Oleh Kelompok 9 :
Savira anggraeni (1810092)
Sinta Idelia (1810094)
Siti Aisyah (1810096)
Sonia Refi (1810098)
Syafa Amboina P.(1810100)
Tedi Novan (1810102)
Kasus
Ny. A 26 tahun, baru menikah satu bulan yang lalu. Datang ke RS bersama suaminya dengan
keluhan satu minggu ini dia mengeluh sering sakit kepala, demam sejak 5 hari yang lalu,
diare sejak sebulan yang lalu dan nafsu makan menurun sampai berat badan menurun, Ny. A
merasa mudah lelah dan merasa lemas. Klien menceritakan pernah menggunakan Napza
suntik tidak steril bergantian semasa SMA bersama mantan pacarnya. Terakhir menggunakan
Napza 6 bulan yang lalu dan ketika menikah suaminya tidak tahu bahwa klien pengguna
napza suntik. Klien sangat bingung dan khawatir bagaimana cara mengatakan hal ini kepada
suami karena takut suaminya tidak bisa menerimanya, jika hasil tes reaktif.
Perawat mengantarkan sampel darah ke laboratorium. Tak lama kemudian hasil pemeriksaan
keluar dan hasilnya Ny.A positif HIV. Perawat memanggil Ny. A diruang tunggu.untuk
menemui dokter membicarakan hasil pemeriksaannya.
Ny.A: “Dok bagaimana hasilnya”
Dokter: “Begini ibu dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dan gejala yang ibu alami,
ibu terdiagnosa positif HIV”
Ny. A: “Tidak mungkin dokter saya tidak mau itu terjadi, bagaimana saya bisa terkena HIV
dok”
Dokter: “Ibu yang tenang ya, nanti penjelasan lebih lanjut untuk ibu tentang HIV, saya
serahkan kepada konselor RS”
Ny.A: “Iya dok terimakasih”
Dokter: “Sama-sama ibu tetap semangat ya, sus tolong sampaikan kepada konselor untuk
memberikan penjelasan dan pengarahan kepada pasien Ny.A”
Perawat: “Baik dokter, mari ibu saya antar”
Sesampai diruangan konseling, perawat menyampaikan pada konselor sesuai perintah dokter.
Setelah itu pasien meninggalkan ruangan.
Konselor: “Ny. A ya? Saya Nn. S sebagai konselor ibu sekarang, saya mau berbicara kepada
ibu tentang penyakit yang ibu derita atau alami sekarang, apakah bersedia?”
Ny. A: “Iya benar saya Ny.A saya bersedia”
Konselor: “Baik ibu umurnya berapa dan alamatnya dimana?”
Ny. A: “26 tahun, saya tinggal di Jl. Anggrek no 6 surabaya”
Konselor: “Apakah ibu sudah menikah dan sekarang apakah ibu berkerja?”
Ny. A: “Sudah sebulan yang lalu tapi saya belum punya anak, saya juga ndak kerja cuma ibu
rumah tangga”
Konselor: “Saya harapkan ibu dapat tabah dan sabar atas penyakit yang ibu derita,
sebagaimana yang di sampaikan oleh dokter yaitu HIV”
Ny.A: “Saya ini ndak terima kenapa saya bisa terkena HIV saya juga tidak pernah
berhubungan seks selain suami saya, apa yang harus saya lakukan?”
Konselor: “Baik, harus ibu lakukan sekarang, ibu harus bisa menerima dengan sabar dan
ikhlas, selalu berusaha mengikuti pengobatan sesuai anjuran dokter, dan ibu bisa beraktifitas
seperti biasa, begini bu apakah ibu tau HIV itu apa?”
Ny. A: “Penyakit menular gara-gara seks bebas kan?”
Konselor: “Betul sekali ibu, tapi saya coba lengkapi ya bu. HIV itu penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus dan dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara terus menerus.
Penyebab HIV tidak disebabkan karena seks bebas aja bu, bisa disebabkan penggunaan jarum
suntik secara bergantian, melakukan tranfusi darah dengan orang pengidap HIV, bisa juga
melalui ibu yang HIV kemudian menularkan ke janinnya”
Ny. A: “Oh begitu ya sebenarnya saya pernah waktu SMA menggunakan Napza suntik yang
tidak steril bergantian bersama mantan pacar saya”
Konselor: “Apakah ibu masih menggunakan Napza suntik sampai sekarang”
Ny.A: “Tidak saya sudah berhenti sejak 6 bulan yang lalu, saya sudah tidak pernah
memakainya lagi semenjak saya kenal dengan suami saya. Saya takut untuk mengatakan ini
kepada suami saya, saya takut suami saya tidak bisa menerima saya”
Konselor: “Insya Allah suami ibu bisa menerima kondisi ibu saat ini, karena tinggal bersama
orang HIV tidak berbahaya sama sekali bu, karena HIV tidak menular melalui jabat tangan,
makan bersama, gigitan nyamuk, berenang, berbagi perlengkapan mandi dan berpelukan.
Apakah ibu saya bantu untuk menyampaikan kepada suami ibu?”
Ny. A: “Iya saya takut untuk mengatakannya sendiri”
Konselor: “Baik saya panggilkan suami ibu ya”
Konselor memanggilkan suaminya, Tn.B (suami Ny.A) memasuki ruangan konseling dan
duduk disamping Ny. A.
Konselor : permisi atas nama Tn. B?
Konselor : begini pak dengan sangat berat hati saya harus menyampaikan mengenai
hasil tes istri anda hari ini, yang dimana hasilnya positif pak, yang berarti ibu
sudah tertular virus HIV/AIDS itu sendiri pak
Tn.B pun merasa sangan kaget dengan hasil yang dibacakan oleh konselor dan merasa sangat
syok mengetahuinya. konselor dan suami pun segera memberikan motivasi atau dorongan
untuk Ny. A terus bangkit tidak terpuruk dengan masalah yang dihadapinya saat ini.
Konselor : (memberi sentuhan terapeutik) bapak dan ibu harus kuat,harus tabah, harus
banyak berdoa agar apa yang istri anda hadapi saat ini selalu dikuatkan untuk
menghadapinya, ibu tidak boleh terpuruk dengan keadaan saat ini, ibu tidak
sendiri ibu masi memiliki keluarga yang pastinya akan terus memberikan
dukungan, ada support yang positif dari bapak untuk hidup ibu kedepannya.
Tn. B : ibu yang kuat ya, percaya lah tuhan dan bapak akan selalu ada dengan
kondisi ibu saat ini. Semoga semua jalan akan dimudahkan oleh Allah SWT.
Mungkin ini cobaan yang harus ibu hadapi dengan kuat dan ikhlas ya bu.
Ny. A : terimakasih banyak atas dukungan dari suster dan bapak (suami) , bagaimana
pun saya harus ikhlas menghadapi semua ini, walaupun sangat berat tapi saya
harus kuat.
Tn. B : iya bu, samasama. Bangkitlah untuk orang-orang disekitar ibu terutama untuk
diri ibu sendiri, ibu harus menguatkan diri ibu terlebih dulu.
Konselor : jika ibu atau bapak perlu bantuan jangan segan-segan untuk datang menemui
saya, InsyaAllah saya selalu bisa membantu setiap klien yang memerlukan
bantuan saya.
Ny. A : baik sekali lagi terimakasi, kalau begitu saya permisi pulang sus.