Anda di halaman 1dari 53

PERSAUDARAAN BELADIRI KEMPO INDONESIA

(“PERKEMI”)

PERKEMI

PERATURAN TERTIB
ORGANISASI, MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI
PERKEMI

(“TODA”)

27 November 2007
BAB I
TERTIB ORGANISASI DAN MANAJEMEN

BAGIAN I
DOJO DAN PENGDO

Pasal 1
Pembentukan Dojo dan Kepengurusan di Tingkat Dojo Baru.
Persiapan yang harus dilakukan dalam pembentukan Dojo dan Pengdo:
1.1 Pemrakarsa pembentukan Dojo dan/atau Pengdo Persiapan, harus memperhatikan
dengan teliti potensi dan masa depan Dojo.
1.2 Apabila Pengkab atau Pengkot belum terbentuk, Pengprov yang harus memperhatikan
dengan teliti potensi dan masa depan Dojo.
1.3 Paling sedikit 20 (dua puluh) orang calon anggota biasa yang akan aktif berlatih.
1.4 Tersedianya sedikitnya seorang Pelatih atau Asisten Pelatih (Pasal 190 ART).
1.5 Adanya kemampuan dari para calon anggota secara mandiri mengurus kepentingan Dojo
mereka.
1.6 Mengadakan pendekatan kepada komite atau organisasi keolahragaan dan instansi
Pemerintah terkait serta para pemuka masyarakat setempat.
1.7 Pembentukan Dojo yang baru diusahakan agar tidak akan merugikan kegiatan dari Dojo
yang telah ada.

Pasal 2
Prosedur Pembentukan Dojo dan Kepengurusan di Tingkat Dojo Baru.
2.1 Pemrakarsa pembentukan Dojo dan/atau Pengdo Persiapan mengajukan permohonan
rekomendasi kepada Pengkab atau Pengkot mengenai maksud pembentukan Dojo
maupun susunan kepengurusan di tingkat Dojo. Susunan kepengurusan di tingkat Dojo
Pengdo harus sesuai dengan ketentuan BAB VI, Pasal 66 sampai dengan dan termasuk
Pasal 78 ART.
2.2 Pengkab atau Pengkot setelah menerima permohonan rekomendasi dari Pemrakarsa
dan/atau Pengdo Persiapan, wajib melakukan peninjauan secara langsung ke lokasi Dojo
yang akan dibentuk, dan apabila menimbang masih ada hal yang harus diperbaiki atau
dilengkapi, Pengprov wajib dan meminta kepada Pemrakarsa dan/atau Pengdo
Persiapan atau Pengkab atau Pengkot, sebagaimana berlaku, untuk memperbaiki dan
melengkapinya.
2.3 Apabila setiap dan seluruh persyaratan sudah dipenuhi, Pengkab atau Pengkot wajib
mengajukan rekomendasinya kepada Pengprov mengenai pembentukan Dojo maupun
kepengurusan di tingkat Dojo , untuk diproses lebih lanjut.
2.4 Dalam hal Pengkab atau Pengkot belum terbentuk atau belum dikukuhkan oleh
Pengprov, maka permohonan rekomendasi itu langsung disampaikan Pemrakarsa
dan/atau Pengdo Persiapan kepada Pengprov.
2.5 Pengprov setelah menerima permohonan rekomendasi dari Pemrakarsa dan/atau
Pengdo Persiapan atau rekomendasi dari Pengkab atau Pengkot, sebagaimana berlaku,
wajib melakukan pemeriksaan seperlunya atau dapat pula melakukan peninjauan secara
langsung ke lokasi Dojo yang akan dibentuk, dan apabila menimbang masih ada hal
yang harus diperbaiki atau dilengkapi, Pengprov wajib dan meminta kepada Pemrakarsa
dan/atau Pengdo Persiapan atau Pengkab atau Pengkot, sebagaimana berlaku, untuk
memperbaiki dan melengkapinya.
2.6 Apabila setiap dan seluruh persyaratan sudah dipenuhi, Pengprov wajib mengajukan
rekomendasi dan permohonan persetujuan kepada PB mengenai pembentukan Dojo
maupun kepengurusan di tingkat Dojo.
2.7 Dalam hal Pengprov belum terbentuk atau belum dikukuhkan oleh PB, maka
permohonan persetujuan peresmian dan pengukuhan langsung ditujukan Pemrakarsa
dan/atau Pengdo Persiapan atau Pengkab atau Pengkot, sebagaimana berlaku, kepada
PB.

1
2.8 PB setelah menerima permohonan persetujuan pembentukan Perkemi Dojo dan
pengukuhan Pengdo dari Pengprov atau Pengkab atau Pengkot atau Pemrakarsa
dan/atau Pengdo Persiapan, sebagaimana berlaku, PB akan memberikan
persetujuannya, baik terhadap peresmian pembentukan Dojo maupun pengukuhan
susunan kepengurusan di tingkat Dojo yang diajukan, sekaligus memberikan kode Dojo
tersebut.
2.9 Setelah mendapat persetujuan tertulis dari PB, Dojo dan kepengurusan di tingkat Dojo
dikukuhkan oleh Pengprov dengan surat keputusan, yaitu mengenai pembentukan Dojo
dan pengukuhan kepengurusan di tingkat Dojo .
2.10 Dalam hal PB menerima permohonan persetujuan peresmian Perkemi Dojo dan
pengukuhan kepengurusan di tingkat Dojo langsung dari Pemrakarsa dan/atau Pengdo
Persiapan atau Pengkab atau Pengkot, sebagaimana berlaku, PB akan memberikan
persetujuannya, baik terhadap peresmian pembentukan Dojo maupun pengukuhan
susunan kepengurusan di tingkat Dojo yang diajukan, sekaligus memberikan kode Dojo
tersebut.

Pasal 3
Peresmian Dojo dan Pelantikan Kepengurusan di tingkat Dojo Baru
3.1 Upacara peresmian Dojo baru dan pelantikan kepengurusan di tingkat Dojo baru wajib
diselenggarakan.
3.2 Pada acara pelantikan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
3.2.1 Pembukaan oleh pembawa acara; para anggota kepengurusan di tingkat Dojo
yang akan dilantik mengambil tempat yang telah disediakan;
3.2.2 Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” dikumandangkan dan dinyanyikan;
3.2.3 Pembacaan Surat Keputusan Pengprov atau PB, sebagaimana berlaku, tentang
Pendirian Dojo dan Pengukuhan kepengurusan di tingkat Dojo ;
3.2.4 Peresmian Dojo dan Pelantikan kepengurusan di tingkat Dojo ;
3.2.5 Pengucapan Janji Pengurus Dojo;
3.2.6 Penyerahan Bendera Dojo;
3.2.7 Hymne Perkemi dikumandangkan dan/atau dinyanyikan;
3.2.8 Para anggota kepengurusan di tingkat Dojo yang baru saja dilantik kembali
ketempatnya masing-masing;
3.2.9 Sambutan-sambutan:
(i) Ketua Pengdo;
(ii) Ketua Umum Pengkab atau Pengkot; atau Ketua Umum Pengprov, apabila
Pengkab atau Pengkot belum terbentuk;
3.2.10 Mars Perkemi dikumandangkan dan dinyanyikan;
3.2.11 Doa;
3.2.12 Demonstrasi Kempo;
3.2.13 Acara-acara lain.
3.3 Peresmian Dojo dan Pelantikan kepengurusan di tingkat Dojo dilakukan oleh Ketua
Umum Pengkab atau Pengkot, dan apabila Pengkab atau Pengkot belum terbentuk atau
belum dikukuhkan, oleh Ketua Umum Perkemi Pengprov atau yang mewakilinya, dan
apabila Pengprov belum terbentuk atau belum dikukuhkan, oleh Ketua Umum PB atau
yang mewakilinya.
3.4 Pada acara peresmian Dojo dan pelantikan kepengurusan di tingkat Dojo, pejabat
dimaksud Pasal 3.3 di atas mengucapkan kata-kata sebagai berikut:

”Atas nama Pengurus Besar Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia,


dengan ini saya meresmikan pembentukan Perkemi Dojo [------], dan
sekaligus melantik Saudara-Saudara menjadi Pengurus Dojo [-----------] masa
bakti [Tahun 20-- s/d 20--].
Demi Tanah Air, Demi Persaudaraan, Demi Kemanusiaan”.

2
Pasal 4
Susunan Pengdo
4.1 Susunan Pengdo:
Pengdo terdiri dari paling banyak 11 (sebelas) orang (Pasal 70.3 jo. Pasal 70.4 ART).
4.2 Persyaratan Khusus Pengdo:
4.2.1 Kecuali jabatan yang dijabat karena jabatannya, setiap anggota Pengdo
dimaksud Pasal 70.3 ART, dilarang untuk merangkap jabatan pimpinan yang
lain, ditingkat PB, Pengprov, Pengkab atau Pengkot dan Pengdo (Pasal 70.5
ART).
4.2.2 Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Ketua Komisi Pembinaan Prestasi dari
Pengdo harus seorang Kenshi.
4.2.3 Apabila di Dojo terdapat seorang Kenshi pemegang sabuk hitam, maka jabatan
Ketua Komisi Pembinaan Prestasi harus dijabat oleh Kenshi pemegang sabuk
hitam itu.
4.2.4 Apabila di Dojo terdapat lebih dari seorang Kenshi pemegang sabuk hitam,
maka jabatan Wakil Ketua dan Ketua Komisi Pembinaan Prestasi harus dijabat
oleh salah seorang dari para Kenshi pemegang sabuk hitam itu.
4.2.5 Wakil Ketua Pengdo karena jabatannya menjadi Ketua MSH Dojo (Pasal 76.2.2
ART), dengan ketentuan yang bersangkutan adalah seorang Kenshi pemegang
sabuk hitam.
4.2.6 Setiap anggota Pengdo umum yang adalah seorang Kenshi, harus bertempat
tinggal di wilayah hukum Kabupaten atau Kota dimana Dojonya
berlokasi/berada, atau telah melakukan proses Mutasi Dojo atau Mutasi
Kabupaten atau Kota atau Mutasi Provinsi dimaksud Pasal 51 di bawah, kecuali
Kenshi dari Dojo dan/atau Pengdo yang khusus, yaitu Dojo dan/atau Pengdo
Universitas/Perguruan Tinggi atau Sekolah atau instansi, lembaga, institusi,
perusahaan, pemerintah atau swasta.
4.3 Pengecualian untuk Pengdo Baru:
Pengdo yang baru dibentuk dan karenanya anggota Pengdonya belum dapat memenuhi
Persyaratan Khusus Pengdo dimaksud Pasal 4.2.2 di atas, diberi pengecualian, akan
tetapi paling lambat di dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung tanggal persetujuan PB
tentang pembentukan Dojo dan/atau Pengdo, persyaratan tersebut wajib dipenuhi.

Pasal 5
Raperdo
5.1 Raperdo diselenggarakan sekali setahun (Pasal 35.1 AD).
5.2 Raperdo mempunyai tugas-tugas sebagaimana ditentukan Pasal 35.2 AD.
5.3 Ketentuan mengenai peserta, pemberitahuan, pimpinan, hak suara, korum, tempat,
pemberitahuan, tata tertib, keputusan, dan lain sebagainya mengenai Raperdo, adalah
sama dengan ketentuan yang berlaku bagi Muperdo sebagaimana diatur BAGIAN
XXXVII, Pasal 153 sampai dengan dan termasuk Pasal 161 ART (Pasal 35.3 AD jo.
Pasal 165 ART).
5.4 Pengdo di dalam menghadapi Raperdo wajib melakukan dan mempersiapkan hal-hal
sebagai berikut:
5.4.1 Membentuk Panpel Raperdo;
5.4.2 Mempersiapkan Rancangan Tata Tertib dan Acara Raperdo;
5.4.3 Mempersiapkan Laporan Kerja dan Keuangan Tahunan Pengdo;
5.4.4 Meminta DP, BPK dan MSH Dojo mempersiapkan laporan tahunannya;
5.4.5 Menyusun rancangan Program Kerja dan Anggaran Tahunan Pengdo untuk
tahun yang akan datang, yang juga mencakup dan mengkonsolidasikan
rancangan program kerja dan anggaran DP, BPK dan MSH Dojo;
5.4.6 Melakukan dan mengkoordinasikan hal-hal lain yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan dan/atau kepentingan dan kebutuhan dari Dojo.
5.5 Rancangan Tata Tertib dan Acara Raperdo dimaksud Pasal 5.4.2 di atas disusun
berpedoman pada ketentuan sebagaimana dirinci Lampiran-1.

3
Pasal 6
Muperdo
6.1 Muperdo merupakan pemegang kekuasaan tertinggi Perkemi di tingkat Dojo yang wajib
diselenggarakan sekali dalam setiap 4 (empat) tahun (Pasal 30.1 AD).
6.2 Muperdo mempunyai tugas-tugas sebagaimana ditentukan Pasal 30.2 AD.
6.3 Ketentuan mengenai peserta, pemberitahuan, pimpinan, hak suara, korum, tempat,
pemberitahuan, tata tertib, keputusan, dan lain sebagainya mengenai Muperdo adalah
sebagaimana diatur BAGIAN XXXVII, Pasal 153 sampai dengan dan termasuk Pasal 161
ART.
6.4 Pengdo di dalam menghadapi Muperdo wajib melakukan dan mempersiapkan hal-hal
sebagai berikut:
6.4.1 Menunjuk Panpel Muperdo;
6.4.2 Mempersiapkan Rancangan Tata Tertib dan Acara Muperdo;
6.4.3 Mempersiapkan Laporan Kerja dan Keuangan untuk sepanjang masa baktinya (4
tahun);
6.4.4 Meminta DP, BPK dan MSH Dojo mempersiapkan laporan sepanjang masa
baktinya (4 tahun);
6.4.5 Mempersiapkan rancangan tatacara penyaringan dan pemilihan Ketua Pengdo;
6.4.6 Menyusun Rancangan Program Kerja dan Anggaran Pengdo untuk masa bakti
yang akan datang (4 tahun), yang juga mencakup dan mengkonsolidasikan
rancangan program kerja dan anggaran dari DP, BPK dan MSH Dojo;
6.4.7 Melakukan/mengkoordinasikan hal-hal yang lain yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan dan/atau kepentingan dan kebutuhan dari Dojo.
6.5 Rancangan Tata Tertib dan Acara Muperdo dimaksud Pasal 6.4.2 di atas disusun
berpedoman pada ketentuan sebagaimana dirinci Lampiran-2.

Pasal 7
Tatacara Permohonan Pengukuhan dan Pelantikan Kepengurusan di Tingkat Dojo
7.1 Dalam hal Muperdo atau Para Formatur yang ditunjuk Muperdo telah berhasil menyusun
kepengurusan di tingkat Dojo secara lengkap sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka
susunan kepengurusan di tingkat Dojo itu harus dimintakan pengukuhannya.
7.2 Muperdo atau Para Formatur yang ditunjuk Muperdo dengan alasan apapun dilarang
untuk mengajukan permohonan rekomendasi atau pengukuhan kepengurusan di tingkat
Dojo yang disusunnya, apabila susunan kepengurusan di tingkat Dojo tidak sesuai
dengan ketentuan BAB VI, Pasal 70 sampai dengan dan termasuk Pasal 78 ART.
7.3 Tatacara permohonan pengukuhan kepengurusan di tingkat Dojo dilakukan sesuai dengan
ketentuan Pasal 116 ART jo. Pasal 2 di atas.
7.4 Kepengurusan di tingkat Dojo yang belum dikukuhkan tidak berwenang untuk melakukan
pengurusan atas Dojo, dan selama pengukuhan belum diberikan, pengurusan Dojo
dilakukan oleh Pengdo yang telah demisioner, atau oleh Ketua terpilih dibantu oleh
kedua Formatur yang lain, apabila Muperdo secara tegas memutuskan demikian.
7.5 Segera setelah surat keputusan tentang pengukuhan kepengurusan di tingkat Dojo
diterima, upacara pelantikan kepengurusan di tingkat Dojo diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan Pasal 113 ART.
7.6 Tatacara dan acara pelantikan kepengurusan di tingkat Dojo dilakukan sesuai dengan
ketentuan Pasal 113 ART jo. Pasal 3.2 di atas, kecuali acara peresmian Dojo.

Pasal 8
Kewajiban dan Sanksi Terhadap Pengdo
8.1 Kewajiban Khusus Pengdo
8.1.1 Pengdo wajib menyelenggarakan Muperdo paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
masa bakti Pengdo berakhir.
8.1.2 Pengdo wajib menyelenggarakan Raperdo sekali dalam setiap tahun (Pasal 35.1
AD), paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berjalan.
8.1.3 Pengdo wajib melakukan rapat sekali setiap bulan.

4
8.1.4 Pengdo wajib menyusun, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program
kerja dan anggaran tahunannya, dan membuat laporan tahunan atas
pelaksanaan program kerja dan anggaran tahunan itu.
8.1.5 Pengdo wajib menyusun, melaksanakan dan mengawasi jadwal dan
pelaksanaan latihan Kempo di Dojonya, yang dilakukan secara berkala, teratur
dan konsisten.
8.1.6 Pengdo wajib menyusun dan melaksanakan Gasdo secara teratur dan
konsisten, yang pelaksanaannya dilakukan minimal 1 (satu) kali setiap tahun.
8.1.7 Menyelenggarakan Kejurdo 1 (satu) kali setiap tahun.
8.1.8 Pengdo bertanggung jawab untuk mengusahakan dan menjalankan setiap dan
segala usaha dan kegiatan organisasi, administrasi dan teknis Kempo, demi
perkembangan dan kepentingan Dojo serta Kenshinya.
8.2 Sanksi Terhadap Pengdo
8.2.1 Pembekuan Pengdo dapat dilakukan berdasarkan keputusan PB atau Pengprov
atau Pengkab atau Pengkot (Pasal 117.3 jo. Pasal 119.2 jo. Pasal 121 ART).
8.2.2 Akibat pembekuan Pengdo Pasal 117.3.2 jo Pasal 118 jo. Pasal 120 jo. Pasal
122 jo. Pasal 125 ART):
(i) Para anggota Pengdo yang dibekukan kehilangan hak untuk melakukan
pengurusan atas Perkemi Dojo;
(ii) PB atau Pengrov atau Pengkab atau Pengkot, sebagaimana berlaku,
mengambilalih dan melaksanakan pengurusan atas Perkemi Dojo, atau
(iii) PB atau Pengrov atau Pengkab atau Pengkot, sebagaimana berlaku, dapat
menunjuk caretaker pelaksana pengurusan Perkemi Dojo untuk
sementara;
(iv) PB atau Pengrov atau Pengkab atau Pengkot, sebagaimana berlaku, atau
caretaker yang ditunjuknya, wajib memanggil dan menyelenggarakan
Muperdo Luar Biasa untuk memilih Pengdo yang baru dan definitif, paling
lama 1 (satu) tahun terhitung pembekuan Pengdo dilakukan atau
dikukuhkan oleh PB.
8.2.3 Pengdo yang masa baktinya telah berakhir lebih dari 6 (enam) bulan atau belum
dikukuhkan, pada dasarnya tidak diperbolehkan mengikuti setiap kegiatan
Perkemi (Pasal 125 ART), kecuali Pengprovnya berdasarkan rekomendasi dari
Pengkab atau Pengkotnya, memutuskan sebaliknya.

Pasal 9
Hirarki Peraturan di tingkat Perkemi Dojo
Hirarki peraturan di tingkat setiap Perkemi Dojo adalah sebagai berikut:
9.1 AD.
9.2 Keputusan Mupernas.
9.3 ART.
9.4 Keputusan Rapernas.
9.5 TODA.
9.6 Peraturan PB.
9.7 Keputusan PB.
9.8 Keputusan Muperprov.
9.9 Keputusan Raperprov.
9.10 Peraturan Pengprov.
9.11 Keputusan Pengprov.
9.12 Keputusan Muperkab atau Muperkot.
9.13 Keputusan Raperkab atau Raperkot.
9.14 Peraturan Pengkab atau Pengkot.
9.15 Keputusan Pengkab atau Pengkot.
9.16 Keputusan Muperdo.
9.17 Keputusan Raperdo.
9.18 Peraturan Pengdo.
9.19 Keputusan Pengdo.

5
BAGIAN II
KABUPATEN ATAU KOTA - PENGKAB ATAU PENGKOT

Pasal 10
Pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan Kepengurusan di Tingkat Kabupaten
atau Kota Baru.
Persiapan yang harus dilakukan dalam rangka pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan
kepegurusan di tingkat Kabupaten atau Kota yang baru:
10.1 Pemrakarsa pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan Pengkab atau Pengkot
Persiapan harus memperhatikan dengan teliti potensi dan masa depan kegiatan Kempo
di Kabupaten atau Kota yang bersangkutan.
10.2 Apabila Pengprov belum terbentuk, PB yang harus memperhatikan dengan teliti potensi
dan masa depan Perkemi di Kabupaten atau Kota itu.
10.3 Paling sedikit 2 (dua) Dojo dan kepengurusan di tingkat Dojo itu sudah berdiri di wilayah
kerja Kabupaten atau Kota itu.
10.4 Adanya kemampuan untuk secara mandiri mengurus kepentingan kegiatan dan
kelanjutan kegiatan Perkemi di Kabupaten atau Kota itu.
10.5 Mengadakan pendekatan kepada komite atau organisasi keolahragaan dan instansi
Pemerintah tingkat Kabupaten atau Kota terkait serta para pemuka masyarakat
setempat.
10.6 Terhadap setiap Kabupaten atau Kota dan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota
yang sudah ada akan tetapi belum memenuhi ketentuan yang berlaku, diberikan status
persiapan berdasarkan surat keputusan Pengprov yang berwenang, apabila Pengprov
belum terbentuk atau belum dikukuhkan, berdasarkan surat keputusan PB.

Pasal 11
Prosedur Pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan Pengukuhan Kepengurusan di
Tingkat Kabupaten atau Kota Baru
11.1 Pemrakarsa pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan kepengurusan di tingkat
Kabupaten atau Kota menyampaikan permohonan persetujuan kepada Pengprov
mengenai maksud pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan susunan
kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota. Susunan kepengurusan di tingkat
Kabupaten atau Kota harus sesuai dengan ketentuan BAB V, Pasal 53 sampai dengan
dan termasuk Pasal 65.4 ART.
11.2 Pengprov setelah menerima permohonan rekomendasi dari Pemrakarsa dan/atau
Pengkab atau Pengkot Persiapan, wajib melakukan peninjauan secara langsung ke
lokasi Perkemi Kabupaten atau Kota yang akan dibentuk, dan apabila menimbang masih
ada hal yang harus diperbaiki atau dilengkapi, Pengprov wajib dan meminta kepada
Pemrakarsa dan/atau Pengkab atau Pengkot Persiapan, sebagaimana berlaku, untuk
memperbaiki dan melengkapinya.
11.3 Apabila setiap dan seluruh persyaratan sudah dipenuhi, Pengprov wajib mengajukan
rekomendasi dan permohonan persetujuan kepada PB mengenai pembentukan Perkemi
Kabupaten atau Kota maupun kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota.
11.4 Dalam hal Pengprov belum terbentuk atau belum dikukuhkan oleh PB, maka
permohonan rekomendasi dan persetujuan itu langsung disampaikan Pemrakarsa
dan/atau Pengkab atau Pengkot Persiapan kepada PB.
11.5 PB setelah menerima rekomendasi dan permohonan persetujuan pembentukan Perkemi
Kabupaten atau Kota dan pengukuhan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota
dari Pengprov atau Pemrakarsa dan/atau Pengkab atau Pengkot Persiapan,
sebagaimana berlaku, PB akan memberikan persetujuannya, baik terhadap peresmian
pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan pengukuhan kepengurusan di tingkat
Kabupaten atau Kota, sekaligus memberikan kode Perkemi Kabupaten atau Kota
tersebut.
11.6 Setelah mendapat persetujuan tertulis dari PB, Perkemi Kabupaten atau Kota dan
pengukuhan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota dilaksanakan oleh Pengprov
dengan surat keputusan.

6
11.7 Dalam hal PB menerima permohonan persetujuan pembentukan Perkemi Kabupaten
atau Kota dan pengukuhan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota langsung dari
Pemrakarsa dan/atau Pengkab atau Pengkot Persiapan, PB akan memberikan
persetujuannya, terhadap pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan pengukuhan
kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota yang diajukan, sekaligus memberikan
kode Perkemi Kabupaten atau Kota itu.

Pasal 12
Peresmian Perkemi Kabupaten atau Kota dan Pelantikan Kepengurusan di Tingkat
Kabupaten atau Kota Baru
12.1 Upacara peresmian pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan pelantikan
kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota yang baru wajib dilakukan setelah
diterimanya keputusan pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan pengukuhan
kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota.
12.2 Pada acara pelantikan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
12.2.1 Pembukaan oleh Pembawa Acara; para anggota kepengurusan di tingkat
Kabupaten atau Kota yang akan dilantik mengambil tempat yang telah
disediakan;
12.2.2 Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” dikumandangkan dan dinyanyikan;
12.2.3 Pembacaan Surat Keputusan Pengprov atau PB, sebagaimana berlaku, tentang
Peresmian Perkemi Kabupaten atau Kota dan Pengukuhan kepengurusan di
tingkat Kabupaten atau Kota;
12.2.4 Peresmian Perkemi Kabupaten atau Kota dan Pelantikan kepengurusan di
tingkat Kabupaten atau Kota;
12.2.5 Pengucapan Janji Pengurus Kabupaten atau Kota;
12.2.6 Penyerahan Bendera Perkemi Kabupaten atau Kota;
12.2.7 Hymne Perkemi dikumandangkan dan/atau dinyanyikan;
12.2.8 Para anggota kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota yang baru saja
dilantik kembali ketempatnya masing-masing;
12.2.9 Sambutan-sambutan:
(i) Ketua Umum Pengkab atau Pengkot;
(ii) Ketua Umum komite atau organisasi keolahragaan Kabupaten atau Kota;
(iii) Ketua Umum PB atau Pengprov, sebagaimana berlaku.
12.2.10 Mars Perkemi dikumandangkan dan dinyanyikan;
12.2.11 Doa;
12.2.12 Demonstrasi Kempo (apabila ada);
12.2.13 Acara-acara lain (apabila ada).
12.3 Peresmian Perkemi Kabupaten atau Kota dan pelantikan kepengurusan di tingkat
Kabupaten atau Kota dilakukan oleh Ketua Umum Pengprov atau yang mewakilinya, dan
apabila Pengprov belum dibentuk atau belum dikukuhkan, oleh Ketua Umum PB atau
yang mewakilinya.
12.4 Pada acara peresmian Perkemi Kabupaten atau Kota dan pelantikan kepengurusan di
tingkat Kabupaten atau Kota, pejabat dimaksud Pasal 12.3 di atas mengucapkan kata-
kata sebagai berikut:

”Atas nama Pengurus Besar Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia,


dengan ini saya meresmikan pembentukan Perkemi Kabupaten/Kota [-----
----------], dan sekaligus melantik Saudara-Saudara menjadi Pengurus
Kabupaten/Kota [----------------] masa bakti [Tahun 20—s/d 20--].
Demi Tanah Air, Demi Persaudaraan, Demi Kemanusiaan”.

Pasal 13
Susunan Pengkab atau Pengkot
13.1 Susunan Pengkab atau Pengkot:
Pengkab atau Pengkot terdiri dari paling banyak 12 (duabelas) orang (Pasal 57.3 jo.
Pasal 57.4 ART).

7
13.2 Persyaratan Khusus Pengkab atau Pengkot:
13.2.1 Kecuali jabatan yang dijabat karena jabatannya, setiap anggota Pengkab atau
Pengkot dimaksud Pasal 57.3 ART, dilarang untuk merangkap jabatan pimpinan
yang lain, ditingkat PB, Pengprov, Pengkab atau Pengkot dan Pengdo (Pasal
57.5 ART).
13.2.2 Wakil Ketua Umum, Wakil Sekretaris Umum, Wakil Bendahara, dan Ketua
Komisi Pembinaan Prestasi dari Pengkab atau Pengkot harus seorang Kenshi.
13.2.3 Apabila di Perkemi Kabupaten atau Kota hanya terdapat seorang Kenshi
pemegang sabuk hitam, maka jabatan Ketua Komisi Pembinaan Prestasi harus
dijabat oleh Kenshi pemegang sabuk hitam itu.
13.2.4 Apabila di Perkemi Kabupaten atau Kota terdapat lebih dari seorang Kenshi
pemegang sabuk hitam, maka jabatan Wakil Ketua Umum dan Ketua Komisi
Pembinaan Prestasi harus dijabat oleh salah seorang dari para Kenshi
pemegang sabuk hitam itu.
13.2.5 Wakil Ketua Umum Pengkab atau Pengkot karena jabatannya menjadi Ketua
MSH Kabupaten atau Kota (Pasal 63.2.2 ART), dengan ketentuan yang
bersangkutan adalah seorang Kenshi pemegang sabuk hitam.
13.2.6 Setiap anggota Pengkab atau Pengkot yang adalah seorang Kenshi, harus
terdaftar sebagai anggota biasa di salah satu Dojo yang ada dan senyatanya
bertempat tinggal di wilayah hukum Kabupaten atau Kota tersebut atau telah
melakukan proses Mutasi Kabupaten atau Kota atau Mutasi Provinsi dimaksud
Pasal 51 di bawah.
13.3 Pengecualian untuk Pengkab atau Pengkot Baru:
Perkemi Kabupaten atau Kota yang baru dibentuk dan karenanya anggota Pengkab atau
Pengkotnya belum dapat memenuhi Persyaratan Khusus Pengkab atau Pengkot
dimaksud Pasal 13.2.2 di atas, diberi pengecualian, akan tetapi paling lambat di dalam
waktu 2 (dua) tahun terhitung tanggal persetujuan PB tentang pembentukan Perkemi
Kabupaten atau Kota dan pengukuhan Pengkab atau Pengkot baru itu, Persyaratan
Khusus itu wajib dipenuhi.

Pasal 14
Raperkab atau Raperkot
14.1 Raperkab atau Raperkot diselenggarakan sekali dalam setiap tahun (Pasal 34.1 AD).
14.2 Raperkab atau Raperkot mempunyai tugas-tugas sebagaimana ditentukan Pasal 34.2 AD.
14.3 Ketentuan mengenai peserta, pemberitahuan, pimpinan, hak suara, korum, tempat,
pemberitahuan, keputusan, dan lain sebagainya mengenai Raperkab atau Raperkot
adalah sama dengan ketentuan yang berlaku bagi Muperkab atau Muperkot
sebagaimana diatur BAB XXXVI, Pasal 144 sampai dengan dan termasuk Pasal 152
ART (Pasal 34.3 AD jo. Pasal 164 ART).
14.4 Pengkab atau Pengkot di dalam menghadapi Raperkab atau Raperkot wajib melakukan
dan mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
14.4.1 Menunjuk Panpel Raperkab atau Raperkot;
14.4.2 Mempersiapkan Rancangan Tata Tertib dan Acara Raperkab atau Raperkot;
14.4.3 Mempersiapkan Laporan Kerja dan Keuangan untuk tahun yang berjalan;
14.4.4 Meminta BP, BPK dan MSH Kabupaten atau Kota mempersiapkan laporan
tahunannya;
14.4.5 Meminta setiap Pengdo yang ada di wilayah kerjanya untuk mempersiapkan
laporannya;
14.4.6 Menyusun Rancangan Program Kerja dan Anggaran Pengkab atau Pengkot
untuk tahun yang akan datang, yang juga mencakup dan mengkonsolidasikan
rancangan program kerja dan anggaran BP, BPK dan MSH Kabupaten atau
Kota;
14.4.7 Melakukan dan mengkoordinasikan hal-hal yang lain yang diperlukan sesuai
dengan ketentuan dan/atau kepentingan dan kebutuhannya.
14.5 Rancangan Tata Tertib dan Acara Raperkab atau Raperkot dimaksud Pasal 14.4.2 di
atas disusun berpedoman pada ketentuan sebagaimana dirinci Lampiran-3.

8
Pasal 15
Muperkab atau Muperkot
15.1 Muperkab atau Muperkot merupakan pemegang kekuasaan tertinggi Perkemi di tingkat
Kabupaten atau Kota yang wajib diselenggarakan sekali dalam setiap 4 (empat) tahun
(Pasal 29.1 AD).
15.2 Muperkab atau Muperkot mempunyai tugas-tugas sebagaimana ditentukan Pasal 29.2 AD.
15.3 Ketentuan mengenai peserta, pemberitahuan, pimpinan, hak suara, korum, tempat,
pemberitahuan, keputusan, dan lain sebagainya mengenai Raperkab atau Raperkot
adalah sebagaimana diatur BAGIAN XXXVI, Pasal 144 sampai dengan dan termasuk
Pasal 152 ART.
15.4 Pengkab atau Pengkot di dalam menghadapi Muperkab atau Muperkot wajib melakukan
dan mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
15.4.1 Menunjuk Panpel Muperkab atau Muperkot;
15.4.2 Mempersiapkan Rancangan Tata Tertib dan Acara Muperkab atau Muperkot;
15.4.3 Mempersiapkan Laporan Kerja dan Keuangan untuk sepanjang masa baktinya
(4 tahun);
15.4.4 Meminta DP, BPK dan MSH Perkemi Kabupaten atau Kota mempersiapkan
laporan untuk sepanjang masa baktinya (4 tahun);
15.4.5 Mempersiapkan rancangan tatacara penyaringan dan pemilihan Ketua Umum
Pengkab atau Pengkot;
15.4.6 Meminta setiap Pengdo yang ada di wilayah kerjanya untuk mempersiapkan
laporannya;
15.4.7 Menyusun Rancangan Program Kerja dan Anggaran Pengkab atau Pengkot
untuk masa bakti yang akan datang (4 tahun), yang juga mencakup dan
mengkonsolidasikan rancangan program kerja dan anggaran dari DP, BPK dan
MSH Kabupaten atau Kota;
15.4.8 Melakukan dan mengkoordinasikan hal-hal yang lain yang diperlukan sesuai
dengan ketentuan dan/atau kepentingan dan kebutuhan dari Perkemi Kabupaten
atau Kota.
15.5 Rancangan Tata Tertib dan Acara Muperkab atau Muperkot dimaksud Pasal 15.4.2 di
atas disusun berpedoman pada ketentuan sebagaimana dirinci Lampiran-4.

Pasal 16
Tatacara Permohonan Pengukuhan dan Pelantikan Kepengurusan di Tingkat Kabupaten
atau Kota
16.1 Dalam hal Muperkab atau Muperkot atau Para Formatur yang ditunjuk Muperkab atau
Muperkot telah berhasil menyusun kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka susunan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau
Kota yang baru itu harus dimintakan pengukuhannya.
16.2 Muperkab atau Muperkot atau Formatur yang ditunjuknya dengan alasan apapun dilarang
untuk mengajukan permohonan rekomendasi dan/atau pengukuhan kepada Pengprov
atau PB, apabila susunan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota tidak sesuai
dengan susunan dimaksud BAB V, Pasal 53 sampai dengan dan termasuk Pasal 65
ART.
16.3 Tatacara permohonan pengukuhan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota
dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 115 ART jo. Pasal 11 di atas.
16.4 Pengkab atau Pengkot yang belum dikukuhkan sesuai dengan ketentuan AD dan/atau
ART, tidak berwenang untuk melakukan pengurusan atas Perkemi Kabupaten atau Kota,
dan selama pengukuhan belum diberikan, pengurusan Perkemi Kabupaten atau Kota
dilakukan oleh Pengkab atau Pengkot yang telah demisioner, atau oleh Ketua Umum
terpilih dibantu oleh Formatur, apabila Muperkab atau Muperkot secara tegas
memutuskan demikian.
16.5 Upacara pelantikan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota yang telah dikukuhkan
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan Pasal 112 ART.

9
16.6 Tatacara dan acara pelantikan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota dilakukan
sesuai dengan ketentuan Pasal 112 ART jo. Pasal 12 di atas, kecuali acara peresmian
Perkemi Kabupaten atau Kota.

Pasal 17
Kewajiban dan Sanksi Terhadap Pengkab atau Pengkot
17.1 Kewajiban Pengkab atau Pengkot
17.1.1 Menyelenggarakan Muperkab atau Muperkot 1 (satu) bulan sebelum masa bakti
Pengdo berakhir.
17.1.2 Menyelenggarakan Raperkab atau Raperkot setiap tahun sesuai dengan
ketentuan Pasal 34.1 AD, paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berjalan.
17.1.3 Pengkab atau Pengkot wajib melakukan rapat rutin satu kali setiap 3 (tiga) bulan.
17.1.4 Pengkab atau Pengkot wajib menyusun, melaksanakan dan mengawasi
pelaksanaan program kerja dan anggaran tahunannya, dan membuat laporan
tahunan atas pelaksanaan program kerja dan anggaran tahunan itu.
17.1.5 Pengkab atau Pengkot wajib mengawasi dan mengkoordinasikan jadwal dan
pelaksanaan latihan Kempo di setiap Dojo yang ada di wilayah kerjanya, secara
teratur dan konsisten.
17.1.6 Pengkab atau Pengkot wajib menyusun dan melaksanakan Gaskab atau Gaskot
secara teratur dan konsisten, sesuai dengan peraturan Perkemi yang berlaku,
yang pelaksanaannya dilakukan minimal sekali setahun.
17.1.7 Menyelenggarakan Kejurkab atau Kejurkot setiap tahun
17.1.8 Pengkab atau Pengkot bertanggung jawab dalam mengusahakan dan
menjalankan setiap dan segala usaha dan kegiatan demi perkembangan dan
kepentingan Perkemi Kabupaten atau Kota, setiap dan seluruh Dojo serta
Kenshi yang ada di wilayah kerjanya sesuai dengan peraturan Perkemi yang
berlaku.
17.2 Sanksi Terhadap Pengkab atau Pengkot
17.2.1 Pembekuan Pengkab atau Pengkot dapat dilakukan oleh PB atau Pengprov
(Pasal 117.2 jo. Pasal 119.1 ART).
17.2.2 Akibat pembekuan Pengkab atau Pengkot (Pasal 117.2.2 jo. Pasal 118 jo. Pasal
120 ART):
(i) Para anggota Pengkab atau Pengkot yang dibekukan kehilangan hak
untuk melakukan pengurusan atas Perkemi Kabupaten atau Kota;
(ii) PB atau Pengrov, sebagaimana berlaku, mengambilalih dan
melaksanakan pengurusan atas Perkemi Kabupaten atau Kota, atau
(iii) PB atau Pengrov, sebagaimana berlaku, dapat menunjuk caretaker
pelaksana pengurusan Perkemi Kabupaten atau Kota untuk sementara;
(iv) PB atau Pengrov, sebagaimana berlaku, atau caretaker yang ditunjuknya,
wajib memanggil dan menyelenggarakan Muperkab atau Muperkot Luar
Biasa untuk memilih Pengkab atau Pengkot yang baru dan definitif, paling
lama 1 (satu) tahun terhitung pembekuan Pengkab atau Pengkot dilakukan
atau dikukuhkan oleh PB.
17.2.3 Pengkab atau Pengkot yang masa baktinya telah berakhir lebih dari 6 (enam)
bulan atau belum dikukuhkan, pada dasarnya tidak diperbolehkan mengikuti
setiap kegiatan Perkemi (Pasal 124 ART), kecuali PB dengan rekomendasi dari
Pengprovnya, memutuskan sebaliknya.

Pasal 18
Hirarki Peraturan di tingkat Perkemi Kabupaten atau Kota
Hirarki peraturan di tingkat setiap Perkemi Kabupaten atau Kota adalah sebagai berikut:
18.1 AD.
18.2 Keputusan Mupernas.
18.3 ART.
18.4 Keputusan Rapernas.
18.5 TODA.

10
18.6 Peraturan PB.
18.7 Keputusan PB.
18.8 Keputusan Muperprov.
18.9 Keputusan Raperprov.
18.10 Peraturan Pengprov.
18.11 Keputusan Pengprov.
18.12 Keputusan Muperkab atau Muperkot.
18.13 Keputusan Raperkab atau Raperkot.
18.14 Peraturan Pengkab atau Pengkot.
18.15 Keputusan Pengkab atau Pengkot.

BAGIAN III
PROVINSI DAN PENGPROV

Pasal 19
Pembentukan Perkemi dan Kepengurusan di Tingkat Provinsi Baru
Persiapan yang harus dilakukan dalam rangka pembentukan Perkemi Provinsi dan
kepengurusan di tingkat Provinsi yang baru:
19.1 Pemrakarsa pembentukan Perkemi Provinsi dan kepengurusan di tingkat Provinsi
menyampaikan permohonan persetujuan kepada PB mengenai maksud pembentukan
Perkemi Provinsi dan susunan kepengurusan di tingkat Provinsi. Susunan kepengurusan
di tingkat Provinsi harus sesuai dengan ketentuan BAB IV, Pasal 40 sampai dengan dan
termasuk Pasal 52 ART.
19.2 Paling sedikit 2 (dua) Perkemi Kabupaten atau Kota sudah harus berdiri di wilayah kerja
Provinsi tersebut, lengkap dengan pengurus dan jajarannya.
19.3 Adanya kemampuan dari para anggota untuk secara mandiri mengurus kepentingan
kegiatan dan kesinambungan kegiatan mereka.
19.4 Mengadakan pendekatan kepada komite atau organisasi keolahragaan Provinsi dan
instansi Pemerintah serta para pemuka masyarakat setempat.
19.5 Terhadap setiap kepengurusan di tingkat Provinsi yang sudah ada akan tetapi belum
memenuhi ketentuan dimaksud Pasal 19.2 di atas, maka kepadanya diberikan status
persiapan berdasarkan keputusan PB.

Pasal 20
Prosedur Pembentukan Perkemi Provinsi dan Pengukuhan Kepengurusan di Tingkat
Provinsi Baru
20.1 Pemrakarsa pembentukan Perkemi Provinsi dan kepengurusan di tingkat Provinsi
menyampaikan permohonan persetujuan kepada PB mengenai maksud pembentukan
Perkemi Provinsi dan susunan kepengurusan di tingkat Provinsi. Susunan kepengurusan
di tingkat Provinsi harus sesuai dengan ketentuan BAB VI, Pasal 40 sampai dengan dan
termasuk Pasal 52 ART.
20.2 PB setelah menerima permohonan rekomendasi dari Pemrakarsa dan/atau Pengprov
Persiapan, apabila dianggapnya perlu dapat melakukan peninjauan secara langsung ke
lokasi Perkemi Provinsi yang akan dibentuk, dan apabila menimbang masih ada hal yang
harus diperbaiki atau dilengkapi, PB wajib dan meminta kepada Pemrakarsa dan/atau
Pengprov Persiapan, sebagaimana berlaku, untuk memperbaiki/melengkapinya.
20.3 Apabila setiap dan seluruh persyaratan sudah dipenuhi, PB akan memberikan
persetujuannya, baik terhadap peresmian pembentukan Perkemi Provinsi dan
pengukuhan Kepengurusan Tingkat Provinsi, sekaligus memberikan kode Perkemi
Provinsi tersebut.

Pasal 21
Peresmian Perkemi Provinsi dan Pengukuhan Kepengurusan di Tingkat Provinsi Baru
21.1 Upacara pelantikan wajib diselenggarakan dalam untuk meresmikan Perkemi Provinsi
dan melantik kepengurusan di tingkat Provinsi yang baru.

11
21.2 Dalam upacara ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
21.2.1 Pembukaan oleh Pembawa Acara; para anggota kepengurusan di tingkat
Provinsi yang akan dilantik mengambil tempat yang telah disediakan;
21.2.2 Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” dikumandangkan dan dinyanyikan;
21.2.3 Pembacaan Surat Keputusan PB Tentang Peresmian Perkemi Provinsi dan
Pengukuhan kepengurusan di tingkat Provinsi;
21.2.4 Peresmian Perkemi Provinsi dan pelantikan kepengurusan di tingkat Provinsi;
21.2.5 Pengucapan “Janji Pengurus Provinsi”;
21.2.6 Penyerahan Bendera Perkemi Provinsi;
21.2.7 Hymne Perkemi dikumandangkan dan/atau dinyanyikan;
21.2.8 Para anggota kepengurusan di tingkat Provinsi yang baru saja dilantik kembali
ketempatnya masing-masing;
21.2.9 Sambutan-sambutan;
(i) Ketua Umum Pengprov;
(ii) Ketua Umum komite atau organisasi keolahragaan Provinsi;
(iii) Ketua Umum PB.
21.2.10 Mars Perkemi dikumandangkan dan dinyanyikan;
21.2.11 Doa;
21.2.12 Demonstrasi Kempo (apabila ada);
21.2.13 Acara-acara lain (apabila ada).
21.3 Peresmian Perkemi Provinsi dan pelantikan kepengurusan di tingkat Provinsi dilakukan
oleh Ketua Umum PB atau yang mewakilinya.
21.4 Pada acara peresmian Perkemi Provinsi dan pelantikan kepengurusan di tingkat Provinsi,
pejabat dimaksud Pasal 21.3 di atas mengucapkan kata-kata sebagai berikut:

”Atas nama Pengurus Besar Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia,


dengan ini saya meresmikan pembentukan Perkemi Provinsi [-------------],
dan sekaligus melantik Saudara-Saudara menjadi Pengurus Provinsi [------
----------] untuk masa bakti [Tahun 20—s/d 20--].
Demi Tanah Air, Demi Persaudaraan, Demi Kemanusiaan”.

Pasal 22
Susunan Pengprov
22.1 Susunan Pengprov:
Pengprov terdiri dari 17 (tujuh belas) orang (Pasal 42.3 jo. Pasal 42.4 ART).
22.2 Persyaratan Khusus Pengprov:
22.2.1 Kecuali jabatan yang dijabat karena jabatannya, setiap anggota Pengprov
dimaksud Pasal 44.3 ART, dilarang untuk merangkap jabatan pimpinan yang
lain, baik ditingkat PB maupun di tingkat Pengprov, Pengkab atau Pengkot dan
Pengdo (Pasal 44.5 ART).
22.2.2 Wakil Ketua Umum, Wakil Sekretaris Umum I, Wakil Bendahara I, dan Ketua
Komisi Pembinaan Prestasi dari Pengprov harus seorang Kenshi.
22.2.3 Apabila di Perkemi Provinsi hanya terdapat seorang Kenshi pemegang sabuk
hitam, maka jabatan Ketua Komisi Pembinaan Prestasi harus dijabat oleh
Kenshi pemegang sabuk hitam itu.
22.2.4 Apabila di Perkemi Provinsi terdapat lebih dari seorang Kenshi pemegang sabuk
hitam, maka jabatan Wakil Ketua Umum dan Ketua Komisi Pembinaan Prestasi
harus dijabat oleh salah seorang dari para Kenshi pemegang sabuk hitam itu.
22.2.5 Wakil Ketua Pengprov karena jabatannya menjadi Ketua MSH Provinsi (Pasal
50.2.2 ART), dengan ketentuan yang bersangkutan adalah seorang Kenshi
pemegang sabuk hitam.
22.2.6 Setiap anggota Pengprov yang adalah seorang Kenshi, harus terdaftar sebagai
anggota biasa di salah satu Dojo yang ada dan senyatanya bertempat tinggal di
wilayah hukum Provinsi tersebut atau telah melakukan proses Mutasi Provinsi
dimaksud Pasal 51 di bawah.

12
22.3 Pengecualian Untuk Pengprov Baru:
Perkemi Provinsi yang baru dibentuk dan karenanya anggota Pengprovnya belum dapat
memenuhi Persyaratan Khusus Pengprov dimaksud Pasal 22.2.2 di atas, diberi
pengecualian, akan tetapi paling lambat di dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung
dibentuknya Perkemi Provinsi dan dikukuhkannya Pengprov, Persyaratan Khusus itu
wajib dipenuhi.

Pasal 23
Raperprov
23.1 Raperprov diselenggarakan sekali dalam setiap tahun (Pasal 33.1 AD).
23.2 Raperprov mempunyai tugas-tugas sebagaimana ditentukan Pasal 33.2 AD.
23.3 Ketentuan mengenai peserta, pemberitahuan, pimpinan, hak suara, korum, tempat,
pemberitahuan, keputusan, dan lain sebagainya mengenai Raperprov adalah sama
dengan ketentuan yang berlaku bagi Muperprov sebagaimana diatur BAGIAN XXXV,
Pasal 135 sampai dengan dan termasuk Pasal 143 ART (Pasal 33.3 AD jo. 163 ART).
23.4 Pengprov di dalam menghadapi Raperprov wajib melakukan dan mempersiapkan hal-hal
sebagai berikut:
23.4.1 Menunjuk Panpel Raperprov;
23.4.2 Mempersiapkan rancangan Tatatertib dan Acara Raperprov;
23.4.3 Mempersiapkan Laporan Kerja dan Keuangan untuk tahun yang berjalan;
23.4.4 Meminta DP, BPK dan MSH Provinsi untuk mempersiapkan laporan
tahunannya;
23.4.5 Meminta setiap Pengkab atau Pengkot yang ada di wilayah kerjanya untuk
mempersiapkan laporannya;
23.4.6 Menyusun Program Kerja dan Anggaran Pengprov untuk tahun yang akan
datang, yang juga mencakup dan mengkonsolidasikan rancangan program kerja
dan anggaran dari BP, BPK dan MSH Provinsi;
23.4.7 Melakukan dan mengkoordinasikan hal-hal yang lain yang diperlukan sesuai
dengan ketentuan dan/atau kepentingan dan kebutuhan dari Perkemi Kabupaten
atau Kota dan kenshinya.
23.5 Rancangan Tata Tertib dan Acara Raperprov dimaksud Pasal 23.4.2 di atas disusun
berpedoman pada ketentuan sebagaimana dirinci Lampiran-5.

Pasal 24
Muperprov
24.1 Muperprov merupakan pemegang kekuasaan tertinggi Perkemi di tingkat Provinsi yang
wajib diselenggarakan sekali dalam setiap 4 (empat) tahun (Pasal 28.1 AD).
24.2 Muperprov mempunyai tugas-tugas sebagaimana ditentukan Pasal 28.2 AD.
24.3 Ketentuan mengenai peserta, pemberitahuan, pimpinan, hak suara, korum, tempat,
pemberitahuan, keputusan, dan lain sebagainya mengenai Muperprov adalah
sebagaimana diatur BAGIAN XXXV, Pasal 135 sampai dengan dan termasuk Pasal 143
ART.
24.4 Pengprov di dalam menghadapi Muperprov wajib melakukan dan mempersiapkan hal-hal
sebagai berikut:
24.4.1 Menunjuk Panpel Muperprov;
24.4.2 Mempersiapkan Rancangan Tata Tertib dan Acara Muperprov;
24.4.3 Mempersiapkan Laporan Kerja dan Keuangan untuk sepanjang masa baktinya
(4 tahun);
24.4.4 Meminta DP, BPK dan MSH Provinsi mempersiapkan laporan sepanjang masa
baktinya (4 tahun);
24.4.5 Mempersiapkan tatacara penyaringan dan pemilihan Ketua Umum Pengprov;
24.4.6 Meminta setiap Pengkab atau Pengkot yang ada di wilayah kerjanya untuk
mempersiapkan laporannya;

13
24.4.7 Menyusun Rancangan Program Kerja dan Anggaran Pengprov untuk masa
bakti yang akan datang (4 tahun) yang juga mencakup dan mengkonsolidasikan
rancangan program kerja dan anggaran DP, BPK dan MSH Provinsi;
24.4.8 Melakukan dan mengkoordinasikan hal-hal yang lain yang diperlukan sesuai
dengan ketentuan dan/atau kepentingan dan kebutuhan dari Perkemi Provinsi.
24.5 Rancangan Tata Tertib dan Acara Muperprov dimaksud Pasal 24.4.2 di atas disusun
berpedoman pada ketentuan sebagaimana dirinci Lampiran-6.

Pasal 25
Tatacara Permohonan Pengukuhan dan Pelantikan Kepengurusan di Tingkat Provinsi
25.1 Dalam hal Muperprov atau Para Formatur yang ditunjuk Muperprov telah berhasil menyusun
kepengurusan di tingkat Provinsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka susunan
kepengurusan di tingkat Provinsi yang baru itu harus dimintakan pengukuhannya.
25.2 Muperprov atau Para Formatur yang dibentuk Muperprov dengan alasan apapun dilarang
untuk mengajukan permohonan pengukuhan kepengurusan di tingkat Provinsi kepada
PB, apabila susunan kepengurusan di tingkat Provinsi yang diajukannya tidak sesuai
dengan susunan dimaksud BAB IV, Pasal 40 sampai dengan dan termasuk Pasal 52
ART.
25.3 Tatacara permohonan pengukuhan Pengprov dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal
114 ART jo. Pasal 20 di atas.
25.4 Kepengurusan di tingkat Provinsi yang belum dikukuhkan sesuai dengan ketentuan AD
dan ART, tidak berwenang untuk melakukan pengurusan atas Perkemi Provinsi, dan
selama pengukuhan belum diberikan, pengurusan Perkemi Provinsi dilakukan oleh
Pengprov yang telah demisioner, atau oleh Ketua Umum terpilih dibantu oleh kedua
Formatur yang lain, apabila Muperprov secara tegas memutuskan demikian.
25.5 Upacara pelantikan kepengurusan di tingkat Provinsi diselenggarakan sesuai dengan
ketentuan Pasal 111.2 ART.
25.6 Tatacara dan acara pelantikan kepengurusan di tingkat Provinsi dilakukan sesuai dengan
ketentuan 111 ART jo. Pasal 21 di atas, kecuali acara peresmian Perkemi Provinsi.

Pasal 26
Kewajiban dan Sanksi Terhadap Pengprov
26.1 Kewajiban Pengprov
26.1.1 Menyelenggarakan Muperprov 1 (satu) bulan sebelum masa bakti Pengprov
berakhir.
26.1.2 Tidak memberikan rekomendasi dan/atau pengukuhan Pengdo, apabila susunan
Pengdo yang diajukan kepadanya tidak sesuai dengan susunan dimaksud Pasal
44.3 jo. Pasal 44.4 jo. Pasal 44.6 ART.
26.1.3 Tidak memberikan rekomendasi dan/atau pengukuhan Pengkab atau Pengkot,
apabila susunan Pengkab atau Pengkot yang diajukan kepadanya tidak sesuai
dengan susunan dimaksud Pasal 42.3 jo. Pasal 42.4 ART.
26.1.4 Menyelenggarakan Raperprov setiap tahun (Pasal 28.1 AD), paling lambat pada
akhir bulan Januari tahun berjalan.
26.1.5 Menyusun, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program kerja dan
anggaran tahunannya, dan membuat laporan tahunan atas pelaksanaan
program kerja dan keuangan tahunan itu.
26.1.6 Melakukan rapat rutin sedikitnya sekali dalam setiap 3 (tiga) bulan.
26.1.7 Mengawasi dan mengkoordinasikan jadwal dan pelaksanaan latihan Kempo di
setiap Pengkab atau Pengkot yang ada di wilayah kerjanya, secara teratur dan
konsisten.
26.1.8 Menyusun dan melaksanakan ujian kenaikan tingkat untuk setiap dan seluruh
Kenshi yang terdaftar sebagai anggota biasa di wilayah kerjanya, secara teratur
dan konsisten, sesuai dengan peraturan Perkemi yang berlaku, yang
pelaksanaannya dilakukan minimal sekali setahun.

14
26.1.9 Menyusun dan melaksanakan Gasprov secara berkala, teratur dan konsisten,
sesuai dengan peraturan Perkemi yang berlaku, yang pelaksanaannya dilakukan
minimal sekali setahun.
26.1.10 Menyelenggarakan Kejurprov, Kejurprovmas, Kejurprovpel, dan Kejurprovdo 1
(satu) kali setiap tahun.
26.1.11 Mengusahakan dan menjalankan setiap dan segala usaha dan kegiatan demi
perkembangan dan kepentingan Pengprov, setiap dan seluruh Kabupaten atau
Kota, Dojo dan Kenshi yang ada di wilayah kerjanya, sesuai dengan peraturan
Perkemi yang berlaku.
26.2 Sanksi Terhadap Pengprov
26.2.1 Pembekuan Pengprov oleh PB (Pasal 117.1.1 ART).
26.2.2 Akibat pembekuan Pengprov (Pasal 117.1.2 jo. Pasal 118 jo. Pasal 123 ART):
(i) Para anggota Pengprov yang dibekukan kehilangan hak untuk melakukan
pengurusan atas Perkemi Provinsi;
(ii) PB mengambilalih dan melaksanakan pengurusan atas Perkemi Provinsi,
atau
(iii) PB dapat menunjuk caretaker pelaksana pengurusan Perkemi Provinsi
untuk sementara;
(iv) PB atau caretaker yang ditunjuk wajib memanggil dan menyelenggarakan
Muperprov (Luar Biasa) untuk memilih Pengprov yang baru dan definitif,
paling lama 1 (satu) tahun terhitung pembekuan Pengprov dilakukan.
26.2.3 Pengprov yang masa baktinya telah berakhir lebih dari 6 (enam) bulan atau yang
belum dikukuhkan, pada dasarnya tidak diperbolehkan mengikuti setiap kegiatan
Perkemi (Pasal 123 ART), kecuali PB dengan memutuskan secara lain.

Pasal 27
Hirarki Peraturan di tingkat Perkemi Provinsi
Hirarki peraturan di tingkat setiap Perkemi Provinsi adalah sebagai berikut:
27.1 AD.
27.2 Keputusan Mupernas.
27.3 ART.
27.4 Keputusan Rapernas.
27.5 TODA.
27.6 Peraturan PB.
27.7 Keputusan PB.
27.8 Keputusan Muperprov.
27.9 Keputusan Raperprov.
27.10 Peraturan Pengprov.
27.11 Keputusan Pengprov.

BAB II
TERTIB KEANGGOTAAN

Pasal 28
Mengenai Keanggotaan
28.1 Ketentuan Umum (Pasal 11.1 AD):
Keanggotaan Perkemi terbuka bagi setiap warga negara dan penduduk Indonesia tanpa
membedakan derajat, golongan, ras, suku, bangsa, agama, jenis kelamin dan lain
sebagainya.
28.2 Jenis Keanggotaan (Pasal 11.2 AD):
28.2.1 Anggota Biasa;
28.2.2 Anggota Luar Biasa.
28.3 Persyaratan Anggota (Pasal 7.1 ART):
28.3.1 WNI atau Penduduk Indonesia;

15
28.3.2 Berusia 7 tahun;
28.3.3 Sehat jasmani dan rohani;
28.3.4 Berkelakuan baik;
28.3.5 Bersedia mengikuti latihan Kempo;
28.3.6 Tidak mempelajari beladiri atau menjadi anggota organisasi beladiri yang lain.
28.4 Status Keanggotaan Pengurus (Pasal 7.3 ART):
Setiap anggota Pengurus Perkemi di semua tingkat, yang bukan Anggota Biasa, karena
jabatannya menjadi dan mendapat status Anggota Luar Biasa.
28.5 Hak Anggota Biasa (Pasal 12.1 AD):
28.5.1 Mengikuti setiap kegiatan Perkemi, termasuk latihan Kempo.
28.5.2 Memilih dan dipilih.
28.5.3 Menerima bantuan Perkemi.
28.5.4 Meminta penjelasan mengenai kebijakan Perkemi.
28.5.5 Memakai Lambang Perkemi.
28.5.6 Memakai Lambang, Seragam dan Sabuk Kenshi.
28.5.7 Mengundurkan diri sebagai Anggota Biasa.
28.6 Hak Anggota Luar Biasa (Pasal 12.2 AD):
28.6.1 Mengikuti setiap kegiatan Perkemi, kecuali latihan Kempo.
28.6.2 Memilih dan dipilih.
28.6.3 Menerima bantuan Perkemi.
28.6.4 Meminta penjelasan mengenai kebijakan Perkemi.
28.6.5 Memakai Lambang Perkemi.
28.6.6 Mengundurkan diri sebagai Anggota Luar Biasa.
28.7 Kewajiban Anggota Biasa dan Luar Biasa (Pasal 13 AD):
28.7.1 Mematuhi AD/ART;
28.7.2 Mematuhi setiap keputusan Mupernas dan/atau Rapernas.
28.7.3 Mendukung setiap kegiatan Perkemi.
28.7.4 Mematuhi setiap peraturan Perkemi.
28.7.5 Mengikuti latihan Kempo secara konsisten (khusus bagi anggota biasa).
28.8 Kehilangan Status Keanggotaan (Pasal 14.1 AD):
28.8.1 Meninggal dunia.
28.8.2 Mengundurkan diri.
28.8.3 Ditempatkan di bawah pengampuan.
28.8.4 Diberhentikan sebagai anggota.
28.9 Pemberhentian atau Pemberhentian Sementara oleh PB (Pasal 12 ART):
28.9.1 Pemberhentian sementara berlaku paling lama 12 (dua belas) bulan.
28.9.2 Rekomendasi MSH Pusat untuk Kenshi Yudansha.
28.9.3 Diberitahukan kepada Pengprov, Pengkab atau Pengkot dan Pengdo yang
berkepentingan.
28.10 Pemberhentian Sementara oleh Pengprov (Pasal 13 ART):
28.10.1 Dalam keadaan mendesak;
28.10.2 Pertimbangan dari Pengdo;
28.10.3 Rekomendasi MSH Provinsi buat Kenshi Yudansha;
28.10.4 Berlaku maksimal 6 (enam) bulan;
28.10.5 Dilaporkan kepada PB paling lambat 14 (empatbelas) hari kalender setelah
tindakan dilakukan.
28.11 Dasar Pemberhentian atau Pemberhentian Sementara (Pasal 14 ART):
28.11.1 Melanggar ketentuan AD/ART;
28.11.2 Melanggar ketentuan atau peraturan Perkemi;
28.11.3 Melakukan tindakan yang merugikan kepentingan keolahragaan nasional
dan/atau Perkemi;
28.11.4 Melanggar disiplin, etika, kepatutan atau kelayakan;
28.11.5 Dijatuhi hukuman pidanda berdasarkan keputusan yang telah mempunyai
kekuatan yang tetap.
28.12 Pembelaan Diri (Pasal 15 ART):
28.12.1 Di Mupernas atau Rapernas terdekat;

16
28.12.2 Rapat PB atau Muperprov atau Raperprov terdekat.
28.13 Akibat Kehilangan Status Anggota (Pasal 14.2 AD):
28.13.1 Kehilangan status keanggotaan dimaksud Pasal 14.1 AD mengakibatkan
hilangnya setiap dan seluruh hak dan kewajiban anggota tanpa ada yang
dikecualikan;
28.13.2 Kehilangan status anggota mulai berlaku terhitung:
(i) Tanggal meninggalnya, dalam hal anggota meninggal dunia;
(ii) Tanggal surat pengunduran diri diterima, dalam hal anggota menyatakan
atau mohon pengunduran diri, dan hal ini tidak memerlukan jawaban atau
keputusan dari Perkemi;
(iii) Tanggal keputusan penempatan di bawah pengampuan, dalam hal
anggota ditempatkan dibawah pengampuan;
(iv) Tanggal sebagaimana ditentukan dalam surat keputusan pemberhentian,
dalam hal anggota diberhentikan sebagai anggota Perkemi.

Pasal 29
Penerimaan Calon Anggota
Penerimaan calon anggota biasa hanya dapat dilakukan untuk seluruh Indonesia sebanyak 3
(tiga) kali setahun, dengan ketentuan sebagai berikut:
29.1 Penerimaan pertama sepanjang bulan Januari;
29.2 Penerimaan kedua sepanjang bulan Mei; dan
29.3 Penerimaan ketiga sepanjang bulan September.

Pasal 30
Prosedur Penerimaan Calon Anggota
30.1 Setiap calon anggota diharuskan mengisi Formulir-01: Pendaftaran Anggota Baru
(Lampiran-9), dalam rangkap 4 (empat), yang aslinya diberi materai yang cukup, yang
menjadi tanggungan dari calon anggota. Formulir-01 setelah diisi dengan lengkap dan
ditandatangani, dikembalikan kepada Pengdo, beserta :
30.1.1 Uang Pangkal;
30.1.2 Uang Iuran bulan pertama;
30.1.3 Pasphoto ukuran KTP (2x3) sebanyak 5 (lima) helai.
30.2 Formulir-01 oleh Pengdo didistribusikan sebagai berikut:
30.2.1 Asli dengan photo 2 (dua) helai dikirimkan kepada PB untuk proses NIK dan
Kartu Anggota.
30.2.2 Satu tembusan atau photocopy dan 1 (satu) helai photo kepada Pengprov.
30.2.3 Satu tembusan atau photocopy dan 1 (satu) helai photo kepada Pengkab atau
Pengkot.
30.2.4 Satu tembusan atau photocopy dan 1 (satu) helai photo disimpan Pengdo.
30.3 Setelah berlatih secara kontinu selama 1 s/d 2 bulan, oleh Pengdo diberikan ujian Badge
kepada para calon anggota. Didalam ujian Badge semua peserta ujian Badge pada
dasarnya akan dinyatakan lulus, kecuali Pengdo yang bersangkutan berdasarkan dasar-
dasar yang kuat memutuskan bahwa calon anggota tersebut tidak pantas diterima
menjadi anggota Perkemi. Keputusan ini harus dilaporkan Pengdo kepada Pengkab atau
Pengkot.
30.4 Pengdo wajib melaporkan hasil ujian Badge kepada PB dengan tembusan kepada
Pengprov dan Pengkab atau Pengkot, serta rekomendasi agar diterima sebagai anggota
biasa Perkemi dan dibuatkan Nomor Induk Kenshi (NIK) dan Kartu Anggota.
Rekomendasi diberikan dengan memakai Formulir-02: Rekomendasi Pengdo
(Lampiran-10).
30.5 Setelah mendapat laporan/rekomendasi dari Pengdo, PB akan membuat dan
mengirimkan Formulir-03: Penerimaan Anggota Baru (Lampiran-11) kepada Pengdo
yang semula mengirimkan Formulir-02, dengan tembusan kepada Pengprov dan
Pengkab atau Pengkot, yang menyatakan permohonan mereka sebagaimana dimintakan
melalui Formulir-01 dan Formulir-02 dapat dikabulkan dan karenanya menerima yang
bersangkutan sebagai anggota Perkemi.

17
30.6 Bersamaan dengan penerimaan dimaksud Pasal 30.5 di atas, akan
dikeluarkan/dikirimkan NIK bagi setiap anggota biasa yang baru diterima.
30.7 Setiap anggota biasa dari suatu Dojo umum, harus bertempat tinggal di wilayah hukum
Perkemi Kabupaten atau Kota dimana Dojonya berlokasi/berada, atau telah melakukan
proses Mutasi Dojo atau Mutasi Kabupaten atau Kota atau Mutasi Provinsi dimaksud
Pasal 51 di bawah, kecuali anggota biasa dari Dojo dan/atau Pengdo yang khusus, yaitu
Dojo dan/atau Pengdo Universitas/Perguruan Tinggi atau Sekolah atau instansi,
lembaga, institusi, perusahaan, pemerintah atau swasta.

BAB III
TERTIB DISIPLIN DAN KEWAJIBAN

Pasal 31
Disiplin dan Kewajiban
31.1 Disiplin dan Kewajiban Anggota Biasa
Sebagaimana diatur AD dan/atau ART secara tertulis maupun tersirat, terdapat 11
(sebelas) disiplin dan kewajiban pokok yang wajib dipatuhi dan/atau dilaksanakan setiap
anggota biasa, yaitu:
31.1.1 Wajib mengikuti latihan Kempo secara teratur;
31.1.2 Dilarang berlatih dan/atau menjadi anggota organisasi atau perkumpulan ilmu
beladiri yang lain;
31.1.3 Dilarang menggunakan atau mencampurkan teknik Kempo dengan teknik
beladiri lain;
31.1.4 Dilarang memperagakan atau berpolemik atau mendemonstrasikan Kempo
tanpa ijin dari PB.;
31.1.5 Wajib menjunjung tinggi disiplin, etika dan tradisi Kempo;
31.1.6 Dilarang mengajarkan Kempo tanpa mematuhi prosedur yang berlaku;
31.1.7 Wajib menjaga nama baik dan martabat Kempo dan Perkemi.
31.1.8 Dilarang memberikan latihan dan/atau turut memberikan latihan Kempo di luar
wilayah Pengkab atau Pengkotnya dimana yang bersangkutan terdaftar sebagai
anggota, tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Pengkab atau Pengkot dimana
latihan itu dilakukan, kecuali latihan itu dilakukan secara insidentil dan tidak
merupakan latihan yang diprogram dan dilakukan secara kontinu.
31.1.9 Dilarang untuk menyelenggarakan/turut menyelenggarakan, membantu/turut
membantu dan/atau memfasilitasi/turut memfasilitasi diselenggarakannya ujian
Kempo, tanpa memperoleh mandat tertulis terlebih dahulu dari PB.
31.1.10 Dilarang memakai sebutan Sensei tanpa alas hak.
31.1.11 Wajib mematuhi dan menjalankan setiap dan seluruh ketentuan Perkemi yang
berlaku, tanpa terkecuali.
31.2 Disiplin dan Kewajiban Khusus Pelatih Kempo
Sebagaimana diatur AD dan/atau ART secara tertulis maupun tersirat, terdapat 5 (lima)
disiplin dan kewajiban pokok yang wajib dipatuhi dan/atau dilaksanakan oleh setiap
Pelatih Kempo, yaitu:
31.2.1 Setiap Pelatih Kempo dan Asisten Pelatih Kempo berkewajiban untuk:
(i) Secara tertib, berkesinambungan dan bertanggung jawab memberikan
latihan Kempo secara utuh kepada para Kenshi yang berada di wilayah
kerjanya.
(ii) Memberikan contoh dan karenanya menjadi teladan bagi setiap Kenshi di
wilayah kerjanya, dalam kegiatan Perkemi maupun dalam kehidupan
bermasyarakat.
(iii) Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada setiap Kenshi di wilayah
kerjanya tentang pendidikan mental dan azas persaudaraan serta doktrin
dan falsafah Kempo.

18
(iv) Memberikan bantuan kepada Perkemi tentang peningkatan dan
perkembangan teknik Kempo.
31.2.2 Setiap Pelatih Kempo Nasional dilarang menjadi pelatih tetap pada satu atau
lebih Dojo yang berada diluar wilayah Pengprov dimana Pelatih Kempo Nasional
itu terdaftar sebagai anggota, tanpa mandat atau persetujuan tertulis dari PB.
31.2.3 Setiap Pelatih Kempo Daerah dilarang menjadi pelatih tetap pada satu atau lebih
Dojo yang berada diluar wilayah Provinsi dimana Pelatih Kempo Daerah itu
terdaftar sebagai anggota, tanpa mandat atau persetujuan tertulis dari PB.
31.2.4 Setiap Pelatih Kempo Daerah dilarang menjadi pelatih tetap pada satu atau lebih
Dojo yang berada diluar wilayah Kabupaten atau Kota akan tetapi masih di
dalam wilayah Provinsi dimana Pelatih Kempo Daerah itu terdaftar sebagai
anggota, tanpa mandat atau persetujuan tertulis dari Pengprovnya.
31.2.5 Setiap Pelatih Kempo dilarang meminta, mendapatkan atau menerima
honorarium dan/atau hadiah dan/atau fasilitas lainnya di dalam bentuk yang
bagaimanapun, secara langsung atau tidak langsung, dari Pengprov dan/atau
Pengkab dan/atau Pengkot dan/atau Pengdo dimana Pelatih itu melatih
dan/atau Kenshi yang dilatihnya sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya
melaksanakan pelatihan Kempo, kecuali fasilitas dan honorarium yang telah
ditentukan dan secara tegas diatur oleh PB atau diatur berdasarkan ketentuan
yang diberlakukan oleh PB.
31.3 Disiplin dan Kewajiban Khusus Penguji Kempo
Sebagaimana diatur AD dan/atau ART secara tertulis maupun tersirat, terdapat 3 (tiga)
disiplin dan kewajiban pokok setiap Penguji Kempo yang wajib dipatuhi dan/atau
dilaksanakan, yaitu:
31.3.1 Setiap Penguji Kempo berkewajiban untuk:
(i) Secara tertib, dan bertanggung jawab memberikan ujian Kempo secara
utuh kepada para Kenshi yang berada di wilayah kerjanya, sesuai dengan
ketetuan ujian yang berlaku.
(ii) Memberikan contoh dan karenanya menjadi teladan bagi para Kenshi di
wilayah kerjanya, dalam kegiatan organisasi maupun dalam kehidupan
bermasyarakat.
(iii) Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada para Kenshi di wilayah
kerjanya tentang pendidikan mental dan azas persaudaraan serta doktrin
dan falsafah Kempo.
(iv) Memberikan bantuan kepada Perkemi tentang peningkatan dan
perkembangan teknik Kempo.
31.3.2 Setiap Penguji Kempo Nasional dan/atau Penguji Kempo Daerah, dengan
alasan dan kepentingan apapun tanpa terkecuali, dilarang memberikan/turut
memberikan, membantu/turut membantu dan/atau memfasilitasi/turut
memfasilitasi ujian Kempo tanpa mandat tertulis terlebih dahulu dari PB.
31.3.3 Setiap Penguji Kempo dilarang meminta, mendapatkan atau menerima
honorarium dan/atau hadiah dan/atau fasilitas lainnya di dalam bentuk yang
bagaimanapun, secara langsung atau tidak langsung, dari setiap Kenshi yang
diujinya dan/atau pihak lainnya tanpa terkecuali sehubungan dengan
pelaksanaan tugasnya melaksanakan ujian kenaikan tingkat Kempo, kecuali
fasilitas dan honorarium yang telah ditentukan dan secara tegas diatur oleh PB
atau diatur berdasarkan ketentuan yang diberlakukan oleh PB .
31.4 Disiplin dan Kewajiban Khusus Wasit Kempo
Sebagaimana diatur AD dan/atau ART secara tertulis maupun tersirat, terdapat 6 (enam)
disiplin dan kewajiban pokok yang wajib dipatuhi dan/atau dilaksanakan oleh setiap Wasit
Kempo, yaitu:
31.4.1 Setiap Wasit Kempo berkewajiban untuk:
(i) Secara tertib, berwibawa, jujur, adil, bertanggung jawab dan tidak memihak
dalam mewasiti dan/atau memimpin setiap pertandingan Kempo, sesuai
dengan tingkatan dan/atau jenis perwasitan yang dimilikinya;

19
(ii) Memakai Seragam Wasit serta Lambang Wasit Kempo sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di dalam mewasiti setiap pertandingan Kempo;
(iii) Memberikan contoh dan karenanya menjadi teladan bagi para Kenshi di
dalam setiap pertandingan Kempo yang diwasitinya;
(iv) Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada para Kenshi di dalam setiap
pertandingan Kempo yang diwasitinya mengenai Peraturan Pertandingan;
(v) Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada setiap wasit yang berada di
bawah tingkatannya agar mereka dapat meningkatkan pengetahuannya,
teori maupun praktek, sehingga dengan demikian kesempatan untuk
mencapai tingkat yang lebih tinggi dan jenis yang lebih banyak dapat
dicapai;
(vi) Memberikan bantuan kepada Perkemi tentang peningkatan dan
perkembangan teknik Kempo, khususnya dalam segala hal yang berkaitan
dengan perwasitan; dan
(vii) Khusus bagi setiap Wasit Kempo Daerah berkewajiban untuk menjadi dan
mewasiti pertandingan Kempo pada Kejuaraan Kempo tingkat Nasional
dan/atau Nasional Wilayah.
31.4.2 Setiap Wasit Kempo yang bertugas dan secara aktif memberikan pelatihan
kepada satu atau beberapa Kontingen dan/atau seorang atau lebih Peserta
Kejuaraan Kempo, dilarang untuk menjadi Wasit dan/atau mewasiti setiap
pertandingan di dalam setiap Kejuaraan Kempo yang diikuti oleh setiap
Kontingen dan/atau Kenshi yang dilatihnya.
31.4.3 Setiap Wasit Kempo Nasional dan/atau Wasit Kempo Daerah, dengan alasan
dan kepentingan apapun tanpa terkecuali, dilarang mewasiti setiap pertandingan
Kempo pada setiap Kejuaraan Kempo tanpa terlebih dahulu mendapat
penunjukan dari pengurus yang berwenang, yaitu PB untuk setiap Kejuaraan
Kempo tingkat Nasional atau Nasional Wilayah, Pengprov untuk tingkat Provinsi,
Pengkab atau Pengkot untuk tingkat Kabupaten atau Kota, dan Pengdo untuk
tingkat Dojo.
31.4.4 Setiap Wasit Kempo Nasional, dengan alasan dan kepentingan apapun tanpa
terkecuali, dilarang mewasiti setiap pertandingan Kempo pada setiap Kejuaraan
Kempo yang diselenggarakan diluar wilayah hukum Provinsi/Pengprovnya tanpa
terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari PB.
31.4.5 Setiap Wasit Kempo Daerah, dengan alasan dan kepentingan apapun tanpa
terkecuali, dilarang mewasiti setiap pertandingan Kempo pada setiap Kejuaraan
Kempo yang diselenggarakan diluar wilayah hukum Provinsi/Pengprovnya tanpa
terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Pengprovnya.
31.4.6 Setiap Wasit Kempo dilarang meminta, mendapatkan atau menerima
honorarium dan/atau hadiah dan/atau fasilitas lainnya di dalam bentuk yang
bagaimanapun, secara langsung atau tidak langsung, dari Penyelenggara
dan/atau Panpel dan/atau Kontingen dan/atau Peserta dan/atau pihak lainnya
tanpa terkecuali, dari setiap Kejuaraan Kempo dimana Wasit itu bertugas
sebagai wasit, kecuali fasilitas dan honorarium yang telah ditentukan dan secara
tegas diatur oleh PB atau diatur berdasarkan ketentuan yang diberlakukan oleh
PB.
31.5 Disiplin dan Kewajiban Khusus Anggota DG
Sebagaimana diatur AD dan/atau ART secara tertulis maupun tersirat, terdapat 8
(delapan) disiplin dan kewajiban pokok yang wajib dipatuhi dan/atau dilaksanakan setiap
Anggota DG, yaitu:
31.5.1 Setiap anggota DG wajib memakai Lambang DG sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
31.5.2 Setiap anggota DG wajib membina, melatih, mendidik dan
menumbuhkembangkan teknik Kempo bagi setiap Kenshi anggota Perkemi
sesuai dengan penugasan yang diterimanya dari PB, yang diberikan
berdasarkan rekomendasi dari Pimpinan DG.

20
31.5.3 Setiap anggota DG wajib melaksanakan setiap penugasan yang diterimanya dari
PB dengan penuh tanggungjawab, yang diberikan berdasarkan rekomendasi
dari Pimpinan DG.
31.5.4 Setiap anggota DG wajib membuat dan menyerahkan laporan tertulis kepada PB
dengan tembusan kepada Pimpinan DG, tentang pelaksanaan setiap penugasan
yang diterimanya dari PB dimaksud Pasal 32.2 jo. Pasal 32.3 di atas, paling
lambat di dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah penugasan itu
dilaksanakan.
31.5.5 Setiap anggota DG wajib membuat dan menyerahkan laporan tertulis 6 (enam)
bulanan kepada PB dengan tembusan kepada Pimpinan DG, tentang
pelaksanaan setiap penugasan yang diterimanya dari PB dimaksud Pasal 32.2
jo. Pasal 32.3 di atas, dimana laporan 6 (enam) bulanan itu harus diserahkan
paling lambat pada tanggal 15 (lima belas) bulan Juli dan Januari.
31.5.6 Setiap anggota DG wajib memiliki harkat dan martabat yang tinggi dan wajib di
junjung tinggi dan dipertahankan oleh setiap anggota DG, serta wajib dihormati
dan dipatuhi oleh setiap Kenshi.
31.5.7 Setiap anggota DG tanpa mandat tertulis dari PB yang dibuat berdasarkan
rekomendasi dari DG, dilarang memberikan latihan yang telah diprogram dan
berlangsung secara kontinu, tidak termasuk latihan yang dilakukan secara
insidentil dan karena kunjungan singkat yang bukan merupakan pelaksanaan
program PB.
31.5.8 Setiap anggota DG wajib dilarang meminta, mendapatkan atau menerima
honorarium dan/atau hadiah dan/atau fasilitas lainnya di dalam bentuk yang
bagaimanapun, secara langsung atau tidak langsung, dari setiap Kenshi atau
pihak lainnya tanpa terkecuali, sehubungan dan/atau berhubungan dengan
pelaksanaan tugas dan kewajibannya, kecuali fasilitas dan honorarium yang
telah ditentukan dan secara tegas diatur oleh PB atau diatur berdasarkan
ketentuan yang diberlakukan oleh PB.

Pasal 32
Tindakan Disiplin (Pasal 188 ART)
32.1 Tindakan oleh Pelatih Kempo (Pasal 188.1 ART):
32.1.1 Memberikan tegoran atau peringatan lisan; dan/atau
32.1.2 Memberikan hukuman yang wajar.
32.2 Tindakan oleh Pengdo(Pasal 188.3 ART):
32.2.1 Memberikan tegoran atau peringatan tertulis; dan/atau
32.2.2 Menjatuhkan larangan berlatih paling lama 3 (tiga) bulan.
32.3 Tindakan oleh Pengprov (Pasal 188.6 ART):
32.3.1 Larangan mengikuti latihan dan/atau ujian maksimal 6 (enam) bulan; dan/atau
32.3.2 Pemberhentian Sementara paling lama 6 (enam) bulan.
32.4 Tindakan oleh PB (Pasal 188.4 ART):
32.4.1 Larangan mengikuti latihan dan/atau ujian maksimal 1 (satu) tahun; dan/atau
32.4.2 Penurunan tingkat DAN atau KYU; dan/atau
32.4.3 Pemberhentian Sementara paling lama 1 (satu) tahun; dan/atau
32.4.4 Pemberhentian.

BAB IV
TERTIB ADMINISTRASI

Pasal 33
Pembuatan dan Pemakaian Lambang, Bendera, Hymne, Mars Perkemi
33.1 Hak Milik Intelektual dan/atau Hak Cipta dari Lambang Perkemi dan/atau Bendera
Perkemi dan/atau Hymne Perkemi dan/atau Mars Perkemi adalah dimiliki, dikuasai dan
didaftar di atas nama PB., dan karenanya secara tegas dilarang untuk menyuruh

21
dan/atau membuat dan/atau membantu membuat, memperbanyak, menggandakan,
menjual, memperdagangkan, memasarkan Lambang Perkemi dan/atau Bendera Perkemi
dan/atau Hymne Perkemi dan/atau Mars Perkemi dan/atau setiap produk yang
mencantumkan dan/atau memakai Lambang Perkemi dan/atau Bendera Perkemi
dan/atau Hymne Perkemi dan/atau Mars Perkemi, tanpa persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari PB., dan/atau memakai Lambang Perkemi dan/atau Bendera Perkemi
dan/atau Hymne Perkemi dan/atau Mars Perkemi dan/atau setiap produk yang memakai
dan/atau mencantumkan Lambang Perkemi dan/atau Bendera Perkemi, dan/atau Hymne
Perkemi dan/atau Mars Perkemi yang dibuat tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu
dari PB.
33.2 Lambang dan Bendera Perkemi harus dibuat sesuai dengan ketentuan Pasal 4 AD jo.
Pasal 5 AD jo. Lampiran-I, Lampiran-II dan Lampiran-III AD.
33.3 PB dan setiap Pengprov, Pengkab atau Pengkot, dan Pengdo, di dalam membuat dan
memakai Lambang dan Bendera Perkemi harus mengikuti ketentuan tersebut tanpa
terkecuali.
33.4 Sebelum pembuatan Lambang dan/atau Bendera dilakukan, rancangan atau contoh dari
Lambang dan Bendera dimaksud harus disampaikan kepada PB untuk mendapat
persetujuan.
33.5 Sebelum persetujuan tertulis dari PB diberikan, setiap dan seluruh Pengprov, Pengkab
atau Pengkot, Pengdo dan anggota, tidak diperbolehkan untuk membuat Lambang dan
Bendera Perkemi, dengan alasan apapun.
33.6 Bendera Nasional dan Bendera Perkemi wajib dikibarkan pada setiap kegiatan Perkemi,
antara lain Muper, Raper, dan Kejuaraan Kempo, di tingkat pusat dan/atau daerah (Pasal
5.4 AD).
33.7 Bendera Nasional dan Bendera Perkemi wajib dikibarkan pada setiap tempat latihan
(dojo) dan di tempat dimana latihan atau kegiatan Kempo senyatanya dilakukan (Pasal
5.5 AD).
33.8 Bendera Nasional, Lambang Perkemi dan Bendera Perkemi juga wajib dipergunakan
dan/atau dikibarkan pada setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Perkemi selain
kegiatan dimaksud Pasal 33.6 dan/atau Pasal 33.7 di atas, misalnya setiap gashuku
dan/atau penataran, di tingkat pusat dan/atau daerah, tanpa ada yang dikecualikan.

Pasal 34
Hymne dan Mars Perkemi
34.1 Perkemi mempunyai hymne yaitu Hymne Perkemi, dan mars yaitu Mars Perkemi (Pasal
6.1 AD).
34.2 Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”, Hymne Perkemi dan Mars Perkemi wajib
diperdengarkan dan/atau dinyanyikan pada setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh
Perkemi, di tingkat pusat dan/atau daerah, seperti musyawarah dan/atau rapat
persaudaraan, dan/atau Kejuaraan Kempo (Pasal 6.4 AD).
34.3 Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”, Hymne Perkemi dan Mars Perkemi juga wajib
diperdengarkan dan/atau dinyanyikan pada setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh
Perkemi selain kegiatan dimaksud Pasal 34.2 di atas, misalnya gashuku, dan/atau
penataran di tingkat pusat dan/atau daerah, tanpa ada yang dikecualikan.
34.4 Khusus untuk Mars Perkemi, yang akan dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan dimaksud
Pasal 34.2 jo. Pasal 34.3 di atas adalah versi pendek sebagaimana dipersiapkan dan
diberlakukan PB.

Pasal 35
Seragam dan Sabuk Kenshi
35.1 Seragam Kenshi
35.1.1 Seragam Kenshi (“Dogi”) berwarna putih polos, yang bentuk dan ukurannya
akan diatur oleh PB (Pasal 6.1.1 ART).
35.1.2 Seragam Kenshi dengan dasar apapun tidak diperbolehkan ditempel, dibordir
atau dengan cara bagaimanapun dihiasi dengan lambang, logo, symbol, badge,
lukisan, tulisan dan lain sebagainya tanpa ada yang dikecualikan, kecuali

22
sebagaimana diatur dan diperbolehkan oleh ketentuan AD, ART dan setiap
peraturan Perkemi yang berlaku (Pasal 6.1.2 ART).
35.2 Sabuk Kenshi
35.2.1 Sabuk Kenshi (“Obi”) adalah sebagaimana diberlakukan oleh PB yang rincian
gambar, warna, dan ukurannya akan diatur oleh PB (Pasal 6.2.1 ART).
35.2.2 Setiap Kenshi berhak dan wajib memakai Sabuk Kenshi berdasarkan tingkatan
yang dimilikinya, dan sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan PB (Pasal
6.2.2 ART).

Pasal 36
Pembuatan dan pemakaian nama pada Seragam Kenshi
36.1 Sesuai dengan ketentuan dan tradisi yang berlaku, dan agar dapat mengenal Kenshi di
dalam kegiatan Kempo secara cepat dan tepat, maka pembuatan/pemakaian nama, yaitu
dibagian kerah atau punggung atas dari Seragam Kenshi, yang setiap saat dapat dilihat
dan dibaca dengan mudah, harus dilakukan oleh setiap Kenshi tanpa terkecuali.
36.2 Pembuatan nama harus dilakukan dengan memakai spidol atau tinta yang tidak luntur
dan dengan warna hitam atau biru tua atau merah, atau disulam/bordir dengan rapi
dengan memakai benang berwarna hitam atau biru tua atau merah yang tidak luntur.
36.3 Pengprov, Pengkab atau Pengkot, dan Pengdo bertanggung jawab agar seluruh Kenshi
di wilayah kerjanya agar mematuhi dan melaksanakan ketentuan ini.

Pasal 37
Pembuatan dan Pemakaian Lambang Kenshi Internasional
37.1 Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pemilik Hak
Milik Intelektual dari Lambang Kenshi Internasional adalah WSKO, dan Lambang Kenshi
Internasional hanya dapat dibuat oleh atau atas persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
pemilik hak, yaitu WSKO melalui PB.
37.2 Dengan demikian harus dipahami dan dimengerti, bahwa setiap Pengprov, Pengkab atau
Pengkot, Pengdo, ataupun setiap Kenshi atau pihak manapun tanpa terkecuali, harus
menghormati dan karenanya tidak boleh membuat dan/atau memakai dengan alasan
apapun Lambang Kenshi Internasional tanpa mendapat persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari pemilik hak, WSKO melalui PB.
37.3 Setiap Pengprov, Pengkab atau Pengkot, Pengdo, ataupun setiap Kenshi Indonesia,
hanya akan menerima/mendapatkan Lambang Kempo Internasional dari PB secara
langsung, atau melalui Pengprov, Pengkab atau Pengkot, atau Pengdonya, dan setiap
Pengprov, Pengkab atau Pengkot, atau Pengdo, hanya akan menerima/mendapatkan
Lambang Kempo Internasional dari PB.

Pasal 38
Pembuatan dan Pemakaian Lambang Kenshi Indonesia
38.1 Hak Milik Intelektual dari Lambang Kenshi Indonesia adalah dimiliki, dikuasai dan didaftar
di atas nama PB, dan karenanya secara tegas dilarang untuk menyuruh dan/atau
membuat dan/atau membantu membuat, memperbanyak atau menggandakan atau
membantu memperbanyak atau menggandakan dan/atau menjual, memperdagangkan,
memasarkan atau membantu menjual, memperdagangkan, memasarkan Lambang
Kenshi Indonesia dan/atau setiap produk yang mencantumkan dan/atau memakai
Lambang Kenshi Indonesia, tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PB, dan/atau
memakai atau menggunakan Lambang Kenshi Indonesia dan/atau setiap produk yang
memakai dan/atau mencantumkan Lambang Kenshi Indonesia, yang dibuat tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PB.
38.2 Dengan demikian harus dipahami dan dimengerti, bahwa oleh setiap Pengprov, Pengkab
atau Pengkot, Pengdo, Kenshi atau pihak manapun tanpa terkecuali, harus menghormati
dan karenanya tidak boleh membuat dan/atau memakai dengan alasan apapun Lambang
Kenshi Indonesia tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PB.

23
Pasal 39
Pemakaian Badge
39.1 Badge dibuat dan didesign oleh Pengdo, dan setiap Kenshi dalam kegiatan latihan atau
kegiatan sehari-hari memakai Badge Dojo dilengan kiri Dogi. Apabila Kenshi bertanding
untuk Dojo maka badge Dojo yang dipakai.
39.2 Apabila Kenshi bertanding untuk Kabupaten atau Kota, misalnya dalam Kejurprov atau
Porda, maka badge yang dipakai adalah badge yang ditentukan Kabupaten atau Kota
atau Pengkab atau Pengkot yang diwakilinya.
39.3 Apabila Kenshi bertanding untuk Provinsi, misalnya dalam Kejurnas atau PON, maka
badge yang dipakai adalah badge yang ditentukan Provinsi atau Pengprov yang
diwakilinya.
39.4 Tidak diperkenankan dengan alasan yang bagaimanapun untuk memakai badge
dan/atau atribut lainnya pada Dogi, kecuali sebagaimana diatur oleh AD dan ART, serta
peraturan Perkemi yang berlaku.
39.5 Pembuatan dan penerbitan Badge oleh setiap Pengprov, Pengkab atau Pengkot dan
Pengdo harus:
39.5.1 mewujudkan secara lengkap lambang Perkemi sebagaimana diatur Pasal 4.1
AD, dan
39.5.2 mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PB.

Pasal 40
NIK dan Kartu Anggota
40.1 PB adalah satu-satunya instansi yang berwenang untuk membuat dan mengeluarkan
NIK (“Nomor Induk Kenshi”) bagi setiap anggota Perkemi.
40.2 PB adalah satu-satunya instansi yang berwenang untuk membuat dan mengeluarkan
Kartu Anggota bagi setiap anggota Perkemi.
40.3 Setiap Pengprov, Pengkab atau Pengkot, dan Pengdo wajib melakukan perbaikan
administrasi dan pendaftaran ulang untuk mengetahui jumlah anggotanya, dari mulai
minarai sampai pemegang Dan tingkat tertinggi.
40.4 Pengprov, Pengkab atau Pengkot, dan Pengdo tidak diperkenankan untuk mengeluarkan
NIK dan/atau Kartu Anggota bagi setiap anggota, Pengprov atau Pengkab atau Pengkot
atau Pengdo dapat membuat dan mengeluarkan Kartu Absensi atau Kartu Iuran untuk
semua anggotanya, khusus untuk keperluan absensi dan pembayaran iuran.

Pasal 41
Sertifikat Tingkatan
41.1 PB mengeluarkan Sertifikat Tingkatan bagi setiap tingkat, baik KYU maupun DAN. Setiap
Pengprov, Pengkab atau Pengkot, dan Pengdo dengan dasar dan alasan apapun
dilarang dan tidak diperkenankan untuk mengeluarkan Sertipikat Tingkatan.
41.2 Penerbitan setiap Sertifikat Tingkatan dilaksanakan PB sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Pasal 42
Iuran Anggota
42.1 Iuran anggota per bulan jumlahnya minimal sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu Rupiah).
42.2 Penentuan besarnya iuran untuk setiap Kabupaten atau Kota dan/atau Dojo akan
ditentukan oleh Pengprov yang berwenang, dengan mempertimbangkan secara seksama
segala faktor yang berhubungan dan selanjutnya memberitahukan keputusan tersebut
kepada setiap Pangkab, Pengkot dan Pengdo yang ada di wilayah kerjanya, dan harus
dilaporkan kepada PB paling lambat 7 (tujuh) hari kelender terhitung tanggal keputusan.
42.3 Distribusi iuran anggota adalah sebagai berikut :
42.3.1 PB: 10 %.
42.3.2 Pengprov: 15 %.
42.3.3 Pengkab atau Pengkot: 15 %.
42.3.4 Pengdo: 60 %.

24
Pasal 43
Uang Pangkal
43.1 Setiap calon anggota diwajibkan membayar uang pangkal minimal sebesar Rp. 25.000,-
(duapuluh lima ribu Rupiah).
43.2 Penentuan besarnya uang pangkal yang dipungut untuk suatu Kabupaten atau Kota
dan/atau Dojo yang melebihi jumlah sebagaimana diatur Pasal 43.1 di atas ditentukan
oleh Pengprov yang berkepentingan dengan mempertimbangkan dengan seksama
segala faktor yang berhubungan dan selanjutnya memberitahukan keputusan tersebut
kepada setiap Pengkab, Pengkot dan Pengdo yang ada di wilayah kerjanya, dan harus
dilaporkan kepada PB paling lambat 7 (tujuh) hari kelender terhitung tanggal keputusan.
43.3 Ketentuan mengenai distribusi uang pangkal adalah sebagai berikut:
43.3.1 PB: 30 %.
43.3.2 Pengprov: 10 %.
43.3.3 Pengkab atau Pengkot: 10 %.
43.3.4 Pengdo: 50 %.

Pasal 44
Iuran Yudansha
44.1 Setiap Yudansha wajib membayar Iuran Yudansha kepada PB, yang jumlahnya sebesar
Rp. 10.000.- (sepuluh ribu Rupiah) perbulan atau jumlah yang lain yang ditentukan PB
berdasarkan surat keputusan.
44.2 Semua Iuran Yudansha dikirim langsung ke Rekening PB yang ditentukan dan
diberitahukan oleh PB.

Pasal 45
Pembuatan dan Pemakaian Kop Surat & Amplop
45.1 Pencantuman Lambang Perkemi sebagaimana diatur Pasal 4.1 AD adalah mutlak dan
mengikat, karenanya harus diikuti tanpa melakukan tambahan dan/atau perubahan
dalam bentuk yang bagaimanapun juga. Sebagai patokan ukuran dan warna dipakai
lambang Perkemi sebagaimana tercantum pada kop surat dan amplop PB (Lampiran-7
dan Lampiran-8).
45.2 Setiap Pengprov, Pengkab atau Pengkot, dan Pengdo harus mematuhi ketentuan ini dan
karenanya menyesuaikan kop surat dan amplop yang dipergunakannya.
45.3 Pada sisi sebelah kanan kop surat dan amplop Pengprov, Pengkab atau Pengkot, dan
Pengdo dapat memakai lambang Provinsi, Kabupaten atau Kota, dan Dojo yang
ukurannya diatur sedemikian rupa agar terjaga keharmonisan antara lambang Perkemi
dengan lambang Provinsi, Kabupaten atau Kota, dan Dojo.
45.4 Apabila berdasarkan suatu ketentuan atau fakta khusus, yang kebenarannya harus
dibuktikan dengan bukti tertulis, pemakaian atau pencantuman lambang tertentu,
misalnya lambang Universitas/Perguruan Tinggi, diwajibkan harus dicantumkan di
sebelah kiri, maka hal tersebut harus diberitahukan kepada PB berdasarkan
permintaan yang didukung bukti tertulis dimaksud, PB akan mempertimbangkan dan
memutuskan hal tersebut dan akan dituangkan di dalam suatu surat keputusan.
45.5 Tidak diperkenankan menambah tulisan, gambar, atau lambang pada kop surat dan/atau
amplop, kecuali nama dan lambang dari Pengprov, Pengkab atau Pengkot atau Pengdo.

Pasal 46
Pembuatan dan Pemakaian Stempel
46.1 Pengprov, Pengkab atau Pengkot, atau Pengdo diwajibkan untuk mempedomani stempel
PB di dalam membuat stempel Pengprov, Pengkab atau Pengkot, atau Pengdo, yang
memakai warna merah untuk lambang dan tulisan dengan huruf hitam sebagai berikut
(Pasal 4 AD):

Ukuran diameter stempel adalah 2 - 2,5 cm.

25
46.2 Apabila belum dapat dibuat/dipesan stempel sebagaimana dimaksud Pasal 46.1 di atas,
PB akan membantu pemesanan/pembuatannya.
46.3 Apabila teknologi pembuatan stempel telah memungkinkan pemakaian Lambang
Perkemi secara lengkap sebagaimana dimaksud Pasal 4.1 AD, maka setiap stempel
yang dipergunakan harus sepenuhnya memenuhi ketentuan Pasal 4.1 AD, dan hal ini
akan diatur lebih lanjut oleh PB.

Pasal 47
Nomor Surat
47.1 Demi tertibnya penomoran surat keluar dan untuk mengetahui pejabat yang
membuat/menandatangani surat, maka dipakai tanda khusus pada nomor surat keluar.
Contoh:
1. Pengprov Jawa Tengah:
14/Jateng-KU/I/2006.
15/Jateng-KKOHE/II/2006.
75/Jateng-KKPP/III/2006.
8/Jateng-SU/IV/2006.
2. Pengurus Kota Surabaya:
17/Sby-Sek/V/2006.
112/Sby-Kt/VI/2006.
3. Pengdo Universitas Indonesia:
12/UI-Kt/VII/2006.
16/UI-Sek/VIII/2006.
47.2 Untuk kepentingan penomoran surat, maka dipergunakan singkatan seperti dirinci di
bawah ini, yang membuktikan anggota pengurus yang menandatangani surat dimaksud:
- KU : Ketua Umum.
- WKU : Wakil Ketua Umum.
- Kt : Ketua.
- WKt : Wakil Ketua.
- SJ : Sekretaris Jenderal.
- WSJ : Wakil Sekretaris Jenderal.
- SU : Sekretaris Umum.
- WSU : Wakil Sekretaris Umum.
- Sek : Sekretaris.
- WaSek : Wakil Sekretaris.
- Bara : Bendahara.
- Wabara : Wakil Bendahara.
- KOHE : Komisi Organisasi, Hukum dan Etika.
- KhubLu : Komisi Hubungan Luar Negeri.
- KLitbang : Komisi Penelitian dan Pengembangan.
- KBinpres : Komisi Pembinaan Prestasi.
- KPP : Komisi Pertandingan dan Perwasitan.
- KPM : Komisi Pelajar dan Mahasiswa.
- KDayna : Komisi Daya dan Dana.
- KHumas : Komisi Media dan Hubungan Masyarakat.
- KRena : Komisi Perencanaan dan Anggaran.
- KPU : Komisi Perlengkapan dan Umum.

Pasal 48
Formulir Standar
PB, Pengprov, Pengkab atau Pengkot, dan Pengdo wajib memakai Formulir standar yang
dikeluarkan dan diberlakukan oleh PB, dan jenis Formulir yang berlaku saat ini adalah:
48.1 Formulir-01 : Pendaftaran Anggota Baru (Lampiran-9).
48.2 Formulir-02 : Rekomendasi Pengdo (Lampiran-10).
48.3 Formulir-03 : Penerimaan Anggota Baru (Lampiran-11).
48.4 Formulir-04 : Registrasi Pengprov (Lampiran-12).

26
48.5 Formulir-05 : Registrasi Pengkab atau Pengkot (Lampiran-13).
48.6 Formulir-06 : Registrasi Pengdo (Lampiran-14).
48.7 Formulir-07 : Laporan Latihan & Administrasi (Lampiran-15).
48.8 Formulir-08 : Jawaban Laporan Latihan & Administrasi (Lampiran-16).
48.9 Formulir-09 : Permohonan Mutasi Dojo (Lampiran-17).
48.10 Formulir-10 : Permohonan Mutasi Kabupaten atau Kota (Lampiran-18).
48.11 Formulir-11 : Permohonan Mutasi Provinsi (Lampiran-19).
48.12 Formulir-12 : Permohonan Mutasi LN Sementara (Lampiran-20).
48.13 Formulir-13 : Permohonan Mutasi LN Tetap (Lampiran-21).
48.14 Formulir-14 : Persetujuan Mutasi Dojo (Lampiran-22).
48.15 Formulir-15 : Penolakan Mutasi Dojo (Lampiran-23).
48.16 Formulir-16 : Persetujuan Mutasi Kabupaten atau Kota (Lampiran-24).
48.17 Formulir-17 : Penolakan Mutasi Kabupaten atau Kota (Lampiran-25).
48.18 Formulir-18 : Persetujuan Mutasi Provinsi (Lampiran-26).
48.19 Formulir-19 : Penolakan Mutasi Provinsi (Lampiran-27).
48.20 Formulir-20 : Persetujuan Mutasi LN Sementara (Lampiran-28).
48.21 Formulir-21 : Persetujuan Mutasi LN Tetap (Lampiran-29).
48.22 Formulir-22 : Penolakan Mutasi LN Sementara (Lampiran-30).
48.23 Formulir-23 : Penolakan Mutasi LN Tetap (Lampiran-31).
48.24 Formulir-24 : Permohonan Ujian Kenshi (Lampiran-32).
48.25 Formulir-25 : Pernyataan Yudansha (Lampiran-33).
48.26 Formulir-26 : Permohonan Ujian Pengurus (Lampiran-34).
48.27 Formulir-27 : Tabulasi Penilaian Ujian (Lampiran-35);
48.28 Formulir-28 : Laporan Hasil Ujian (Lampiran-36).
48.29 Formulir-29 : Registrasi Kenshi (Lampiran-37).

Pasal 49
Awal dan Akhir Surat
Semua surat dilingkungan organisasi Perkemi memakai awal dan akhir surat sebagai berikut:

Awal surat :
"Salam Persaudaraan"

Akhir surat :
"Demi Tanah Air, Demi Persaudaraan, Demi Kemanusiaan"

Pasal 50
Laporan Registrasi dan Laporan Kegiatan
50.1 Laporan Registrasi:
Setiap Pengdo, Pengkab atau Pengkot dan Pengprov, wajib menyampaikan laporan
setiap 6 (enam) bulanan kepada PB, dengan memakai Formulir-04: Registrasi
Pengprov (Lampiran-12) untuk setiap Pengprov, Formulir-05: Registrasi Pengkab
atau Pengkot (Lampiran-13) untuk setiap Pengkab atau Pengkot, dan Formulir-06:
Registrasi Pengdo (Lampiran-14) untuk setiap Pengdo.
50.2 Laporan Kegiatan:
50.2.1 Setiap Pengdo diwajibkan untuk melaporkan kegiatannya kepada PB, dengan
tembusan kepada Pengkab atau Pengkot dan Pengprovnya, dimana laporan ini
harus dilakukan setiap bulan, dengan memakai Formulir-07: Laporan Latihan
dan Administrasi (Lampiran-15).
50.2.2 Setelah menerima laporan dari suatu Pengdo, PB paling lambat 14 (empat
belas) hari kalender terhitung tanggal diterimanya laporan itu, wajib
membalasnya dengan memakai Formulir-08: Jawaban Laporan Latihan &
Administrasi (Lampiran-16), dan tembusannya diberikan kepada Pengkab atau
Pengkot dan Pengprov yang berkepentingan.

27
Pasal 51
Mutasi Kenshi
51.1 Yang dimaksud dengan Mutasi Kenshi adalah:
51.1.1 Berpindahnya tempat latihan Kempo seorang Kenshi secara tetap atas dasar
dan keperluan apapun tanpa ada yang dikecualikan, dari suatu Dojo dimana
Kenshi itu terdaftar sebagai anggota ke Dojo yang lain yang juga berada di
dalam wilayah hukum Perkemi Kabupaten atau Kota yang sama, dengan
maksud dan tujuan untuk selanjutnya secara tetap berlatih dan didaftar sebagai
anggota di Dojo yang baru itu;
51.1.2 Berpindahnya kedudukan dan tempat tinggal seorang Kenshi secara tetap, atas
dasar dan keperluan apapun tanpa ada yang dikecualikan, dari wilayah hukum
suatu Perkemi Kabupaten atau Kota ke wilayah hukum suatu Perkemi
Kabupaten atau Kota yang lain, tetapi tetap berada di dalam wilayah hukum
Perkemi Provinsi yang sama, dengan maksud dan tujuan untuk selanjutnya
berlatih secara tetap dan didaftar sebagai anggota di salah satu Dojo yang ada
di dalam wilayah hukum Perkemi Kabupaten atau Kota yang ditujunya itu;
51.1.3 Berpindahnya kedudukan dan tempat tinggal seorang Kenshi secara tetap, atas
dasar dan keperluan apapun tanpa ada yang dikecualikan, dari wilayah hukum
suatu Perkemi Kabupaten atau Kota ke wilayah hukum suatu Perkemi
Kabupaten atau Kota yang lain, yang berada di luar wilayah hukum Perkemi
Provinsi yang terdahulu, dengan maksud dan tujuan untuk selanjutnya berlatih
secara tetap dan didaftar sebagai anggota di salah satu Dojo yang ada di dalam
wilayah hukum Perkemi Kabupaten atau Kota dan Perkemi Provinsi yang
ditujunya itu;
51.1.4 Berpindahnya kedudukan dan tempat tinggal seorang Kenshi anggota Perkemi
dengan dasar dan keperluan apapun, tidak ada yang dikecualikan, untuk
sementara dari wilayah hukum Indonesia ke wilayah hukum suatu negara lain,
dengan maksud untuk berlatih Kempo di negara lain itu, akan tetapi tetap
mempertahankan statusnya sebagai anggota Perkemi.
51.1.5 Berpindahnya kedudukan dan tempat tinggal seorang Kenshi anggota Perkemi
dengan dasar dan keperluan apapun, tidak ada yang dikecualikan, secara tetap,
dari wilayah hukum Indonesia ke wilayah hukum suatu negara lain, dengan
maksud dan tujuan untuk berlatih Kempo dan didaftar sebagai anggota
organisasi Kempo di negara lain itu, dan karenanya melepaskan statusnya
sebagai anggota Perkemi.
51.2 Permohonan Mutasi Kenshi:
51.2.1 Setiap Kenshi yang bermaksud untuk melakukan Mutasi dimaksud Pasal 51.1.1
di atas, diwajibkan mengajukan Permohonan Mutasi Dojo kepada Pengdo
dimana yang bersangkutan terdaftar sebagai anggota, paling lambat 30
(tigapuluh) hari kalender sebelum melakukan Mutasi, dengan memakai
Formulir-09: Permohonan Mutasi Dojo (Lampiran-17), yang tembusan atau
photocopynya disampaikan pula kepada Pengdo yang baru yang akan ditujunya.
51.2.2 Setiap Kenshi yang bermaksud untuk melakukan Mutasi dimaksud Pasal 51.1.2
di atas, diwajibkan mengajukan Permohonan Mutasi Kabupaten atau Kota
kepada Pengdo dan Pengkab atau Pengkot dimana yang bersangkutan terdaftar
sebagai anggota paling lambat 30 (tigapuluh) hari kalender sebelum melakukan
Mutasi, dengan memakai Formulir-10: Permohonan Mutasi Kabupaten atau
Kota (Lampiran-18), yang tembusan atau photocopynya disampaikan pula
kepada Pengdo dan Pengkap atau Pengkot yang baru yang akan ditujunya.
51.2.3 Setiap Kenshi yang bermaksud untuk melakukan Mutasi dimaksud Pasal 51.1.3
di atas, diwajibkan mengajukan Permohonan Mutasi Provinsi kepada Pengdo
dan Pengprov dimana yang bersangkutan terdaftar sebagai anggota paling
lambat 30 (tigapuluh) hari kalender sebelum melakukan Mutasi, dengan
memakai Formulir-11: Permohonan Mutasi Provinsi (Lampiran-19), yang
tembusan atau photocopynya disampaikan pula kepada Pengdo dan Pengprov
yang baru yang akan ditujunya.

28
51.2.4 Setiap Kenshi yang bermaksud untuk melakukan Mutasi dimaksud Pasal 51.1.4
di atas, diwajibkan mengajukan Permohonan Mutasi LN Sementara kepada PB
dan tembusan atau photocopynya kepada Pengdo dimana yang bersangkutan
terdaftar sebagai anggota, dan Pengkab atau Pengkot serta Pengprov yang
berwenang, paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sebelum melakukan
Mutasi, dengan memakai Formulir-12: Permohonan Mutasi LN Sementara
(Lampiran-20).
51.2.5 Setiap Kenshi yang bermaksud untuk melakukan Mutasi dimaksud Pasal 51.1.5
di atas, diwajibkan mengajukan Permohonan Mutasi LN Tetap kepada PB dan
tembusan atau photocopynya kepada Pengdo, Pengkab atau Pengkot dan
Pengprov dimana yang bersangkutan terdaftar sebagai anggota, paling lambat
90 (sembilan puluh) hari kalender sebelum melakukan Mutasi, dengan memakai
Formulir-13: Permohonan Mutasi LN Tetap (Lampiran-21).
51.3 Persetujuan atau Penolakan Mutasi Kenshi:
51.3.1 Pengdo segera setelah menerima Permohonan Mutasi Dojo dimaksud Pasal
51.2.1 di atas, apabila tidak mempunyai keberatan dan menyetujui Permohonan
Mutasi yang dimohonkan, wajib mengeluarkan dan memberikan kepada Kenshi
yang berkepentingan Surat Persetujuan Mutasi dengan memakai Formulir-14:
Persetujuan Mutasi Dojo (Lampiran-22), yang wajib dilakukan paling lambat
14 (empat belas) hari kalender terhitung tanggal diterimanya Permohonan
Mutasi Dojo. Tembusan atau photocopy Surat Persetujuan Mutasi dikirimkan
juga kepada Pengkab atau Pengkot, Pengprov yang membawahinya, dan PB,
serta Pengdo yang dituju oleh Kenshi yang mengajukan permohonan Mutasi.
51.3.2 Apabila Pengdo mempunyai keberatan atas Permohonan Mutasi Dojo, maka
keberatan itu wajib disampaikan kepada Kenshi yang berkepentingan, dengan
memakai Formulir-15: Penolakan Mutasi Dojo (Lampiran-23), yang wajib
dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung tanggal
diterimanya Permohonan Mutasi Dojo, dengan tembusan kepada PB dan
Pengprov serta Pengkab atau Pengkot yang membawahinya. Dengan dasar
apapun Pengdo dilarang mengajukan keberatan apabila dasar Mutasi Kenshi
adalah: (i) pindah tempat tinggal karena mendapatkan pekerjaan atau mutasi
pekerjaan; (ii) pindah tempat tinggal kerena mengikuti orangtua atau suami atau
istri; atau (iii) pindah tempat tinggal karena pindah tempat sekolah atau kuliah.
51.3.3 Pengkab atau Pengkot segera setelah menerima Permohonan Mutasi
Kabupaten atau Kota dimaksud Pasal 51.2.2 di atas, apabila tidak mempunyai
keberatan atas Permohonan Mutasi Kabupaten atau Kota, wajib mengeluarkan
dan memberikan kepada Kenshi yang berkepentingan Surat Persetujuan Mutasi
dengan memakai Formulir-16: Persetujuan Mutasi Kabupaten atau Kota
(Lampiran-24), yang wajib dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari
kalender terhitung tanggal diterimanya Permohonan Mutasi Kabupaten atau
Kota. Tembusan atau photocopy Surat Persetujuan Mutasi itu wajib dikirimkan
kepada Pengdo yang berkepentingan, dan Pengprov yang membawahinya,
serta PB dan Pengdo yang dituju oleh Kenshi yang mengajukan Permohonan
Mutasi Kabupaten atau Kota.
51.3.4 Apabila Pengkab atau Pengkot mempunyai keberatan atas Permohonan Mutasi
Kabupaten atau Kota, maka adanya keberatan itu wajib disampaikan kepada
Kenshi yang berkepentingan, dengan memakai Formulir-17: Penolakan Mutasi
Kabupaten atau Kota (Lampiran-25), yang wajib dilakukan paling lambat 14
(empat belas) hari kalender terhitung tanggal diterimanya Permohonan Mutasi
Kabupaten atau Kota, dengan tembusan atau photocopy kepada PB dan
Pengprov yang membawahinya, serta Pengkab atau Pengkot dan Pengdo yang
berkepentingan. Dengan dasar apapun Pengkab atau Pengkot dilarang
mengajukan keberatan apabila dasar Mutasi Kenshi adalah: (i) pindah tempat
tinggal karena mendapatkan pekerjaan atau mutasi pekerjaan; (ii) pindah tempat
tinggal kerena mengikuti orangtua atau suami atau istri; atau (iii) pindah tempat
tinggal karena pindah tempat sekolah atau kuliah.

29
51.3.5 Pengprov segera setelah menerima Permohonan Mutasi Provinsi dimaksud
Pasal 51.2.3 di atas, apabila tidak mempunyai keberatan atas Permohonan
Mutasi Provinsi, wajib mengeluarkan dan memberikan kepada Kenshi yang
berkepentingan Surat Persetujuan Mutasi dengan memakai Formulir-18:
Persetujuan Mutasi Provinsi (Lampiran-26), yang wajib dilakukan paling
lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung tanggal diterimanya
Permohonan Mutasi Provinsi. Tembusan atau photocopy Surat Persetujuan
Mutasi itu dikirimkan juga kepada Pengdo yang dituju, Pengprov dan Pengkab
atau Pengkot yang membawahinnya, serta PB.
51.3.6 Apabila Pengprov mempunyai keberatan atas Permohonan Mutasi Provinsi,
maka adanya keberatan itu wajib disampaikan kepada Kenshi yang
berkepentingan, dengan memakai Formulir-19: Penolakan Mutasi Provinsi
(Lampiran-27), yang wajib dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari
kalender terhitung tanggal diterimanya Permohonan Mutasi Provinsi, dengan
tembusan atau photocopy kepada PB, serta Pengprov, Pengkab atau Pengkot
dan Pengdo yang dituju. Dengan dasar apapun Pengprov dilarang mengajukan
keberatan apabila dasar Permohonan Mutasi Provinsi adalah: (i) pindah tempat
tinggal karena mendapatkan pekerjaan atau mutasi pekerjaan; (ii) pindah tempat
tinggal kerena mengikuti orangtua atau suami atau istri; atau (iii) pindah tempat
tinggal karena pindah tempat sekolah atau kuliah.
51.3.7 PB segera setelah menerima Permohonan Mutasi LN Sementara dimaksud
Pasal 51.2.4 atau Permohonan Mutasi LN Tetap dimaksud Pasal 51.2.5 di atas,
apabila tidak mempunyai keberatan atas Permohonan Mutasi itu, wajib
mengeluarkan dan memberikan kepada Kenshi yang berkepentingan Surat
Persetujuan Mutasi dengan memakai Formulir-20: Persetujuan Mutasi LN
Sementara (Lampiran-28) atau Formulir-21: Persetujuan Mutasi LN Tetap
(Lampiran-29), yang wajib dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender
terhitung tanggal diterimanya Permohonan Mutasi. Tembusan atau photocopy
Surat Persetujuan Mutasi itu dikirimkan juga kepada Pengdo, Pengkab atau
Pengkot dan Pengprov yang berkepentingan.
51.3.8 Apabila PB mempunyai keberatan atas Mutasi yang dimohonkan, maka adanya
keberatan itu wajib disampaikan kepada Kenshi yang berkepentingan dengan
memakai Formulir-22: Penolakan Mutasi LN Sementara (Lampiran-30) atau
Formulir-23: Penolakan Mutasi LN Tetap (Lampiran-31), yang wajib dilakukan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung tanggal diterimanya
Permohonan Mutasi. Tembusan atau photocopy Surat Persetujuan Mutasi itu
dikirimkan juga kepada Pengdo, Pengkab atau Pengkot dan Pengprov yang
berkepentingan. Dengan dasar apapun PB dilarang mengajukan keberatan
apabila dasar Mutasi Kenshi adalah: (i) pindah tempat tinggal karena
mendapatkan pekerjaan atau mutasi pekerjaan; (ii) pindah tempat tinggal kerena
mengikuti orangtua atau suami atau istri; (iii) pindah tinggal karena pindah
tempat sekolah atau kuliah; (iv) melakukan imigrasi; atau (v) melakukan
perubahan kewarganegaraan menjadi warganegara asing.
51.4 Peninjauan dan Keputusan atas Penolakan Mutasi Kenshi:
51.4.1 Apabila penolakan dimaksud Pasal 51.3.2 di atas, yang tidak dapat diselesaikan
secara persaudaraan di dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender,
maka hal itu wajib disampaikan kepada Pengprov yang berwenang untuk ditinjau
dan diputuskan. Di dalam mempertimbangkan dan memutuskan hal ini,
Pengprov harus melakukannya secara teliti dengan mempertimbangkan setiap
dan seluruh keterangan dan fakta yang diajukan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dan/atau data/fakta yang dimilikinya dan/atau diperolehnya
sendiri.
51.4.2 Apabila penolakan dimaksud Pasal 51.3.4, dan Pasal 51.3.6 di atas yang tidak
dapat diselesaikan secara persaudaraan di dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari kalender, atau keputusan yang diambil Pengprov dimaksud Pasal
51.4.1 di atas tidak dapat diterima oleh pihak(-pihak)nya, maka hal tersebut

30
dapat disampaikan kepada PB untuk ditinjau dan diputuskan, paling lambat di
dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender terhitung tanggal keputusan itu
diterimanya. Keputusan yang dijatuhkan oleh PB adalah final dan mengikat. Di
dalam mempertimbangkan dan memutuskan hal ini, PB harus melakukannya
secara teliti dengan mempertimbangkan setiap dan seluruh keterangan dan
fakta yang diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan/atau data/fakta
yang dimilikinya dan/atau diperolehnya sendiri.
51.4.3 Dalam hal penolakan hanya terbatas pada hal sebagaimana dimaksud Pasal
51.3.8 di atas, Kenshi yang berkepentingan dapat mengajukan penyelesaian hal
tersebut dihadapan Rapernas atau Mupernas terdekat, untuk ditinjau dan
diputuskan, seseuai dengan tatacara sebagaimana ditentukan dan diputuskan
sendiri oleh Rapernas atau Mupernas itu.
51.5 Konsekuensi Mutasi Kenshi:
51.5.1 Setiap Kenshi yang melakukan Mutasi dimaksud Pasal 51.1.1 di atas, hanya
dapat mengikuti setiap Kejuaraan Kempo untuk Dojonya yang baru, setelah
Kenshi itu berlatih dan dicatat sebagai anggota di Dojo yang baru itu selama
paling sedikit 6 (enam) bulan terus menerus.
51.5.2 Setiap Kenshi yang melakukan Mutasi dimaksud Pasal 51.1.2 di atas, hanya
dapat mengikuti setiap Kejuaraan Kempo untuk Perkemi Kabupaten atau
Kotanya yang baru, setelah Kenshi itu berlatih dan dicatat sebagai anggota
disalah satu Dojo di dalam wilayah hukum Perkemi Kabupaten atau Kotanya
yang baru itu selama paling sedikit 9 (enam) bulan terus menerus.
51.5.3 Setiap Kenshi yang melakukan Mutasi dimaksud Pasal 51.1.3 di atas, hanya
dapat mengikuti setiap Kejuaraan Kempo untuk Perkemi Provinsinya yang baru,
setelah Kenshi itu berlatih dan dicatat sebagai anggota disalah satu Dojo di
dalam wilayah hukum Perkemi Provinsinya yang baru itu selama paling sedikit
12 (duabelas) bulan terus menerus.

BAB V
TERTIB UJIAN KENAIKAN TINGKAT

Pasal 52
Peraturan Ujian Kenaikan Tingkat (Pasal 186 ART)
52.1 PB mempersiapkan dan melaksanakan setiap ujian kenaikan tingkat, baik tingkat Kyu
maupun Dan, yang pelaksanaannya dilakukan di dalam Gasnas atau Gasnaswil atau
kegiatan-kegiatan lainnya sebagaimana diprogramkan oleh PB, atau Gasprov atau
Gaskab atau Gaskot, dengan ketentuan sebagai berikut:
52.1.1 Ujian pada Gaskab atau Gaskot:
(i) Gaskab atau Gaskot itu merupakan bagian dari Program Kerja dari
Pengkab atau Pengkot;
(ii) Pelaksanaan ujian pada Gaskab atau Gaskot hanya dapat dilaksanakan
sampai dengan ujian menuju KYU I;
52.1.2 Ujian pada Gasprov:
(i) Gasprov itu merupakan bagian dari Program Kerja dari Pengprov;
(ii) Pelaksanaan ujian pada Gasprov hanya dapat dilaksanakan sampai
dengan ujian menuju DAN I;
52.1.3 Ujian pada Gasnaswil:
Pelaksanaan ujian pada Gasnaswil hanya dapat dilaksanakan sampai dengan
ujian menuju DAN II;
52.1.4 Ujian pada Gasnas atau kegiatan lain yang diselenggarakan PB:
Pelaksanaan ujian pada Gasnas atau kegiatan lain yang diselenggarakan PB
dapat dilaksanakan sampai dengan ujian tingkat sebagaimana disetujui oleh
organisasi Kempo sedunia;

31
52.2 PB dengan mempertimbangkan rekomendasi DG menentukan peraturan dan tatacara
pelaksanaan ujian kenaikan tingkat KYU dan DAN.
52.3 Ujian kenaikan tingkat KYU dan DAN terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu:
52.3.1 Ujian sejarah, organisasi dan administrasi Perkemi/Kempo;
52.3.2 Ujian filosofi, disiplin dan etika serta pemahaman teori Kempo;
52.3.3 Ujian praktek penguasaan tehnik Kempo; dan
52.3.4 Ujian praktek penerapan tehnik Kempo.
52.4 Khusus untuk ujian kenaikan tingkat menuju III DAN ke atas, diadakan ujian tertulis
dan/atau lisan tentang kepemimpinan dan manajemen Perkemi, yang materi dan
penilaiannya dipersiapkan dan dilakukan oleh PB dan/atau organisasi Kempo sedunia,
sebagaimana berlaku.
52.5 Pelaksanaan ujian Kempo di dalam setiap Gaskab atau Gaskot atau Gasprov hanya
dilaksanakan apabila Gaskab atau Gaskot atau Gasprov itu merupakan bagian dari
program kerja tahunan Pengkab atau Pengkot atau Pengprov itu, dan Program Kerja
Tahunan itu sebelumnya telah dilaporkan kepada PB secara tertulis.
52.6 Pelaksanaan ujian teknik Kempo untuk tingkat DAN, harus dilaksanakan oleh tim penguji
yang terdiri dari 3 (tiga) orang Penguji Nasional, dimana paling sedikit seorang
anggotanya adalah anggota DG.
52.7 Pelaksanaan ujian teknik Kempo untuk tingkat KYU, harus dilaksanakan oleh tim penguji
yang terdiri dari 3 (tiga) orang Penguji Nasional dan/atau Penguji Daerah.
52.8 Setiap ujian teknik kenaikan tingkat hanya dapat dilaksanakan oleh anggota DG dan/atau
Penguji Kempo, setelah anggota DG dan/atau Penguji itu mendapat mandat tertulis dari
PB. Untuk anggota DG, mandat akan diberikan oleh PB setelah mendapat rekomendasi
tertulis dari atau atas nama Ketua DG.
52.9 Ujian teknik kenaikan tingkat KYU dan/atau DAN akan dilaksanakan apabila segala
persyaratan organisasi dan administrasi sebagaimana berlaku telah dipenuhi, antara lain
setiap Kenshi yang akan mengikuti ujian wajib mempunyai Nomor Induk Kenshi, dan
telah memenuhi persyaratan administrasi, hal ini harus mendapat penegasan tertulis
terlebih dahulu dari PB, atau Pengprov atau Pengkab atau Pengkot yang melaksanakan
administrasi ujian kenaikan tingkat.
52.10 Hasil ujian kenaikan tingkat yang administrasinya dilaksanakan oleh Pengprov harus
dilaporkan kepada PB paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah ujian kenaikan tingkat
dilaksanakan.
52.11 Setiap Kenshi yang lulus ujian kenaikan tingkat, KYU dan/atau DAN, akan dilantik oleh
atau atas nama PB di dalam upacara pelantikan.
52.12 Kenshi yang belum mencapai umur 12 (duabelas) tahun dan/atau belum lulus ujian
Sekolah Dasar, tidak dapat mengikuti ujian kenaikan tingkat kesabuk hitam (DAN).

Pasal 53
Persyaratan Administrasi Ujian
53.1 Setiap Kenshi peserta ujian harus:
53.1.1 Memiliki NIK dan Sertipikat Tingkatan untuk tingkat KYU atau DAN;
53.1.2 Membuat dan menyerahkan Formulir-24: Permohonan Ujian Kenshi
(Lampiran-32);
53.1.3 Khusus untuk Kenshi peserta ujian tingkat DAN, membuat dan menyerahkan
Formulir-25: Pernyataan Yudansha (Lampiran-33);
53.1.4 Mendapat Rekomendasi dari Pengdo, Pengkab atau Pengkot dan Pengprov
dengan memakai Formulir-26: Permohonan Ujian Pengurus (Lampiran-34);
53.1.5 Sudah melunasi semua kewajiban keuangan yang berlaku, yaitu uang iuran dan
uang ujian;
53.2 Besarnya uang ujian adalah sesuai dengan ketentuan peraturan PB.
53.3 Setiap Kenshi Indonesia yang sesuai dengan ketentuan organisasi Kempo sedunia yang
berlaku wajib menempuh ujian kenaikan tingkat di luar Indonesia, maka Kenshi tersebut
harus mengisi Formulir sebagaimana diberlakukan organisasi Kempo sedunia itu dan
harus dimintakan untuk difiat/disahkan oleh Ketua DG dan Ketua Umum PB.

32
Pasal 54
Distribusi Uang Ujian
54.1 Apabila ujian (administrasi dan teknis) dilaksanakan oleh PB maka seluruh uang ujian
diserahkan kepada PB.
54.2 Apabila ujian secara administrasi dilaksanakan oleh Pengprov dan ujian teknis oleh Tim
Penguji PB, maka pembagian uang ujian adalah sebagai berikut :
54.2.1 60% diserahkan kepada PB;
54.2.2 40% diserahkan kepada Pengprov penyelenggara ujian.
54.3 Apabila ujian secara administrasi dilaksanakan oleh Pengprov dan ujian teknis oleh Tim
Penguji PB dibantu oleh tim penguji Pengprov penyelenggara, maka pembagian uang
ujian adalah sebagai berikut:
54.3.1 50% diserahkan kepada PB;
54.3.2 30% diserahkan kepada Pengprov penyelenggara ujian.
54.3.3 20% dibagi secara sama rata diantara para penguji Pengprov yang
bersangkutan.
54.4 Apabila ujian (administrasi dan teknis) dilaksanakan oleh Pengprov dan oleh Tim Penguji
Pengprov berdasarkan mandat dari PB, maka pembagian uang ujian adalah sebagai
berikut:
54.4.1 30% diserahkan kepada PB.
54.4.2 40% diserahkan kepada Pengprov penyelenggara ujian.
54.4.3 30% diserahkan kepada para Penguji yang diberi mandat oleh PB, yang dibagi
secara sama rata diantara para penguji.
54.5 Apabila ujian (administrasi dan teknis) dilaksanakan oleh Pengkab atau Pengkot dan oleh
Tim Penguji Pengprov berdasarkan mandat dari PB, maka pembagian uang ujian adalah
sebagai berikut:
54.5.1 30% diserahkan kepada PB.
54.5.2 10% diserahkan kepada Pengprov.
54.5.3 30 % diserahkan kepada Pengkab atau Pengkot penyelenggara ujian.
54.5.4 30% diserahkan kepada para Penguji yang diberi mandat oleh PB, yang dibagi
secara sama rata diantara para penguji.

Pasal 55
Persyaratan Teknis Ujian
55.1 Untuk dapat mengikuti ujian kenaikan tingkat, KYU atau DAN, setiap Kenshi peserta ujian
wajib mempersiapkan dirinya sebaik mungkin, dan telah mempelajari dan memahami
setiap pelajaran, teknik maupun teori, sebagaimana berlaku baginya.
55.2 Adapun persyaratan minimal mengenai waktu latihan dan jumlah latihan yang harus
dipenuhi untuk dapat mengikuti ujian kenaikan tingkat adalah sebagai berikut:

55.2.1 Kenshi Pemula:

No Menuju Tingkat Waktu Latihan Jumlah Latihan


1. KYU VII 3 bulan 32 kali
2. KYU VI 3 bulan 32 kali
3. KYU V 3 bulan 32 kali
4. KYU IV 3 bulan 48 kali
5. KYU III 3 bulan 48 kali
6. KYU II 3 bulan 48 kali
7. KYU I 3 bulan 48 kali

55.2.2 Kenshi Taruna/Dewasa:

No Menuju Tingkat Waktu Latihan Jumlah Latihan


1. KYU IV 4 bulan 32 kali
2. KYU III 4 bulan 32 kali

33
3. KYU II 4 bulan 48 kali
4. KYU I 6 bulan 48 kali

55.2.3 Kenshi Yudansha:

No Menuju Tingkat Waktu Latihan Jumlah Latihan


1. DAN I 12 bulan 96 kali
2. DAN II 18 bulan 150 kali
3. DAN III 24 bulan 200 kali
4. DAN IV 36 bulan 300 kali
5. DAN V 48 bulan 400 kali
6. DAN VI 72 bulan 500 kali

55.3 Khusus untuk ujian kenaikan tingkat menuju IV DAN ke atas, harus memenuhi setiap
persyaratan khusus lainnya sebagaimana berlaku, baik teknik maupun administrasi.

Pasal 56
Prosedur Permohonan Ujian Kenaikan Tingkat
56.1 Setiap Kenshi yang menurut Pengdo telah memenuhi persyaratan untuk ujian kenaikan
tingkat, KYU dan/atau DAN, diwajibkan untuk mengisi Formulir-24 dalam 2 (dua)
rangkap.
56.2 Khusus kepada Kenshi yang akan ujian menuju I DAN (Yudansha) wajib mengisi dan
menyerahkan Formulir-25 dalam 2 (dua) rangkap.
56.3 Kedua rangkap Formulir-24 (dan Formulir-25 apabila berlaku), yang telah diisi secara
lengkap dan ditandatangani, dilengkapi dengan 2 (dua) helai pasphoto ukuran 2x3 cm,
diserahkan kepada Pengdonya.
56.4 Berdasarkan Formulir-24 (dan Formulir-25 apabila berlaku) yang dikumpulkannya,
Pengdo kemudian melakukan verifikasi terhadap setiap persyaratan administrasi dan
teknik yang berlaku, dan selanjutnya mengisi dan menandatangani Formulir-243, dan
menyerahkannya kepada Pengkab atau Pengkotnya untuk disetujui dan ditandatangani,
paling lambat 28 (duapuluh delapan) hari kelender sebelum tanggal pelaksanaan
Gasnas atau Gaswilnas atau Gasprov atau Gaskab atau Gaskot dimana ujian akan
dilaksanakan.
56.5 Berkas Formulir-26 yang telah disetujui dan ditandatangani Pengkab atau Pengkot,
selanjutnya diserahkan kepada Pengprovnya, untuk juga disetujui dan ditandatangani
paling lambat 21 (duapuluh satu) hari kelender sebelum tanggal pelaksanaan Gasnas
atau Gaswilnas atau Gasprov atau Gaskab atau Gaskot dimana ujian akan dilaksanakan.
56.6 Berkas Formulir-26 yang telah disetujui/ditandatangani oleh Pengprov beserta lampiran-
lampirannya kemudian dikirimkan kepada dan sudah harus diterima oleh PB paling
lambat 14 (empatbelas) hari kalender sebelum tanggal pelaksanaan ujian, untuk
diperiksa keakuratannya dan selanjutnya disetujui oleh PB, yang di dalam hal ini diwakili
oleh Sekretaris Jenderal atau salah seorang Wakil Sekretaris Jenderal atau orang lain
yang secara khusus ditugasi PB untuk melaksanakan hal ini.
56.7 Sesuai dengan ketentuan Pasal 186.1 ART, ujian hanya dapat dilakukan pada Gasnas,
Gasnaswil, Gasprov, Gaskab atau Gaskot.
56.8 Penyampaian berkas Formulir-26 oleh Pengprov kepada PB harus dengan surat
pengantar, yang menjelaskan kepada PB hal-hal sebagai berikut:
56.8.1 Nama kegiatan pelaksanaan ujian (Gasprov atau Gaskab atau Gaskot);
56.8.2 Tempat dan waktu pelaksanaan ujian; dan
56.8.3 Nama-nama anggota Tim Penguji yang diminta untuk diberikan mandat
melaksanakan ujian.
56.9 PB setelah menerima dan mempertimbangkan dengan seksama Surat Pengantar
Pengprov dan berkas Formulir-26, PB dapat melakukan hal sebagai berikut:
56.9.1 Apabila masih ada persyaratan yang masih kurang, meminta Pengprov untuk
melengkapinya;

34
56.9.2 Apabila ada satu atau lebih Kenshi yang belum memenuhi persyaratan,
meskipun sebelumnya telah meminta agar persyaratan tersebut dipenuhi, akan
tetapi tidak dapat dipenuhi, akan menolak permohonan ujian khusus bagi Kenshi
yang tidak dapat memenuhi persyaratan itu;
56.9.3 Mengabulkan permohonan ujian hanya bagi para Kenshi yang memenuhi
persyaratan, dan untuk ini akan membubuhkan tanda persetujuannya pada
Formulir-26 yang merinci nama-nama para Kenshi yang memenuhi persyaratan
untuk mengikuti ujian;
56.9.4 Menerbitkan dan memberikan Surat Mandat kepada para Kenshi yang diberi
mandat untuk melaksanakan ujian;
56.9.5 Memberian mandat pada Pengprov, Pengkab atau Pengkot untuk mengkoordinir
pelaksanaan dan pemenuhan persyaratan organisasi dan administrasi ujian.
56.9.6 Pengprov, Pengkab atau Pengkot yang diberi mandat berkewajiban untuk
meneliti persyaratan ujian yang berlaku bagi semua peserta ujian dengan
mematuhi ketentuan dan isi dari Formulir-26 yang telah disetujui PB.
56.9.7 Satu rangkap Surat Mandat asli yang dilampiri berkas Formulir-26 yang merinci
nama-nama Kenshi yang memenuhi persyaratan ujian dan disetujui oleh PB
akan dikirimkan oleh PB kepada Pengprov yang akan melaksanakan Gasprov
dan ujian atau Pengkab atau Pengkot yang akan melaksanakan Gaskab atau
Gaskot dan ujian paling lambat 5 (lima) hari kalender sebelum tanggal
pelaksanaan Gasprov atau Gaskab atau Gaskot itu.

Pasal 57
Tatacara Pelaksanaan Ujian Kenaikan Tingkat
57.1 Ujian kenaikan tingkat untuk semua tingkatan KYU dan DAN hanya dapat dilaksanakan
oleh PB, atau berdasarkan mandat tertulis yang diberikan oleh PB.
57.2 Kenshi yang diperbolehkan mengikuti ujian kenaikan tingkat hanyalah para Kenshi yang
nama-namanya secara tegas dirinci di dalam Formulir-26 yang telah disetujui oleh PB,
dan verifikasi atas keakuratan para Kenshi yang senyatanya mengikuti ujian wajib
dilakukan oleh Tim Penguji sebelum melaksanakan ujian, dan setiap Kenshi yang
namanya dicoret atau tidak dicatat atau tidak disetujui untuk mengikuti ujian di dalam
Formulir-26 yang berlaku dengan dasar apapun harus dilarang untuk mengikuti ujian.
57.3 Pelaksanaan teknis ujian untuk semua tingkat harus dilaksanakan oleh Tim Penguji yang
anggotanya minimal 3 (tiga) orang, dan salah seorang diantaranya menjadi Koordinator
Tim Penguji, telah memiliki Sertipikat Penguji dan namanya dirinci secara tegas di dalam
Surat Mandat yang diterbitkan PB untuk kepentingan ujian itu.
57.4 Pelaksanaan ujian kenaikan tingkat dilakukan sesuai dengan jadual yang disusun Panpel
Gasnas, Gasnaswil, Gasprov, Gaskab atau Gaskot sebagaimana berlaku, dimana
penyusunannya harus sesuai dengan pedoman pelaksanaan ujian yang berlaku.
57.5 Ujian kenaikan tingkat terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu:
57.5.1 Materi ujian tertulis dan/atau lisan tentang sejarah, organisasi dan manajemen
Perkemi dan Kempo.
57.5.2 Materi ujian tertulis dan/atau lisan tentang filosofi, disiplin, tradisi dan etika serta
teori teknik Kempo.
57.5.3 Materi ujian praktek penguasaan teknik Kempo.
57.5.4 Materi ujian praktek penerapan teknik Kempo.
57.6 Khusus untuk Kenshi yang akan ujian menuju III DAN ke atas, disamping materi ujian
dimaksud Pasal 57.5 di atas, juga diwajibkan membuat karya tulis tentang kepemimpinan
dan manajemen Perkemi, yang materinya adalah sebagaimana ditentukan oleh PB.
57.7 Penilaian ujian dan hasil akhir ujian yang dilakukan oleh Tim Penguji, dicatat pada
Formulir-27: Tabulasi Penilaian Ujian (Lampiran-35), dan setelah diverifikasi dengan
semestinya dan ditandatangani oleh Koordinator Tim Penguji, diserahkan kepada PB,
Pengprov, Pengkab atau Pengkot atau Panpel Gashuku, sebagaimana berlaku.
57.8 Setelah menerima setiap Formulir-27 dari Koordinator Tim Penguji, PB, Pengprov,
Pengkab atau Pengkot atau Panpel Gashuku, sebagaimana berlaku, wajib melakukan
pengecekan ulang atas hasil-hasil ujian itu, untuk menghindari adanya kekeliruan atau

35
kesalahan. Apabila terdapat keragu-raguan maka harus diminta penjelasan dan
konfirmasi dari Tim Penguji, dan apabila diperlukan melakukan perbaikan terhadap
Formulir-27 yang memuat kekeliruan atau kesalahan, dan perbaikan itu harus diparaf
oleh Koordinator Tim Penguji yang membuatnya, dan selanjutnya disahkan oleh PB,
Pengprov, Pengkab atau Pengkot atau Panpel Gashuku, sebagaimana berlaku.

Pasal 58
Tatacara Upacara Pelantikan Kenaikan Tingkat
58.1 Setiap Kenshi yang berhasil naik tingkat, KYU an/datau DAN, akan dilantik bersamaan
dengan diumumkannya hasil ujian kenaikan tingkat, pada akhir acara Gashuku.
58.2 Persiapan Upacara Pelantikan:
58.2.1 PB, Pengprov, Pengkab atau Pengkot atau Panpel Gashuku, sebagaimana
berlaku harus mempersiapkan segala perlengkapan dan peralatan yang
dibutuhkan untuk pelantikan di dalam jumlah yang cukup, yaitu:
(i) Formulir-27: Tabulasi Penilaian Ujian;
(ii) Piala/piring;
(iii) Anggur Persaudaraan (tanpa alkohol);
(iv) Lambang Kenshi International;
(v) Lambang Kenshi Indonesia;
(vi) Sabuk Kenshi.
58.2.2 Apabila Kenshi yang lulus ujian kenaikan tingkat dan akan dilantik jumlahnya
sedemikian banyak, maka yang dilantik dapat ditentukan beberapa orang Kenshi
yang lulus terbaik. Untuk ini PB, Pengprov, Pengkab atau Pengkot atau Panpel
Gashuku, sebagaimana berlaku, wajib berkonsultasi dengan Tim Penguji untuk
menentukan Kenshi yang lulus terbaik yang akan dilantik mewakili semua
Kenshi yang lulus.
58.2.3 PB, Pengprov, Pengkab atau Pengkot atau Panpel Gashuku, sebagaimana
berlaku, menentukan Pejabat/Kenshi yang akan melantik atas nama PB (“Yang
Melantik”).
58.2.4 Pengumuman hasil ujian kenaikan tingkat dan pelaksanaan pelantikan dimulai
dari tingkat yang terendah, demikian seterusnya sampai tingkat yang tertinggi.
58.3 Pelaksanaan Upacara Pelantikan:
58.3.1 Pengumuman hasil ujian kenaikan tingkat untuk semua tingkat dilakukan oleh
PB, Pengprov, Pengkab atau Pengkot atau Panpel Gashuku, sebagaimana
berlaku, dengan membacakan data-data yang dimuat pada Formulir-27;
58.3.2 Setiap Kenshi yang lulus ujian, namanya diumumkan, maju dan berbaris di
depan barisan Kenshi yang mengikuti upacara pelantikan dengan rapi dan tertib;
58.3.3 Kenshi yang ditentukan untuk dilantik diumumkan dan diminta untuk maju
mengambil tempat di depan saudara-saudaranya yang akan dilantik;
58.3.4 Yang Melantik diumumkan nama dan jabatannya dan diminta mengambil tempat
dihadapan para Kenshi yang akan dilantiknya;
58.3.5 Yang Melantik sambil memegang piala/piring yang berisi Anggur Persaudaraan,
menyatakan dengan suara yang jelas dan keras sebagai berikut:
“Atas nama Pengurus Besar Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia,
saya melantik Saudara-Saudara menjadi Kenshi tingkat [tingkat yang
dicapai], terhitung hari ini [hari, tanggal, bulan, dan tahun].
Demi Tanah Air, Demi Persaudaraan, Demi Kemanusiaan.”
58.3.6 Piala/piring dengan tetap dipegang oleh Yang Melantik, diminta agar juga
dipegang oleh Yang Dilantik, dan diminta untuk mengikuti dengan suara yang
jelas dan keras kata-kata yang akan diucapkan oleh Yang Melantik, berikut:
“Demi Tanah Air…,
Demi Persaudaraan…,
Demi Kemanusiaan…”
dan selanjutnya Yang Dilantik minum Anggur Persaudaraan dari piala/piring
sebanyak 3 (tiga) teguk;

36
58.3.7 Yang Melantik menyematkan Lambang Kenshi Indonesia (sesuai dengan
tingkatan yang dicapai) dibagian lengan kanan atas Seragam Kenshi Yang
Dilantik. Kalau Yang Dilantik adalah Kenshi tingkatan KYU VII untuk Kelompok
Pemula, dan KYU IV untuk Kelompok Remaja dan Dewasa, juga disematkan
Lambang Kenshi Internasional dibagian dada kiri atas Seragam Kenshi Kenshi
Yang Dilantik;
58.3.8 Yang Melantik membuka Sabuk Kenshi yang dipakai oleh Kenshi Yang
Dilantik, dan memakaikan Sabuk Kenshi yang baru, sesuai dengan tingkatan
yang dicapai;
58.3.9 Acara pada Pasal 58.3.6 sampai dengan Pasal 58.3.8 di atas juga dilakukan
terhadap setiap perwakilan Kenshi yang ditentukan untuk dilantik;
58.3.10 Setelah semua Kenshi dilantik, mereka memberikan salam hormat (Gassho Rei)
kepada Yang Melantik secara bersamaan dan dengan aba-aba dari Kenshi yang
berdiri paling ujung sebelah kanan depan.
58.3.11 Para Kenshi yang dilantik kemudian secara serempak berbalik menghadap
barisan upacara pelantikan. Kenshi yang berdiri paling ujung kanan barisan
depan dengan suara keras meneriakkan: “Siap…Rei!” Semua Kenshi
memberikan salam hormat (Gassho Rei) kepada para Kenshi yang baru saja
menjalani upacara pelantikan, mereka kemudian membalas juga dengan salam
hormat (Gassho Rei), dan dengan tertib kembali kedalam barisan.
58.4 Konsekuensi Pengumuman dan Pelantikan:
58.4.1 Setiap Kenshi yang namanya telah diumumkan sebagai berhasil lulus ujian
kenaikan tingkat dan selanjutnya dilantik sesuai dengan ketentuan Pasal 58 ini,
akan tetap berhak untuk memakai tingkatannya yang baru sebagaimana Kenshi
itu telah dilantik, meskipun segera setelah pelantikan atau beberapa waktu
setelah pelantikan, ditemukan kekeliruan dan/atau kesalahan penilaian pada
Formulir-27 yang dilakukan oleh Tim Penguji/Panpel Gashuku.
58.4.2 Ketentuan dimaksud Pasal 58.4.1 di atas tidak berlaku, apabila ditemukan data-
data permohonan ujian yang tidak benar/dipalsukan oleh Kenshi yang
memohonnya dan/atau Pengdo, Pengkab atau Pengkot, atau Pengprov yang
menyampaikan permohonan ujian kepada PB.
58.5 Laporan Hasil Ujian:
Hasil ujian kenaikan tingkat yang dilaksanakan Pengprov, Pengkab arau Pengkot atau
Panpel Gashuku yang ditunjuknya harus dilaporkan oleh Pengprov, Pengkab atau
Pengkot kepada PB dan tembusan kepada yang kenshinya mengikuti ujian, dengan
memakai Formulir-28: Laporan Hasil Ujian (Lampiran-36), paling lambat 7 (tujuh) hari
kalender terhitung tanggal ujian dilaksanakan.

Pasal 59
Sanksi
59.1 Setiap Kenshi yang menempuh ujian kenaikan tingkat tanpa memenuhi atau
bertentangan dengan satu atau lebih ketentuan Pasal 52 sampai dengan dan termasuk
Pasal 58 di atas, maka hasil ujian kenaikan tingkat itu tidak diakui oleh Perkemi, dan
Kenshi yang bersangkutan dapat dikenakan tindakan disiplin sesuai dengan ketentuan
Perkemi yang berlaku.
59.2 Setiap Pengprov dan/atau Pengkab atau Pengkot dan/atau Pengdo dan/atau Kenshi
yang menyelenggarakan dan/atau membantu menyelenggarakan dan/atau memfasilitasi
dan/atau membantu memfasilitasi dan/atau melakukan dan/atau membantu melakukan
ujian kenaikan tingkat tanpa memenuhi atau bertentangan dengan satu atau lebih
ketentuan Pasal 52 sampai dengan dan termasuk Pasal 58 di di atas, maka hasil ujian
kenaikan tingkat yang diselenggarakan dan/atau dilakukan itu adalah batal demi hukum
dan tidak diakui oleh PB, dan Pengprov dan/atau Pengkab atau Pengkot dan/atau
Pengdo dan/atau Kenshi yang bersangkutan atau terlibat dapat dikenakan tindakan
disiplin sesuai dengan ketentuan Perkemi yang berlaku.
59.3 Setiap Kenshi Perkemi yang menempuh ujian kenaikan tingkat di luar Indonesia tanpa
memenuhi ketentuan Pasal 53.3 di atas, maka hasil ujian kenaikan tingkat itu tidak diakui

37
oleh PB, dan Kenshi yang bersangkutan dapat dikenakan tindakan disiplin sesuai dengan
ketentuan Perkemi yang berlaku.

BAB VI
TERTIB PENYELENGGARAAN PENATARAN DAN GASHUKU

Pasal 60
Penataran Pelatih Kempo
60.1 Peraturan Penataran Pelatih Kempo:
Setiap Penataran Pelatih Kempo wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
60.1.1 AD, ART dan TODA.
60.1.2 Pelajaran teori dan praktek Kempo.
60.1.3 Pelajaran filosofi, sejarah, disiplin dan etika Kempo.
60.1.4 Setiap peraturan Perkemi yang berlaku.
60.2 Materi Penataran Pelatih Kempo:
Setiap Penataran Pelatih Kempo wajib mengakup materi sebagai berikut:
60.2.1 Materi AD, ART dan TODA.
60.2.2 Materi pelajaran teori, praktek dan penerapan teknik Kempo.
60.2.3 Materi pelajaran filosofi, sejarah, disiplin, tradisi dan etika Kempo.
60.2.4 Materi pelajaran teori, praktek dan penerapan pelatihan Kempo.
60.2.5 Materi ilmu/pengetahuan yang relevan dan diperlukan sebagaimana ditentukan
PB.
60.2.6 Materi lainnya sebagaimana ditentukan PB.
60.3 Peserta Penataran Pelatih Kempo:
60.3.1 Peserta Penataran Pelatih Kempo Nasional adalah setiap Kenshi yang telah
memenuhi setiap dan seluruh persyaratan untuk menjadi Pelatih Kempo
Nasional sebagaimana diatur Pasal 191 jo Pasal 192.1 ART.
60.3.2 Peserta Penataran Pelatih Kempo Daerah adalah setiap Kenshi yang telah
memenuhi setiap dan seluruh persyaratan untuk menjadi Pelatih Kempo Daerah
sebagaimana diatur Pasal 191 jo Pasal 192.2 ART.
60.4 Penatar Penataran Pelatih Kempo:
60.4.1 Setiap penatar yang akan memberikan penataran bidang/materi tertentu pada
Penataran Pelatih Kempo haruslah seorang akhli di dalam bidang/materi yang
akan ditatarkannya.
60.4.2 Penunjukan setiap penatar yang akan memberikan penataran pada setiap
Penataran Pelatih Kempo dilakukan dengan Surat Keputusan Ketua Umum PB.
60.5 Pelaksanaan Penataran Pelatih Kempo:
60.5.1 PB wajib mempersiapkan dan melaksanakan Panataran Pelatih Kempo minimal
1 (satu) kali setiap tahun, yang pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan
Penataran Penguji.
60.5.2 PB atau Panpel yang diangkatnya, mempersiapkan dan melaksanakan setiap
Penataran Pelatih Kempo.
60.5.3 PB menentukan waktu dan tempat pelaksanaan Penataran Pelatih Kempo.
60.5.4 Setiap Kenshi yang dinyatakan lulus Penataran Pelatih Kempo, akan dilantik
oleh atau atas nama PB di dalam upacara pelantikan yang dilaksanakan dengan
berpedoman pada ketentuan Pasal 58 di atas.
60.5.5 Kenshi yang belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun dan belum lulus ujian
sekolah lanjutan tingkat pertama, tidak diperkenankan mengikuti Penataran
Pelatih Kempo Daerah.
60.5.6 Kenshi yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum lulus
ujian sekolah lanjutan tingkat atas, tidak diperkenankan mengikuti Penataran
Pelatih Kempo Nasional.

38
60.6 Peraturan Pelaksana Penataran Pelatih Kempo:
60.6.1 Pelaksanaan Penataran Pelatih Kempo demi efisiensi dan konsistensi,
diselenggarakan bersamaan dengan Penataran Penguji Kempo.
60.6.2 Peraturan Pelaksana Penataran Pelatih Kempo, harus mengatur hal-hal
sebagaimana dirinci Lampiran-38 yang merupakan bagian yang integral dan
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 61
Penataran Penguji Kempo
61.1 Peraturan Penataran Penguji Kempo:
Setiap Penataran Penguji Kempo wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
61.1.1 AD, ART dan TODA.
61.1.2 Setiap peraturan Perkemi yang berlaku.
61.2 Materi Penataran Penguji Kempo:
Setiap Penataran Penguji wajib mengakup materi sebagai berikut:
61.2.1 Materi AD, ART dan TODA.
61.2.2 Materi Pelajaran teori, praktek dan penerapan teknik Kempo.
61.2.3 Materi Pelajaran filosofi, sejarah, disiplin, tradisi dan etika Kempo.
61.2.4 Materi pelajaran teori, praktek dan penerapan ujian Kempo.
61.2.5 Materi ilmu/pengetahuan yang relevan dan diperlukan sebagaimana ditentukan
PB.
61.2.6 Materi lainnya sebagaimana ditentukan PB.
61.3 Peserta Penataran Penguji Kempo:
61.3.1 Peserta Penataran Penguji Kempo Nasional adalah setiap Kenshi yang telah
memenuhi setiap dan seluruh persyaratan untuk menjadi Penguji Kempo
Nasional sebagaimana diatur Pasal 201 jo Pasal 202.1 ART.
61.3.2 Peserta Penataran Penguji Kempo Daerah adalah setiap Kenshi yang telah
memenuhi setiap dan seluruh persyaratan untuk menjadi Penguji Kempo Daerah
sebagaimana diatur Pasal 201 jo Pasal 202.2 ART.
61.4 Penatar Penataran Penguji Kempo:
61.4.1 Setiap penatar yang akan memberikan penataran bidang/materi tertentu pada
Penataran Pengiji Kempo haruslah seorang ahli di dalam bidang/materi yang
akan ditatarkannya.
61.4.2 Penunjukan setiap penatar yang akan memberikan penataran pada setiap
Penataran Penguji Kempo dilakukan dengan Surat Keputusan Ketua Umum PB.
61.5 Pelaksanaan Penataran Penguji Kempo :
61.5.1 PB wajib mempersiapkan dan melaksanakan Panataran Penguji Kempo minimal
1 (satu) kali setiap tahun, yang pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan
Penataran Pelatih Kempo.
61.5.2 PB atau Panpel yang diangkatnya, mempersiapkan dan melaksanakan setiap
Penataran Penguji Kempo.
61.5.3 PB menentukan waktu dan tempat pelaksanaan Penataran Penguji Kempo.
61.5.4 Setiap Kenshi yang dinyatakan lulus Penataran Penguji Kempo, akan dilantik
oleh atau atas nama PB di dalam upacara pelantikan yang dilaksanakan dengan
berpedoman pada ketentuan Pasal 58 di atas.
61.5.5 Kenshi yang belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun dan belum lulus ujian
sekolah lanjutan tingkat pertama, tidak diperkenankan mengikuti Penataran
Penguji Kempo Daerah.
61.5.6 Kenshi yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum lulus
ujian Sekolah Lanjutan tingkat Atas, tidak diperkenankan mengikuti Penataran
Penguji Kempo Nasional.
61.6 Peraturan Pelaksana Penataran Penguji Kempo:
61.6.1 Pelaksanaan Penataran Penguji Kempo demi efisiensi dan konsistensi,
diselenggarakan bersamaan dengan Penataran Pelatih Kempo.

39
61.6.2 Peraturan Pelaksana Penataran Penguji Kempo, harus mengatur hal-hal
sebagaimana dirinci Lampiran-38 yang merupakan bagian yang integral dan
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 62
Penataran Wasit Kempo
62.1 Peraturan Penataran Wasit Kempo:
Setiap Penataran Wasit Kempo wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
62.1.1 AD, ART dan TODA.
62.1.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan Kempo.
62.1.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.
62.1.4 Setiap peraturan Perkemi yang berlaku.
62.2 Materi Penataran Wasit Kempo:
Setiap Penataran Wasit Kempo wajib mencakup materi sebagai berikut:
62.2.1 Materi AD, ART dan TODA.
62.2.2 Materi Peraturan Pertandingan dan Permainan Kempo.
62.2.3 Materi Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.
62.2.4 Materi pelajaran teori, praktek dan penerapan teknik Kempo.
62.2.5 Materi pelajaran filosofi, sejarah, disiplin, tradisi dan etika Kempo.
62.2.6 Materi pelajaran teori, praktek dan penerapan perwasitan Kempo.
62.2.7 Materi ilmu/pengetahuan yang relevan dan diperlukan sebagaimana ditentukan
PB.
62.2.8 Materi lainnya sebagaimana ditentukan PB.
62.3 Peserta Penataran Wasit Kempo:
62.3.1 Peserta Penataran Wasit Embu Nasional adalah setiap Kenshi yang telah
memenuhi setiap dan seluruh persyaratan untuk menjadi Wasit Embu Nasional
sebagaimana diatur Pasal 211 jo Pasal 212.1 ART.
62.3.2 Peserta Penataran Penguji Embu Daerah adalah setiap Kenshi yang telah
memenuhi setiap dan seluruh persyaratan untuk menjadi Wasit Embu Daerah
sebagaimana diatur Pasal 211 jo Pasal 222.2 ART.
62.3.3 Peserta Penataran Wasit Randori Nasional adalah setiap Kenshi yang telah
memenuhi setiap dan seluruh persyaratan untuk menjadi Wasit Randori
Nasional sebagaimana diatur Pasal 211 jo Pasal 212.3 ART.
62.3.4 Peserta Penataran Penguji Randori Daerah adalah setiap Kenshi yang telah
memenuhi setiap dan seluruh persyaratan untuk menjadi Wasit Randori Daerah
sebagaimana diatur Pasal 211 jo Pasal 222.4 ART.
62.4 Penatar pada Penataran Wasit Kempo:
62.4.1 Setiap penatar yang akan memberikan penataran bidang/materi tertentu pada
Penataran Wasit Kempo haruslah seorang akhli di dalam bidang/materi yang
akan ditatarkannya.
62.4.2 Penunjukan setiap penatar yang akan memberikan penataran pada setiap
Penataran Wasit Kempo dilakukan dengan Surat Keputusan Ketua Umum PB.
62.5 Pelaksanaan Penataran Wasit Kempo:
62.5.1 PB wajib mempersiapkan dan melaksanakan Panataran Wasit Kempo minimal 1
(satu) kali setiap 2 (dua) tahun.
62.5.2 PB atau Panpel yang diangkatnya, mempersiapkan dan melaksanakan setiap
Penataran Wasit Kempo.
62.5.3 PB menentukan waktu dan tempat pelaksanaan Penataran Wasit Kempo.
62.5.4 Setiap Kenshi yang dinyatakan lulus Penataran Wasit Kempo, sebagai Wasit
Embu Nasional atau Wasit Randori Nasional atau Wasit Embu Daerah atau
Wasit Randori Daerah akan dilantik oleh atau atas nama PB di dalam upacara
pelantikan yang dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 58 di
atas.
62.5.5 Kenshi yang belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun dan belum lulus ujian
sekolah lanjutan tingkat pertama, tidak diperkenankan mengikuti Penataran
Wasit Kempo Daerah.

40
62.5.6 Kenshi yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum lulus
ujian sekolah lanjutan tingkat atas, tidak diperkenankan mengikuti Penataran
Wasit Kempo Nasional.
62.6 Peraturan Pelaksana Penataran Wasit Kempo:
Peraturan Pelaksana Penataran Wasit Kempo harus mengatur hal-hal sebagaimana
dirinci di dalam Lampiran-39 yang merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan
dari Peraturan ini.

Pasal 63
Penataran K&M
63.1 Peraturan Penataran K&M:
Setiap Penataran K&M wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
63.1.1 UUSKN dan peraturan pelaksananya.
63.1.2 AD, ART dan TODA.
63.1.3 Setiap dan seluruh Putusan Mupernas dan/atau Rapernas yang berlaku.
63.1.4 Setiap dan seluruh peraturan Perkemi yang berlaku dan relevan.
63.2 Materi Penataran K&M:
Setiap Penataran K&M wajib mencakup materi sebagai berikut:
63.2.1 Materi UUSKN dan peraturan pelaksananya.
63.2.2 Materi AD, ART dan TODA.
63.2.3 Materi putusan-putusan Mupernas dan/atau Rapernas yang berlaku.
63.2.4 Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi.
63.2.5 Materi Psikologi Kepemimpinan dan Manajemen Keolahragaan.
63.2.6 Materi Organisasi, Manajemen dan Administrasi Perkemi.
63.2.7 Materi ilmu/pengetahuan pendukung yang relevan dan diperlukan sebagaimana
ditentukan PB.
63.2.8 Materi setiap peraturan Perkemi yang berlaku.
63.2.9 Materi lainnya sebagaimana ditentukan PB.
63.3 Peserta Penataran K&M:
62.3.1 Peserta Penataran K&M adalah utusan dari setiap Pengprov, Pengkab, Pengkot
dan Pengdo Perkemi dimana utusan itu adalah anggota dari Pengprov,
Pengkab, Pengkot atau Pengdo yang mengutusnya.
62.3.2 Peserta Penataran K&M dapat juga seorang Kenshi yang mengikuti Penataran
K&M atas kemauannya sendiri, dengan ketentuan Kenshi itu aktif berlatih atau
berorganisasi dan minimal pemegang tingkatan I DAN.
62.3.3 Peserta Penataran K&M berdasarkan kebijakan dan keputusan PB dapat diikuti
oleh seorang Kenshi dan/atau non-Kenshi, yang tidak memenuhi
ketentuan/persyaratan dimaksud Pasal 62.3.1 jo. Pasal 62.3.2 di atas.
63.4 Penatar pada Penataran K&M:
63.4.1 Setiap penatar yang akan memberikan penataran bidang/materi tertentu pada
Penataran K&M haruslah seorang akhli di dalam bidang/materi yang akan
ditatarkannya.
63.4.2 Penunjukan setiap penatar yang akan memberikan penataran pada setiap
Penataran K&M dilakukan dengan Surat Keputusan Ketua Umum PB.
63.5 Pelaksanaan Penataran K&M:
63.5.1 PB wajib mempersiapkan dan melaksanakan Panataran Kepemimpinan dan
Manajemen Perkemi minimal 1 (satu) kali setiap 2 (dua) tahun.
63.5.2 PB atau Panpel yang diangkatnya, mempersiapkan dan melaksanakan setiap
Penataran K&M.
63.5.3 PB menentukan waktu dan tempat pelaksanaan Penataran K&M.
63.5.4 Setiap Kenshi yang dinyatakan lulus Penataran K&M akan dilantik oleh atau atas
nama PB di dalam upacara pelantikan yang dilaksanakan dengan berpedoman
pada ketentuan Pasal 58 di atas.
63.5.5 Anggota Perkemi yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan
belum lulus ujian sekolah lanjutan tingkat atas, tidak diperkenankan mengikuti
Penataran K&M.

41
63.6 Peraturan Pelaksana Penataran K&M:
Peraturan Pelaksana Penataran K&M harus mengatur hal-hal sebagaimana dirinci di
dalam Lampiran-40 yang merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.

Pasal 64
Gashuku
64.1 Peraturan Gashuku:
Setiap Gasnas dan/atau Gasnaswil dan/atau tingkat Gasprov dan/atau Gaskab atau
Gaskot dan/atau Gasdo, wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
64.1.1 AD, ART dan TODA.
64.1.2 Setiap peraturan Perkemi yang berlaku.
64.2 Materi Gashuku:
Setiap Gasnas atau Gasnaswil atau Gasprov atau Gaskab atau Gaskot atau Gasdo,
wajib mencakup materi sebagai berikut:
64.2.1 Materi Organisasi, Manajemen dan Administrasi Perkemi.
64.2.2 Materi sejarah, filosafi, gisiplin, etika dan tradisi Kempo.
64.2.3 Materi pelajaran teori, praktek dan penerapan teknik Kempo.
64.2.4 Materi ilmu/pengetahuan pendukung yang relevan dan diperlukan sebagaimana
ditentukan PB.
64.2.5 Materi lainnya sebagaimana ditentukan PB.
64.3 Peserta Gashuku:
64.3.1 Peserta dari setiap Gasnas adalah setiap Kenshi dari seluruh Indonesia minimal
pemegang tingkatan KYU I.
64.3.2 Peserta dari setiap Gasnaswil adalah setiap Kenshi dari Pengprov sebagaimana
ditentukan PB., dan minimal pemegang tingkatan KYU II. Gasnaswil ini dapat
juga diikuti oleh Kenshi yang berasal dari Pengprov yang lain dengan
persetujuan dari PB.
64.3.3 Peserta dari setiap Gasprov adalah setiap Kenshi dari Pengprov itu, dengan
ketentuan Gasprov ini dapat diikuti oleh Kenshi yang berasal dari Pengprov yang
lain yang berdekatan dengan persetujuan dari PB.
64.3.4 Peserta dari setiap Gaskab atau Gaskot adalah setiap Kenshi dari Pengkab atau
Pengkot itu, dengan ketentuan Gaskab atau Gaskot ini dapat diikuti oleh Kenshi
yang berasal dari Pengkab atau Pengkot yang lain yang berada di wilayah
Pengprovnya, dengan persetujuan dari Pengprovnya.
64.3.5 Peserta dari setiap Gasdo adalah setiap Kenshi dari Pengdo itu, dengan
ketentuan Gasdo ini dapat diikuti oleh Kenshi yang berasal dari Pengdo yang
lain yang berada di wilayah Pengkab atau Pengkotnya, dengan persetujuan dari
Pengkab atau Pengdonya.
64.4 Pelatih dan Penatar pada Gashuku:
64.4.1 Setiap penatar atau pelatih yang akan memberikan penataran bidang/materi
tertentu pada setiap Gashuku haruslah seorang akhli di dalam bidang/materi
yang akan ditatarkan atau dilatihkannya.
64.4.2 Penunjukan setiap penatar atau pelatih yang akan memberikan penataran dan
pelatihan pada setiap Gasnas atau Gasnaswil Kempo dilakukan dengan
keputusan Ketua Umum PB.
64.4.3 Penunjukan setiap penatar atau pelatih yang akan memberikan penataran dan
pelatihan pada setiap Gasprov Kempo dilakukan dengan keputusan Ketua
Umum Pengprov.
64.4.4 Penunjukan setiap penatar atau pelatih yang akan memberikan penataran dan
pelatihan pada setiap Gaskab atau Gaskot Kempo dilakukan dengan keputusan
Ketua Umum Pengkab atau Pengkot.
64.4.5 Penunjukan setiap penatar atau pelatih yang akan memberikan penataran dan
pelatihan pada setiap Gasdo Kempo dilakukan dengan keputusan Ketua
Pengdo.

42
64.5 Pelaksanaan Gasnas dan Gasnaswil:
64.5.1 PB dan Panpel yang dibentuknya, wajib mempersiapkan dan menyelenggarakan
Gasnas 1 (satu) kali setiap tahun, yang sedapat mungkin pelaksanaannya
dilakukan bertepatan dengan Ulang Tahun Perkemi pada tanggal 2 Pebruari, di
Dojo Pusat Latihan Kempo di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.
64.5.2 Pengprov yang ditunjuk oleh PB, dan Panpel yang dibentuk Pengprov itu, wajib
mempersiapkan dan menyelenggarakan Gasnaswil 1 (satu) kali setiap tahun.
64.5.3 Pengprov dengan persetujuan PB menentukan waktu dan tempat pelaksanaan
Gasnaswil.
64.6 Pelaksanaan Gasprov:
64.6.1 Pengprov wajib mempersiapkan dan melaksanakan Gasprov minimal 1 (satu)
kali setiap tahun.
64.6.2 Pengprov atau Pengkab atau Pengkot atau Panpel yang diangkatnya,
mempersiapkan dan melaksanakan setiap Gasprov.
64.6.3 Pengprov menentukan waktu, tempat dan pelaksanaan Gasprov.
64.7 Pelaksanaan Gaskab atau Gaskot:
64.7.1 Pengkab atau Pengkot wajib mempersiapkan dan melaksanakan Gaskab atau
Gaskot minimal 1 (satu) kali setiap tahun.
64.7.2 Pengkab atau Pengkot atau Pengdo atau Panpel yang diangkatnya,
mempersiapkan dan melaksanakan setiap Gaskab atau Gaskot.
64.7.3 Pengkab atau Pengkot menentukan waktu dan tempat pelaksanaan Gaskab
atau Gaskot.
64.8 Pelaksanaan Gasdo:
64.8.1 Pengdo wajib mempersiapkan dan melaksanakan Gasdo minimal 1 (satu) kali
setiap tahun.
64.8.2 Pengdo atau Panpel yang diangkatnya, mempersiapkan dan melaksanakan
setiap Gasdo.
64.8.3 Pengdo menentukan waktu dan tempat pelaksanaan Gasdo.
64.9 Peraturan Pelaksana Gashuku:
Peraturan Pelaksana Gasnas atau Gasnaswil atau Gasprov atau Gaskab atau Gaskot
atau Gasdo, harus mengatur hal-hal sebagaimana dirinci di dalam Lampiran-41 yang
merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari Peraturan ini, dan untuk
Gasnaswil, Gasprov, Gaskab atau Gaskot, dan Gasdo dilakukan penyesuaian sesuai
dengan tingkatan Gashuku yang diselenggarakan.

Pasal 65
Gashuku Khusus DG
65.1 Peraturan Gasus:
Setiap Gasus DG, wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
65.1.1 AD, ART dan TODA.
65.1.2 Setiap peraturan Perkemi yang berlaku.
65.2 Materi Gasus DG:
Setiap Gasus DG, wajib mencakup materi sebagai berikut:
65.2.1 Materi UUSKN dan peraturan pelaksananya.
65.2.2 Materi AD, ART dan TODA.
65.2.3 Materi Peraturan Pertandingan dan Permainan Kempo.
65.2.4 Materi Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.
65.2.5 Materi sejarah, filosafi, disiplin, etika dan tradisi Kempo.
65.2.6 Materi pelajaran teori, teknik, praktek dan penerapan teknik Kempo.
65.2.7 Materi ilmu/pengetahuan pendukung yang relevan dan diperlukan sebagaimana
ditentukan oleh PB.
65.2.8 Materi lainnya sebagaimana ditentukan oleh PB.
65.3 Peserta dan jumlah peserta Gasus DG:
65.3.1 Peserta dari setiap Gasus DG adalah:
(i) setiap dan seluruh anggota DG;

43
(ii) Pelatih dan/atau Penguji dan/atau Wasit Nasional yang secara khusus
berdasarkan keputusan Ketua Umum PB, diputuskan dan diwajibkan
mengikuti Gasus DG sebagai pendamping; dan
(iii) Kenshi lainnya minimal pemegang tingkatan III DAN, dan secara khusus
berdasarkan keputusan Ketua Umum PB, diputuskan dan diwajibkan
mengikuti Gasus DG sebagai pendamping.
65.3.2 Jumlah peserta Gasus DG berdasarkan ketentuan Pasal 65.3.1 di atas paling
banyak berjumlah 50 (limapuluh) orang, tidak termasuk pelatih dan penatar.
65.4 Penatar dan pelatih Gasus DG:
65.4.1 Setiap penatar atau pelatih yang akan memberikan penataran atau pelatihan
bidang/materi tertentu pada setiap Gasus DG haruslah seorang akhli di dalam
bidang/materi yang akan ditatarkan atau dilatihkannya.
65.4.2 Penunjukan setiap penatar atau pelatih yang akan memberikan penataran dan
pelatihan pada setiap Gasus DG dilakukan dengan Surat Keputusan Ketua
Umum PB.
65.5 Pelaksanaan Gasus DG:
65.5.1 PB atau Panpel yang dibentuknya, wajib mempersiapkan dan
menyelenggarakan Gasus paling sedikit 1 (satu) kali setiap tahun, yang
disesuaikan dengan dan dikonsolidasikan ke dalam Program Kerja Tahunan PB.
65.5.2 Panpel dengan persetujuan PB (setelah berkonsultasi dengan Pimpinan DG)
menentukan waktu dan tempat pelaksanaan Gasus DG.
65.6 Peraturan Pelaksana Gasus DG:
Peraturan Pelaksana Gasus DG, harus mengatur hal-hal sebagaimana dirinci di dalam
Lampiran-42 yang merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari TODA ini.

BAB VII
TERTIB PENYELENGGARAAN KEJUARAAN KEMPO

Pasal 66
Kejurnas
Setiap Kejurnas wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
66.1 AD, ART dan TODA.
66.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan Kempo.
66.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.

Pasal 67
Kejurnaskot
Setiap Kejurnaskot wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
67.1 AD, ART dan TODA .
67.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan Kempo.
67.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.

Pasal 68
Kejurnasmas
Setiap Kejurnasmas wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
68.1 AD, ART dan TODA.
68.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan Kempo .
68.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional

Pasal 69
Kejurnaspel
Setiap Kejurnaspel wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
69.1 AD, ART dan TODA .
69.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan Kempo.

44
69.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.

Pasal 70
Kejurnasdo
Setiap Kejurnasdo wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
70.1 AD, ART dan TODA.
70.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan Kempo.
70.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.

Pasal 71
Peraturan Pelaksana Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional
Peraturan Pelaksana setiap Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional, termasuk Kejurnas,
Kejurnaskot, Kejurnasmas, dan Kejurnaspel, wajib mengatur hal-hal sebagai berikut:
71.1 Pendahuluan;
71.2 Tema;
71.3 Waktu dan Tempat;
71.4 Pelaksanaan;
71.5 Peserta;
71.6 Persyaratan Peserta;
71.7 Kelompok dan Nomor Pertandingan;
71.8 Sistim Pertandingan;
71.9 Penimbangan Berat Badan;
71.10 Perwasitan;
71.11 Permohonan Peninjauan;
71.12 Undian dan Rapat Teknis;
71.13 Juara Umum;
71.14 Pendaftaran Peserta;
71.15 Persyaratan Khusus;
71.16 Pemeriksaan Kesehatan;
71.17 Sanksi;
71.18 Penutup.

Pasal 72
Kejurnaswil
72.1 Kejurnaswil pesertanya terdiri paling sedikit 6 Unit atau Dojo Perguruan Tinggi atau
Universitas yang berasal dari paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 6 (enam) Perkemi
Pengprov dari pembagian wilayah sebagaimana ditetapkan oleh PB.
72.2 Kejurnaswil dapat diikuti lebih dari 6 (enam) Perkemi Pengprov, dengan ketentuan
seluruh Perkemi Pengprov itu berada di dalam satu pulau, misalnya Pulau Sumatera,
yang senyatanya mempunyai 9 (sembilan) Perkemi Pengprov (NAD, Sumut, Sumbar,
Riau, Kepri, Jambi, Sumsel, Lampung dan Bengkulu).
72.3 Setiap Kejurnaswil wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
72.3.1 AD, ART dan TODA.
72.3.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan.
72.3.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.
72.4 Setiap Kejurnaswil hanya dapat diselenggarakan setelah mendapat persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari PB.

Pasal 73
Kejurnaswilkot
73.1 Kejurnaswilkot pesertanya terdiri dari paling sedikit 8 (delapan) Perkemi Pengkab atau
Pengkot yang berasal dari paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 6 (enam) Perkemi
Pengprov dari pembagian wilayah sebagaimana ditetapkan oleh PB .
73.2 Kejurnaswilkot dapat diikuti Pengkab atau Pengkot dari lebih dari 6 (enam) Perkemi
Pengprov, dengan ketentuan seluruh Perkemi Pengprov itu berada di dalam satu pulau,
misalnya Pulau Sumatera.

45
73.3 Setiap Kejurnaswilkot wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
73.3.1 AD, ART dan TODA.
73.3.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan.
73.3.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional .
73.4 Setiap Kejurnaswilkot hanya dapat diselenggarakan setelah mendapat persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari PB.

Pasal 74
Kejurnaswilmas
74.1 Kejurnaswilmas setiap dan seluruh pesertanya adalah mahasiswa, yang berasal dari
paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 6 (enam) Perkemi Pengprov yang berbeda dan
lokasinya berdekatan.
74.2 Kejurnaswilmas dapat diikuti sejumlah Perkemi Unit atau Dojo Universitas aau Perguruan
Tinggi yang berasal dari lebih 6 (enam) Perkemi Pengprov, dengan ketentuan seluruh
Perkemi Pengprov itu berada di dalam satu pulau, misalnya Pulau Sumatera.
74.3 Setiap Kejurnasmas wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
74.3.1 AD, ART dan TODA.
74.3.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan.
74.3.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.
74.4 Setiap Kejurnaswilmas hanya dapat diselenggarakan setelah mendapat persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari PB.

Pasal 75
Kejurnaswilpel
75.1 Kejurnaswilpel setiap dan seluruh pesertanya adalah pelajar, yang berasal dari paling
sedikit 5 (lima) Perkemi Unit/Dojo di tingkat sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, dan sekolah menengah atas, dari paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 6
(enam) Perkemi Pengprov yang berbeda dan lokasinya berdekatan.
75.2 Kejurnaswilpel dapat diikuti dari sejumlah Perkemi Unit/Dojo di tingkat sekolah yang
berasal dari lebih 6 (enam) Perkemi Pengprov, dengan ketentuan seluruh Perkemi
Pengprov itu berada di dalam satu pulau, misalnya Pulau Sumatera.
75.3 Setiap Kejuaraan Nasional Nasional Antar Pelajar wajib mengikuti setiap dan seluruh
ketentuan dari:
75.3.1 AD, ART dan TODA.
75.3.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan.
75.3.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional .
75.4 Setiap Kejurnaswilpel hanya dapat diselenggarakan setelah mendapat persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari PB.

Pasal 76
Kejurnaswildo
76.1 Kejurnaswildo pesertanya terdiri dari paling sedikit 8 (delapan) Perkemi Pengdo yang
berasal dari paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak 6 (enam) Perkemi Pengprov dari
pembagian wilayah sebagaimana ditetapkan oleh PB.
76.2 Kejurnaswildo dapat diikuti Pengdo dari lebih dari 6 (enam) Perkemi Pengprov, dengan
ketentuan seluruh Perkemi Pengprov itu berada di dalam satu pulau, misalnya Pulau
Sumatera.
76.3 Setiap Kejurnaswildo wajib mengikuti setiap dan seluruh ketentuan dari:
76.3.1 AD, ART dan TODA.
76.3.2 Peraturan Pertandingan dan Permainan.
76.3.3 Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional.
76.4 Setiap Kejurnaswildo hanya dapat diselenggarakan setelah mendapat persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari PB.

46
Pasal 77
Kejuaraan Nasional Tingkat Wilayah
Setiap dan seluruh Kejuaraan Nasional di tingkat Wilayah, termasuk Kejurnaswil, Kejurnaswilkot,
Kejurnaswilmas, Kejurnaswilpel dan Kejurnaswildo dipersiapkan dan dilaksanakan berpedoman
kepada Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat Nasional yang berlaku, dengan melakukan
penyesuaian seperlunya.

Pasal 78
Kejuaraan Kempo Tingkat Daerah
Setiap dan seluruh Kejuaraan Kempo di tingkat Provinsi atau Kabupaten atau Kota atau Dojo
dipersiapkan dan dilaksanakan berpedoman kepada Peraturan Kejuaraan Kempo Tingkat
Nasional yang berlaku, dengan melakukan penyesuaian seperlunya.

BAB VIII
PERATURAN LAIN-LAIN DAN PERALIHAN

Pasal 79
Penyusunan dan Pengertian.
79.1 Penyusunan
TODA ini disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan AD dan/atau ART.
79.2 Pengertian
Setiap istilah yang dimulai dengan huruf besar mempunyai pengertian sebagaimana
diartikan atau didefinisikan di dalam AD dan/atau ART, kecuali di dalam TODA ini secara
tegas diberikan definisi atau pengertian yang lain.

Pasal 80
Mekanisme Penjaringan Calon Ketua Umum dan Pemilihan Ketua Umum
Apabila didalam suatu Mupernas atau Muperprov atau Muperkab atau Muperkot atau Muperdo
yang akan memilih Ketua Umum PB atau Pengprov atau Pengkab atau Pengkot atau Pengdo,
ternyata terdapat bakal calon Ketua Umum lebih dari satu orang, maka tata cara dan proses
penjaringan calon Ketua Umum dan Pemilihan Ketua Umum diselenggarakan dengan mengikuti
ketentuan mengenai Mekanisme Penjaringan Calon Ketua Umum dan Pemilihan Ketua Umum
sebagaimana dirinci Lampiran-43 yang merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan
dari TODA ini.

Pasal 81
Pemakaian Lambang dan Bendera Perkemi
81.1 1 (satu) tahun terhitung tanggal 29 November 2005, yaitu tanggal diberlakukannya
ketentuan tentang Lambang dan Bendera Perkemi, berdasarkan ketentuan Pasal 4 dan
Pasal 5 AD, Lambang dan Bendera Perkemi yang lama masih diperbolehkan untuk
dipakai dan dipergunakan.
81.2 Terhitung tanggal 29 November 2006, setiap dan seluruh Pengprov, Pengkab atau
Pengkot, Pengdo, dan setiap Kenshi Indonesia tanpa terkecuali, diwajibkan untuk
memakai dan mempergunakan Lambang dan Bendera Perkemi.

Pasal 82
Pemakaian Lambang Kenshi Internasional
82.1 Peraturan WSKO yang berlaku mensyaratkan bahwa setiap Kenshi yang mengikuti
kegiatan WSKO, harus memakai Lambang Kenshi Internasional yang dipasang di Dogi
yang dipakainya sewaktu berlatih Kempo, dibagian dada sebelah kiri atas.
82.2 Setiap Kenshi Indonesia yang mengikuti kegiatan yang diselenggarakan WSKO
diwajibkan untuk memakai Lambang Kenshi Internasional di Dogi yang dipakainya,
dibagian dada sebelah kiri atas.

47
82.3 Setiap Pengprov, Pengkab atau Pengkot, Pengdo, wajib menyampaikan permintaan
kepada PB mengenai jumlah Lambang Kenshi Internasional yang dibutuhkannya, dan
memberikan laporan tentang pendistribusian dan pemakaian Lambang Kenshi
Internasional yang diterimanya dari PB secara berkala.
82.4 PB lebih lanjut akan mengatur ketentuan mengenai pemakaian Lambang Kenshi
Internasional.

Pasal 83
Pembuatan dan Pemakaian Lambang Kenshi Indonesia
83.1 1 (satu) tahun terhitung tanggal 29 November 2005, yaitu tanggal diberlakukannya
ketentuan tentang Lambang Kenshi Indonesia berdasarkan ketentuan Pasal 5.2 ART,
Lambang Kenshi berupa Manji dengan tulisan KEMPO di bawahnya, masih
diperbolehkan untuk dipakai dan dipergunakan.
83.2 Terhitung tanggal 29 November 2006, setiap dan seluruh Kenshi Indonesia tanpa
terkecuali, diwajibkan untuk memakai dan mempergunakan Lambang Kenshi Indonesia
yang ditempatkan dibagian lengan sebelah kanan atas Dogi yang dipakai.
83.3 PB dalam waktu yang sesingkat mungkin akan membuat dan mendistribusikan Lambang
Kenshi Indonesia untuk dipergunakan sebagaimana mestinya, dan karenanya setiap
Kenshi Indonesia diwajibkan pula untuk memakai Lambang Kenshi Indonesia sesuai
dengan ketentuan Pasal 83.2 di atas.
83.4 Setiap Pengprov, Pengkab atau Pengkot, Pengdo, wajib menyampaikan permintaan
kepada PB mengenai jumlah Lambang Kenshi Indonesia yang dibutuhkannya, dan
memberikan laporan tentang pendistribusian dan pemakaian Lambang Kenshi
Internasional yang diterimanya dari PB secara berkala.
83.5 PB akan mengusahakan agar biaya pembuatan dan pengiriman Lambang Kenshi
Indonesia seminimal mungkin.

Pasal 84
Pemakaian Sabuk Kenshi
84.1 Sabuk Kenshi yang saat ini dipergunakan oleh setiap Kenshi masih tetap berlaku dan
diperbolehkan untuk dipakai dan dipergunakan.
84.2 Ketentuan lebih lanjut mengenai Sabuk Kenshi akan diatur oleh PB, dan selanjutnya
setiap dan seluruh Kenshi Indonesia tanpa terkecuali, diwajibkan untuk memakai dan
mempergunakan Sabuk Kenshi sesuai dengan ketentuan yang akan diberlakukan oleh
PB.

Pasal 85
Susunan Kepengurusan
85.1 Susunan Kepengurusan Provinsi.
85.1.1 Susunan DK, DP, BPK dan MSH Provinsi, serta Pengprov yang ada dan telah
dikukuhkan terus berjalan sampai masa baktinya berakhir, akan tetapi kalau
dikehendaki dapat menyesuaikan susunannya sesuai dengan ketentuan AD
dan/atau ART.
85.1.2 Susunan DK, DP, BPK dan MSH Provinsi, serta Pengprov yang telah berakhir
masa baktinya atau belum dikukuhkan oleh PB wajib menyesuaikan susunannya
sesuai dengan ketentuan AD dan/atau ART paling lambat pada tanggal 9
September 2008.
85.1.3 Adapun susunan kepengurusan di tingkat Provinsi adalah sebagaimana dirinci
Lampiran-44 yang merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari
TODA ini.
85.2 Susunan Kepengurusan Kabupaten atau Kota.
85.2.1 Susunan DK, DP, BPK dan MSH Kabupaten atau Kota, serta Pengkab atau
Pengkot yang ada dan telah dikukuhkan terus berjalan sampai masa baktinya
berakhir, akan tetapi kalau dikehendaki dapat menyesuaikan susunannya sesuai
dengan ketentuan AD dan/atau ART.

48
85.2.2 Susunan DK, DP, BPK dan MSH Kabupaten atau Kota, serta Pengkab atau
Pengkot yang telah berakhir masa baktinya atau belum dikukuhkan oleh
Pengprov wajib menyesuaikan susunannya sesuai dengan ketentuan AD
dan/atau ART paling lambat pada tanggal 9 September 2008.
85.2.3 Adapun susunan kepengurusan di tingkat Kabupaten atau Kota adalah
sebagaimana dirinci Lampiran-45 yang merupakan bagian yang integral dan
tidak terpisahkan dari TODA ini.
85.3 Susunan Kepengurusan Dojo.
85.3.1 Susunan DK, DP, BPK dan MSH Dojo, serta Pengdo yang ada dan telah
dikukuhkan terus berjalan sampai masa baktinya berakhir, akan tetapi kalau
dikehendaki dapat menyesuaikan susunannya sesuai dengan ketentuan AD
dan/atau ART.
85.3.2 Susunan DK, DP, BPK dan MSH Dojo, serta Pengdo yang telah berakhir masa
baktinya atau belum dikukuhkan oleh Pengkab atau Pengkot wajib
menyesuaikan susunannya sesuai dengan ketentuan AD dan/atau ART paling
lambat pada tanggal 9 September 2006.
85.3.3 Adapun susunan kepengurusan di tingkat Dojo adalah sebagaimana dirinci
Lampiran-46 yang merupakan bagian yang integral dan tidak terpisahkan dari
TODA ini.

Pasal 86
Pemakaian Kop Surat, Amplop dan Stempel
86.1 1 (satu) tahun terhitung tanggal 9 September 2007, yaitu tanggal diberlakukannya
ketentuan tentang Lambang Perkemi berdasarkan ketentuan Pasal 4.1 AD, kop surat,
amplop, stempel dan alat-alat perkantoran lainnya yang lama, masih diperbolehkan untuk
dipakai dan dipergunakan.
86.2 Terhitung tanggal 9 September 2008, setiap Pengprov, Pengkab atau Pengkot, dan
Pengdo, dan seluruh Kenshi Indonesia tanpa terkecuali, diwajibkan untuk memakai dan
mempergunakan kop surat, amplop, stempel dan alat-alat perkantoran lainnya dengan
mempergunakan Lambang Perkemi dimaksud Pasal 4.1 AD.

Pasal 87
Her-Registrasi Anggota
87.1 Untuk kepentingan pendataan kembali (her-registrasi) anggota Perkemi di seluruh
Indonesia, atau untuk Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota dan/atau Dojo tertentu, dan
untuk kepentingan penertiban pencatatan jumlah anggota Perkemi secara nasional atau
untuk Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota dan/atau Dojo tertentu, maka pelaksanaan
pendataan kembali (registrasi itu dilakukan dengan mempergunakan Formulir-29:
Registrasi Kenshi (Lampiran-37).
87.2 Tata cara pelaksanaan pendataan kembali (her-registrasi) diatur oleh PB apabila
dilaksanakan secara nasional, oleh Pengprov yang berkepentingan apabila dilaksanakan
ditingkat Provinsinya, oleh Pengkab atau Pengkot yang berkepentingan apabila
dilaksanakan ditingkat Kabupaten atau Kotanya atau oleh Pengdo yang berkepentingan
apabila dilaksanakan ditingkat Dojonya.

Pasal 88
Penggantian Definitif dan Pelaksana Tugas Ketua Pengdo
88.1 Pasal Pasal 69.5 ART menyatakan bahwa dalam hal Ketua Pengdo oleh sebab apapun
tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya oleh sebab-sebab sebagaimana diatur
Pasal 26.1 ART, maka pelaksanaan tugas dan kewajiban Ketua Pengdo dilaksanakan
oleh Wakil Ketua Pengdo, dan paling lambat di dalam waktu 6 (enam) bulan terhitung
sejak tanggal Wakil Ketua Pengdo menjalankan tugas dan kewajiban tersebut, Wakil
Ketua Pengdo wajib memanggil dan menyelenggarakan Muperdo Luar Biasa untuk
memilih Ketua Pengdo yang definitif.
88.2 Dalam hal Wakil Ketua Pengdo itupun oleh sebab apapun tidak dapat menjalankan tugas
dan kewajibannya oleh sebab-sebab sebagaimana diatur Pasal 26.1 ART, maka

49
pelaksanaan tugas dan kewajiban Ketua Pengdo dilaksanakan oleh Sekretaris,
Bendahara dan Ketua Komisi Organisasi, Hukum dan Etika Pengdo, secara bersama-
sama, dengan kewajiban di dalam waktu paling lambat di dalam waktu 3 (tiga) bulan
terhitung sejak tanggal Wakil Ketua Pengdo tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban tersebut, mereka wajib memanggil dan menyelenggarakan Muperdo Luar
Biasa untuk memilih Ketua Pengdo yang definitif.
88.3 Apabila di dalam menjalankan tugas dan kewajiban ketiganya oleh sebab apapun tidak
dapat mengambil keputusan secara aklamasi, maka keputusan diambil dengan suara
terbanyak.
88.4 Dalam hal terjadinya kejadian-kejadian dimaksud Pasal 88.1 atau Pasal 88.2 diatas dan
dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, Pengdo dapat memanggil dan
menyelenggarakan Muperdo Luar Biasa dan memilih Ketua Pengdo dan kepengurusan
lengkap di tingkat Pengdo yang definitif yang masa baktinya adalah 4 (empat) tahun
terhitung tanggal dilaksanakannya Muperdo Luar Biasa itu.

Pasal 89
Penggantian Definitif dan Pelaksana Tugas Ketua Umum Pengkab atau Pengkot
89.1 Pasal 56.5 ART menyatakan bahwa dalam hal Ketua Umum Pengkab atau Pengkot oleh
sebab apapun tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya oleh sebab-sebab
sebagaimana diatur Pasal 21.6 ART, maka pelaksanaan tugas dan kewajiban Ketua
Umum Pengkab atau Pengkot dilaksanakan oleh Wakil Ketua Umum Pengkab atau
Pengkot, dan paling lambat di dalam waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal Wakil
Ketua Umum Pengkab atau Pengkot menjalankan tugas dan kewajiban tersebut, Wakil
Ketua Umum Pengkab atau Pengkot wajib memanggil dan menyelenggarakan
Musperkab atau Muperkot Luar Biasa untuk memilih Ketua Umum Pengkab atau Pengkot
yang definitif.
89.2 Dalam hal Wakil Ketua Umum Pengkab atau Pengkot itupun oleh sebab apapun tidak
dapat menjalankan tugas dan kewajibannya oleh sebab-sebab sebagaimana diatur Pasal
21.6 ART, maka pelaksanaan tugas dan kewajiban Ketua Umum Pengkab atau Pengkot
dilaksanakan oleh Sekretaris Umum, Bendahara dan Ketua Komisi Organisasi Pengkab
atau Pengkot, secara bersama-sama, dengan kewajiban di dalam waktu paling lambat di
dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal Wakil Ketua Umum Pengkab atau
Pengkot tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban tersebut, mereka wajib memanggil
dan menyelenggarakan Muperkab atau Muperkot Luar Biasa untuk memilih Ketua Umum
Pengkab atau Pengkot yang definitif.
89.3 Apabila di dalam menjalankan tugas dan kewajiban ketiganya oleh sebab apapun tidak
dapat mengambil keputusan secara aklamasi, maka keputusan diambil dengan suara
terbanyak.
89.4 Dalam hal terjadinya kejadian-kejadian dimaksud Pasal 89.1 atau Pasal 89.2 diatas dan
dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, Pengkab atau Pengkot dapat memanggil
dan menyelenggarakan Muperkab atau Muperkot Luar Biasa dan memilih Ketua Umum
Pengkab atau Pengkot dan kepengurusan lengkap di tingkat Pengkab atau Pengkot yang
definitif yang masa baktinya adalah 4 (empat) tahun terhitung tanggal dilaksanakannya
Muperkab atau Muperkot Luar Biasa itu.

Pasal 90
Penggantian Definitif dan Pelaksana Tugas Ketua Umum Pengprov
90.1 Pasal 42.5 ART menyatakan bahwa dalam hal Ketua Umum Pengprov oleh sebab
apapun tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya oleh sebab-sebab
sebagaimana diatur Pasal 21.6 ART, maka pelaksanaan tugas dan kewajiban Ketua
Umum Pengprov dilaksanakan oleh Wakil Ketua Umum Pengprov, dan paling lambat di
dalam waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal Wakil Ketua Umum Pengprov
menjalankan tugas dan kewajiban tersebut, Wakil Ketua Umum Pengprov wajib
memanggil dan menyelenggarakan Muperprov Luar Biasa untuk memilih Ketua Umum
Pengprov yang definitif.

50
90.2 Dalam hal Wakil Ketua Umum Pengprov tidak ada atau oleh sebab apapun tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajibannya oleh sebab-sebab sebagaimana diatur Pasal 21.6
ART, maka pelaksanaan tugas dan kewajiban Ketua Umum Pengprov dilaksanakan oleh
Sekretaris, Bendahara dan Ketua Komisi Organisasi Pengprov, secara bersama-sama,
dengan kewajiban di dalam waktu paling lambat di dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung
sejak tanggal Wakil Ketua Umum Pengprov tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban tersebut, mereka wajib memanggil dan menyelenggarakan Muperprov Luar
Biasa untuk memilih Ketua Umum Pengprov yang definitif.
90.3 Apabila di dalam menjalankan tugas dan kewajiban ketiganya oleh sebab apapun tidak
dapat mengambil keputusan secara aklamasi, maka keputusan diambil dengan suara
terbanyak.
90.4 Dalam hal terjadinya kejadian-kejadian dimaksud Pasal 90.1 atau Pasal 90.2 diatas dan
dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, Pengprov dapat memanggil dan
menyelenggarakan Muperprov Luar Biasa dan memilih Ketua Umum Pengdo dan
keanggotaan kepengurusan lengkap ditingkat Pengdo yang definitif yang masa baktinya
adalah 4 (empat) tahun terhitung tanggal dilaksanakannya Muperprov Luar Biasa itu.

Pasal 91
Pembentukan Perkemi Kabupaten atau Kota dan Peralihan Perkemi Dojo dan
Keanggotaan Akibat Pemekaran Wilayah
91.1 Dengan berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah, telah terjadi banyak pemekaran
wilayah, baik pemekaran dan dibentuknya Kabupaten atau Kota, maupun Provinsi yang
baru.
91.2 Dalam hal dibentuknya Kabupaten atau Kota yang baru, karena hukum setiap Dojo yang
ada di dalam wilayah hukum Kabupaten atau Kota yang baru hasil pemekaran wilayah itu
yang semula berada di dalam wilayah hukum Kabupaten atau Kota asal, beralih dan
menjadi Dojo dari Kabupaten atau Kota hasil pemekaran, demikian pula setiap dan
seluruh Pengdo dan anggota yang terdaftar sebagai anggota disetiap dan seluruh
Dojo/Pengdo dimaksud, karena hukum beralih dan menjadi Dojo/Pengdo dan anggota
dari Kabupaten atau Kota hasil pemekaran.
91.3 Di dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung tanggal disahkannya Kabupaten
atau Kota hasil pemekaran wilayah oleh Pemerintah, setiap Pengdo dimaksud Pasal 91.2
di atas wajib menyelenggarakan Muperkab atau Muperkot Luarbiasa untuk membentuk
Kepengurusan Tingkat Kabupaten atau Kotanya.
91.4 Setiap anggota Perkemi Kabupaten atau Kota hasil pemekaran wilayah yang adalah
seorang anggota biasa (Kenshi), harus terdaftar sebagai anggota dan senyatanya
bertempat tinggal di wilayah hukum Kabupaten atau Kota hasil pemekaran wilayah, atau
setidaknya telah mengajukan Mutasi Kabupaten atau Kota dimaksud Pasal 51 di atas.
91.5 PB., Pengprov dan Pengkab atau Pengkot asal wajib memberikan bantuan sepenuhnya
agar Muperkab atau Muperkot Luarbiasa dimaksud Pasal 89.3 di atas dapat
diselenggarakan dengan baik dan di dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
91.6 Selama Kepengurusan Tingkat Kabupaten atau Kota dari Kabupaten atau Kota yang
baru hasil pemekaran wilayah dimaksud Pasal 91.3 di atas belum dibentuk, maka setiap
dan seluruh kepentingan anggota dan Dojo/Pengdo yang ada di dalam wilayah hukum
Kabupaten atau Kota hasil pemekaran wilayah itu tetap dilakukan oleh Pengkab atau
Pengkot asal, kecuali PB dengan surat keputusan menetapkan: (i) pengurusan itu
dilakukan oleh Pengprov yang berwenang, atau (ii) memberikan mandat kepada
beberapa orang anggota tertentu yang semuanya harus berdomisili di wilayah hukum
Kabupaten atau Kota hasil pemekaran wilayah itu, pemberian mandat mana harus diiringi
kewajiban untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan Muperkab atau Muperkot
Luarbiasa di dalam waktu yang ditentukan oleh PB.

51
Pasal 92
Pembentukan Perkemi Provinsi dan Peralihan Perkemi Dojo, Kabupaten atau Kota dan
Keanggotaan Akibat Pemekaran Wilayah
92.1 Dengan berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah, telah terjadi banyak pemekaran
wilayah, baik pemekaran dan dibentuknya Kabupaten atau Kota, maupun Provinsi yang
baru.
92.2 Dalam hal dibentuknya Provinsi yang baru, karena hukum setiap Perkemi Kabupaten
atau Kota dan Dojo yang ada di dalam wilayah hukum Provinsi yang baru hasil
pemekaran wilayah itu yang semula berada di dalam wilayah hukum Provinsi asal,
beralih dan menjadi Perkemi Kabupaten atau Kota dan Dojo yang berada di dalam
wilayah hukum dari Provinsi hasil pemekaran, demikian pula setiap dan seluruh Pengkab
atau Pengkot, Pengdo dan anggota yang terdaftar sebagai anggota disetiap dan seluruh
Pengkab atau Pengkot dan Pengdo dimaksud, karena hukum beralih dan menjadi
Pengkab atau Pengkot, Pengdo dan anggota dari Provinsi hasil pemekaran.
92.3 Di dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung tanggal disahkannya Provinsi baru
hasil pemekaran wilayah oleh Pemerintah, setiap Pengkab atau Pengkot dengan bantuan
setiap Pengdo dimaksud Pasal 89.2 di atas wajib menyelenggarakan Muperprov
Luarbiasa untuk membentuk Kepengurusan Tingkat Provinsinya.
92.4 Setiap anggota Perkemi Provinsi hasil pemekaran wilayah yang adalah seorang anggota
biasa (Kenshi), harus terdaftar sebagai anggota dan senyatanya bertempat tinggal di
wilayah hukum Provinsi hasil pemekaran, atau setidaknya telah mengajukan Mutasi
Provinsi dimaksud Pasal 51.1.3 di atas.
92.5 PB. dan Pengprov asal wajib memberikan bantuan sepenuhnya agar Muperprov
Luarbiasa dimaksud Pasal 91.3 di atas dapat diselenggarakan dengan baik dan di dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.
92.6 Selama Kepengurusan Tingkat Provinsi dari Provinsi yang baru hasil pemekaran wilayah
dimaksud Pasal 91.3 di atas belum dibentuk, setiap dan seluruh kepentingan anggota,
Dojo/Pengdo dan Pengkab atau Pengkot yang ada di dalam wilayah hukum Provinsi hasil
pemekaran wilayah itu tetap dilakukan oleh Pengprov asal, kecuali PB dengan surat
keputusan menetapkan: (i) pengurusan itu dilakukan secara langsung oleh PB., atau (ii)
memberikan mandat kepada beberapa orang anggota tertentu yang semuanya harus
berdomisili di wilayah hukum Provinsi hasil pemekaran wilayah itu, pemberian mandat
mana harus diiringi kewajiban untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan Muperprov
Luarbiasa di dalam waktu yang ditentukan oleh PB.

TODA PERKEMI 04-12-2007

52

Anda mungkin juga menyukai