pada serum adalah selama 2-4 jam setelah pemberian dosis yang sesuai.

Resirkulasi enteropatik dari obat ini akan meningkat setelah pemberian makanan. Hal

ini juga dapat meningkatkan bioavaibility dari obat. Terjadi variasi dari bioavaibility

dari obat setelah pemberian pakan pada anjing. Pada anjing volume distribusinya

28
adalah 1,2 L/kg dan akan dieliminasi atau memiliki waktu paruh sekitar 6,5 jam.

Durasi kerja dari obat ini adalah 24-36 jam sehingga pemberian obat ini adalah 1-2 hari

sekali (Coughland,2011).

Kontraindikasi dari tolfenamic acid tidak dapat diberikan pada hewan yang

memiliki hipersensitifitas pada obat ini maupun pada obat-obat dari kelas

meclofenamic. Seperti NSAID lainnya obat ini tidak boleh digunakan pada hewan yang

memiliki pendarahan aktif atau pada hewan yang mengalami ulserasi. Penggunaan obat

ini juga akan meningkatkan fungsi kerja hepar dan ginjal (Coughland,2011)

Efek samping umumnya obat ini sifatnya relatif aman diberikan pada anjing

dan atau kucing, diare dan muntah dapat terjadi setelah pemberian obat melalui oral.

Pada studi eksperimental tidak ditemuui pengaruh dari obat ini terhadap ginjal maupun

pada GI tract, toksisitas tidak ditemukan hingga dosis 10 kali normal. Karena sifatnya

sebagai anti-tromboksan maka akan memberikan efek pada fungsi platelet ynag

menyebabkan tidak direkomendasikan diberikan pada hewan pre-operasi

(Coughland,2011)

Jika terjadi overdosis ataupun toksisitas akut dilakukan penanganan sesuai

prosedur standar dari overdosis obat yaitu dengan mengosongkan saluran pencernaan

melalui oral dst. Pemberian treatment suportif dapat dilakukan dapat juga diberikan

diazepam melalui IV untuk mengontrol terjadinya kejang. Dilakukan monitoring

terhadap pendarahan GI tract. Monitoring elektrolit dan keseimbangan cairan perlu

diklakukan karena tolfenamic acid dapat menyebabkan efek pada ginjal dan

penanganan kegagalan fungsi ginjal juga perlu dilakukan jika kejadian cukup parah

(Coughland,2011).

29
Tolfenamic acid bersifat highly bound (berikatan erat) dengan plasma protein

sehingga penggunaan obat-obat lain juga dapat menyebabkan ikatan plasma digantikan

dengan obat–obat lainnya yang juga memiliki sifat highly bound. Peningkatan level

serum dan durasi aksi beberapa obat dapat mempengaruhi kerja tolfenamic acid

diantaranya adalah penggunaan phenitoin, valproic acid, antikoagulan oral, dan agen

anti inflamasi lainnya, saliscylates, sulfonamides dan penggunaan sulfonylurea

antidiabetic agent dapat juga mempengaruhi aktivitas obat ini.jika tolfenamic acid

digunakan bersamaan dengan warfarin maka efek hypoprothrombinemic yang terjdi

akan meningkat (Coughland,2011).

Dosis pada anjing :untuk nyeri akut diberikan 4 mg/kg BB setiap hari melaui SC,

IM atupun PO selama 3-5 hari, namun disesuakan dengan kebutuhan. Pada kucing

dengan nyeri akut diberiakn 4 mg/kg BB satu kali sehari secara SC, IM, ataupun PO

selama 3-5 hari (Coughland,2011).

4.2.8. Floxivet

Floxivet mengandung 100 mg Enrofluxacine per ml. Tolfenamic acid diberikan

sebanyak 0,38 ml dari perhitungan seperti berikut :

Dosis Tolfenamic acid = 0,1 ml x 3,8 Kg

= 0,38 ml

Enrofluxcacine adalah agen antibakteri sintetis dari kelas turunan asam karboksilat

fluorokuinolon. Ini memiliki aktivitas antibakteri terhadap spektrum yang luas dari

bakteri Gram-negatif dan Gram-positif. Mekanisme kerjanya tidak sepenuhnya

dipahami, namun ini untuk bertindak dengan menghambat girase DNA bakteri (a

topoisomerase tipe-II), sehingga mencegah supercoiling DNA dan sintesis DNA

30
termasuk sebagian besar spesies berikut : Pseudomonas aeruginosa , Klebsiella , E.coli

, Enterobacter , Campylobacter , Shigella , Salmonella , Aeromonas , Haemophillus ,

Proteus , Yersinia , Serratia , Vibrio , Brucella , Chlamydia , Staphylocci ( termasuk

beberapa strain resisten methicillin ) , Mycoplasma dan Mycobacterium .

Enrofloxacin menyebabkan halusinasi pada orang , dan dapat memperburuk gejala

pada hewan dengan perilaku obsesif . Orang dengan hipersensitivitas ( alergi ) untuk

antibiotik tidak harus menangani obat-obatan, karena reaksi fotosensitifitas dapat

terjadi hanya dengan melalui kontak.Simpan di tempat yang ketat , lampu tahan ,

pengaman wadah antara 40-86 ° F. Tidak efektif terhadap bakteri anaerob dan

bervariasi efektif melawan infeksi Streptococcus.

Enrofloxacin telah terbukti memiliki bioavailabilitas yang lebih baik dari

ciprofloxacin. Enrofloxacin mencapai tingkat terapeutik di sebagian besar jaringan

tubuh dan menjadi pilihan untuk mengobati infeksi , terutama pengobatan jangka

panjang .Contoh : osteomyelitis, infeksi sinus , otitis , infeksi jaringan lunak sulit ,

peritonitis , dan pleuritis atau radang paru-paru .

Enrofloxacin dihilangkan oleh kedua metabolisme ginjal dan hati . Hewan dengan

gangguan ginjal dan fungsi hati melalui penyesuaian pemantauan dan dosis ekstra

untuk mencegah akumulasi kelebihan obat .

Pada anjing itu dapat diberikan secara oral , intramuskular atau intravena .

Kelebihan enrofloxacin : diserap dengan baik dapat diberikan satu kali per hari .

enrofloxacin telah terbukti menyebabkan kelainan tulang rawan artikular ketika obat

diberikan pada dosis tingkat tinggi. Enrofloxacin terbukti aman pada anjing hamil dan

anjing menyusui.

31
Enrofloxacin dan antibiotik fluroquinolone lain dapat mengganggu perkembangan

kelainan tulang rawan . Anjing dan Kucing : efek samping GI meliputi muntah , diare

, anoreksia , peningkatan enzim hati . CNS tanda-tanda termasuk ataksia , kejang ,

depresi , vokalisasi dan agresi . Toksisitas okular jarang dapat terjadi . Kontraindikasi

pencegahan Resistensi obat yang tinggi. Efek samping atau peringatan Enrofloxacin

dilarang untuk digunakan unggas pada tahun 2005.

4.3. Teknik Operasi

1. Hewan diberikan anestesi umum dan ditempatkan pada posisi dorsal recumbency dan

memberikan infus Ringer Laktak secara IV lalu mengoleskan povidone iodine pada posisi

insisi.

Gambar 5.1 Memberikan Povidone Iodine pada tempat insisi

2. Setelah itu meletakkan drape pada posisi insisi dan melakukan incisi kulit pada ventral

midline abdominal dari xiphoid dan diteruskan hingga ke arah kaudal sampai

umbilikus.

32
Gambar 5.2 Melakukan Insisi

3. Insisi dilanjutkan pada linea alba dan peritoneum lalu lakukan preparasi tumpul sehingga

rongga abdominal terbuka.

Gambar 5.3 Melakukan Preparasi Tumpul

4. Dinding abdominal dikuakkan dengan retraktor sehingga gastrointestinal terlihat.

Lambung dikeluarkan sebelumnya disekililingnya diberikan kassa yang sudah dibasahi

NS lalu membuat jahitan stay suture dengan benang silk dan jarum bulat yang bertujuan

untuk membuat lambung tetap pada posisinya.

33
Gambar 5.4 Membuat Stay Suture

5. Selanjutnya melakukan incisi pada dinding lambung yang sedikit pembuluh darahnya

(bagian curvatura mayor). Incisi dibuat agar tidak dekat dengan pilorus dan incisi

dilebarkan dengan gunting.

Gambar 5.5 Melakukan Insisi pada lambung

6. Setelah dilakukan tindakan pada lambung (mengeluarkan benda asing, biopsi), segera

dilakukan penutupan pada serosa muskularis, dan submukosa sebagai lapis pertama

dengan pola jahitan simple interrupted selanjutnya dijahit dengan pola cushing.

34
(a) (b)
Gambar 5.6 Teknik Menjahit (a. Terputus Sederhana, b. Cushing)

7. Melakukan tes kebocoran melepaskan benang fiksasi lalu rongga abdomen dicuci dengan

larutan NS dan lambung dimasukkan ke dalam rongga perut dan dilakukan penutupan

dinding perut.

(a) (b) (c)

Gambar 5.7 Melakukan Tes Kebocoran (a. Tes kebocoran, b.Memasukkan

organ ke dalam rongga perut, c. Mencuci dengan NS,)

8. Pada bagian peritoneum dijahit dengan benang safil dan jarum bulat dengan teknik

terputus sederhana.

35
Gambar 5.8 Menjahit Peritonium

9. Memberikan antibiotik Viccilin pada rongga abdomen

Gambar 5.9 Memberikan antibiotic vicillin

10. Menjahit subkutan dengan benang safil dan jarum bulat menggunakan teknik subcuticular.

Gambar 5.10 Menjahit Subkutan

36
11. Kulit dijahit dengan benang silk dan jarum segitiga dengan teknik terputus

sederhana.

Gambar 5.11 Menjahit Kulit

3.4 Perawatan Post Operasi

Setelah dilakukan penjahitan dengan teknik terputus sederhana pada kulit

menggunakan benang silk lalu luka diolesi dengan povidone iodine atau revanol lalu

diberikan nutrimoist ditutup dengan kasa steril dan direkatkan dengan hipavix kasa

diganti setiap 2 hari sekali. Untuk obat minum diberikan amoksisilin, asam mefenamat

dan imboost yang digerus dan dimasukkan dalam satu kapsul. Selama 3 hari kucing

belum diberikan pakan sehingga mengandalkan infus Ringer Laktat setelah 3 hari

kucing diberikan pakan royal canine recovery dicampur dengan royal canine

gastrointestinal serta whiskas basah tuna and white fish dan diberi minum air mineral.

3.4.1. Sinar Infra red

Pasien diberikan sinar infra reds selama 15 menit setelah operasi hal ini

dilakukan agar suhu pasien tetap stabil setelah mengalami penurunan suhu akibat

operasi.

37
Sinar infra merah merupakan gelombang elektromagnet dengan panjang

gelombang 7.700 – 4.000.000 Angstrom. Panjang gelombang yang pendek yaitu 7.700

– 150.000 Angstrom dapat dipakai untuk pengobatan. Sinar Infra merah memiliki sifat

yang tidak nampak, Panjang gelombang lebih panjang daripada sinar merah dan

mempunyai tenaga panas besar.

Terapi Infra Merah adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu Kedokteran

Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik infra merah

dengan karakteristik gelombang adalah panjang gelombang 770nm-106nm, berada di

antara spektrum gelombang cahaya yang dapat dilihat dengan gelombang microwave,

dengan tujuan untuk pemanasan struktur muskuloskeletal yang terletak superfisial

dengan daya penetrasi 0,8-1 mm. Menurut Arif Soemarjono,2015, Terapi Infra Merah

akan memberikan pemanasan superfisial pada daerah kulit yang diterapi sehingga

menimbulkan beberapa efek fisiologis yang diperlukan untuk penyembuhan. Efek-efek

fisiologis tersebut berupa mengaktifasi reseptor panas superfisial di kulit yang akan

merubah transmisi atau konduksi saraf sensoris dalam menghantarkan nyeri sehingga

nyeri akan dirasakan berkurang, pemanasan ini juga akan menyebabkan pelebaran

pembuluh darah (vasodilatasi) dan meningkatkan aliran darah pada daerah tersebut

sehingga akan memberikan oksigen yang cukup pada daerah yang diterapi,

menigkatkan aktifitas enzim-enzim tertentu yang digunakan untuk metabolisme

jaringan dan membuang sisa-sisa metabolisme yang tidak terpakai sehingga pada

akhirnya akan membantu mempercepat proses penyembuhan jaringan. 5

6 Terapi pemanasan dengan infra merah ini juga dapat memberikan perasaan nyaman

dan rileks sehingga dapat mengurangi nyeri karena ketegangan otot-otot terutama otot-

38
otot yang terletak superfisial, meningkatkan daya regang atau ekstensibilitas jaringan

lunak sekitar sendi seperti ligamen dan kapsul sendi sehingga dapat meningkatkan luas

pergerakan sendi terutama sendi-sendi yang terletak superfisial seperti sendi tangan

dan kaki.

3.4.2. Amoksisilin

Amoksillin merupakan antibiotik beta-lactam berspektrum luas yang

mempunyai aktivitas seperti ampicillin. Amoxicillin stabil terhadap asam. Mekanisme

kerjanya yaitu mengikatkan diri pada penicillin-binding protein didekat dinding sel

bakteri, sehingga dapat menurunkan kekuatan dan kekakuan dinding sel bakteri, serta

berefek pada pembelahan dan pertumbuhan sel bakteri. Antibiotik beta laktam ini

secara aktif Efektif melawan Hemophilus, E. Coli, Proteus, Shigella, Salmonella,

Streptococcus faecalis, S. Pyogenes, S. Viridans, dan Clostridium

perferingens (Rossof, 1994). Tetapi tidak melawan bakteri yang memproduksi

penicilinase (Staphylococcus aureus).

Amoxycillin mempunyai kemampuan bakterisidal dengan mekanisme kerja

menghambat sintesis dinding sel bakteri yaitu menghambat transpeptidasi rangkaian

reaksi sel bakteri kemudian terjadi lisis dinding sel akibat tekanan osmotik dalam sel

bakteri lebih tinggi. Dapat diserap cepat setelah digunakan secara oral dan bisa

diberikan bersama makanan yang tidak menimbulkan efek lain. Amoxycillin mampu

mencapai konsentrasi yang tinggi dalam serum daripada dosis oral ampicillin. Indikasi

untuk mengatasi infeksi padasaluran genito-urinari, respirasi, kulit dan jaringan lunak

pada berbagai spesies. Adapun dosis untuk kucing yaitu 7 mg/kg i.m.q12h (Tennant,

2002). Kadar puncak dalam plasma 6,75 µg/ml dengan waktu paruh eliminasi sekitar

39
1-1½ jam. Sekitar 20% obat ini terikat pada protein plasma (Ganiswarna, 1995

: Rossoff, 1994).

Toksisitas dari amoxicilin sangat rendah, kecuali pada hewan dengan alergi

spesifik terhadap B-lactam tapi jarang ditemui. Pada anjing dan kucing indikasinya

pada infeksi saluran respirasi, kulit, jaringan lunak, saluran gastrointestinal, saluran

perkencingan. Injeksi parenteral dengan suspensi minyak dapat mempertahankan

konsentrasi dalam serum selama 1-2 hari (Brander, 1991). Kandungan Amoxicillin

1gr/10 ml = 1000 mg/10 ml = 100 mg/ml, Secara intra muskular Dosis yang digunakan

10-20 mg/kg BB (Rossoff, 1994). dosis Amoxilin yang digunakan untuk kucing yaitu

10-20mg/kg berat badan secara IM tiap 6-8 jam.

3.4.3. Asam Mefenamat

Asam mefenamat merupakan derivate antranilat dengan khasiat analgetik,

antiperik dan antiradang. Asam mefenamat mencapai kadar puncak dalam plasma

dalam waktu 30 – 60 menit dan mempunyai waktu parah yang pendekyaitu 1 – 3

jam(Tjay dan Kirana, 2002; Katzung, 2002). Obat ini sering digunakan untuk obat

nyeri dan rema. Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap

yang terikat 90% pada protein plasma. Efek samping yang paling sering terjadi adalah

gangguan lambung-usus. Asam mefenamat, fenamat yang lain, mempunyai sifat

analgesic tapi kemungkinan efek anti inflamasinya kurang efektif dibandingkan aspirin

(Tjay dan Kirana, 2002).

Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non

steroid, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh

dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efekanalgesik, anti

40
inflamasi dan antipiretik. Cara Kerja Asam mefenamat adalahseperti OAINS (Obat

Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitumenghambat sintesa prostaglandin

dengan menghambat kerja enzimcyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam

mefenamat mempunyai efekantiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik. Asam

mefenamatmempunyai khasiat sebagai analgesik dan antiinflamasi. Asam

mefenamatmerupakan satu-satunya fenamat yang menunjukan kerja pusat dan juga

kerja perifer. Dengan mekanisme menghambat kerja enziim sikloogsigenase (Goodm

an, 2007 ).

3.4.4. Imboost

Imboost yang digunakan memiliki kandungan tiap tablet salut selaput

mengandung Echinacea purpurea herb dry extract 20mg, Zinc Picolinate 10 mg.

Komponen kimia yang terdapat pada Echinacea meliputi karbohidrat:

polisakarida (arabinogalaktan, xyloglycan, echinacin), inulin; glikosida: asam kafeat

dan derivatnya (chichoric acid, echinacoside, chlorogenic acid), cynarin; alkaloids:

isotussilagine, tussilagine; alkylamides (alkamides) seperti echinacein; polyacetylenes;

germacrene, sesquiterpene alcohol; komponen lain: glikoprotein, flavonoids, resin,

asam lemak, minyak esensial, phytosterol dan mineral.23,26 Derivat asam kafeat,

cynarin, polisakarida, dan glikoprotein bersifat polar sedangkan alkylamides dan

polyacetylenes bersifat lipofilik.

Echinacea mempengaruhi sistem imun terutama sistem imun non spesifik.

Pemberian Echinacea meningkatkan respon imun fase awal dan mempercepat

terjadinya respon imun adaptif.30 Burger A. Roger dkk.31 melakukan percobaan

secara in vitro menggunakan fresh pressed juice dan dried juice Echinacea dengan

41
konsentrasi 10μg/ml-0,012 μg/ml yang dicampur dengan makrofag darah tepi manusia

yang telah diisolasi dan dibandingkan dengan kelompok kontrol (endotoksin yang

distimulasi dan tidak distimulasi). Dilakukan penghitungan produksi sitokin rata-rata.

Dari hasilnya didapatkan bahwa kultur makrofag yang telah dicampur dengan

Echinacea bermakna meningkatkan produksi IL-1, IL-6, IL-10 dan TNF-α (P<0,05),

pada semua konsentrasi yang digunakan. Bagaimana mekanisme aktivasi sistim imun

melalui jalur sitokin ini oleh Echinacea belum diketahui. Disamping itu Echinacea juga

diketahui dapat mengaktivasi Natural Killer (NK) sel dan antibodydependendent

cellular cytotoxicity oleh sel mononuclear.

3.4.5. Rivanol

Rivanol adalahzat kimia (etakridinlaktat) yang mempunyai sifat bakteriostatik (

menghambat pertumbuhan kuman) biasanya lebih efektif & pada kuman gram

positif daripada gram negatif. Sifatnya tidak terlalu menimbulkan iritasi dibandingkan

dengan povidon iodin. Antiseptik tersebut sering digunakan untuk membersihkan

luka. Rivanol lebih bagus untuk mengkompres luka atau mengkompres bisul

sedangkan povidon iodin lebih bagus untuk mencegah infeksi. Serbuk

rivanol berwarna kuning dengan konsentrasi sekitar berperan dalam membunuh bakte

ri namun tidak dapat digunakan untuk mengatasi kuman jenis tuberkulosis. Dengan

demikian tidak efektif untuk mengatasi infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman

tuberkulusis. Rivanol juga tidak dapat digunakan untuk mengatasi virus.

Kegunaan antiseptik itu untuk membersihkan luka borok dan bernanah.

42
3.4.6. Nutrimoist

Nutrimoist produk dari CNN memiliki kandungan berupa Panax ginseng,

Polygonum multiflori, Polygonum cupidatum sieb dan Angelicae sinensis. Panax

ginseng berfungsi untuk membantu meringankan luka basah. Polygonum multoifori

berfungsi untuk meredakan nyeri akibat luka, robekan pasca partus atau operasi cesar.

Berfungsi sebagai bahan antiseptic untuk membersihkan luka. Polygonum cupidatum

sieb berfungsi membantu mempercepat penyembuhan pada lukanya, berfungsi sebagai

anti virus, anti bakteria dan anti jamur, melancarkan aliran darah, dan mengurangi rasa

sakit. Angelicae sinensis melancarkan aliran darah, membantu mengatasi tahap awal

infeksi pada kulit, melembabkan kulit dan mencegah timbulnya keloid.

Cara kerja dengan menyerap rasa panas pada luka sebagai antiseptic agen yang

akan membunuh kuman & bakteri sekaligus mencegah agar tidak beranak pinak dan

kandungan nutrisinya membantu mempercepat regenerasi sel-sel kulit baru, sehingga

proses penyembuhan bisa lebih cepat.

3.5. Proses Kesembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah faktor penting pasca operasi yang selalu dihadapi dan

merupakan fenomena kompleks yang melibatkan berbagai proses meliputi inflamasi

akut menyusul terjadinya kerusakan jaringan, regenerasi sel parenkim, migrasi dan

proliferasi sel parenkim, sintesis protein extracellular matrix, remodelling jaringan ikat

dan komponen parenkim, kolagenasi dan akuisi kekuatan luka.

Pada proses penyembuhan luka pembentukan dan perkembangan pembuluh darah

baru atau angiogenesis merupakan hal yang sangat penting. Tepi sel endotel pembuluh

43
darah mengalami proliferasi cepat, terjadi pertumbuhan tunas baru dari endotel

pembuluh darah yang ada membentuk jaringan vascularisasi yang baru.

Terdapat sejumlah faktor sistemik dan lokal yang dapat mengganggu penyembuhan

luka. Faktor lokal yang berpengaruh terhadap penyembuhan luka antara lain infeksi,

faktor mekanik, benda asing, macam, lokasi dan ukuran dari luka. Faktor sistemik yang

mempengaruhi kesembuhan luka antara lain nutrisi, status metabolit, status sirkulasi

darah dan hormon glukokotikoid.

Banyak ditemukan permasalahan dalam penyembuhan luka seperti waktu

penyembuhan yang lama, terutama bila terjadi penyembuhan secara sekunder. Nyeri

menjadi stresor yang memicu timbulnya gejala klinis patofisiologis, memicu modulasi

respon imun, sehingga menyebabkan penurunan sistem imun yang berakibat pada

pemanjangan waktu penyembuhan luka.

Rasa nyeri merupakan salah satu pencetus peningkatan hormon glukokortikoid. Di

tingkat sel proses angiogenesis merupaka faktor yang penting dalam penyembuhan

luka. Proses ini merupakan proliferasi endotel yang terus menerus membentuk jaringan

vascular yang menunjang semua kebutuhan sel selama fase penyembuhan luka. Banyak

faktor yang mempengaruhi proses prolifesari endotel ini, baik faktor eksogen maupun

faktor endogen. Salah satu faktor endogen yang empengaruhi proliferasi adalah

epidermal growth factor.

Ahli bedah hewan kecil umunya membuat luka di saluran pencernaan (GI) untuk

biopsi, untuk pengangkatan benda asing atau neoplasma untuk koreksi dilatasi lambung

volvulus, atau untuk meringankan obstruksi usus dan usus. Berbeda dengan dehisensi

kulit luka, yang seringkali mudah diatasi dengan perawatan luka lokal yang tepat,

44
dehisensi dari luka pada saluran GI sering menyebabkan peritonitis bakteri umum dan

berpotensi kematian. Akibatnya, kegagalan teknis dan faktor itu menjadi negatif

Mempengaruhi penyembuhan GI sangat penting secara klinis bagi ahli bedah. Bedah

GI traktat harus dianggap paling bersih terkontaminasi, dan saat seseorang berkembang

secara alami di saluran GI, populasi bakteri meningkat. Karena itu, intraoperatif

tumpahan, luka dehiscence, atau perforasi yang terjadi di usus kecil bagian bawah atau

Usus besar cenderung dikaitkan dengan angka kematian yang lebih tinggi daripada

yang ada di lambung atau usus kecil bagian atas.

Pemahaman dasar penyembuhan traktus GI sangat penting bagi dokter bedah

karena sudah ditentukan dari pendekatan klinis yang tepat dalam kasus-kasus di mana

komplikasi GI berkembang. Segera setelah luka, agregat trombosit, mekanisme

koagulasi diaktifkan, dan gumpalan fibrin disimpan untuk mengendalikan perdarahan.

Gumpalan fibrin memberikan kekuatan yang minimal untuk luka pada hari pertama

pasca operasi, tetapi pemberi kekuatan utama pada luka pada fase lag penyembuhan

berasal dari jahitan. Fibrin juga memiliki sifat perekat dan dapat meningkatkan risiko

obstruksi sekunder karena adhesi fibrinous ini mungkin akhirnya dikonversi menjadi

adhesi berserat. Regenerasi enterosit dimulai hampir segera setelah terluka; Namun,

epitel menawarkan sedikit biomekanik support. Fase lag atau inflamasi ini adalah

periode paling kritis selama cedera GI penyembuhan, dan kebanyakan dehisensi terjadi

dalam 72 hingga 96 jam.

Fase proliferatif atau logaritmik penyembuhan luka GI berlangsung dari hari ke

3 hingga 14. Fibroplasia terjadi secara logaritma selama periode ini. Fibroblas

menghasilkan sejumlah besar kolagen imatur, menghasilkan peningkatan yang cepat

45
dalam kekuatan luka, tetapi ini adalah proses yang dinamis di mana sintesis kolagen

terjadi di hadapan kolagenolisis. Di perut dan usus kecil, aktivitas kolagenase pada luka

edge minimal dan keuntungan cepat dalam kekuatan tarik dan meledak terjadi. Pada

akhir 14 hari, kekuatan total dari lambung dan usus kecil sekitar 75% bahwa jaringan

normal. Sebaliknya, usus besar sembuh lebih lambat karena ditandai aktivitas

kolagenase di tepi luka dan mendapatkan kembali hanya sekitar 50% dari normal

kekuatan tarik 14 hari pasca cedera. Faktor-faktor seperti penjahitan traumatis,

kontaminasi feses, dan infeksi semua meningkatkan jumlah kolagenase lokal yang

diproduksi di luka dan karenanya dapat meningkatkan risiko infeksi.

Fase pematangan penyembuhan luka ditandai dengan reorganisasi dan ikatan

silang serat kolagen. Fase ini meluas dari hari ke 14 hingga hari ke 180 dalam saluran

pencernaan anjing. Mirip dengan luka kulit, ukuran dan ketebalan mengurangi bekas

luka selama waktu ini tanpa melemahkan luka. Pematangan fase relatif tidak penting

secara klinis dalam penyembuhan luka GI, kecuali dalam kasus tersebut di mana adhesi

signifikan hadir atau dalam kasus sclerosing enkapsulasi atau peritonitis fibrosing.

46
Gambar 5.12 Kesembuhan Luka (a. Hari Pertama, b. Hari Kedua, c.Hari ketiga,
d.Hari keempat, e. Hari kelima, f. Hari keenam)

Pada hari ke-1 hingga hari ke-3 pascaoperasi terjadi peradangan atau inflamasi

pada bekas luka insisi. Reaksi inflamasi merupakan reaksi protektif setempat yang

ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan (Dorland 2002). Radang merupakan

fase pertama dari proses penyembuhan luka. Bekas luka yang bengkak, kemerahan,

terasa hangat dan nyeri adalah tanda peradangan. Respons inflamasi akut terjadi segera

setelah terjadi perlukaan yang diawali dengan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga

terjadi sumbatan trombosit yang diperkuat oleh fibrin pada pembuluh darah yang

pecah. Jaringan yang rusak dan sel mast melepaskan histamin dan mediator inflamasi

47
lainnya yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan suplai darah ke jaringan luka

menyebabkan luka tampak kemerahan dan terasa hangat. Kebengkakan atau edema

lokal terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan serum dan

cairan darah yang kaya protein mengalir ke dalam spasium interstitial. Selain reaksi

radang, pembersihan luka juga terjadi pembersihan jaringan dan bakteri oleh sel

polimorf dan makrofag. Proses ini terjadi dari hari pertama hingga hari ke-6

penyembuhan luka (Morison, 1992).

Pada hari ke-4 sampai hari ke-6 terjadi proses proliferasi yaitu jaringan yang

rusak mulai digantikan oleh jaringan baru. Pada fase ini proses peradangan sudah mulai

berkurang. Fibroblast berkembang menjadi substansi dasar dan serabut-serabut

kolagen serta pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi jaringan luka atau yang

disebut dengan angiogenesis. Pada hari ke-7 sampai hari ke-10 luka mulai mengalami

tahap kesembuhan akhir. Terjadi proses maturasi yang terdiri dari epitelisasi, kontraksi

dan reorganisasi jaringan. Remodelling jaringan diperankan oleh pembentukan kolagen

(Sabiston, 1992). Pada penyembuhan luka sederhana kekuatan kolagen dan kecepatan

maturasi bervariasi pada setiap jaringan. Hal ini menjadi dasar dalam pemilihan benang

pada penjahitan luka. Benang vicryl digunakan untuk menjahit jaringan/organ dalam

dengan masa maturasi penyembuhan luka yang relatif lama, sedangkan chromic catgut

digunakan untuk menjahit organ dengan masa penyembuhan singkat. Pada hari ke-10

luka telah sembuh dengan sempurna sehingga benang jagitan dilepaskan. Pada luka

operasi jika ditangani secara tepat akan menyatu dengan sempurna antara 7-14 hari

(Grace, 2006).

48
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Gastrotomi adalah operasi membuka gastrium atau dinding lambung yang

dilakukan untuk mengambil benda asing, inspeksi mukosa gastrium terhadap

kemungkinan ulcer, neoplasma atau hipertropi dan untuk mengambil spesimen biopsy.

Adapun beberapa hal yang perlu di perhatikan setelah operasi gastrotomi adalah

pertahankan agar kepala hewan tetap tinggi untuk mengurangi refluks lambung dan

makanan dapat ditawarkan 12 hingga 24 jam setelah operasi jika hewan tersebut tidak

muntah atau mual.

49
DAFTAR PUSTAKA

Bojrab MJ, Ellison GW, Slocum B. 2014. Current Techniques in Small animal

Surgery 5th edition. Jackson: Teton NewMedia

Fossum, T. W. 2007. Small Animal Surgery Fifth Edition. Elseveir : USA.

Little, S. 2011. The cat: clinical medicine and management. Elsevier Health

Sciences.

Tobias, K. 2017. Manual of small animal soft tissue surgery. John Wiley & Sons.

50
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Kontrol Post Operasi

Tanggal Pemeriksaan Terapi


Kamis, Suhu : 37,9°C Appetice : - T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
14/03/2019 HR : 112 kali/ menit Defekasi : - Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Jumat, Suhu : 38,1°C Appetice : - T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
15/03/2019 HR : 112 kali/ menit Defekasi : - Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Sabtu, Suhu : 38,0°C Appetice : - T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
16/03/2019 HR : 120 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Minggu, Suhu : 38,2°C Appetice : - T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
17/03/2019 HR : 124 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Senin, Suhu : 38,4°C Appetice : + T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
18/03/2019 HR : 124 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Makan basah + minum
Selasa, Suhu : 38,2°C Appetice : + T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
19/03/2019 HR : 120 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban

51
Rabu, Suhu : 38,4°C Appetice : + T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
20/03/2019 HR : 120 kali/ menit Defekasi : + Ketoprofen PO s.1.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Pakan + minum
Kamis, Suhu : 38,3°C Appetice : + T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
21/03/2019 HR : 128 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban

Lampiran 2. Resep Obat

R/ Amoxicilin 95 mg

Asam mefenamat 57 mg

Imboost I tab

Mfla. Pulv. Da in cap. td. No.X

∫. 2dd. Cap I

Perhitungan Dosis :

- Amoxicilin = 25 mg/kg x 3,8 kg = 95 mg

- Asam mefenamat = 15 mg/kg x 3,8 kg = 57 mg

Lampiran 3. Metode Latihan Kasus Mandiri Gastrotomy

Latihan kasus mandiri gastrotomy dilakukan pada hari Jumat, 08 Maret 2019

dengan operator dan co-opeartor yang bergantian oleh Elsa Firnanda Pin Pratama,

S.KH dan Aryanto Hamid, S.KH dibimbing oleh drh.Ratna Widyawati, M.Vet.

Diberikan Pramedikasi dan anastesi ATP sebanyak 0,16 ml, Xilazin sebanyak 0,31 ml

dan Ketamin sebanyak 0,42 ml lalu diberikan antibiotic berupa Viccilin sebanyak 3ml

dan Tofeldine serta Floxivet masing-masing sebesar 0,2 ml secara IM. Setelah operasi

52
diberikan obat oral yang terdiri dari Amoksisilin, Asam mefenamat, dan Imboost yang

digabung dalam satu kapsul dan diminumkan 2 kali sehari. Untuk pengobatan luka

dibersihan dengan rivanol setiap hari, diberikan nutrimoist/die daio jing dan kassa serta

hipavix diganti setiap hari. Selama 4 hari terhitung dari hari operasi hingga hari

keempat diberikan terapi cairan secara IV dan makanan dan minuman baru diberikan

hari ke 5 dengan makanan basah whiskas tuna and white fish dan air mineral.

Signalement
 Nama : Gempi
 Jenis Hewan : Kucing
 Kelamin : Betina
 Ras/Breed : Domestic Cat
 Warna bulu/kulit : Hitam Putih
 Umur : 6 bulan
 Berat Badan : 2,1 kg
 Tanda Khusus :-
Pemeriksaan Hewan (2 hari sebelum dilakukan operasi)
 Temperatur : 38,9oC
 Pulse : 144 kali/menit
 Membrane color : Pink
 Hydration : Normal
 Color and consistency of feses : -
 Respiration : 48 kali/menit
 CRT : < 2 detik
 Body weight : 2,5 kg
 Body condition : Normal

53
No Gambar Keterangan
1 Hewan diberikan anestesi umum dan
ditempatkan pada posisi dorsal recumbency
dan memberikan infus Ringer Laktak secara
IV lalu mengoleskan povidone iodine pada
posisi insisi.

2 Melakukan incisi kulit pada ventral midline


abdominal dari xiphoid dan diteruskan
hingga ke arah kaudal sampai umbilikus.

3 Insisi dilanjutkan pada linea alba dan


peritoneum lalu lakukan preparasi tumpul
sehingga rongga abdominal terbuka.

4 Lambung dikeluarkan namun sebelumnya


disekililingnya diberikan kassa yang sudah
dibasahi NS lalu membuat jahitan stay
suture dengan benang silk dan jarum bulat
yang bertujuan untuk membuat lambung
tetap pada posisinya.

54
5 Selanjutnya melakukan incisi pada dinding
lambung yang sedikit pembuluh darahnya
(bagian curvatura mayor). Incisi dibuat agar
tidak dekat dengan pilorus dan incisi
dilebarkan dengan gunting.

6 Setelah dilakukan tindakan pada lambung


(mengeluarkan benda asing, biopsi), segera
dilakukan penjahitan pada bagian mukosa
lambung menggunakan catgutchromic
dengan benang bulat dengan teknik jahitan
menerus sederhana.

7 selanjutnya menjahit submukosa,


muskularis dan serosa dengan benang catgut
chromic jarum lingkar dengan pola cushing.

8 Melakukan tes kebocoran dan melepaskan


benang fiksasi.

55
9 Lalu rongga abdomen dicuci dengan larutan
NS dan lambung dimasukkan ke dalam
rongga perut dan dilakukan penutupan
dinding perut.

10 Pada bagian peritoneum dan linea alba


dijahit dengan benang catgut dan jarum
bulat dengan teknik terputus sederhana.

11 Memberikan antibiotik Viccilin pada


rongga abdomen.

12 Menjahit subkutan dengan benang catgut


dan jarum bulat menggunakan teknik
subcuticular.

56
14 Kemudian luka dioles dengan iodine dan
nutrimoist lalu ditutup dengan kasa steril
dan hipavix.

15 Perawatan pasca operasi diberikan antibiotic


Tolfedine dan Enrofluxcacine secara IM dan
obat seperti Asam mefenamat, amoxicillin
dan imboost secara oral.

Lampiran 4. Tabel Kontrol Post Operasi Latihan Kasus Mandiri

Tanggal Pemeriksaan Terapi


Jumat, Suhu : 37,7°C Appetice : - T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
08/03/2019 HR : 110 kali/ menit Defekasi : - Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Sabtu, Suhu : 38,0°C Appetice : - T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
09/03/2019 HR : 111 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Minggu, Suhu : 38,1°C Appetice : - T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
10/03/2019 HR : 124 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban

57
Senin, Suhu : 38,2°C Appetice : - T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
11/03/2019 HR : 120 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Selasa, Suhu : 38,4°C Appetice : + T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
12/03/2019 HR : 122 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Makan basah + minum
Rabu, Suhu : 38,1°C Appetice : + T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
13/03/2019 HR : 120 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban
Kamis, Suhu : 38,2°C Appetice : + T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
14/03/2019 HR : 120 kali/ menit Defekasi : + Ketoprofen PO s.1.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Pakan + minum
Jumat, Suhu : 38,3°C Appetice : + T/ Amoxicillin PO s.2.d.d
15/03/2019 HR : 128 kali/ menit Defekasi : + Asam mefenamat PO s.2.d.d
CRT : <2 detik Urinasi : + Imboost PO s.2.d.d
Cuci luka + pemberian
nutrimoist + ganti perban

Lampiran 5. Tabel Kesembuhan Luka Latihan Mandiri


Hari Gambar Keterangan
Jumat, Hari 0, Setelah operasi
08/03/2019

58
Sabtu, Hari 1, terlihat
09/03/2019 kemerahan adanya
kebengkakan.

Minggu, Hari 2, terlihat


10/03/2019 kemerahan adanya
kebengkakan dan berair.

Senin, Hari 3, terlihat


11/03/2019 kemerahan adanya
kebengkakan dan sedikit
berair.

Selasa, Hari 4, kemerahan sudah


12/03/2019 berkurang kebengkakan
juga sudah tidak begitu
besar seperti sebelumnya.

59
Rabu, Hari 5, kemerahan sudah
13/03/2019 sangat berkurang
kebengkakan sedikit,
kulit mulai merapat,
terdapat cairan keluar
jika ditekan.

Kamis, Hari 6, kemerahan sudah


14/03/2019 sangat berkurang
kebengkakan sedikit,
kulit mulai merapat,
cairan sangat sedikit.

Jumat, Hari 7, Kemerhan sangat


15/03/2019 sedikit di sisi sisi jahitan,
kebengkakan hanya pada
sisi insisi, kulit sudah mulai
tertutup rapat, tidak ada
cairan sama sekali.

60
61

Anda mungkin juga menyukai