Anda di halaman 1dari 22

Contoh dan Pengertian Lembar

Observasi
Makalah Ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Dina Huriaty, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 7

Aldi Al Madani (3061856047)

Chairul Amalia (3061856032)

Ridho Firdaus (3061856164)

Yohana Hingi Kelen (3061856141)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) BANJARMASIN

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Penyusun memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan tepat
waktu. Makalah yang penyusun buat ini tentang “Kriteria Telaah Buku SD”.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan
terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu penyusun sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun dalam


menyusun makalah ini sehingga masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 21 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Observasi...............................................................................................7
2.2 Ciri-ciri Observasi.....................................................................................................8
2.3 Tujuan Observasi......................................................................................................8
2.4 Menfaat Observasi...................................................................................................9
2.5 Jenis Observasi.........................................................................................................5
2.6 Contoh Observasi...................................................................................................12
2.7 Analisa Observasi...................................................................................................16
2.8 Kelemahan Dan Kelebihan Observasi.....................................................................15
BAB III...............................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode observasi dan wawancara merupakan metode assesment yang tertua
dalam psikologi. Sebagai contoh, lama sebelum assesment dengan menggunakan alat-
alat tes dikenal, pemerintah Cina pada abad pertengahan telah menggunakan ujian lisan
dalam mengevaluasi pegawai pemerintahannya. Metode observasi telah digunakan
untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non - verbal para pegawai tersebut.
Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi seperti Oxford University
(Aiken, 1996).

Wilhem Wundt, yang dikenal sebagai bapak psikologi eksperimen memanfaatkan


metode observasi dalam penelitian-penelitian yang dilakukannya. Beliau mendirikan
laboratorium psikologi pada tahun 1879 di Leipzig, Jerman. Bagi Wundt, subject matter
dari psikologi adalah pengalaman. Wundt berupaya mencari struktur pengalaman yang
disadari. Pengalaman yang disadari tersebut hanya dapat diobservasi oleh individu yang
mengalaminya. Oleh karena itu, Wundt menggunakan metode self-observation atau
introspeksi. Melalui introspeksi individu melihat ke dalam untuk menguji pengalaman
dirinya seperti sensasi, persepsi, kesan, dan perasaan, kemudian melaporkan
pengalaman tersebut. Selain itu, Wundt juga melakukan eksperimen berkaitan dengan
waktu reaksi dan rentang perhatian (Wood & Wood, 1996 : 22).

Dalam psikologi, metode observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji


perkembangan dan pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian penting dari
proses penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian. Alasan-alasan yang melandasi
pentingnya observasi dalam penelitian dan pengajaran, antara lain:

Pertama, observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide


(Irwin & Bushnell,1984). Melalui observasi terhadap anak yang sedang bermain bebas di

1
area bermain (play ground), kita dapat mengetahui aktivitas-aktivitas apa yang menarik
bagi anak dan bagaimana anak menikmati aktivitas yang dilakukannya. Pemahaman
yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan landasan untuk merancang
aktivitas yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan demikian
kita dapat merancang proses pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dengan
melakukan generalisasi pengetahuan yang diperoleh dari observasi. Harapannya dengan
cara tersebut anak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan optimal.

Kedua, observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu


pertanyaan khusus/spesifik (Irwin & Bushnell,1984). Sebagai contoh, bila seorang
peneliti ingin mengetahui bagaimana respon pramusaji terhadap pengunjung restoran
yang memberikan tips dan yang tidak memberikan tips, maka peneliti dapat merancang
situasi yang dikehendaki dalam sebuah eksperimen. Metode observasi digunakan untuk
mengamati perbedaan perilaku pramusaji dalam situasi tersebut. Contoh yang lain
adalah penelitian yang dilakukan Mary Ainsworth tentang deprivasi maternal pada bayi
dan penyesuaian anak selanjutnya. Ia menempatkan anak yang mengalami deprivasi
maternal berupa perhatian dan afeksi sebagai bayi dan mengobservasi dengan cermat
faktor-faktor seperti usia anak ketika mengalami pemisahan, lama pemisahan, dan
alternatif perawatan yang diperlukan (Irwin & Bushnell,1984).

Ketiga, observasi dapat memberikan gambaran yang lebih realistik tentang suatu
peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode pengumpulan informasi lainnya (Irwin &
Bushnell,1984). Seperti diungkapkan Goodwin & Driscoll (Bentzen, 1992), melalui
observasi dimungkinkan untuk mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan
alat lain, misalnya pada anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami
kesulitan untuk mengerjakan paper and pencil test . Keuntungan lain dari penggunaan
metode observasi pada anak adalah anak tidak merasa cemas atau terancam seperti
halnya yang terjadi pada anak yang lebih besar atau orang dewasa meskipun ia tahu
dirinya sedang diobservasi. Bila orang dewasa tahu dirinya diobservasi, ia akan
cenderung mengubah perilaku dan tidak berperilaku seperti biasanya, namun hal ini
tidak terjadi pada anak-anak. Mereka tetap berperilaku sewajarnya dan tidak merasa
terganggu dengan proses observasi yang dilakukan.

2
Keempat, melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk
memahami perilaku anak dengan lebih baik (Irwin & Bushnell,1984). Sebagai contoh,
bila seorang guru ingin mengetahui pemahaman anak TK tentang konsep angka. Seorang
anak TK mugkin dapat melafalkan urutan angka dari satu sampai sepuluh. Akan tetapi,
apakah anak benar-benar memahami konsep angka, dapat dilakukan dengan meminta
anak untuk mengambil balok dalam jumlah tertentu. Selain itu guru juga bisa
mendapatkan insight tentang perasaan dan tindakan anak ketika melakukan tugas yang
diberikan.

Kelima, observasi dapat menjadi sarana dalam melakukan evaluasi, misalnya


mengevaluasi kinerja guru di kelas, mengetahui respon siswa terhadap metode
pembelajaran yang berbeda, mendeteksi perkembangan perilaku motorik pada bayi,
mengetahui situasi yang menyebabkan anak berperilaku agresif dan sebagainya. (Astrini
Tyas, 2013, http://astrintyas14.blogspot.com/2013/03/observasi.html, di akses Jum’at,
07 Juni 2013)

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Apa Yang Dimaksud Observasi?
2.2 Apa Saja Contoh Ciri & Jenis Observasi?

1.3 Tujuan Penulisan


2.1 Untuk Mengetahui Apa Saja Yang Berhubungan Dengan Objek Penelitian
2.2 Untuk Mengetahui Bagaimana Mengambil Kesimpulan Yang Disusun
Menjadi Sebuah Laporan Relevan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Observasi


Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan terhadap sebuah objek secara langsung
dan mendetail guna untuk menemukan informasi mengenai objek tertentu. Ilmu
pengetahuan merupakan dasar dari semua peristiwa maupun aktivitas yang terjadi baik
lingkup kecil maupun besar. Pada dasarnya ilmu pengetahuan diperoleh dari cara belajar
mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita ataupun diperoleh secara tidak
langsung dengan membaca atau mendengarkan penjelasan dari orang lain.

Dari penjelasan di atas, salah satu cara dalam mendapatkan informasi dari suatu
peristiwa adalah dengan cara mengamati secara langsung atau biasa disebut dengan
observasi. Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan terhadap sebuah objek secara
langsung dan mendetail guna untuk menemukan informasi mengenai objek tersebut.
Pada umumnya, metode dalam melakukan kegiatan observasi haruslah tersistematis
serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu, objek yang diamati dalam
kegiatan observasi haruslah nyata dan diamati secara langsung.

Pengertian Observasi Menurut Ahli

Selain definisi umum, para ahli juga memiliki pendapat mengenai kegiatan observasi.
Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai penjelasan observasi:

1. Kartini Kartono

Menurut Kartini Kartono, observasi adalah pengujian dengan tujuan tertentu untuk
mengetahui sesuatu, yang khususnya untuk tujuan mengumpulkan fakta, data, skor atau
nilai, satu verbalisasi atau disebut dengan pengungkapan kata-kata dengan segala
sesuatu yang telah diteliti atau amati.

2. Nurkancana

4
Definisi observasi menurut Nurkancana adalah suatu cara untuk mengadakan sebuah
penilaian dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung dan juga sistematis.
Untuk data-data yang telah diperoleh dalam observasi tersebut selanjutnya dicatat pada
suatu catatan observasi. Dan kegiatan pencatatan itu sendiri juga merupakan bagian dari
kegiatan pengamatan.

3. Sevilla

Observasi atau pengamatan dalam arti sederhana merupakan proses dimana peneliti
melihat situasi dari penelitian. Untuk metodenya harus sesuai yang digunakan pada
penelitian yang berupa pengamatan interaksi atau kondisi dari belajar mengajar, tingkah
laku dan juga interaksi dari kelompok.

2.2 CIRI-CIRI OBSERVASI


Pada dasarnya, observasi merupakan kegiatan untuk menemukan sebuah informasi dari
objek. Namun, kegiatan observasi juga memiliki karakteristik tersendiri. Secara umum,
terdapat tiga ciri-ciri dari observasi, yaitu:

 Objektif, dilakukan dengan berdasarkan keadaan objek tunggal nyata yang


diamati secara langsung.
 Faktual, pengamatan dilakukan sesuai fakta yang berasal dari pengamatan yang
telah dilakukan dan sudah terbukti kebenarannya tanpa ada dugaan yang tidak
jelas.
 Sistematik, kegiatan observasi dilakukan sesuai metode yang sudah ditentukan
dari awal dan tidak asal-asalan.

Selain itu terdapat tujuan yang hendak dicapai ketika melakukan kegiatan observasi.
Tujuan tersebut berupa informasi mengenai kesimpulan hasil observasi mengenai objek
yang telah diamati guna untuk dijadikan sarana sumber ilmu pengetahuan.

2.3 TUJUAN OBSERVASI

Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,


aktivitas – aktivitas yang berlangsung, orang – orang yang terlibat dalam aktivitas, dan
makna kejadian yang dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati
tersebut. Deskripsi harus kuat, fakta, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal
yang tidak relevan.

5
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu :
   Memungkinkan untuk mengukur banyaknya perilaku yang tidak dapat diukur dengan
menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak –
anak.
   Prosedur testing formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak – anak sebagaimana
orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
   Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara pengumpulan data yang lain. Pada anak –
anak, observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa.
Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat – buat bila merasa
sedang diobsevasi.

Tujuan observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya adalah sebagai berikut :

a.    Untuk keperluan asessment awal dilakukan di luar ruang konseling, misalnya : ruang
tunggu, halaman, kelas, ruang bermain.
b.    Sebagai dasar atau titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog
akan mengetahui kemajuan yang dicapi klien.
c.    Bagi anak – anak, untuk mengetahui perkembangan anak – anak pada tahap tertentu.
d.   Digunakan dalam memberi laporan pada orang tua, guru, dokter dan lain – lain.
e.    Sebagai informasi status anak atau remaja di sekolah untuk keperluan bimbingan dan
konseling.
(Mas Tarmudi 2010. http:// http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-
observasi.html, diakses Jumat,07 Juni 2013)

2.4 MANFAAT OBSERVASI

1.    Hasil observasi yang dibuat dapat dikomfirmasikan dengan hasil penelitian
2.    Deskripsi memberikan gambaran dunia nyata
3.    Memungkinkan pembaca memiliki penafsiran sendiri terhadap temuan dan bagaimana
akan diinterpretasikan
4.    Dapat menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat menguji kuwalitas,
memperkirakan mengapa sesuuatu terjadi dalam seting nyatanya
5.    Dapat mencatat gejala yang kadang tidak jelas berlangsungnya

6
6.    Mencatat situasi yang tidak dapat direplikasikan dalam eksperimen
7.    Kronologi peristiwa dapat dicatat dengan berurutan
8.    Peralatan dan teknologi dapat merekam secara permanen
9.    Observasi dapat dikombinaskan dengn metode lain.

(Nurul Hidayah (2012), http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-45721-


umum-observasi.html, diakses Jum’at, 07 Juni 2013)

2.5 JENIS OBSERVASI

Ada beberapa jenis observasi yang lazim dilakukan oleh konselor atau peneliti, yaitu :

1.    Dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek yang sedang diobservasi (observee),
observasi bisa dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a.    Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan observasi (observer) turut serta
atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang diobservasi (observee). Observasi
partisipan juga sering digunakan dalam penelitian eksploratif.Observasi partisipan ini
memiliki kelebihan, yaitu observee bisa jadi tidak mengetahui bahwa mereka sedang
diobservasi, sehingga perilaku yang nampak diharapkan wajar atau tidak dibuat – buat.
Disisi lain, observasi partisipan mengandung kelemahan, terutama berkaitan dengan
kecermatan dalam melakukan pengamatan dan pencatatan, sebab ketika observer
terlibat langsung dalam aktifitas yang sedang dilakukan observee, sangat mungkin
observer tidak bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail.
b.    Observasi non – partisipan, yaitu bila observer tidak secara langsung atau tidak
berpartisipasi dalam aktifitas yang sedang dilakukan oleh observee.Observasi non –
partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu observer bisa melakukan pengamatan dan
pencatatan secara detail dan cermat terhadap segala aktivitas yang dilakukan observee.
Disisi lain, bentuk ini juga memiliki kelemahan yaitu bila observee mengetahui bahwa
mereka sedang diobeservasi, maka perilakunya biasanya buat – buat atau tidak wajar.
Akibatnya, observer tidak mendapatkan data yang asli.

7
c.    Observasi kuasi – partisipan, yaitu bila observer terlibat pada sebagian kegiatan yang
sedang dilakukan oleh observee, sementara pada sebagian kegiatan lain observer tidak
melibatkan diri. Bentuk ini merupakan jalan tengah untuk mengatasi kelemahan kedua
bentuk observasi di atas, dan sekaligus memanfaatkan kelebihan dari kedua bentuk
tersebut.
2.    Dilihat dari segi situasi lingkungan dimana subjek diobservasi, Gall dkk (2003 : 254)
membedakan observasi menjadi dua, yaitu :
a.      Observasi naturalistik, jika observasi dilakukan secara alamiah atau dalam kondisi apa
adanya. Contoh : melihat pertandingan sepak bola, guru mengamati murid ketika sedang
bermain di halaman sekolah, seorang peneliti mengamati perilaku binatang di hutan
atau kebun binatang.
b.      Observasi eksperimental, jika observasi itu dilakukan terhadap subjek dalam suasana
eksperimen atau kondisi yang diciptakan. Contoh : para ilmuwan mengamati perubahan
hewan percobaannya yang diberi vaksin dengan hewan yang tidak diberi vaksin.
3.    Khususnya bentuk observasi sistematis, Blocher (1987) mengelompokan ke dalam tiga
bentuk dasar observasi, yaitu :
a.      Observasi naturalistik, yaitu ketika sesorang ingin mengobservasi subjek (observee)
dalam kondisi alami atau natural.
b.      Metode survai, yaitu ketika seseorang mensurvai (mengobservasi) contoh – contoh
tertentu dari perilaku individu yang ingin kita nilai.
c.      Eksperimentasi, yaitu ketika sesorang tidak hanya mengobservasi tetapi memaksakan
kondisi – kondisi spesifik terhadap subjek yang diobservasi.
4.    Berdasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna Djumhana (1983 : 205)
mengelompokkan observasi menjadi, yaitu :
a.      Finding observasi, yaitu kegiatan observasi untuk tujuan penjajagan. Dalam melakukan
observasi ini observer belum mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi, ia
hanya mengetahui bahwa ia akan mengahadapi suatu situasi saja. Selama berhadapan
dengan situasi itu, ia bersikap menjajagi saja, kemudian ia mengamati berbagai variabel
yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk menyusun observasi yang lebih terarah.
b.      Direct observation, yaitu observasi yang menggunakan “daftar isi” sebagai
pedomannya. Daftar ini bisa berupa checklist kategori tingkah laku yang diobservasi.
Pada umumnya pembuatan daftar isian ini didasarkan pada data yang diperoleh dari

8
finding observation dan atau penjabaran dari konsep dalam teori yang dipandang sudah
mapan.
5.    Berdasarkan pada tingkat kesempurnaannya dan pelatihan yang disyaratkan, Gibson &
Mitchell (1995 : 261), mengklasifikasikan observasi sebagai berikut :
a.    Level pertama, observasi informasi kasual (casual information observation ). Observasi
jenis ini banyak dilakukan dalam kehidupan sehari – hari dengan tidak terstruktur, dan
biasanya observasi – observasi yang tidak terencana yang memberikan kesan – kesan
kasual yang terjadi sehari –hari oleh orang – orang di dekat kita. Tidak ada pelatihan
atau instrumentasi yang diharapkan atau disyaratkan.
b.    Level kedua, observasi terstruktur (guided observation). Terencana, diarahkan pada
sebuah maksud atau tujuan. Observasi pada tingkat ini biasanya difasilitasi oleh
instrumen yang sederhana seperti cheklist dan skala penilaian. Beberapa training juga
diperlukan.
c.    Level ketiga, level klinis. Observasi, selalu diperpanjang, dan sering dengan kondisi –
kondisi yang terkontrol. Teknik – teknik dan instrumen – instrumen yang digunakan
direncanakan dengan baik, dan digunakan melalui pelatihan secara khusus, biasanya
diberikan pada level doktoral. (Pemahaman Individu oleh Drs. Anwar Sutoyo, M.Pd,
2012 : 86 – 91)

2.6 CONTOH OBSERVASI

1.    Langkah-Langkah Menyusun Lembar Observasi Penelitian


Lembar observasi penelitian tentang aktivitas belajar siswa ini dibuat dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

 Menentukan tujuan pembuatan lembar observasi, yaitu untuk merekam data berapa
banyak siswa di suatu kelas aktif belajar, dan bagaimana kualitas aktivitas belajar siswa-
siswa tersebut.
 Mengumpulkan referensi tentang karakteristik atau ciri-ciri siswa yang sedang aktif
belajar (jika anda telah menulis proposal penelitian, maka tentunya dengan mudah
dapat dicuplik dari kajian teori atau kajian pustaka proposal penelitian anda).

9
 Menyusun poin-poin kunci tentang karakteristik atau ciri-ciri siswa yang sedang aktif
belajar. Misalnya, setelah diekstraksi, kajian pustaka atau kajian teori tentang aktivitas
belajar siswa didapatkanlah karakteristik atau ciri-ciri siswa yang aktif belajar.
 Menentukan desain atau layout lembar observasi penelitian yang diinginkan, seperti
daftar ceklis, skala rating (skala penilaian), daftar pertanyaan terbuka, laporan observasi
(observation report).
 Merumuskan elemen-elemen lembar observasi penelitian, dalam hal ini judul,
identitas, tujuan, petunjuk penggunaan (petunjuk pengisian), butir-butir pernyataan
atau pertanyaan terkait karakteristik atau ciri-ciri siswa yang aktif belajar (ini
merupakan bagian utama dari lembar observasi dan harus mengacu pada tujuan
pembuatan lembar observasi yang identik dengan tujuan penelitian yang sedang
dilakukan).
 Menulis draft lembar observasi penelitian.
 Meminta bantuan rekan seprofesi atau ahli misalnya widyaiswara atau dosen untuk
mengecek validitas instrumen (lembar observasi).
 Merevisi lembar observasi bila diperlukan

2.    Contoh lembar observasi aktivitas belajar siswa

Maka setelah melewati langkah-langkah tersebut di atas, maka kita telah


menyusun sebuah lembar observasi penelitian, yang bentuk akhirnya berupa skala
rating seperti berikut ini:

LEMBAR OBSERVASI

KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR

Sekolah / Kelas : _________________


Hari / Tanggal : _________________
Nama Guru : _________________
Nama Observer : _________________

10
Tujuan :

1. Merekam data berapa banyak siswa di suatu kelas aktif belajar


2. Merekam data kualitas aktivitas belajar siswa

Petunjuk :

1. Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pembelajaran tetapi
tetap dapat memantau setiap kegiatan yang dilakukan siswa.
2. Observer memberikan skor sesuai dengan petunjuk berikut:

 Banyak siswa : 0 sampai > 20% ; 2 bila 20% sampai > 40% ; 3 bila 40% sampai >
60% skor 4 bila 60% sampai 80% ; skor 5 bila 80% sampai 100% aktif.
 Kualitas : 1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = baik sekali

Banyak
Kualitas
No. Aktivitas Belajar Siswa Siswa yang
Keaktifan
Aktif

Pengetahuan dialami, dipelajari, dan ditemukan oleh


A. --- ---
siswa

1. Melakukan pengamatan atau penyelidikan --- ---

Membaca dengan aktif (misal denganpen di tangan untuk


2. menggarisbawahi atau membuat catatan kecil atau tanda- --- ---
tanda tertentu pada teks)

3. Mendengarkan dengan aktif (menunjukkan respon, misal --- ---


tersenyum atau tertawa saat mendengar hal-hal lucu yang
disampaikan, terkagum-kagum bila mendengar sesuatu

11
yang menakjubkan, dsb)

Siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi


B. --- ---
pelajaran (membangun pemahaman)

Berlatih (misalnya mencobakan sendiri konsep-konsep


1. --- ---
misal berlatih dengan soal-soal)

Berpikir kreatif (misalnya mencoba memecahkan masalah-


2. masalah pada latihan soal yang mempunyai variasi --- ---
berbeda dengan contoh yang diberikan)

Berpikir kritis (misalnya mampu menemukan kejanggalan,


3. kelemahan atau kesalahan yang dilakukan orang lain dalam --- ---
menyelesaikan soal atau tugas)

C. Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya --- ---

1. Mengemukakan pendapat --- ---

2. Menjelaskan --- ---

3. Berdiskusi --- ---

4. Mempresentasi laporan --- ---

5. Memajang hasil karya --- ---

D. Siswa berpikir reflektif --- ---

1. Mengomentari dan menyimpulkan proses pembelajaran --- ---

Memperbaiki kesalahan atau kekurangan dalam proses


2. --- ---
pembelajaran

Menyimpulkan materi pembelajaran dengan kata-katanya


3. --- ---
sendiri

Amuntai, ......................................

12
(Observer)

(Muhammad Faiq (2013),http://penelitiantindakan


kelas.blogspot.com/2013/02/llembar-observasi-aktivitas-siswa.html, diakses Jum’at, 07
Juni 2013)

2.7 ANALISA OBSERVASI

Gibson (1995 : 263) menyarankan agar dalam melakukan analisis selama atau setelah
observasi memperhatikan hal – hal sebagai berikut :

1.    Mengamati satu klien dalam satu waktu. Observasi untuk analisis individu sebaiknya
difokuskan pada individu tersebut. Utamanya terhadap perilaku klien secara detail yang
mungkin berguna dalam konseling.
2.    Ada kriteria spesifik untuk melakukan observasi. Konselor hendaknya selalu ingat bahwa
observasi yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, ketika
melakukan analisis hendaknya difokuskan pada hal – hal yang berkaitan dengan tujuan
observasi.
3.    Observasi seharusnya dilakukan tanpa batas waktu. Utamanya dalam dunia pendidikan,
observasi dalam rangka konseling sebaiknya tidak hanya dibatasi pada waktu tertentu
saja, tetapi dilakukan secara berkesinambungan ini sekurang – kurangnya memiliki dua
manfaat, yaitu untuk validasi dan evaluasi.
4.    Konseli seharusnya diamati dalam situasi yang natural dan berbeda. Perilaku natural
kebanyakan terjadi dalam situasi yang juga natural. Meskipun situasi naturalitu beragam
antara satu orang dengan yang lain, tetapi ada situasi umum yang kurang lebih sama,
misalnya : ketika di sekolah, di rumah, ketika berhubungan dengan teman, dengan guru,
dengan karyawan, dan dengan orang dewasa lainnya. Sebab bisa jadi seseorang ketika di
tengah – tengah keluarga menunjukkan perilaku sopan, tetapi ketika berhubungan
dengan orang – orang di luar rumah terjadi sebaliknya. Mengamati perilaku dalam
situasi yang berbeda itu sangat membantu dalam penyimpulan apakah karakteristik
tingkah laku tersebut konsisten atau tidak.

13
5.    Mengamati klien dalam konteks semua situasi atau situasi total. Dalam melakukan
observasi terhadap tingkah laku manusia, sangatlah penting menghindari pendekatan
“tunnel vision”, dimana kita hanya bermaksud mengamati klien secara visual atau
sebatas yang tampak mata, tetapi observasi sebaiknya dilakukan dengan melihat faktor
– faktor yang mendorong munculnya tingkah laku tersebut, sehingga kita bisa memberi
makna yang lebih tepat terhadap tingkah laku yang kita amati.
6.    Data dari observasi seharusnya digabungkan dengan data yang lain. Dalam analisis
individu sangatlah penting untuk menggabungkan semua yang diketahui tentang
konseli. Hal ini karena untuk melihat konseli sebagai seorang manusia yang utuh, semua
kesan yang didapatkan dari observasi harus dipadukan dengan semua informasi yang
mungkin didapatkan. Teknik studi kasus yang diguanakan oleh sebagian besar bantuan
profesional memberikan ilustrasi terhadap integrasi dan hubungan antar data sebelum
dilakukan interpretasi.
7.    Observasi seharusnya dilakukan dalam kondisi yang menyenangkan. Dalam melakukan
observasi sangat diharapkan observer berada pada posisi yang cukup jelas untuk melihat
apa yang ingin dilaporkan. Idealnya, observer mampu melakukan observasi dalam waktu
yang cukup tanpa halangan dan gangguan, serta kondisi yang menyenangkan untuk
melakukan observasi. Observer seharusnya juga siap terhadap kemungkinan lain yang
mungkin terjadi ketika seseorang diamati memodifikasi perilakunya karena dia sadar
bahwa dirinya sedang diamati. (Pemahaman Individu oleh Drs. Anwar Sutoyo, M.Pd,
2012 : 124 -126)

2.8 KELEMAHAN DAN KELEBIHAN OBSERVASI

1.    Kelemahan
Gibson & Mitchell (1995 : 263), Mc. Millan & Schumacher (2001 : 276) menunjukan
beberapa kelemahan observasi sebagai berikut :
a.    Kemampuan manusia untuk menyimpan secara akurat terhadap kesan yang diperoleh
dari hasil pengamatan sangat terbatas, baik dalam hal jumlah maupun lamanya kesan
(informasi) itu bisa disimpan. Akibatnya ada sesuatu yang mungkin hilang atau tidak

14
lengkap. Gibson & Mitchell (1995 : 23) mencatat bahwa tidak banyak orang yang mampu
menyimpan kesan yang amat luas dan detail. Oleh sebab itu, para observer perlu alat
bantu observasi. Seorang peneliti yang melakukan observasi terhadap sejumlah siswa
dalam satu kelas tentu akan mengalami kesulitan jika harus menyimpan informasi
berapa anak yang ada dalam kelas itu, berapa jumlah anak laki – laki dan berapa pula
jumlah perempuan, siapa duduk dekat siapa, dan bajunya berwarna apa. Apalagi jika
informasi itu harus disimpan dalam waktu lama.
b.    Cara pandang individu terhadap obyek yang sama juga belum tentu sama, sebab setiap
oran memiliki frame yang unik yang mungkin berbeda dengan yang lain. Akibatnya,
kesan yang diperoleh juga tidak sama dan penilaiannya pun tidak sama. Gibson &
Mitchell (1995 : 263) menunjukan bahwa hasil pengamatan sangat dipengaruhi oleh
daya adaptasi, kebiasaan, keinginan, prasangka, dan proyeksi.
c.    Kesan seseorang terhadap suatu obyek juga tidak selalu sama. Akibatnya penafsiran dan
penilaian yang diberikan terhadap obyek yang sama menjadi tidak sama. Seseorang yang
memegang teguh norma sosial , ketika melihat seorang remaja rambutnya disemir
dengan warna – warni plus mengenakan anting, mungkin kita akan punya kesan remaja
itu nakal. Tetapi bagi observer lain yang mudah menerima nilai – nilai baru akan
mempunyai kesan berbeda, mungkin tampilan remaja tersebut dipandang sesuai
perkembangan zaman, bahkan ia menilai positif.
d.   Ada kecenderungan pada manusia dalam menilai sesuatu menjadi terlalu tinggi atau
terlalu rendah mendasrkan pada sifat yang menonjol. Seorang observer dalam
memberikan penilaian terhadap seorang siswa kadang masih terpengaruh ia “anak
siapa”, atau memberi penilaian dengan pertimbangan sesuatu yang tidak ada
hubungannya dengan aspek yang sedang dinilai. Tidak jarang orang memberikan
penilaian terhadap seseorang yang dengan melihat tampilannya, padahal tampilan
kadang tidak menggambarkan realitas yang sesungguhnya. (Pemahaman Individu oleh
Drs. Anwar Sutoyo, M.Pd, 2012 : 91 – 93)
2.    Kelebihan
a.    Dapat meneliti beberapa gejala
b.    Teknik observasi tidak menuntun objek berada dalam objek-objek tertentu\
c.    Memungkinkan pencatatan secara bersamaan dalam suatu peristiwa
d.   Tidak bergantung pada self report

15
e.    Banyak kejadian penting yang tidak dapat diperoleh bila tidak menggunakan metode
observasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemampuan untuk melakukan observasi secara benar dan baik sangat diperlukan bagi
konselor, guru, peneliti sosial dan pihak – pihak yang bergerak dalam pelayanan
kemanusiaan. Dengan kemampuan melakukan observasi secara baik, mereka
dimungkinkan untuk memahami individu yang hendak dibimbing, dididik dan
dilayaninya sebaik – sebaiknya, dan pada akhirnya diharapkan bisa memberikan
pelayanan secara tepat.

Observasi adalah proses pengamatan yang disertai dengan pemusatan perhatian


terhadap suatu obyek dan gejala – gejala yang perlu diamati. Observasi harus dilakukan
secara sistematis dan bertujuan.

Tujuan observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya, yaitu (1) untuk keperluan
asessment awal dilakukan di luar ruang konseling, misalnya : ruang tunggu, halaman,
kelas, ruang bermain, (2) sebagai dasar atau titik awal dari kemajuan klien. Dari
beberapa kali pertemuan psikolog akan mengetahui kemajuan yang dicapi klien, (3) bagi
anak – anak, untuk mengetahui perkembangan anak – anak pada tahap tertentu, (4)
digunakan dalam memberi laporan pada orang tua, guru, dokter dan lain – lain, (5)
sebagai informasi status anak atau remaja di sekolah untuk keperluan bimbingan dan
konseling. Hasil observasi yang dibuat dapat dikomfirmasikan dengan hasil penelitian.

Manfaat observasi, yaitu (1) deskripsi memberikan gambaran dunia nyata, (2)
memungkinkan pembaca memiliki penafsiran sendiri terhadap temuan dan bagaimana
akan diinterpretasikan, (3) dapat menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat

16
menguji kuwalitas, memperkirakan mengapa sesuuatu terjadi dalam seting nyatanya, (4)
Dapat mencatat gejala yang kadang tidak jelas berlangsungnya, (5) mencatat situasi
yang tidak dapat direplikasikan dalam eksperimen, (6) kronologi peristiwa dapat dicatat
dengan berurutan, (7) peralatan dan teknologi dapat merekam secara permanen, (8)
observasi dapat dikombinaskan dengn metode lain.

Ada beberap bentuk observasi, (a) dilihat dari keterlibatan observer terhadap
kegiatan yang sedang dilakukan observee, observasi bisa dikelompokkan menjadi
observasi partisipan, observasi non – partisipan, dan observasi kuasi – partisipan, (b)
dilihat dari kondisi lingkungannya diciptakan atau apa adanya, bisa dikelompokkan
menjadi observasi naturalistik dan observasi eksperimen, (c) dilihat dari tingkat
kesempurnaan dan latihan yang diperlukan, bisa dikelompokkan menjadi tingkat
pertama, observasi informasi kausal, tingkat kedua, observasi terstruktur, dan tingkat
ketiga, observasi klinis, (d) dilihat dari tujuan lapangan, observasi dibedakan menjadi
finding observation, direct observational, (e) khususnya observasi sistematis dibedakan
menjadi observasi naturalistik, survey dan eksperimentasi.

Ada beberapa kelemahan observasi, yaitu (1) berkaitan dengan keterbatasan


kemampuan manusia dalam menyimpan hasil pengamatan, (2) cara pandang individu
terhadap obyek yang sama, belum tentu sama antara individu satu dengan lainnya, (3)
kesan individu terhadap obyek yang sama juga belum tentu sama, akibatnya penafsiran
juga tidak sama, (4) kesan individu terhadap obyek sama juga belum tentu sama dengan
individu lainnya, (5) ada kecenderungan pada manusia dalam menilai sesuatu hanya
berdasarkan ciri – ciri yang menonjol.

Ada beberapa kelebihan observasi, yaitu (1) dapat meneliti beberapa gejala, (2)
teknik observasi tidak menuntun objek berada dalam objek-objek tertentu, (3)
memungkinkan pencatatan secara bersamaan dalam suatu peristiwa, (4) tidak
bergantung pada self report, (5) banyak kejadian penting yang tidak dapat diperoleh bila
tidak menggunakan metode observasi.

17
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini sehingga makalah yang kami buat
dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

 Astrini Tyas (2013) http;//astinityas14.blogspot.com/2013/03/observasi.html, di


akses Jum’at, 07 Juni 2013
 Kartono, Kartini. 2011. Kamus Lengkap Psikologi J.P. Chaplin. Jakarta : Rajawali
Pers. Mas Tarmudi (2010) http://
http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-observasi.html, diakses
Jumat,07 Juni 2013
 Muhammad Faiq (2013) http://penelitiantindakan
kelas.blogspot.com/2013/02/llembar-observasi-aktivitas-siswa.html, diakses
Jum’at, 07 Juni 2013
 Nurul Hidayah (2012) http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_ detail-
45721-umum-observasi.html, diakses Jum’at, 07 Juni 2013
 Prasetiyo Chem-Is-Try (2011)
http;//novadwiprasetiyo.blogspot.com/2011/11/pengertian-observasi-
penelitian.html, diakses Jum’at 07 Juni 2013
 Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta :
Penerbit Andi.

 Willis, Sofyan. 2012. Psikologi Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta

18
19

Anda mungkin juga menyukai