Anda di halaman 1dari 20

Referat

Katarak Hipermatur

Dibuat Oleh:

Ilham Dianugraha

112018086

Dokter Pembimbing :

dr. Moch. Soewandi, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 08 FEBRUARI 2021 – 13 MARET 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi kasus dengan judul :


Katarak Hipermatur

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Mata RSAU Dr. Esnawan Antariksa Periode 08 Februari 2021 – 13 Maret 2021

Disusun oleh:
Ilham Dianugraha
112018086

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Moch Soewandi, Sp.M


selaku dokter pembimbing Departemen Mata RSAU Dr. Esnawan Antariksa

Jakarta, 08 Maret 2021

dr. Moch. Soewandi, Sp.M

2
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

LEMBAR PENILAIAN

Nama Ilham Dianugraha


NIM 112018086
Tanggal 08 Maret 2021
Judul kasus Katarak Hipermatur
Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Pengumpulan data          
Analisa masalah          
Penguasaan teori          
Referensi          
Pengambilan keputusan klinis          
Cara penyajian          
Bentuk laporan          
Total  
Nilai %= (Total/35) x 100%  
Keterangan: 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik
(80%), dan 5 =sangat baik (100%)
 
Komentar penilai

Nama Penilai
Paraf/Stempel
dr. Moch Soewandi, Sp.M

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan karena berkat rahmat-Nya dapat
menyelesaikan referat ini dengan judul “Katarak Hipermatur”. Referat ini disusun sebagai
sarana diskusi dan pembelajaran di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit
Angkatan Udara Esnawan Antariksa. Terima kasih juga kami ucapkan kepada pembimbing
kami dr. Moch Soewandi, Sp.M, yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam
membimbing kami. Referat ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi para mahasiswa Fakultas Kedokteran, dokter, dan masyarakat Indonesia. Serta semoga
dapat menambah pengetahuan dalam bidang kedokteran, terutama di dalam keilmuan
penyakit mata baik dari segi pengetahuan, pemeriksaan fisik, serta penatalaksanaan dalam
mengobati penyakit yang melibatkan fungsi penglihatan pada tubuh manusia. Saya
menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kekurangan baik mengenai isi, susunan
bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak yang membaca referat ini. Atas perhatian yang
diberikan saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 08 Maret 2021

Ilham Dianugraha
112018086

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak didefinisikan sebagai hilangnya transparansi lensa karena kekeruhan lensa.


Katarak berasal dari bahasa Yunani ”Katarrakhies”, Inggris “cataract” dan Latin
“cataracta” yang berarti air terjun. Katarak dibagi menjadi beberapa klasifikasi, salah
satunya adalah klasifikasi sesuai dengan usia.1,2

Lensa kristal adalah struktur bikonveks transparan yang tertutup kapsulnya, terletak
tepat di belakang iris, di depan badan vitreous. Lensa ditangguhkan pada posisinya oleh
Zonula Zinn yang mendukung dan menempelkannya ke badan siliaris. Lensa secara
histologis terdiri dari tiga struktur, yaitu kapsul, epitel subkapsular anterior, dan substansi
lensa yaitu korteks dan nucleus.2,3,4

Penuaan adalah yang paling umum penyebab katark, tetapi banyak faktor lain yang
dapat terlibat, termasuk trauma, racun, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan
kongenital. Katarak terkait usia adalah penyebab umum gangguan penglihatan. Belum ada
penelitian yang menunjukan angka spesifik penderita katarak hipermatur. Namun secara
keseluruhan WHO menilai sekitar 95 juta orang tunanetra mengalami katarak pada tahun
2014.1,5

Pada katarak hipermatur, protein kortikal telah menjadi cair. Cairan ini dapat keluar
melalui kapsul utuh, meninggalkan lensa yang menyusut dengan kapsul keriput, hal tersebut
karena permeabilitas lensa yang meningkat. Apabila akibat protein kortikal yang mencair ini
keluar, maka lensa akan berada di inferior yang disebut katarak Morgagni.2

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Katarak didefinisikan sebagai hilangnya transparansi lensa karena kekeruhan lensa.
Katarak berasal dari bahasa Yunani ”Katarrakhies”, Inggris “cataract” dan Latin
“cataracta” yang berarti air terjun. Katarak dibagi menjadi beberapa klasifikasi, salah
satunya adalah klasifikasi sesuai dengan usia. Klasifikasi sesuai usia dibagi menjadi katarak
kongenital yaitu katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah satu tahun, katarak juvenil
yaitu katarak yang terjadi sesudah usia satu tahun, kemudian katarak sensil yang terjadi
setelah 50 tahun.1,2
Pada katarak sensil, terdapat stadium yang membaginya sesuai dengan tingkat
maturitasnya, yaitu, katarak imatur, katarak matur, dan katarak hipermatur. Perbedaan pada
setiap stadium ditandai dengan kekeruhan lensa yang semakin parah. Pada katarak hipermatur
mengalami proses degenerasi lanjut, protein kortikal telah menjadi cair kemudian cairan ini
dapat keluar melalui kapsul yang utuh, meninggalkan lensa yang menyusut dengan kapsul
yang kusut berwarna kuning dan kering. (Gambar 1).3,4,5

Gambar 1. Gambaran Tipe "Morgagnian" (Lensa Hipermatur): Seluruh Lensa Buram, dan
Inti Lensa Telah Jatuh Ke Inferior.4

6
2.2 Anatomi
Lensa kristal adalah struktur bikonveks transparan yang tertutup dalam kapsulnya,
terletak tepat di belakang iris, di depan badan vitreous (Gambar 2). Lensa ditangguhkan
pada posisinya oleh Zonula Zinn (Gambar 3) yang mendukung dan menempelkannya ke
badan siliaris. Permukaan lengkung anteriornya agak pipih, elipsoid, yang puncaknya
disebut kutub anterior. Permukaan posteriornya memiliki kelengkungan yang lebih
besar daripada permukaan anteriornya. Puncak permukaan posterior disebut posterior
pole.6

Gambar 2. Kedudukan Lensa pada Bola Mata.6

7
Gambar 3. Gambaran Mikrograf Elektron pada Lensa yang Ditangguhkan Zonula Zinn.6

Sebuah garis yang menghubungkan kedua kutub membentuk sumbu lensa, dan
garis keliling lensa adalah ekuator. Saat lahir, ukurannya sekitar 6,5 mm ekuator dan
3,5-4,0 mm anteroposterior, dan beratnya sekitar 90 mg. Lensa dewasa biasanya
berukuran 9-10 mm ekuator dan 4 mm anteroposterior, dan beratnya sekitar 255 mg. Ini
membuktikan bahwa lensa terus berkembang sepanjang hidup.4,6,7
Lensa secara histologis terdiri dari tiga struktur, yaitu kapsul, epitel subkapsular,
dan substansi lensa yaitu korteks dan nucleus (Gambar 4). 6

(Gambar 4. Histologis Lapisan Lensa).6


lec = lens epithelial cells
lf = lens fiber
cf = cortical fiber

8
2.2.1 Kapsul
Kapsul lensa adalah membran basal elastis dan transparan yang terdiri dari
kolagen tipe IV dan glikosaminoglikan tersulfasi yang diletakkan oleh sel epitel. Kapsul
berisi bahan lensa dan mampu membentuknya selama perubahan akomodatif. Lapisan
luar kapsul lensa, lamella zonular, juga berfungsi sebagai titik perlekatan serat zonular.
Kapsul lensa paling tebal di bagian anterior dan zona pra-ekuator posterior (20 μ m) dan
paling tipis di wilayah kutub posterior tengah (2-4 μ m). Kapsul posterior yang sangat
tipis ini membuatnya lebih rentan terhadap ruptur kapsul posterior selama operasi
katarak. Ketebalan kapsul lensa anterior meningkat seiring bertambahnya usia,
sedangkan ketebalan kapsul posterior tetap konstan atau sedikit berubah. Kapsulnya
rapuh, dan meskipun tidak memiliki jaringan elastis, ia sangat elastis karena susunan
seratnya yang pipih atau fibrilar. Sifat lensa ini berangsur-angsur berkurang seiring
bertambahnya usia.4,6,7

2.2.2 Epitel Subkapsular


Tepat di bawah kapsul lensa terdapat lapisan tunggal sel epitel lensa transparan,
kolumnar, dan berinti yang tidak berdiferensiasi. Sel-sel ini aktif secara metabolik dan
melakukan semua aktivitas seluler normal, termasuk DNA, RNA, protein, dan sisntesis
lipid. Sel epitel menunjukkan aktivitas mitosis terbesar (replikatif atau fase S) sintesis
DNA dalam cincin di sekitar lensa anterior yang dikenal sebagai zona germinatif. Sel-
sel yang baru terbentuk ini bermigrasi ke arah ekuator, di mana mereka berdiferensiasi
menjadi serat. Saat sel epitel bermigrasi menuju daerah busur lensa, mereka memulai
proses diferensiasi terminal menjadi serat lensa. Serat-serat tersebut membentuk kurva
dari septa pada permukaan anterior ke permukaan posterior. Tidak ada serat yang lewat
dari kutub ke kutub; mereka disusun sedemikian rupa sehingga yang dimulai di dekat
kutub pada satu permukaan ujung lensa dekat ujung tepi bidang di sisi lain, dan
sebaliknya.4,6,7

2.2.3 Substansia Lensa


Lensa terdiri dari zat kortikal lunak dan bagian tengah yang kokoh, nukleus. Saat
lensa mengeras, terlihat terdiri dari serangkaian lamina yang tersusun secara konsentris.
Setiap lamina terdiri dari sejumlah serat lensa heksagonal seperti pita, ujung-ujungnya
kurang lebih bergerigi. Serat dari lapisan terluar lensa memiliki nukleasi, dan bersama-
sama membentuk lapisan inti, yang paling berbeda ke arah ekuator. Di ekuator, sel-sel

9
menjadi memanjang, dan transisi bertahap mereka menjadi serat lensa dapat dilacak.
Biomikroskopi slit-lamp in vivo lensa mengungkapkan sejumlah zona terang dan gelap
yang disebut sebagai zona diskontinuitas optik. Vogt memperkenalkan nama deskriptif
untuk zona tersebut adalah inti embrio, janin, remaja (kekanak-kanakan), dan dewasa
serta korteks. Seperti namanya, zona inti terbentuk, karena lapisan sel epitel dengan
kerapatan optik yang berbeda terbentuk selama periode kehidupan tertentu. Bersama-
sama, mereka mewakili 60-70% dari ketebalan sagital lensa orang dewasa. Serat terluar
adalah yang paling baru terbentuk dan menyusun korteks lensa. Susunan proses
interdigitasi sel apikal (jahitan anterior) dan proses sel basal (jahitan posterior)
menimbulkan jahitan Y pada inti lensa.4,6,7

2.2 Etiologi

Katarak merujuk pada setiap opasitas di lensa. Penuaan adalah yang paling umum

penyebabnya, tetapi banyak faktor lain yang dapat terlibat, termasuk trauma, racun, penyakit

sistemik (seperti diabetes), merokok, dan kongenital. Katarak terkait usia adalah penyebab

umum gangguan penglihatan.3,4,5

Katarak hipermatur merupakan stadium yang paling buruk dari klasifikasi menurut

kekeruhan lensa. Awalnya katarak terjadi sesuai etiologi yang terkait, namun apabila keadaan

tersebut dibiarkan tanpa adanya tindakan untuk kataraknya, maka katarak yang dialami

seseorang tersebut akan mejadi buruk yaitu berakhir pada stadium hipermatur atau katarak

Morgagni (Gambar 5).4

10
(Gambar 5. Katarak Morgagni)

2.3 Epidemiologi
Belum ada penelitian yang menunjukan angka spesifik penderita katarak
hipermatur. Namun secara keseluruhan WHO menilai sekitar 95 juta orang mengalami
katarak pada tahun 2014, angka penderita katarak akibat usia ada di sekitar 50% pada
individu berusia 65-74 tahun, meningkat menjadi sekitar 70% untuk mereka yang
berusia di atas 75 tahun.7
Prevalensi katarak dalam dua dekade terakhir mengalami penurunan karena
angka operasi katarak semakin meningkat karena teknik yang ditingkatkan. Meski
demikian, katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan pada masyarakat
berpenghasilan rendah hingga menengah. Tahun 2020, lebih dari 30 juta orang setiap
tahun di seluruh dunia diperkirakan akan mengalami operasi katarak.8
Katarak hipermatur terjadi apabila seseorang yang sudah mengalami katarak
namun tidak melakukan tindakan untuk kesembuhan matanya. Seseorang yang tidak
melakukan tindakan untuk keluhan matanya secara langsung atau menunda tindakan
disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu pada tabel 1. Semakin tinggi prevalensi pasien
menunda untuk dilakukan tindakan maka dapat disimpulkan juga bahwa prevalensi
hipermatur katarak akan meningkat juga.4,8

Tabel 1. Alasan Pasien Menunda Tindakan.9

Alasan Tertunda Jumlah (%)

11
Pengelihatan baik pada mata yang lain 52,6
Tidak memiliki pembantu 13,2
Ketidakmampuan biaya 8,2
Pengobatan sistemik 6,6
Menerima kebutaan akibat proses 4,9
penuaan
Takut operasi 3,3
Alasan lain 11,2

2.4 Patofisiologi
Lensa adalah benda bikonveks transparan, yang menyebabkan pembiasan dan
memfokuskan cahaya ke retina (Gambar 6). Lensa manusia terdiri dari serat, diapit oleh
kapsul tipis, dan dipertahankan oleh zonula di kedua sisinya. Serat lensa dibuat dari
epitel lensa dan bermigrasi dari tepi ke tengah. Selanjutnya, inti lensa berasal dari serat
lensa yang lebih tua, dan serat lensa yang baru terbentuk ditempatkan di lapisan terluar
lensa, yang dikenal sebagai korteks. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa
memberikan kontribusi 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi
bola mata manusia, adanya kekeruhan lensa pada katarak yang menyebabkan penderita
katarak mengeluhkan pengelihatannya terganggu.4,6

Gambar 6. Ilustrasi Lensa dalam Membiaskan Cahaya.6

12
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dipahami. Katarak ditandai dengan denaturasi

protein yang menyebarkan cahaya akibat mengurangi transparansi lensa dan perubahan

protein lain yang menyebabkan perubahan warna kuning atau coklat. Denaturasi protein yang

terjadi sesuai dengan etiologi yang mendasari, penuaan merupakan etiologi yang paling

berkontribusi untuk terjadinya katarak. Faktor yang berkontribusi lainnya pada pembentukan

katarak termasuk kerusakan oksidatif (reaksi radikal bebas), kerusakan sinar ultraviolet, dan

malnutrisi.4

Katarak pada usia tua terjadi sesuai dengan ”konsep penuaan” yang diantaranya adalah

teori putaran biologi, imunologis yang bertambah tua akan mengakibatkan cacat imunologi

yang berakibat pada kerusakan sel, radikal bebas. Pada bagian lensa biasanya didapatkan

kapsul yang lebih menebal dan kurang elastis, pada epitel didapatkan semakin tipis, serta

pada serat lensa didapatkan lebih ireguler, kerusakan serat sel pada korteks.1

Kebanyakan katarak tidak terlihat oleh pengamat biasa sampai menjadi padat cukup

untuk menyebabkan kehilangan penglihatan yang parah. Pada pemeriksaan oftalmoskopi,

fundus okular menjadi semakin sulit untuk divisualisasikan saat opasitas lensa menjadi lebih

padat sampai refleksi fundus sama sekali tidak ada. Katarak mature ditandai semua bahan

lensanya buram; katarak imatur beberapa wilayah transparan. Jika lensa menyerap air, bisa

jadi intumescent sehingga lensa menjadi membengkak. Pada katarak hipermatur, protein

kortikal telah menjadi cair. Cairan ini dapat keluar melalui kapsul utuh, meninggalkan lensa

yang menyusut dengan kapsul keriput, hal tersebut karena permeabilitas lensa yang

meningkat.3,4

Apabila akibat protein kortikal yang mencair ini keluar, maka lensa akan berada di

inferior yang disebut katarak Morgagni. Selain itu, cairan yang keluar dari kapsul lensa akan

dianggap benda asing oleh tubuh sehingga ada reaksi antigen-antibodi, apabila reaksi tersebut

mengganggu system ekskresi dari humor akuos maka akan terjadi kondisi Glaukoma

13
Fakolitik. Penurunan ketajaman visual berbanding lurus dengan kepadatan katarak, pada

katarak hipermature biasanya penderita hanya bisa melihat cahaya pada saat pemeriksaan

visus.4

Gambar 7. Maturitas Katarak; (a) Katarak Matur, (b) Katarak Hipermature, (c) Katarak
Morgagni.5

2.5 Diagnosis

Mendiagnosis katarak dapat dilakukan dilakukan dengan anamnesis dan diperkuat


dengan pemerikasaan fisik dan pemeriksaan lainnya. Keluhan yang biasa disampaikan oleh
penderita katarak biasanya merasa silau, pandangan berkabut atau berasap, sukar melihat di
malam hari, melihat ganda, gangguan melihat warna, melihat halo disekitar sinar, dan tajam
pengelihatan menurun.1

14
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita katarak adalah pemeriksaan slitlamp,
funduskopi bila mungkin, dan tonometer. Pada pemeriksaan slitlamp bertujuan untuk
mengevaluasi morfologi lensa agar klasifikasi katarak dapat ditentukan. Pemeriksaan
funduskopi membantu mengevaluasi kekeruhan lensa, dan pada pemeriksaan tonometri dapat
berguna untuk mengetahui apakah ada keadaan komplikasi pada penderita katarak tersebut.
Selain itu pemeriksaan shadow test dapat membantu mengetahui kekeruhan lensa.1

2.6 Penatalaksanaan

Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk mengatasi katarak adalah pembedahan.


Operasi katarak adalah prosedur pembedahan yang paling sering dilakukan di seluruh dunia.
Selama beberapa tahun belakangan, prevalensi katarak menurun secara bermakna, keadaan
tersebut didasari oleh perkembangan tekhnik operasi katarak yang semakin membaik dan
dapat dilakukan di banyak rumah sakit.4,5
Indikasi dilakukannya pembedahan pada katarak meliputi indikasi medis, indikasi
visus, indikasi sosial, dan indikasi kosmetik. Indikasi medis apabila keadaan tersebut
menyebabkan gangguan lainnya yang berhubungan dengan adanya katarak tersebut, seperti
adanya glaukoma yang terjadi akibat gangguan pada lensa. Indikasi visus apabila penderita
mengalami penurunan pengelihatan parah. Indikasi sosial biasanya berhubungan dengan
pekerjaan penderita, meskipun terjadi penurunan visus yang tidak terlalu parah namun
mengganggu aktivitasnya dalam bekerja maka dapat merupakan indikasi. Indikasi kosmestik
adalah sesuai dengan keinginan pasien akibat terganggunya tampilan akibat katarak
tersebut.4,5

2.6.1 Manual Cataract Surgery


Pada tahun 1980-an kebanyakan ahli bedah mengadopsi extracapsular cataract
extraction (ECCE), mengabaikan teknik intracapsular cataract extraction (ICCE). Pada
ICCE, sebuah cryoprobe digunakan untuk melepas lensa lengkap dengan nya kapsul (Gambar
8).4,5

15
Gambar 8. Intracapsular Cataract Extraction.5
Pada ECCE, setelah kapsulotomi anterior besar dibuat, sayatan limbal yang luas (8-10
mm) selesai dan inti lensa diekspresikan setelah hidrodiseksi menjadi bebas keterikatan
korteksnya (Gambar 9). Materi kortikal kemudian disedot, meninggalkan kantong kapsul
yang cukup utuh untuk menopang sebuah IOL.5

Gambar 9. Extracapsular Cataract Extraction.5

Manual Small-Incision Cataract Surgery (MSICS) didasarkan pada ekstraksi katarak

ekstrakapsular, di mana nukleus berada diangkat utuh, tetapi menggunakan sayatan kecil.

Korteks dikeluarkan dengan aspirasi manual. MSICS mungkin diindikasikan untuk katarak

padat yang tidak cocok untuk fakoemulsifikasi (Gambar 10).5

16
Gambar 10. Manual Small-Incision Cataract Surgery.5

2.6.2 Phacoemulsification

Teknik fakoemulsifikasi sekarang adalah bentuk yang paling umum ekstraksi katarak

ekstrakapsular di negara maju. Teknik menggunakan perangkat vibrator ultrasonik untuk

menghancurkan inti keras sehingga bahan nuklear dan korteks dapat disedot melalui sayatan

kecil sekitar 2,5 sampai 3 mm. Ukuran sayatan yang sama ini cukup untuk memasukkan

intraokular yang dapat dilipat lensa. Jika lensa intraokuler yang kaku digunakan, luka perlu

diperpanjang sekitar 5 mm. Di negara berkembang, khususnya daerah pedesaan, instrumen

untuk fakoemulsifikasi seringkali tidak tersedia.4

2.6.3 Femtosecond Lasers in Cataract Surgery

Laser femtosecond digunakan dalam operasi refraksi selama beberapa tahun terakhir,

baru-baru ini diadopsi oleh banyak ahli bedah, menggantikan beberapa dari langkah-langkah

17
manual fakoemulsifikasi dengan proses otomatis (laser). Sayatan kornea, capsulorhexis dan

fragmentasi awal lensa kristal, serta pereda astigmatisme sayatan semuanya dapat dilakukan

dengan laser. Potensi keuntungannya termasuk presisi dan integritas sayatan yang lebih baik,

mengurangi energi fakoemulsifikasi, dan mungkin ditingkatkan hasil bias karena penempatan

capsulorhexis yang lebih tepat. Kerugian termasuk biaya yang jauh lebih tinggi, total waktu

operasi yang lebih lama.5

BAB III

KESIMPULAN

Katarak didefinisikan sebagai hilangnya transparansi lensa karena kekeruhan lensa.


Katarak berasal dari bahasa Yunani ”Katarrakhies”, Inggris “cataract” dan Latin
“cataracta” yang berarti air terjun. Penuaan adalah yang paling umum penyebab katarak,

18
tetapi banyak faktor lain yang dapat terlibat, termasuk trauma, racun, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok, dan kongenital. Lensa kristal adalah struktur bikonveks
transparan yang tertutup kapsulnya, terletak tepat di belakang iris, di depan badan vitreous.
Pada katarak hipermatur, protein kortikal telah menjadi cair. Cairan ini dapat keluar melalui
kapsul utuh, meninggalkan lensa yang menyusut dengan kapsul keriput, hal tersebut karena
permeabilitas lensa yang meningkat. Tatalaksana yang dapat dilakukan merupakan
pembedahan.

Daftar Pustaka

1. Ilyas S, Yulianti S R. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.h.210-
20.

19
2. Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, et all. Buku ajar oftamologi. Edisi 1.
Universitas Indonesia. Jakarta; 2020: 223-27.
3. Suhardjo, Agni A N. Buku ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Yogyakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Mata FK UGM; 2017.h. 110-27.
4. Voughan, Asburi. General ophthalmology. 19 Ed. New York: Mc Graw Hill
Education; 2017.p.398-410
5. Bowling B. Clinilcal ophthalmology. Australia: Elsevier; 2016.p.270-303
6. Aliancy J, Mamalis N. Crystalline Lens and Cataract. USA: National Library
Medicine. 2020.p.2-11
7. Kasturi N, Matalia J. Anatomy of the Human Crystalline Lens. Springer India. 2017: 6
(2); 13-7.
8. Alshamrani. Cataracts Pathophysiology and Managements. The Egyptian Journal of
Hospital Medicine. 2018: 70 (1); 151-154
9. Kluwer W. Prospective study of hypermature cataract in Kanchipuram district:
Causes of delayed presentation, risk of lens-induced glaucoma and visual prognosis.
Kerala Journal of Ophthalmology. 2018: 30; 187-92

20

Anda mungkin juga menyukai