Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI


PERCOBAAN VIII
VALIDASI ANALISIS SEDIAAN SUSPENSI IBUPROFEN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
( PENENTUAN AKURASI DAN PRESISI )

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
ALFIA DEWI NURUL SAFARI ALI

DESSY GRACELIA PUTRI MARCELITA

I MADE AGUS SUARSANA SITI KHADIJAH

MARIA DEWI YUSTIN

NUR NILAM SARI ZAINAL SALAM

PROGRAM STUDI FARMASI S1


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA) PELITA MAS
PALU
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin C atau asam askorbat merupakan Kristal putih yang larut

dengan air. vitamin C cukup stabil dalam keadaan kering, namun dalam

keadaan larut vitamin c mudah rusak karena teroksidasi. oksidasi

dipercepat dengan adanya tembaga dan besi. struktur asam askorbat

(vitamin C) adalah turunan heksosa dan di klasifikasikan sebagai

karbohidrat yang erat berkaitan dengan monosakarida, sehingga

strukturnya sangat mirip glukosa pada sebagian besar mamalia yaitu L-

asam askorbat (bentuk tereduksi)(Moser, 2016).

presisi merupakan ukuran kedekatan antar serangkaian hasil

analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengkuran pada sampel

homogen yang sama. konsep presisi di ukur dengan simpangan baku.

presisi antara menyatakan presisi yang dilakukan pada laboratorium

yang sama pada hari yang berbeda oleh analisis yang berbeda. Tujuan

parameter ini adalah untuk memastikan pada laboratorium yang sama

metode akan menyediakan hasil yang tidak berbeda nyata. (Watson,

2015)

Akurasi adalah kesesuaian hasil uji yang di dapat dari metode

terse but dengan nilai yang sebenarnya, dengan kata lain akurasi ukuran
ketepatan dari hasil suatu metode analitik. Akurasi sering dinyatakan

sebagai persen perolehan kembali (recovery) dari suatu pengujian

terhadap penambahan sejumlah analit dengan jumlah yang diketahui,

syarat dari peroleh kembali adalah 95%-105%.(Watson, 2015).

Validasi metode adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk

membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk

penggunaanya. validasi metode analisis bertujuan untuk mengkonfirmasi

bahwa metode analisis tersebut dapat sesuai peruntukannya(Magfirah,

2020)

1.2 Maksud percobaan

untuk mengetahui dan memahami cara validasi yaitu penetuan

akurasi dan presisi.

1.3 Tujuan percobaan

Untuk menentukan validasi sediaan vitamin C yaitu penentuan

akurasi dan presisi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, penting bagi

kesehatan manusia. Memberikan perlindungan antioksidan plasma lipid

dan diperlukan untuk fungsi kekebalan tubuh termasuk (leukosit,

fagositosis dan kemotaksis), penekanan replikasi virus dan produksi

interferon (Mitmesser et al., 2016). Vitamin C telah diusulkan bermanfaat

dalam mencegah dan menyembuhkan flu biasa, mengurangi kejadian

kelahiran prematur dan pre-eklampsia, penurunan risiko kanker dan

penyakit jantung, dan meningkatkan kualitas hidup dengan menghambat

kebutaan dan demensia (Duerbeck et al., 2016).

Vitamin C merupakan hablur atau serbuk; putih atau kuning. Oleh

pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam kering,

stabil diudara, dalam larutan cepat teroksidasi.Melebur pada suhu lebih

kurang 190°C. Bila terpapar udara, warnanya berlahan-lahan menjadi

lebih gelap. Dalam keadaan kering, stabil diudara,tetapi dalam larutan

akan teroksidasi dengan cepat lebih gelap. Kelarutan vitamin C (asam

askorbat) mudah larut dalam air, agak sukar larut dengan etanol, tidak

larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen. Penyimpanan tidak

boleh dikeringkan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

(Novhalisa.2018)
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer

dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat

lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,

grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter dari

berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang

gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh

panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu

trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer,

panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan

bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer

tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator,

sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk

mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun

pembanding. Pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau

pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara

materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat),

sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun

medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik (Rosmainar &

Widya.2018).
2.2 Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM,1979 )

Nama resmi : Aqua Destillata

Sinonim : Air suling

Rumus molekul : H2O

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, Dengan

etanol

Bobot jenis : 18,02 gr/vol

Berat molekul : 18,0 g/mol

kegunaan : Zat tambahan, pelarut

Pemerian : cairan jernig tidak berwarna,tidak

berbau dan tidak mempunyai rasa

penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Vitamin C ( Dirjen POM,1979)

Sinonim : Asam Askorbat

Berat Molekul : 176,13

RM/BM : C6H8O6

Pemerian : Serbuk atau hablur,putih agak kuning

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut

dalam etanol (95%), praktis tidak larut

dalam kloroform,dalam eter dan dalam

benzen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebaga sampel

3. Metanol (Dirjen POM Edisi III, 1979)

Nama resmi : METHANOL

Nama lain : Metanol

BJ : 0,796

Indeks bias : 1,328

Titik didih : 65,50C

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih dan bau

khas

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

4. Etanol FI III Hal : 65

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol, alcohol

Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas, mudah terbakar, dengan

memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam


kloroform P, dan dalam eter P.

Khasiat dan penggunaan : zat tambahan

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat ; terlindung dari

cahaya; ditempat sejuk jauh dari nyala

api.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan yaitu Mikropipet 10 ul, kuvet, dan

spektrofotometri UV-VIS.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu baku murni ibuprofen, proris,

metanol, etanol dan aquadest.

3.3 Cara kerja

1. Uji Akurasi

Uji akurasi dilakukan melalui uji perolehan kembali. Dilakukan

dengan metode "spiking" sejumlah larutan baku ibuprofen ke

dalam suatu larutan uji yang kadarnya telah diketahui dari

konsentrasi ditambahkan yaitu 80%, 100% dan 120% dan masing-

masing dilakukan 3 kali pengulangan. Kemudian dihitung nilai

perolehan kembali baku pembanding yang ditambahkan pada

larutan uji yang dinyatakan dengan % perolehan kembali. Metode

validasi memenuhi syarat jika persen perolehan kembalinya

dengan nilai rentang 80% - yaitu dengan cara menambahkan

larutan baku yang 120%.


2. Uji Presisi

Uji presisi dilakukan pada tingkat keterulangan dengan cara

mengukur kadar Jarutan baku ibuprofen dengan konsentrasi 12

ug/ml pada 3 waktu yang berbeda dalam satu hari (intraday)

dengan pengulangan masing-masing 3 kal. Nilai RSD antara 1 -

2% biasanya dipersyaratkan untuk senyawa-senyawa aktif dalam

jumlah yang banyak, sekelumit, RSD berkisar antara 5- 15%.

sedangkan untuk senyawa-senyawa dengan kadar


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

A. Uji akurasi

Sampel Absorban
80% 0,867 3,967
100% 0,926 0,026
120% 0,921 3,951

B. Uji presisi

Larutan baku Absorban


5 menit 0,133
10 menit 0,132
15 menit 0,131
4.2 Perhitungan

A. Uji Akurasi

KONSENTRASI SAMPEL−KONSENTRASI SAMPEL SEBENARNYA


% ( R )=
KONSENTRASI BAKU YANG DITAMBAHKAN

27,127 mg−2,395 mg
80 % = x 100 %
119,38

24,732
= x 100 %
119,38

= 0,207 x 100 %

= 20,7 %s

28,88 mg−2,395 mg 28,88 mg−2,395 mg


100 %= x 100 %100 %= x 100 %
2,098 119,32,098
26,485
= x 100 %
2,098

= 12,62 x 100 %

= 12,62 %

28,73 mg−2,395 mg
120 %= x 100 %
118,913

26,335
= x 100 %
118,913

= 0,221 x 100 %

= 22,1 %

B. Uji Presisi

( x−x)2
 SD= √
n−1

0,2089
¿√
3−1

¿ √ 0,10445

= 0,323 μg/ml

SD
 RSD ( RV )= X 100 %

0,323
¿ X 100 %
0,396

= 0,815 x 100 %

= 0,815 %
4.2 Pembahasan

Vitamin C atau asam askorbat merupakan Kristal putih yang larut

dengan air. vitamin C cukup stabil dalam keadaan kering, namun dalam

keadaan larut vitamin c mudah rusak karena teroksidasi. oksidasi

dipercepat dengan adanya tembaga dan besi. struktur asam askorbat

(vitamin C) adalah turunan heksosa dan di klasifikasikan sebagai

karbohidrat yang erat berkaitan dengan monosakarida, sehingga

strukturnya sangat mirip glukosa pada sebagian besar mamalia yaitu L-

asam askorbat (bentuk tereduksi)(Moser, 2016).

Pada percobaan kali ini dilakukan dua prosedur kerja. Pertama

dilakukan uji akurasi dilakukan melalui uji perolehan kembali. Dilakukan

dengan metode spiking yaitu dengan cara menambahkan sejumlah

larutan baku vitamin c kedalam suatu larutan uji yang kadarnya telah

diketahui dari konsentrasi larutan baku yang ditambahkan yaitu 80%,

100% dan 120% dan masing-masing dilakukan tiga kali pengulangan.

Kemudian hitung nilai perolehan kembali baku pembanding yang

ditambahkan pada larutan uji yang dinyatakan dengan % perolehan

kembali. Metode validasi memenuhi syarat jika persen perolehan

kembalinya dengan nilai rentang 80%-120%. Kedua dilakukan uji presisi


yang dilakukan pada tingkat keterulangan dengan cara mengukur kadar

larutan baku vitamin c dengan konsentrasi 12 miug/ml pada 3 waktu

yang berbeda dalam satu hari (intraday) dengan perulangan masing-

masing 3 kali. Nilai RSD antara 1-2% biasanya dipersyaratkan untuk

senyawa-senyawa aktif dalam jumlah yang banyak, sedangkan untuk

senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit, RSD berkisar antara 5-

15%.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu nilai

akurasi 80% sebesar 20,7%, 100% sebesar 12,62% dan 120% sebesar

22,1%. Hasil yang didapatkan tidak tervalidasi karena menurut literatur

nilai validasi yang baik berkisar antara 95-101%. Dan hasil presisi yang

diperoleh dari nilai RSD (kv) yaitu 0,815%. Nilai RSD memenuhi

persyaratan pada analit dengan konsentrasi yaitu < 1,3% hal ini

menunjukan bahwa metode spektrofotometri memiliki keterulangan

yang masih dapat diterima dengan baik.

Hubungan validasi metode analisis dengan dunia farmasi yaitu

validasi digunakan dalam industri farmasi untuk memastikan bahwa

proses pembuatan mampu menghasilkan produk jadi yang bermutu.

Validasi metode analisis juga diperlukan dalam memenuhi standar

CPOB
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan

fotometer. Spektrofotmeter yang menghasilkan sinar spektrum

dengan panjang gelombang yaitu dan  fotometer adalah alat

pengukuran intenstas cahaya ditransmisikan atau yang diabsorbsi.

2. Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai

antioksidan efektif atau mengatasi radikal bebas yang dapat

merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari

kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi.

3. Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu nilai

akurasi 80% sebesar 20,7%, 100% sebesar 12,62% dan 120%

sebesar 22,1%. Hasil yang didapatkan tidak tervalidasi karena

menurut literatur nilai validasi yang baik berkisar antara 95-101%.

Dan hasil presisi yang diperoleh dari nilai RSD (kv) yaitu 0,815%.

Nilai RSD memenuhi persyaratan pada analit dengan konsentrasi


yaitu < 1,3% hal ini menunjukan bahwa metode spektrofotometri

memiliki keterulangan yang masih dapat diterima dengan baik.

5.2 Saran

5.2.1 Asisten
Diharapkan asisten selalu bersabar dalam membimbing praktikan
dan dapat memberikan nilai yang baik
5.2.2 Praktikan
Diharapakan kepada praktikan agar lebih memperhatikan asisten
pada saat menjelaskan dan tertib pada saat di dalam labolatorium
DAFTAR PUSTAKA

Dirtjen POM Depkes RI,1979. Farmakope Indonesia . Edisi III. Jakarta.

Duebark,et.El.2016. Requirements and supply of vitamin C, E,and B


carotenefor elderly men and women. Euro J. Clin. Nutr. 48, 118-127

Guyton, A.C. 2007. Biokimia Umum Pertanian. USU-Press,Medan

Magfirah.2020.Buku Ajar Analisis farmasi. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Pelita


Mas: Palu

Moaser M Chun.2016. Vitamin C and Heart Health: A Review Based On


Findings from Epidemiology Studients

Novalisha Techinamuti, Rimadani Pratiwi.2018. METODE ANALISIS KADAR


VITAMIN C. Universitas Padjajaran:Bandung

Lilis Rosmainar, Ningsih Widia.2018.PENENTUAN KADAR VITAMIN C


BEBERAPA JENIS CABAI (Capsicum sp.) Dengan Mettode
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS. Jurnal riset: Politeknik Meta Industri
Cikarang

Sweetman SC. 2005. Martindale: The Complete Drug Reference, 34 the end.
London,UK: Pharmaceutical Press.

Watson, john,2015. Accuracy And Precision in Quantitative Flourescence


flourenscence. Thejournal of cell biology.

Anda mungkin juga menyukai