disusun oleh :
NIM : 17/412417/KH/09313
II. PENDAHULUAN
A. Anatomi Lambung
Gastrium merupakan dilatasi terbesar dari saluran alimentarius, memanjang dari
esofagus hingga usus halus. Anjing dan kucing memiliki jenis lambung simpel (sederhana) dan
glandular. Lambung dibagi menjadi empat bagian yaitu cardiac (pars cardiaca), fundus
(fundus ventriculi), body/corpus (corpus ventriculi), pyloric (pars pilorica). Dinding lambung
disusun oleh beberapa lapisan dari dalam ke luar yaitu, tunika mukosa, tunika submucosa,
tunika muskularis, tunika serosa. Gastrium disuplai oleh pembuluh darah celiac artery.
Pembuluh darah tersebut kemudian bercabang menjadi splenic artery, left gastric artery, dan
right gastric artery (Koenig dan Liebich, 2004).
Lambungnya berbentuk C-shaped, organ seperti kantung yang berada di kiri cranial
abdomen. Lambung dibagi menjadi tiga area, cardiac, fundus, pylorus. Kebanyakan kelenjar
lambung berada di fundus. Lumen lambung terdiri dari beberapa sel yang bertanggung jawab
memproduksi cairan lambung :
• Sel goblet ditemukan pada seluruh bagian lambung. Bekerja mensekresikan mukus
untuk melubrikasi makanan dan melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat
enzim pencernaan (autodigesti)
• Sel chief ditemukan di fundus. Bekerja mensekresikan pepsinogen, prekursor untuk
mengaktifkan enzim pepsin, pepsin akan memecah protein menjadi peptida
• Sel parietal ditemukan di fundus. Bekerja mensekresikan HCL, sekret ini akan
penciptakan suasana asam pH yang memungkinkan pepsin bekerja dengan efektif
(Aspinall dan Capello, 2015)
Lambung tersusun dari beberapa tunika, yaitu tunika mukosa, submukosa, muskularis,
dan serosa. Tunika mukosa terdiri dari lamina epithelial, lamina propia dengan serabut kolagen,
sel lemak dan serabut saraf submukosa. Tunika muskularis memiliki 3 lapisan yaitu lapisan
dalam yang mengulir, lapisan tengah yang melingkar, dan lapisan luar yang longitudinal.
Diantara lapisan tengah dan luar terdapat pleksus mientrikus. Tunika serosa terdiri dari mesotel
yang membalut lapisan jaringan ikat longgar yang disebut subserosa (Fossum dkk., 2013).
Tabel 1. Tabel pertimbangan sebelum operasi, ketika operasi, dan pasca operasi pada
pembedahan abdomen (Fossum dkk., 2013)
Antibiotik selama perioperatif mungkin digunakan bila membuka lumen lambung;
bagaimanapun, hewan dengan fungsi imun yang normal ketika dilakukan gastrostomi normal
jarang menggunakan antibiotik. Bila antibiotik digunakan, harus diberikan secara intravena
sebelum induksi anestesi dan dilanjutkan pemberiannya hingga 12 jam pasca operasi (Fossum
dkk., 2013).
Teknik pembedahan lambung secara umum lebih aman melakukan gastrotomi
dibandingkan esofagostomi atau enterotomi. Gastrotomi kebanyakan dilakukan apabila ada
indikasi mengeluarkan benda asing. Buat incisi pada midline ventral abdomen dari xiphoid ke
pubis.. gunakan retraktor balfour untuk menarik dinding lambung dan memberikan paparan
yang memadai dari saluran gastrointestinal. Periksa seluruh isi lambung sebelum menginsisi
lambing. Untuk mengurangi kontaminasi, isolasi lambung dari sisa isi lambung dengan spons
laparotomi. Pasang jahitan penahan untuk membantu manipulasi lambung dan membantu
mencegah kebocoran isi lambung. Buat insisi lambung pada daerah yang hipovaskuler (aliran
pembuluh darah rendah) pada ventral lambung, antara kurvatura mayor dan kurvatura minor
(gambar 20 – 66). Pastikan insisi tidak dekat pylorus, atau penutupan insisi dapat menyebabkan
jaringan yang berlebih terlipat ke dalam lumen lambung, mengakibatkan obstruksi aliran
keluar. Buat insisi ke dalam lumen lambung dengan scalpel (gambar 20 – 67, A). dan perbesar
insisi dengan gunting metzenbaum (gambar 20 – 67, B). Gunakan suction untuk menyedot isi
lambung dan mengurangi tumpahan. Tutup lambung dengan benang yang absorbable (contoh
polydioxanone, polyglyconate) dalam pola seromuskular pembalik dua lapis (gambar 20 67,
C). Sertakan serosa, muskularis, dan submukosa pada lapisan pertama, menggunakan pola
cushing atau simple continuous, kemudian diikuti dengan pola lembert atau cushing yang
menggabungkan lapisan serosa dan muskularis (gambar 20 – 67, D). Sebagai alternatif, tutup
mukosa dengan pola jahitan simpel continuous sebagai lapisan yang terpisah untuk mengurangi
pendarahan pasca operasi. Sebelum menutup insisi abdomen, ganti peralatan dan glove yang
terkontaminasi oleh isi lambung dengan menggunakan peralatan dan glove yang steril. Setiap
kali mengeluarkan benda asing dari lambung, pastikan untuk memeriksa seluruh saluran usus
untuk memastikan tidak akan menyebabkan obstruksi usus dikemudian hari (Fossum dkk.,
2013).
Gambar 2. Lokasi insisi yang disarankan pada prosedur gastrotomi (Fossum dkk., 2013)
Gambar 3. Gastrotomi. A, buat insisi hingga lumen lambung dengan scalpel. B, perbesar
insisi dengan gunting metzenbaum. C dan D, tutup lambung dengan pola menjahit sekaligus
di seromuskular (Fossum dkk., 2013).
Praktikum acara ketiga membahas mengenai operasi gastrotomi pada anjing. Menurut
Smeak dan Monnet (2020), gastrotomi dilakukan untuk mengeluarkan benda asing yang
tersangkut di dalam lambung dan digunakan untuk mengambil sampel biopsi. Sebelum operasi
gastrotomi dilaksanakan, pasien terlebih dahulu diperiksa. Apakah ada gejala muntah
sebelumnya atau tidak, jika ada gejala muntah dapat diberikan obat antiemetika sebelum
anestesi.
Hal-hal yang dilakukan sebelum operasi adalah persiapan alat, tempat, operator dan
asisten, serta persiapan dari pasien. Alat dan tempat tentu harus steril dan bersih, alat sudah
rapih di sekitar meja operasi. Perlengkapan dari operator dan asisten meliputi gaun operasi,
masker, headcap, gloves juga sudah siap. Pasien harus sudah dipuasakan terlebih dahulu, dalam
keadaan stabil baru kemudian diberikan preparat premedikasi seperti atropine dan xylazine
yang disesuaikan dengan dosis dan bobot tubuhnya. Dosis atropine sebagai preanestesi yang
dapat diberikan pada anjing adalah 0,01-0,02 mg/kg secara IM, IV, atau 0,02-0,04 mg/kg secara
SC/IM/IV, kemudian setelah 10-15 menit baru diberikan Xylazine dengan dosis 0,2-1 mg/kg
dapat diberikan secara IM, SC, IV yang dicampur dengan ketamine sebagai anestesi sebesar
0,5 mg/kg IV (Plumb, 2011). Setelah pasien teranestesi, baru dimulai proses operasi.
Operasi gastrotomi tentu diawali dengan laparotomi terlebih dahulu. Laparotomy
dilakukan dengan membuka rongga abdomen sehingga memungkinkan operator untuk
melakukan eksplorasi secara menyeluruh dan melakukan palpasi pada keseluruhan saluran
pencernaan untuk memastikan sudah tidak ada benda asing serta dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bila terjadi abnormalitas (Otomo dkk., 2017). Jika diperlukan, pasien diinfus
dan selalu dipantau kestabilan tubuhnya meliputi napas, denyut jantung, suhu, dsb. Area ventral
pasien diberi antiseptik dan iodine secara sirkuler dari central ke perifer dengan tujuan agar
bakteri hilang merata. Incisi dilakukan di cranial midline dari umbilicus ke arah cranial hingga
terlihat rongga abdomen, kemudian diperpanjang menggunakan gunting.
Setelah rongga abdomen terbuka, lambung dikeluarkan kemudian ditentukan posisi
untuk dilakukan penyayatan yaitu di tempat dengan tidak ada atau minim pembuluh darah,
contohnya di antara curvatura mayor dan minor. Untuk memudahkan operasi, dibuat dua stay
suture, kemudian lambung diincisi hingga terlihat mukosa lambung dan diperpanjang
menggunakan gunting. Segera setelah terbuka, benda asing atau sampel diambil. Kemudian
ketika sudah selesai, dilakukan penutupan dengan dua lapisan inverting. Lapisan pertama
menggunakan pola jahitan sederhana menerus sesuai dengan literatur dari Smeak dan Monnet
(2020), dan lapisan kedua menggunakan pola jahitan cushing atau lambert menggunakan
benang absorbable. Lalu lambung dimasukkan kembali dan rongga abdomen diberi larutan
NaCl fisiologis agar organ tidak kering atau lengket. Setelah itu dilakukan penutupan dinding
abdomen linea alba menggunakan pola jahitan sederhana tunggal dengan benang vicryl.
Pastikan simpul benar-benar kuat dan jarak antar jahitan tidak terlalu jauh.
Setelah operasi, pasien perlu dipantau perkembangannya. Mulai dari diberikan minum
sedikit demi sedikit, jika tidak ada muntah bisa dilanjutkan dengan pemberian makan (Smeak
dan Monnet, 2020). Selain itu, jika pasien suka menggigiti jahitan, bisa dicegah dengan
memasang collar pada pasien dan jika terluka bisa diberikan iodine dan enbatic untuk
mengurangi bakteri dan mempercepat pengeringan luka.
VI. KESIMPULAN
Aspinall, V., dan Capello, M. 2015. Introduction to Veterinary Anatomy and Physiology Textbook 3rd
ed. China : Elsevier.
Fossum, T.W., Dewey, C.W., Horn, C.V., Johnson, A.L., MacPhail, C.M., Radlinsky, M.G., Schulz,
K.S., Willard, M.D. 2013. Small Animal Surgery 4th ed. Missouri : Elsevier.
Konig, H. E. dan Liebich, H. G. 2004. Veterinary Anatomy of Domestic Mammals. Germany :
Schattauer
Otomo, A., Singh, A., Valverde, A., Beaufrere, H., Mrotz, V., Kilkenny, J., dan Linden, A. zur. 2018.
Comparison of Outcome in Dogs Undergoing Single-Incision Laparoscopic-Assisted Intestinal
Surgery and Open Laparotomy for Simple Small Intestinal Foreign Body Removal. Veterinary
Surgery, pp. 1-8.
Plumb, D. C. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook 7th Edition. Swedia : PharmaVet Inc.
Smeak, D. D. dan Monnet, E. 2020. Gastrointestinal Surgical Techniques in Small Animals. US : Wiley