Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

CEREBROVASCULER ACCIDENT BLEEDING

(CVA BLEEDING)

DOSEN PEMBIMBING :

CERIA NURHAYATI,S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIP . 03.049

DISUSUN OLEH :

MELLIENIA BUNGA CLARRITA

1810057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mellienia Bunga Clarrita

NIM : 1810057

Prodi : S1 – Keperawatan

Judul : Cerebrovasculer Accident Bleeding (CVA Bleeding)

Laporan Pendahuluan dibuat sebagai syarat untuk melengkapi tugas Praktik Klinik atau Bed
Side Teaching (BST) Keperawatan Gawat Darurat semester VI.

Surabaya, 1 Juni 2021

Mahasiswa,

Mellienia Bunga Clarrita

NIM . 1810057

Mengetahui, Mengetahui,

Dosen Pembimbing Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah

Ceria Nurhayati,S.Kep.,Ns.,M.Kep Merina


Widyastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIP . 03.049 NIP . 03.033


LAPORAN PENDAHULUAN

Anatomi dan Fisiologi

Otak terletak dalam rongga cranium , terdiri atas semua bagian system saraf
pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari cerebrum cerebellum,
brainstem, dan limbic system. Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuron-neuron telah di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan
adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak mengambil
alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak belajar kemampuan baru, dan ini
merupakan mekanisme paling penting dalam pemulihan stroke.

A. Cerebrum

Bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan kiri dan
tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan girus. Cerebrum
dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:

 Lobus Frontalis

Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih


tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di
hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat
pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan
terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah
broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar,
perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif.

 Lobus Temporalis

Mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura


laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto. Lobus ini berfungsi untuk
mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm
pembentukan dan perkembangan emosi

 Lobus parietalis
Lobus parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran.

 Lobus oksipitalis

Lobus Oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi


penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari nervus
optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain &
memori.

B. Cerebellum

Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak neuron


dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi yang penting dalam
fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang diterima,
inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output. Cerebellum merupakan pusat
koordinasi untuk keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot
volunter secara optimal.

 Brainstem

Brainstem Berfungsi mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar.


Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya.
Struktur-struktur fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden dan
desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak,
anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.

Gambar Anatomi Fisilogi Otak


Konsep Teori Penyakit

Definisi

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).

Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga


menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah
di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).

Etiologi

Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari hemoragi serebral


( pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak atau
seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak .
Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko penyakit jantung iskemik :
a. Usia : umumnya pada usia diatas 50 tahun
b. Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi pada wanita post
monophous sama resiko dengan pria
c. Hipertensi
d. DM
e. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung
f. Koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain hiperfibrinogenia
g. Keturunan
h. Hipovolemia dan syook

Patofisiologi

Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkandarah


masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematomyang menekan
jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak.Peningkatan TIK yang terjadi
dengan cepat dapat mengakibatkankematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra cerebralsering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal,
nukleuskaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkanperubahan
struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis ataunekrosis fibrinoid.

Stroke Hemorrhagik

Stroke hemorrhagik dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan


subaraknoid.

Perdarahan Intraserebral

Pada perdarahan intraserebral, perdarahan masuk ke dalam parenkim otak akibat


pecahnya arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superficial dan
berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman
kapiler. Hal ini dapat disebabkan oleh diathesis perdarahan dan penggunaan antikoagulan
seperti heparin, hipertensi kronis, serta aneurisma.
Masuknya darah ke dalam parenkim otak menyebabkan terjadinya penekanan pada
berbagai bagian otak seperti serebelum, batang otak, dan thalamus. Darah mendorong
struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke
rongga subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan serebrospinal dan merangsang
meningen. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang menimbulkan tanda
dan gejala seperti nyeri kepala hebat, papil edema, dan muntah proyektil.

Perdarahan Subaraknoid

Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons, serebelum dan
thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga mengenai kapsula interna
dan kadang-kadang ruptur ke dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem
ventrikuler ke dalam rongga subaraknoid. Adanya perluasan intraventrikuler sering
berakibat fatal

WOC
Pengkajian
1. Primary Survey : A, B, C, D, E

1. Airway: pengkajian mengenai kepatenan jalan. Kaji adanya obstruksi pada jalan napas
karena dahak, lendir pada hidung, atau yang lain.

2. Breathing: kaji adanya dispneu, kaji pola pernapasan yang tidak teratur, kedalaman
napas, frekuensi pernapasan, ekspansi paru, pengembangan dada.

3. Circulation: meliputi pengkajian volume darah dan kardiac output serta perdarahan.
Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, warna kulit, nadi, dan adanya perdarahan.

4. Disability: yang dinilai adalah tingkat kesadran serta ukutan dan reaksi pupil.

5. Exposure/ kontrol lingkungan: penderita harus dibuka seluruh pakaiannya.

2. Secondary Survey

Data umum : Identitas pribadi seperti nama pasien, umur, alamat, pekerjaan, status
perkawinan, suku bangsa serta agama.

Keluhan utama : OLD CART

1. Onset : Berapa lama keluhan dirasakan oleh pasien tersebut.


2. Location : Bagian serta daerah mana yang menjadi keluhan.

3. Duration : Keluhan dirasakan pasien hilang timbul atau dirasakan secara terus menerus.

4. Character : Menanyakan sifat dari keluhan pasien contoh bila pasien mengalami pusing,
karakter dari pusing tersebut seperti tertusuk atau di pukul.

5. Alleviating dan aggravating : Ada tidak yang menjadi faktor memperingan atau
memperberat dari keluhan si pasien.

6. Radiation : Ada tidaknya keluhan yang menjalar atau berpindah ke bagian tubuh lainnya.
7. Time : Ada tidaknya waktu tertentu penyakit mungkin seperti contoh keluhan hanya
muncul pada malam hari.

Riwayat penyakit sekarang : Keluhan yang dirasakan pasien saat ini.

Riwayat penyakkit dahulu : Apakah pasien memiliki riwayat penyakit sebelumnya seperti darah
tinggi dan lain-lain.

Riwayat penyakit keluarga : Apakah anggota keluarga memiliki penyakit yang sama.

Pemeriksaan fisik head to toe :

 Keadaan umum : berisi tentang status kesadaran pasien, dinilai dari GCS pasien.
 T TV : mencakup tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
 Kepala : bagaimana keadaan kepala, dan kulit kepala.
 Rambut : perhatikan distribusi, warna dan kekuatan rambut.

 Mata : perhatikan keadaan konjunctiva, dan perhatikan keadaan sklera, perhatikan


apakah ada hematom atau tidak.

 Telinga : perhatikan keadaan telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau tidak,
apakah keluar darah atau tidak.

 Hidung : perhatikan keadaan hidung, dan catat jika ada penggunaan alat bantu nafas.

 Mulut : perhatikan keadaan mukosa bibir.

 Gigi : perhatikan keadaan gigi, kebersihan, dan apakah ada caries atau tida,
perhatikan kelengkapan gigi.

 Lidah : perhatikan keadaan lidah, kebersihan lidah, dan apakah ada lesi pada lidah
atau tidak.

 Leher : perhatikan apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, dan pembesaran kelenjar
limfe atau kelenjar getah bening.
 Integumen : perhatikan turgor kulit. Perhatikan adanya jejas.

 Thorax :mencakup pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.


Perhatikan apakah dada simetris atau tidak, atau apakah ada penggunaan otot bantu
nafas atau tidak, nilai bagaimana suara nafas pasien.

 Jantung : mencakup pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Perhatikan


iktus, dan dengarkan bunyi jantung.

 Abdomen : mencakup pemeriksaan secara inpeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Lihat
keadaan abdomen, kesimetrisan, adanya nyeri tekan atau nyeri lepas, adanya jejas dan
dengarkan bising usus.

 Genitalia : apakah terpasang kateter atau tidak, apakah ada keluhan pasien terkait
genitalia.

 Ekstremitas : periksa bagaimana keadan ekstremitas pasien mencakup kekuatan otot


pasien.

Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Sumber

1. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d edema SDKI no dx. 0066


serebral ( Stroke hemoragik) hal. 149

2. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolis SDKI no dx. 0130


hal. 284

3. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan SDKI no dx. 0119


neuromuskular hal. 264

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil
Penurunan kapasitas adaptif 1. Tekanan darah cukup
Setelah dilakukan intervensi membaik
intrakranial b.d edema
keperawatan selama 1 x 24
serebral ( Stroke hemoragik
Jam penurunan kapasitas 2. Pola napas membaik
adaptif membaik dengan
3. Muntah berkurang
Kriteria hasil:
Hipertermia b.d peningkatan 1. Suhu tubuh menurun
Setelah dilakukan intervensi
laju metabolis
keperawatan selama 1 x 24 2. Suhu kulit menurun
Jam suhu tubuh membaik
3. Takipnea menurun
dengan Kriteria hasil:
Gangguan komunikasi verbal 1. Kemampuan berbicara
Setelah dilakukan intervensi meningkat
b.d gangguan neuromuskular
keperawatan selama 1 x 24 2. Kemampuan mendengar
Jam pasien bisa berbicara meningkat
membaik dengan Kriteria 3. Kesesuaian ekspresi
hasil: wajah/tubuh

Diagnosa Interveinsi Rasional


Penurunan kapasitas adaptif 1. Identifikasi penyebab 1. Deteksi dini untuk
intrakranial b.d edema serebral peningkatan TIK memprioritaskan

( Stroke hemoragik ) 2. Monitor peningkatan TD intervensi, mengkaji status


3. Monitor ireguleritas irama neurologi atau tanda-tanda
napas kegagalan untuk
4. Pertahankan posisi kepala menentukan
dan leher netral
5. Dokumentasikan hasil 2. Untuk mengetahui
pemantauan perkembangan kondisi
pasien

3. Untuk mengetahui
berapa nilai MAP normal
atau tidak

4. Untuk mengetahui ada


atau tidaknya kegagalan
aliran darah otak

5. Untuk mengidentifikasi
tanda – tanda bahaya yang
terjadi

1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui


Hipertermia b.d peningkatan hipertermia (msl. penyebab hipertermia
laju metabolis Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas dll) 2. Untuk mengetahui
2. Monitor suhu tubuh perkembangan suhu pasien
3. Sediakan lingkungan yang
dingin 3. Agar suhu tubuh pasien
4. Longgarkan atau lepaskan kembali normal
pkaian
5. Anjurkan tirah baring 4. Agar pasien tidak merasa
panas
6. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika 5. Agar pasien rileks
perlu
6. Diberikan sesuai anjuran
dokter
Gangguan komunikasi verbal 1. Monitor kecepatan, tekanan, 1. Untuk mengontrol kondisi
kuantitas, volume, dan diksi
b.d gangguan neuromuskular pasien
bicara
2. Monitor frustasi, marah,
depresi, atau hal lain yang 2. Untuk mengontrol keadaan
mengganggu bicara pasien
3. Berikan dukungan psikologis
3. Agar pasien lebih terbuka
4. Anjurkan bicara perlahan

5. Ulangi apa yang disampaikan 4. Agar pasien bisa terlatih


berbicara

5. Agar tidak ada kesalah


pahaman antara pasien dan
petugas kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Artini, Ria.2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persyarafan,
Jakarta: EGC
Adib,M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Edisi
ke-2.Yogyakarta : Dianloka Printika.

SDKI PPNI Edisi 1

Anda mungkin juga menyukai