Anda di halaman 1dari 34

MATRIKS MATERI PENGATURAN PEKERJAAN / PRAKTIK KEFARMASIAN

N
ASPEK Yan Far RS Pelayanan Apotek
o
1 Definisi
A. Instalasi Farmasi PMK 72 Tahun 2016, Pasal 1 PMK 9 Tahun 2017, Pasal 1 ayat
ayat 9 1
Instalasi Farmasi adalah unit Apotek adalah sarana pelayanan
pelaksana fungsional yang kefarmasian tempat dilakukan
menyelenggarakan seluruh praktek kefarmasian oleh
kegiatan pelayanan kefarmasian Apoteker.
di Rumah Sakit.

PP 51 Tahun 2009, Pasal 1 ayat


13
Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh
Apoteker
B. Pelayanan PP 51 Tahun 2009, Pasal 1 ayat 4
Kefarmasian Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

PMK 72 Tahun 2016, Pasal 1 PMK 73 Tahun 2016, Pasal 1 PMK 58 Tahun 2014, PMK 35 Tahun 2014,
ayat 3 ayat 3 Pasal 1 ayat 3 Pasal 1 ayat 3
Pelayanan Kefarmasian adalah Pelayanan Kefarmasian adalah Pelayanan Kefarmasian Pelayanan Kefarmasian
suatu pelayanan langsung dan suatu pelayanan langsung dan adalah suatu pelayanan adalah suatu pelayanan
bertanggung jawab kepada bertanggung jawab kepada pasien langsung dan langsung dan
pasien yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan sediaan bertanggung jawab bertanggung jawab
sediaan farmasi dengan maksud farmasi dengan maksud mencapai kepada pasien yang kepada pasien yang
mencapai hasil yang pasti untuk hasil yang pasti untuk berkaitan dengan berkaitan dengan sediaan
meningkatkan mutu kehidupan meningkatkan mutu kehidupan sediaan farmasi dengan farmasi dengan maksud
pasien. pasien. maksud mencapai hasil mencapai hasil yang pasti
yang pasti untuk untuk meningkatkan
meningkatkan mutu mutu kehidupan pasien.
kehidupan pasien.
2. Standar yang Dipakai
A. Standart Pelayanan PMK 72 Tahun 2016, Pasal 3 PMK 73 Tahun 2016, Pasal 3
Kefarmasian Ayat 1: Ayat 1:
Standar Pelayanan Kefarmasian Standar Pelayanan Kefarmasian di
di Rumah Sakit meliputi Apotek meliputi standar:
standar: a. pengelolaan Sediaan Farmasi,
a. pengelolaan Sediaan Alat Kesehatan, dan Bahan
Farmasi, Alat Kesehatan, Medis Habis Pakai; dan
dan Bahan Medis Habis b. pelayanan farmasi klinik.
Pakai; dan Ayat 2:
b. pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Ayat 2: Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Habis Pakai sebagaimana
Alat Kesehatan, dan Bahan dimaksud pada ayat (1) huruf a
Medis Habis Pakai sebagaimana meliputi:
dimaksud pada ayat (1) huruf a a. perencanaan;
meliputi: b. pengadaan;
a. pemilihan; c. penerimaan;
b. perencanaan kebutuhan; d. penyimpanan;
c. pengadaan; e. pemusnahan;
d. penerimaan; f. pengendalian; dan
e. penyimpanan; g. pencatatan dan pelaporan.
f. pendistribusian; Ayat 3:
g. pemusnahan dan Pelayanan farmasi klinik
penarikan; sebagaimana dimaksud pada ayat
h. pengendalian; dan (1) huruf b meliputi:
i. administrasi. a. pengkajian Resep;
Ayat 3: b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan farmasi klinik
sebagaimana dimaksud pada (PIO);
ayat (1) huruf b meliputi: d. konseling;
a. pengkajian dan pelayanan e. Pelayanan Kefarmasian di
Resep; rumah (home pharmacy care);
b. penelusuran riwayat f. Pemantauan Terapi Obat
penggunaan Obat; (PTO); dan
c. rekonsiliasi Obat; Monitoring Efek Samping Obat
d. Pelayanan Informasi Obat (MESO).
(PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat
(PTO);
h. Monitoring Efek Samping
Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan
Pemantauan Kadar Obat
dalam Darah (PKOD).

B. Standar Kefarmasian PP 51 Tahun 2009, Pasal 35 PP 51 Tahun 2009, Pasal 35


Ayat 1: Ayat 1:
Tenaga kefarmasian Tenaga kefarmasian sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam dimaksud dalam Pasal 33 harus
Pasal 33 harus memiliki memiliki keahlian dan
keahlian dan kewenangan kewenangan dalam melaksanakan
dalam melaksanakan pekerjaan pekerjaan kefarmasian.
kefarmasian. Ayat 2:
Ayat 2: Keahlian dan kewenangan
Keahlian dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
sebagaimana dimaksud pada (1) harus dilaksanakan dengan
ayat (1) harus dilaksanakan menerapkan Standar Profesi.
dengan menerapkan Standar Ayat 3:
Profesi. Dalam melaksanakan kewenangan
Ayat 3: sebagaimana dimaksud pada ayat
Dalam melaksanakan (2) harus didasarkan pada Standar
kewenangan sebagaimana Kefarmasian, dan Standar
dimaksud pada ayat (2) harus Prosedur Operasional yang
didasarkan pada Standar berlaku sesuai fasilitas kesehatan
Kefarmasian, dan Standar dimana Pekerjaan Kefarmasian
Prosedur Operasional yang dilakukan.
berlaku sesuai fasilitas Ayat 4:
kesehatan dimana Pekerjaan Standar Profesi sebagaimana
Kefarmasian dilakukan. dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
Ayat 4: sesuai dengan peraturan
Standar Profesi sebagaimana perundang-undangan
dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
C. Standart SPO PP 51 Tahun 2009, Pasal 23 PP 51 Tahun 2009, Pasal 23
Ayat 1: Ayat 1:
Dalam melakukan Pekerjaan Dalam melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, Apoteker Kefarmasian, Apoteker
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 harus menetapkan Pasal 20 harus menetapkan
Standar Prosedur Operasional. Standar Prosedur Operasional.
Ayat 2: Ayat 2:
Standar Prosedur Operasional Standar Prosedur Operasional
harus dibuat secara tertulis dan harus dibuat secara tertulis dan
diperbaharui secara terus diperbaharui secara terus menerus
menerus sesuai perkembangan sesuai perkembangan ilmu
ilmu pengetahuan dan teknologi pengetahuan dan teknologi di
di bidang farmasi dan ketentuan bidang farmasi dan ketentuan
peraturan perundang-undangan. peraturan perundang-undangan.
PMK 72 Tahun 2016, Pasal 4 PMK 72 Tahun 2016, Pasal 4
Ayat 4: Ayat 4:
Standar prosedur operasional Standar prosedur operasional
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada ayat
ayat (1) ditetapkan oleh (1) ditetapkan oleh pimpinan
pimpinan Rumah Sakit sesuai Rumah Sakit sesuai dengan
dengan ketentuan peraturan ketentuan peraturan perundang-
perundang-undangan. undangan.
D. Standar Produk PP 72 Tahun 1998, Pasal 2 PP 72 Tahun 1998, Pasal 2
Ayat 1: Ayat 1:
Sediaan farmasi dan alat Sediaan farmasi dan alat kesehatan
kesehatan yang diproduksi yang diproduksi dan/atau
dan/atau diedarkan harus diedarkan harus memenuhi
memenuhi persyaratan mutu, persyaratan mutu, keamanan, dan
keamanan, dan kemanfaatan. kemanfaatan.
Ayat 2: Ayat 2:
a. Persyaratan mutu, keamanan, a. Persyaratan mutu, keamanan,
dan kemanfaatan dan kemanfaatan sebagaimana
sebagaimana dimaksud dimaksud dalam ayat (1)
dalam ayat (1) untuk: sediaan untuk: sediaan farmasi yang
farmasi yang berupa bahan berupa bahan obat dan obat
obat dan obat sesuai dengan sesuai dengan persyaratan
persyaratan dalam buku dalam buku Farmakope atau
Farmakope atau buku standar buku standar lainnya yang
lainnya yang ditetapkan oleh ditetapkan oleh Menteri;
Menteri; b. sediaan farmasi yang berupa
b. sediaan farmasi yang berupa obat tradisional sesuai dengan
obat tradisional sesuai persyaratan dalam buku Materia
dengan persyaratan dalam Medika Indonesia yang
buku Materia Medika ditetapkan oleh Menteri;
Indonesia yang ditetapkan c. sediaan farmasi yang berupa
oleh Menteri; kosmetika sesuai dengan
c. sediaan farmasi yang persyaratan dalam buku
berupa kosmetika sesuai Kodeks Kosmetika Indonesia
dengan persyaratan dalam yang ditetapkan oleh Menteri;
buku Kodeks Kosmetika alat kesehatan sesuai dengan
Indonesia yang ditetapkan persyaratan yang ditetapkan oleh
oleh Menteri; Menteri
d. alat kesehatan sesuai
dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh Menteri.

E. Standar Proses PP 72 Tahun 1998, Pasal 5


Ayat 1:
Produksi sediaan farmasi dan alat
kesehatan harus dilakukan dengan
cara produksi yang baik.
Ayat 2:
Cara produksi yang baik
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
3 Persyaratan

 UU No 44 Tahun 2009 PMK No 9 Tahun 2017 Tentang


Tentang Rumah Sakit Apotek
Pasal ke 7 Pasal 3
1) Rumah Sakit harus 1) Apoteker dapat mendirikan
memenuhi persyaratan apotek dengan modal sendiri
lokasi, bangunan, prasarana, dan/atau modal dari pemilik
sumber daya manusia, modal baik perorangan
kefarmasian, dan peralatan. maupun perusahaan.
Pasal 8 2) Dalam hal ini Apoteker yang
1) Persyaratan lokasi mendirikan apotek
sebagaimana di maksud bekerjasama dengan pemilik
dalam pasal 7 ayat 1 harus modal maka pekerjaan
memenuhi ketentuan kefarmasian harus tetap
mengenai kesehatan, dilakukan sepenuhnya oleh
keselamatan lingkungan dan Apoteker yang bersangkutan.
tata ruang, serta sesuai Pasal 4
dengan hasil kajian Pendirian Apotek harus memenuhi
kebutuhan dan kelayakan persyaratan, meliputi :
penyelenggaraan rumah sakit a. Lokasi
Pasal 9 b. Bangunan
Persyaratan bangunan c. Sarana, prasarana dan
sebagaimana dimaksud dalam peralatan; dan
pasal 7 ayat 1 harus memenuhi : d. Ketenagaan.
a. Persyaratan administratif dan Syarat Bangunan
persyaratan teknis bangunan Pasal 6
gedung pada umumnya, 1) Bangunan Apotek harus
sesuai dengan ketentuan memiliki fungsi keamanan,
perundang-undangan; dan kenyamanan, dan
b. Persyaratan teknis bangunan kemudahan dalam
rumah sakit, sesuai dengan pemberian pelayanan
fungsi, kenyamanan dan kepada pasien serta
kemudahan dalam perlindungan dan
pemberian pelayanan serta keselamatan bagi semua
perlindungan dan orang termasuk
keselamatan bagi semua penyandang cacat, anak-
orang termasuk penyandang anak, dan orang lanjut usia.
cacat, anak-anak, dan usia 2) Bangunan Apotek harus
lanjut. bersifat permanen.
Pasal 11 3) Bangunan bersifat
1) Prasarana Rumah Sakit permanen sebagaimana
sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (2)
dalam Pasal 7 ayat (1) dapat dapat merupakan bagian
meliputi: dan/atau terpisah dari pusat
a. instalasi air; perbelanjaan, apartemen,
b. instalasi mekanikal dan rumah toko, rumah kantor,
elektrikal; rumah susun, dan
c. instalasi gas medik; bangunan yang sejenis.
d. instalasi uap; Syarat Sarana & Prasarana
e. instalasi pengelolaan Pasal 7
limbah; Bangunan Apotek sebagaimana
f. pencegahan dan dimaksud dalam Pasal 6 paling
penanggulangan sedikit memiliki sarana ruang yang
kebakaran; berfungsi:
g. petunjuk, standar dan a. Penerimaan Resep;
sarana evakuasi saat b. Pelayanan Resep dan
terjadi keadaan darurat; peracikan (produksi
h. instalasi tata udara; sediaan secara terbatas);
i. sistem informasi dan c. Penyerahan Sediaan
komunikasi; dan Farmasi dan Alat
j. ambulan. Kesehatan;
2) Prasarana sebagaimana d. Konseling;
dimaksud pada ayat (1) e. Penyimpanan Sediaan
harus memenuhi standar Farmasi dan Alat
pelayanan, keamanan, serta Kesehatan; dan
keselamatan dan kesehatan f. Arsip.
kerja penyelenggaraan Pasal 8
Rumah Sakit Prasarana Apotek paling sedikit
Pasal 12 terdiri atas:
1) Persyaratan sumber daya a. Instalasi air bersih;
manusia sebagaimana b. Instalasi listrik;
dimaksud dalam Pasal 7 ayat c. Sistem tata udara; dan
(1) yaitu Rumah Sakit harus d. Sistem proteksi
memiliki tenaga tetap yang kebakaran.
meliputi tenaga medis dan Syarat Peralatan
penunjang medis, tenaga Pasal 9
keperawatan, tenaga 1) Peralatan Apotek meliputi
kefarmasian, tenaga semua peralatan yang
manajemen Rumah Sakit, dibutuhkan dalam
dan tenaga nonkesehatan. pelaksanaan pelayanan
Pasal 15 kefarmasian.
1) Persyaratan kefarmasian 2) Peralatan sebagaimana
sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1)
dalam Pasal 7 ayat (1) harus antara lain meliputi rak
menjamin ketersediaan obat, alat peracikan, bahan
sediaan farmasi dan alat pengemas obat, lemari
kesehatan yang bermutu, pendingin, meja, kursi,
bermanfaat, aman dan komputer, sistem
terjangkau. pencatatan mutasi obat,
formulir catatan
pengobatan pasien dan
Pasal 16 peralatan lain sesuai
1) Persyaratan peralatan dengan kebutuhan.
sebagaimana di maksud 3) Formulir catatan
dalam pasal 7 ayat 1 meliputi pengobatan pasien
peralatan medis dan sebagaimana dimaksud
nonmedis harus memenuhi pada ayat (2) merupakan
standar pelayanan, catatan mengenai riwayat
persyaratan mutu, keamanan, penggunaan Sediaan
keselamatan dan laik pakai. Farmasi dan/atau Alat
Kesehatan atas permintaan
tenaga medis dan catatan
pelayanan apoteker yang
diberikan kepada pasien.
Syarat Ketenagaan
Pasal 11
1) Apoteker pemegang SIA
dalam menyelenggarakan
Apotek dapat dibantu oleh
Apoteker lain, Tenaga
Teknis Kefarmasian
dan/atau tenaga
administrasi.
2) Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2)
wajib memiliki surat izin
praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.

4 SDM
Lampiran PMK No 72 Tahun PMK No 9 Tahun 2017
2016 Apoteker dapat dibantu oleh
Bab IV Apoteker pendamping dan/atau
Untuk Pekerjaan Kefarmasian Tenaga Teknis Kefarmasian
a) Apoteker dan/atau tenaga administrasi
b) Tenaga Teknis Kefarmasian
Untuk Pekerjaan Penunjang PMK No 73 tahun 2016 Pasal 4
a) Operator Komputer/Teknisi ayat (2)
yang memahami Sumber daya kefarmasian
kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat
Tenaga Administrasi (1) meliputi :
Prakarya/Pembantu a. Sumber Daya Manusia; dan
Sarana dan Prasarana
 UU no 44 tahun 2009
Tentang Rumah Sakit
Pasal 12
1) Persyaratan sumber daya  PP 51 Tahun 2009 Tentang
manusia sebagaimana
Pekerjaan Kefarmasian
dimaksud dalam pasal 7 ayat
1 yaitu rumah sakit harus Pasal 33
memiliki tenaga tetap yang
1) Tenaga Kefarmasian terdiri
meliputi tenaga medis dan
penunjang medis, tenaga atas:
keperawatan, tenaga
a. Apoteker; dan
kefarmasian, tenaga
manajemen rumah sakit, dan b. Tenaga Teknis
tenaga no keehatan.
Kefarmasian.
Jumlah dan jenis sumber daya
manusia, sebagaimana 2) Tenaga Teknis kefarmasian
dimaksud pada ayat 1 harus sebagaimana dimaksud pada
sesuai dengan jenis dan
ayat (1) huruf b terdiri dari
klafikasi rumah sakit.
Sarjana Farmasi, Ahli Madya
 PP 51 Tahun 2009
Farmasi, Analis Farmasi, dan
Tentang Pekerjaan
Tenaga Menengah
Kefarmasian
Farmasi/Asisten Apoteker.
Pasal 33
Pasal 34
1) Tenaga Kefarmasian terdiri
1) Tenaga kefarmasian
atas:
melakukan pekerjaan
a. Apoteker; dan
kefarmasian pada :
b. Tenaga Teknis
Fasilitas pelayanan kefarmasian
Kefarmasian. melalui praktik di apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, puskesmas,
1) Tenaga Teknis kefarmasian
klinik, toko obat, atau praktek
sebagaimana dimaksud bersama.
 PMK 35 Tahun 2014 Tentang
pada ayat (1) huruf b terdiri
Standar Pelayanan
dari Sarjana Farmasi, Ahli
Kefarmasian Di Apotek
Madya Farmasi, Analis
Pasal 4
Farmasi, dan Tenaga
1) Penyelenggaraan Standar
Menengah Farmasi/Asisten
Pelayanan Kefarmasian di
Apoteker.
Apotek harus didukung oleh
Pasal 34
ketersediaan sumber daya
1) Tenaga kefarmasian
kefarmasian yang berorientasi
melakukan pekerjaan
kefarmasian pada : kepada keselamatan pasien.
Fasilitas pelayanan kefarmasian 2) Sumber daya kefarmasian
melalui praktik di apotek,
sebagaimana dimaksud pada
instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik, toko obat, ayat (1) meliputi:
atau praktek bersama.
a. sumber daya manusia;
 PMK no 58 tahun 2014 dan
Tentang Standar b. sarana dan prasarana.
Pelayanan Kefarmasian di Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Rumah Sakit. diselenggarakan oleh Apoteker,
Pasal 4 dapat dibantu oleh Apoteker
1) Penyelenggaraan standar pendamping dan/atau Tenaga
kepelayanaan kefarmasian Teknis Kefarmasian yang
di rumah sakit harus memiliki Surat Tanda Registrasi,
didukung oleh ketersediaan Surat Izin Praktik atau Surat Izin
sumberdaya kefarmasian, Kerja.
pengorganisasian yang Dalam melakukan Pelayanan
beroreantasi pada Kefarmasian Apoteker harus
keselamataan pasien, dan memenuhi kriteria:
standar prosedur
1. Persyaratan administrasi
operasional a. Memiliki ijazah dari institusi
2) Sumber daya kefarmasiaan pendidikan farmasi yang
sebagaimana dimaksud terakreditasi
pada ayat 1 meliputi : b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
a. Sumber daya manusia; Apoteker (STRA)
dan c. Memiliki sertifikat kompetensi yang
b. Sarana dan peralatan. masih berlaku.
1) Kualifikasi Sumber Daya Memiliki Surat Izin Praktik
Manusia (SDM) Apoteker (SIPA)
Berdasarkan pekerjaan yang 2. Menggunakan atribut praktik
dilakukan, kualifikasi SDM antara lain baju praktik, tanda
Instalasi Farmasi pengenal.
diklasifikasikan sebagai berikut: 3.Wajib mengikuti pendidikan
a. Untuk pekerjaan kefarmasian berkelanjutan/Continuing
terdiri dari: Professional Development
1) Apoteker (CPD) dan mampu

2) Tenaga Teknis memberikan pelatihan yang

Kefarmasian berkesinambungan.

b. Untuk pekerjaan penunjang 4. Apoteker harus mampu

terdiri dari: mengidentifikasi kebutuhan


akan pengembangan diri, baik
1) Operator
melalui pelatihan, seminar,
Komputer/Teknisi yang
workshop, pendidikan
memahami kefarmasian
berkelanjutan atau mandiri.
2) Tenaga Administrasi
5. Harus memahami dan
3) Pekarya/Pembantu
pelaksana melaksanakan serta patuh
2) Persyaratan SDM terhadap peraturan perundang
Pelayanan Kefarmasian harus undangan, sumpah Apoteker,
dilakukan oleh Apoteker dan standar profesi (standar
Tenaga Teknis Kefarmasian. pendidikan, standar pelayanan,
Tenaga Teknis Kefarmasian standar kompetensi dan kode
yang melakukan Pelayanan etik) yang berlaku.
Kefarmasian harus di bawah  PMK No 9 Tahun 2017
supervisi Apoteker. Tentang Apotek
Apoteker dan Tenaga Teknis Perizinan Apotek
Kefarmasian harus memenuhi Pasal 12
persyaratan administrasi seperti 1) Setiap pendirian Apotek wajib
yang telah ditetapkan dalam memiliki izin dari Menteri.
peraturan perundang-undangan 2) Menteri melimpahkan
yang berlaku. kewenangan pemberian izin
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.

 PMK No 56 Tahun 2014 3) Izin sebagaimana dimaksud


Tentang Klasifikasi Dan pada ayat (2) berupa SIA.
Perizinan Rumah Sakit 4) SIA berlaku 5 (lima) tahun dan
Pasal 21 dapat diperpanjang selama
1) Sumber daya manusia memenuhi persyaratan.
Rumah Sakit Umum kelas A Pasal 13
terdiri atas: 1) Untuk memperoleh SIA,
a. tenaga medis; Apoteker harus mengajukan
b. tenaga kefarmasian; permohonan tertulis kepada
c. tenaga keperawatan; Pemerintah Daerah
d. tenaga kesehatan lain; Kabupaten/Kota dengan
tenaga nonkesehatan. menggunakan Formulir 1.
2) Permohonan sebagaimana
3) Tenaga kefarmasian
dimaksud pada ayat (1) harus
sebagaimana dimaksud pada
ditandatangani oleh Apoteker
ayat (1) huruf b paling
disertai dengan kelengkapan
sedikit terdiri atas:
dokumen administratif
a. 1 (satu) apoteker sebagai
meliputi:
kepala instalasi farmasi
a. Fotokopi STRA dengan
Rumah Sakit;
menunjukan STRA asli;
b. 5 (lima) apoteker yang
b. Fotokopi Kartu Tanda
bertugas di rawat jalan
Penduduk (KTP);
yang dibantu oleh paling
c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib
sedikit 10 (sepuluh)
Pajak Apoteker;
tenaga teknis
d. Fotokopi peta lokasi dan denah
kefarmasian;
c. 5 (lima) apoteker di rawat bangunan; dan
inap yang dibantu oleh e. Daftar prasarana, sarana, dan
paling sedikit 10 peralatan.
(sepuluh) tenaga teknis Paling lama dalam waktu 6 (enam)
kefarmasian; hari kerja sejak menerima

d. 1 (satu) apoteker di permohonan dan dinyatakan telah


memenuhi kelengkapan dokumen
instalasi gawat darurat
administratif sebagaimana dimaksud
yang dibantu oleh
pada ayat (2), Pemerintah Daerah
minimal 2 (dua) tenaga
Kabupaten/Kota menugaskan tim
teknis kefarmasian;
pemeriksa untuk melakukan
e. 1 (satu) apoteker di ruang pemeriksaan setempat
ICU yang dibantu oleh paling
sedikit 2 (dua) tenaga teknis 3) terhadap kesiapan Apotek
kefarmasian; dengan menggunakan Formulir
f. 1 (satu) apoteker sebagai 2.
koordinator penerimaan dan 4) Tim pemeriksa sebagaimana
distribusi yang dapat dimaksud pada ayat (3) harus
merangkap melakukan melibatkan unsur dinas
pelayanan farmasi klinik di kesehatan kabupaten/kota yang
rawat inap atau rawat jalan terdiri atas: -10- a. tenaga
dan dibantu oleh tenaga kefarmasian; dan b. tenaga
teknis kefarmasian yang lainnya yang menangani bidang
jumlahnya disesuaikan sarana dan prasarana.
dengan beban kerja 5) Paling lama dalam waktu 6
pelayanan kefarmasian (enam) hari kerja sejak tim
Rumah Sakit; dan pemeriksa ditugaskan, tim
g. 1 (satu) apoteker sebagai pemeriksa harus melaporkan
koordinator produksi yang hasil pemeriksaan setempat
dapat merangkap melakukan yang dilengkapi Berita Acara
pelayanan farmasi klinik di Pemeriksaan (BAP) kepada
rawat inap atau rawat jalan Pemerintah Daerah
dan dibantu Kabupaten/Kota dengan
menggunakan Formulir 3.
 PMK 147 Tahun 2010
6) Paling lama dalam waktu 12
Tentang Perizinan Rumah
(dua belas) hari kerja sejak
Sakit
Pemerintah Daerah
Lampiran
Kabupaten/Kota menerima
4. Sumber daya manusia,
laporan sebagaimana dimaksud
Tersedianya tenaga medis, dan
pada ayat (5) dan dinyatakan
keperawatan yang purna waktu,
tenaga kesehatan lain dan memenuhi persyaratan,
tenaga non kesehatan telah
Pemerintah Daerah
terpenuhi sesuai dengan jumlah,
jenis dan klasifikasinya. Kabupaten/Kota menerbitkan
SIA dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, Kepala
Balai POM, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan
Organisasi Profesi dengan
menggunakan Formulir 4.
7) Dalam hal hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dinyatakan masih
belum memenuhi persyaratan,
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota harus
mengeluarkan surat penundaan
paling lama dalam waktu 12
(dua belas) hari kerja dengan
menggunakan Formulir 5.
8) Tehadap permohonan yang
dinyatakan belum memenuhi
persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (7),
pemohon dapat melengkapi
persyaratan paling lambat
dalam waktu 1 (satu) bulan
sejak surat penundaan diterima.
9) Apabila pemohon tidak dapat
memenuhi kelengkapan
persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (8), maka
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota mengeluarkan
Surat Penolakan dengan
menggunakan Formulir 6.
10) Apabila Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam
menerbitkan SIA melebihi
jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (6),
Apoteker pemohon dapat
menyelenggarakan Apotek
dengan menggunakan BAP
sebagai pengganti SIA.

Pasal 14
1) Dalam hal pemerintah daerah
menerbitkan SIA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(6), maka penerbitannya
bersama dengan penerbitan
SIPA untuk Apoteker
pemegang SIA.
2) Masa berlaku SIA mengikuti
masa berlaku SIPA

5 Sarana/ Prasarana

Sarana PMK 72 tahun 2016 BAB IV PMK no 9 tahun 2017 Bagian ke IV


Bagian B : pasal 7 :
a. Fasilitas utama dalam kegiatan Bangunan apotek sebagaimana
pelayanan instalasi farmasi dimaksut pasal 6 paling sedikit
terdiri : memiliki sarana ruangan yang
berfungsi :
1. Ruang kantor/administrasi
a. Penerimaan resep
dari :
b. Pelayanan resep dan
A. Ruangan pimpinan
peracikan (produksi sediaan
B. Ruang staf
secara terbatas)
C. Ruang kerja /administrasi tata
c. Penyerahan sediaan farmasi
usaha
dan alat kesehatan
D. Ruang pertemuan
d. Konseling
2. Ruang penyimpanan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan
e. Penyimpanan sediaan farmasi
bahan medis habis pakai.
dan alat kesehatan; dan
3. Ruang distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai. f. Arsip
4. Ruang konsultasi/konseling
obat
5. Ruang pelayanan informasi
obat
6. Ruang produksi
7. Ruang aseptic dispensing
8. Laboratorium farmasi

Prasarana PMK 72 tahun 2016 BAB IV : PMK 9 tahun 2017 pasal 8 :


Fasilitas penunjang dalam kegiatan Prasarana apotek paling sedikit terdiri
pelayanan di instasi farmasi. atas :
1. Ruang tunggu pasien a. Instalasi air bersih
2. Ruang penyimpanan b. Instalasi listrik
dokumen / arsip resep dan c. System tata udara dan
sediaan farmasi, alat d. System proteksi kebakaran
kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang
rusak
3. Tempat penyimpanan obat
diruang perawatan
4. Fasilitas toilet, kamar
mandi untuk staf

6 Sumber Daya Lain

A. Man Lampiran PMK no72/’16 – Bab PMK No. 9/’17


I Apoteker dapat dibantu oleh apoteker
Untuk pekerjaan kefarmasian pendamping dan/atau tenaga teknis
kefarmasian dan/atau tenaga
1) Apoteker administrasi
2) Tenaga teknis kefarmasian PMK No. 73/’16 pasal 4 ayat (2)
Sumber daya kefarmasian
Untuk pekerjaan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
1) Operator computer/teknis yang meliputi :
memahami kefarmasian a) Sumber daya manusia; dan
2) Tenaga administrasi b) Sarana dan prasarana
prakarya/pembantu pelaksana

B. Money PMK tahun 2016 BAB II bagian


A:
Administrasi keuangan apabila
instalasi farmasi harus mengelola
keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi
keuangan. Administrasi keuangan
merupakan pengaturan anggaran,
pengendalian dan analisisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan,
penyiapan laporan, penggunaan
laporan yang berkaitan dengan
semua kegiatan pelayanan
kefarmasian secara rutin atau tidak
dalam peroide bulanan, triwulan,
semesteran atau tahunan.
C. Metode PMK No. 72 tahun 2016 BAB II
bagian A :
Perencanaan dilakukan untuk
menghindari kekosongan obat
dengan menggunaklan metode
yang dapat dipertanggung
jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah
ditentukanantara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi
disesuaikan dengan anggaran yang
telah disediakan.

Ayat 5 penyimpanan :
Metode penyimpanan dapat
dilakukan berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan dan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai dan disusun
secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip Frist Expire
Frist Out dan first in firstOut
D. Mesin PMK No.9/’17
1. Peralatan apotek meliputi semua
peralatan yang di butuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan
kefarmasian, antara lain meliputi
rak obat, alat peracik, bahan
pengemas obat, lemari pendingin,
meja ,kursi, computer, system
pencatat mutasi obat, formulir
catatan pengobatan pasien dan
peralatan lain sesuai dengan
kebutuhan.
2. Buku refrensi (buku standard dan
kumpulan peraturan perundang-
undangan)

7 Kegiatan/Proses

PMK 72 tahun 2016 BaB II PMK 73 tahun 2016 pasal 3 ayat


bagian A. 2
Kegiatan pengelolaan sediaan Pengelolaan sediaan farmasi, Alat
farmasi, alat kesehatan, dan kesehatan, dan Bahan Medis
bahan medis habis pakai Habis Pakai, meliputi :
meliputi : 1. Perencanaan
1. Pemilihan 2. Pengadaan
2. Perencanaan kebutuhan 3. Penerimaan
3. Pengadaan 4. Penyimpanan
4. Penerimaan 5. Pemusnahan
5. Penyimpanan 6. Pengendalian
6. Pendistribusian 7. Pencatatan dan pelaporan
7. Pemusnahan dan Pasal 3 Ayat 3
Penarikan Pelayanan Farmasi Klinik :
8. Pengendalian 1. Pengkajian resep
9. Administrasi 2. Dispensing
BAB III bagian A 3. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Farmasi Klinik : (PIO)
1. Pengkajian dan pelyanan 4. Konseling
resep 5. Pelayanan Kefarmasian di
2. Penelusuran riwayat rumah (Home pharmacy
penggunaan obat care)
3. Rekonsiliasi obat 6. Monitoring Efek samping
4. Pelayanan Informasi Obat (MESO)
Obat (PIO)
5. Konseling
6. Visite
7. Pemantauan Terapi Obat
(PTO)
8. Monitoring efek
samping obat (MESO)
9. Evaluasi penggunaan
Obat (EPO)
10. Dispensing sediaan steril
Pemantauan Kadar Obat dalam
darah (PKOD)
8 Izin yang diperlukan & PMK No. 9/17 pasal 3
Proses Perizinannya 1. Apoteker dapat mendirikan
Apotek dengan modal sendiri
dan/atau modal dari pemilik ,
modal baik perorangan
maupun perusahaan
2. Dalam ha Apoteker yang
mendirikan Apotek bekerja
sama dengan pemilik modal,
maka pekerjaan kefarmasian
harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker
bersangkutan.

PMK No. 9/17 pasal 4


Pendirian Apotek harus
memenuhi persyaratan,
meliputi :
a. Lokasi
b. Bangunan
c. Sarana, prasarana, dan
peralatan
d. Ketenagaan

Syarat Bangunan :
PMK No. 9/17 Pasal 5 :
1. Bangunan Apotek harus memiliki
fungsi keamanan , kenyamanan ,
dan kemudahan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan
bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak – anak,
dan orang lanjut usia.
2. Bangunan apotek harus bersifat
permanen
3. Banguna bersifat permanen
sebagaimana di maksud pada ayat
(2) dapat merupakan bagian dan /
atau terpisah dari pusat
perbelanjaan , apartemen, rumah
toko, rumah kantor, rumah susun,
dan bangunan yang sejenis.

Syarat Sarana & prasarana


PMK No. 9/17 pasal 7
Bangunan apotek sebagaimana di
maksud dalam pasal 6 paling
sedikit memiliki sarana ruang yang
berfungsi :
a. Penerimaan resep
b. Pelayanan resep dan peracikan
c. Penyerahan sediaan farmasi dan
alat kesehatan
d. Konseling
e. Penyimpanan sediaan dan Alat
Kesehatan
f. Arsip
PMK No. 9/17 pasal 8
Prasarana Apotek paling sedikit
terdiri atas :
a. Instalasi air bersih
b. Instalasi listrik
c. Sistem tata udara
d. Sistem proteksi kebakaran
Syarat Peralatan
PMK No. 9/17 pasal 9
1. Peralatan Apotek meliputi
semua peralatan yang di
butuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian
2. Peralatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) antara
lain , meliputi :rak obat, alat
peracikan, bahan pengemas
obat, lemari pendingin, meja,
kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat,
fformulir catatan pengobatan
pasien, dan perlatan lain sesuai
kebutuhan.
3. Formulir catatan pengobatan
pasien sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan
catatan mengenai riwayat
penggunaan sediaan farmasi
dan alkes atas permintaan
tenaga medis dan catatan
pelayanan apoteker yang di
berikan kepada pasien.

Syarat ketenagaan
PMK No. 9/17 pasal 11
1. Apoteker pemegang SIA
dapat menyelenggarakan
Apotek, di bantu oleh
Apoteker lain, Tenaga
Teknis Kefarmasian atau
tenaga Administrasi.
2. Apoteker dan tenaga
Teknis Kefarmasian
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) wajib
memiliki surat izin praktik
sesuai dengan ketentuan
perundang – undangan.
9 Jaminan/ Pengawasan mutu

PMK No. 72/ 16 Pasal 5 PMK No. 73/ 16 Pasal 5 ayat 1


1. Untuk menjamin mutu Untuk menjamin mutu
Pelayanan kefarmasian di Pelayanan kefarmasian di apotek
rumah sakit, harus dilakukan harus dilakukan evaluasi mutu
pengendalian mutu pelayanan pelayanan kefarmasian.
kefarmasian meliputi ;
a. Monitoring
b. Evaluasi
2. Ketentuan lanjut mengenai
pengendalian mutu pelayana
kefarmasian sebagaimana
dimaksud oleh ayat (1)
tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak
terpisah dari peraturan menteri
ini.

Lampiran PMK No.72/’16 Bab


IV
Kegiatan pengendalian mutu
Pelayanan Kefarmasian meliputi :
a. Perencanaan
Menyusun rencana kerja dan
cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai
target yang ditetapkan.
b. Pelaksanaan:
1. Monitoring & evaluasi capaian
pelaksanaan rencana kerja
( membandingkan capaian
dengan rencana kerja)
2. Memberikan umpan balik
terhadap hasil capaian
c. Tindakan hasil monitoring dan
evaluasi:
1. Melakukan perbaikan ualitas
pelayanan sesua target yang
ditetapkan
2. Meningkatkan kualitas
pelayanan jika caaian sudah
memuaskan.

10 Pencatatan dan Pelaporan

PMK NOMOR 72 TAHUN PMK NOMOR 73 TAHUN 2016


2016 BAB II Bagian B BAB II Bagian G

Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dilakukan pada setiap


terhadap kegiatan pengelolaan proses pengelolaan Sediaan
Sediaan Farmasi, Alat Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Kesehatan, dan Bahan Medis Bahan Medis Habis Pakai meliputi
Habis Pakai yang meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
perencanaan kebutuhan, penyimpanan (kartu stok),
pengadaan, penerimaan, penyerahan (nota atau struk
pendistribusian, pengendalian penjualan) dan pencatatan lainnya
persediaan, pengembalian, disesuaikan dengan kebutuhan.
pemusnahan dan penarikan Pelaporan terdiri dari pelaporan
Sediaan Farmasi, Alat internal dan eksternal.
Kesehatan, dan Bahan Medis Pelaporan internal merupakan
Habis Pakai. Pelaporan dibuat pelaporan yang digunakan untuk
secara periodik yang dilakukan kebutuhan manajemen Apotek,
Instalasi Farmasi dalam periode meliputi keuangan, barang dan
waktu tertentu (bulanan,laporan lainnya. Pelaporan
triwulanan, semester ataueksternal merupakan pelaporan
pertahun). yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan
Jenis-jenis pelaporan yang ketentuan peraturan perundang-
dibuat menyesuaikan dengan undangan, meliputi pelaporan
peraturan yang berlaku. narkotika, psikotropika dan
Pencatatan dilakukan untuk: pelaporan lainnya
1) Persyaratan Kementerian
Kesehatan/BPOM;
2) Dasar akreditasi Rumah
Sakit;
3) Dasar audit Rumah Sakit;
dan
4) Dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:


1) Komunikasi antara level
manajemen;
2) Penyiapan laporan
tahunan yang
komprehensif mengenai
kegiatan di Instalasi
Farmasi; dan
3) Laporan tahunan.

BAB III Bagian A


1) Penelusuran Riwayat
Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat
penggunaan obat
merupakan proses untuk
mendapatkan informasi
mengenai seluruh obat/
sediaan farmasi lain yang
pernah dan sedang
digunakan, riwayat
pengobatan dapat diperoleh
dari wawancara atau data
rekam medik/pencatatan
penggunaan obat pasien.
2) Pencatatan Penggunaan
Obat
3) Sumbangan/ Dropping/
Hibah Instalasi Farmasi
harus melakukan
pencatatan dan pelaporan
terhadap penerimaan dan
penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai.

11 Sanksi

PMK Nomor 72 Tahun 2016 PMK Nomor 9 Tahun 2017


Pasal 12 Pasal 31
Pelanggaran terhadap ketentuan 1) Pelanggaran terhadap
dalam Peraturan Menteri ini ketentuan dalam Peraturan
dapat dikenai sanksi Menteri ini dapat dikenai
administratif sesuai dengan sanksi administratif.
ketentuan peraturan perundang- 2) Sanksi administratif
undangan. sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa:
a) Peringatan tertulis;
b) Penghentian sementara
kegiatan; dan
c) Pencabutan SIA.

PMK Nomor 73 Tahun 2016


Pasal 12
1) Pelanggaran terhadap
ketentuan dalam peraturan
menteri ini dapat dikenakan
sanksi administratif
2) Sanksi administratif
sebagaimana pada ayat (1)
terdiri atas:
a) Peringatan tertulis
b) Penghentian sementara
kegiatan atau
c) Pencabutan izin.

Anda mungkin juga menyukai