Perdir Pedoman Penatalaksanaan Pasien HIV Tahun 2018
Perdir Pedoman Penatalaksanaan Pasien HIV Tahun 2018
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Ditetapkan di : Purworejo
Pada tanggal :2Fs6rrrti 2018
Direktur RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo
ARIFIN, M.Kes
Pem Utama Muda
NIP.19580223 198510 1 002
tIt
I-AMPIRAN PERATURAN DIREKTUR
RSUD Dr. TJITROWARDOJO PURWOREJO
NOMOR 44s/ElA2O8
TENTANG PEDOMAN PENATAII.KSANAAN HIV/AIDS
DI RSUD Dr. TJITROWARDOJO
PURWORE.JO
BAB I
PENDAIIT'LUAN
A. Latar Belakang
Dengan meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya
pada kelompok pengguna napza suntik (penasung/ IDU : Iniecting
Drug lJsefi, pekerja seks dan pasangannya, serta waria di beberapa
propinsi di Indonesia pada saat ini, maka kemungkinan te{adinya
resiko penyebaral infeksi HIV ke masyarakat umum tidak dapat
diabaikan. Kebanyakan dari mereka yang beresiko tertular HIV tidak
mengetahui akan status HIV mereka, apakah sudatr terinfeksi atau
belum.
Estimasi pada tahun 2O1O diperkirakan di Indonesia terdapat
sekitar 9O.OOO-130.OO0 orang terinfeksi HIV, sedangkan data yang
tercatat oleh Dinas Kesehatan RI sejumlah 2l-77O kasus dengan
proporsi 73,9 o/o adalah laki-laki dan 25,6 perempuan hidup dengan
Hrv/AIDS.
Melihat tingginya prevalensi diatas maka masalah HIV/AIDS
saat ini bukal hanya masalah kesehatan dan penyakit menular
semata narnun sudah menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan
sosial ekonomi di negara-negara berkembang. Oleh karena itu
penanganan tidak hanya dari segi medis namun juga dari sisi
psikososial dengan pendekatan kesehatan masyarakat melalui upaya
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Salah satu upaya tersebut
adalah melalui deteksi dini untuk mengetahui status seseorang
sudah terinfeksi HIV atau belum melalui konseling dal1 testing
sukarela. Dengan mengetahui status HIV lebih dini memungkinkan
pemanfaatan layananJayanan terkait dengan pencegahan'
perawatan, dukungan dan pengobatan sehingga konseling dan
testing HIV/AIDS secara sukarela merupakan pintu masuk semua
layanan tersebut diatas.
Perubahan perilaku seseorang dari beresiko menjadi kurang
beresikoterhadapkemungkinantertularHlVmemerlukanbantuan
perubahan pengetahuan dan emosional sehingga diperlukan
pendekatan konseling secara individu guna mendorong perubahan ke
arah yang lebih baik. t ayanan konseling dan testing HIV/AIDS
sukareladapatdilakukandisaranakesehatandansaranalainyang
dikelola oleh pemerintah atau masyarakat' 7.ayanan konseling dan
testingHIV/AIDSharusberdasarkanpadapedomankonselingdarr
testing HIV/AIDS secara suka rela agar mutu layanan dapat
dipertanggungiawabkan.
B. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS melalui peningkatan
mutu pelayanan HIV/AIDS dan perlindungan bagi petugas dan klien
/pasien.
C. Tujuan Khusus
(1) Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan HIV/AIDS
{21 Menjaga mutu pelayanan melalui penyediaan sumber daya dan
manajemen yang sesuai
(3) Memberi perlindungan dan konfidensialitas dalam pelayanan
Hrv/ArDS.
D Ruaag tingkup
(1) Bagian Rekam Medis
(2) Instalasi Rawat Jalan
(3) Instalasi Rawat Inap
(4) Instalasi Gawat Darurat
t5) Instalsi Bedah Sentral
(6) Instalasi Patologi Klinik
(7) Unit Hemodialisa
E. Batasan Operaslonal
(1) Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) atau Voluntary
Con seling and Testing [VCT) dan Prouider Initiated Testing and
Counseling (PITC) yang berdasarkan pemeriksaan dilakukan
berdasarkan prinsip konfidensialitas, persetujuan, konseling
pencatatan, pelaporan dan rujukan
12) Konseling Tes Sukarela (KTS) dilakukan oleh seorang konselor
HIV/AIDS rumah sakit yang sudah terlatih yarrg meliputi jenis
konseling meliputi: pre test, post test, dan konseling
berkelanjutan
(3) Pelayanan PITC adalah pemeriksaan dan pelayanan pasien HIV
bisa melalui VCT atau PITC
14) Pelayanan PMTCT adalah pelayanan konseling kepada ibu hamil
dan menyusui maupun ibu dengan usia produktjf yang
terdiagnosis HIV/AIDS.
(5) Pelayanan Terapi ARV adalah Pelayanan Perawatan, Dukungan
dan Pengobatan (PDP) pada pasien terdiagnosis HIV/AIDS.
(6) Kolaburasi TB-HIV ada-lah pelayanan bersama pada pasien TB
dan pasien HIV/AIDS agar dilakukan skrening.
(7) Pelayanan kepada semua pasien yang terdiagnosis HIV/AIDS
untuk dilakukan skrening penyakit TB nya di ruang Poliklinik
VCT.
(8) Pelayanan Pasien ODHA dengan IDU's adalah orang yang
terinfeksi HIV karena penggunaan NAPZA suntik.
F Landasan Hukum
(1) Undang-undang Nomor 29 Tahun 2OO4 tentang Praktek
Kedokteran (l,embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4
Nomor 116, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
(21 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2OO9 terltang Pelayanan
Publik (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 20O9 Nomor
112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
s038);
(3) Undang-undang Nomor 35 Tahun 20O9 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 143,
Tambahan lrmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5O62);
(4) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang Kesehatan
(t embaran Negara Republik Indonesia Tahun 20O9 Nomor 164,
Tambahan l,embaran Negara Republik Indonesia Nomor 5O63);
(5) Undang-undang Nomor 44 Tahun 20O9 tentang Rumah Sakit
(kmbaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5972);
(6) Peraturan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor
02lMenkolKesralll2OO7 tentang Kebijakan Nasional
Penanggulangan HIV/AIDS melalui Pengurangan Dampak Buruk
Penggunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif;
(7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 02 1 Tahun 2O 12 tentang
Penanggulangan HIV / AIDS ;
(8) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
56/Menkes/Perllll/2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit;
BAB II
STA.ITDAR I{Ef EI{AGAAN
A. Deaah Ruang
Denah ruang terkait dengan poliklinik
HIV terlampir dalam hataman
Iampiran.
B. Standar Fasilitas
(1) Tersedia ruang dan peralatan peraga sesuai dengan permenkes 56
tahun 2O14 tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit.
(21 Tersedia unit rawat jalan/poliklinik beserta peralatan alat
kesehatan sesuai dengan kebutuhan maing_masing poliklinik.
(3) Tersedia ruang rawat inap dengan jumlah tempat tidur pasien
sejumlah 3O8 TT beserta alat kesehatan yang ada.
(41 Tersedia tempat penyimpanan dokumen rekam medis serta rak
penyimpanannya untuk dokumen rawat jalan dan dokumen
rekam medis rawat inap.
BAB IV
TATA LAJ(SANA PEI"AYANAI{
A. Pelayanan VCf
(1) Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) atau Voluntary
Conseling and Testing (VCT) dan prouider Initioted Testing and
Counseling (PITC) :
a. pemeriksaan dilakukan berdasarkan prinsip konfidensia,litas,
persetujuan, konseling pencatatan, pelaporan dan rujukan
b. pelayanan konseling HIV/AIDS adatah konseling dan tes HIV
secara sukarela atas inisiatif individu yang bersangkutan.
c. pelayanan PITC adalah tes yang dilakukan pada pasien yang
terindikasi secara medis mengidap HIV/AIDS atau mempunyai
faktor resiko HIV.
d. pelayanan KTS dilakukan baik lewat rawat jalan maupun
pasien yang berasal dari rawat inap.
(2) Konseling Tes Sukarela (KTS) dilakukan oleh seorang konselor
HIV/AIDS rumah sakit yang sudah tedatih yang meliputi :
a. jenis konseling meliputi: pre test, post test, dal konseling
berkelanjutan
b. konseling HIV/AIDS dilaksanakan digabung di ruang
Poliklinik VCT/CST.
(3) Prinsip kon{idensial sebagaimana dimaksud di atas hasil
pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya dapat dibuka
kepada:
a. yang bersangkutan
b. tenaga kesehatan yang menangani
c. keluarga tedekat dalam hal yang bersangkutan dinilai tidak
cakap
d. pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
G Pemeriksaan Laboratorium
(1) Dalam rangka untuk memastikan dan menegakkan pasien yang
didiagnosis HIV/AIDS akan dilakrrkan pemeriksaan virologi
(Rapid Test) 3 (tiga) parameter
(2) Untuk skrening pasien HIV pemeriksaan laboratorium
menggunakan 1 (satu) reagen rapid test lini pertama
(3) Hasil pemeriksaan akan dibuka bersama antara konselor dan
pasien apabila pasien sudah siaP
(4) Hasil pemeriksaan sebagaimana ayat (3) meliputi :
a. reaktif
b. non Reaktif
c. indetereminate
(s) Pemeriksaan pemintaan HIV untuk pemeriksan laboratorim dapat
dari luar rumah sakit atau dari fasilitas kesehatan lainnya
dengan alur sebagai berikut :
a. iampel darah yang dikirim langsung ke Instalasi Patologi
Anatomi dengan dilampiri pengantar pemeriksaan HIV
b. keluarga pasien didampingi petugas pengirim menyerahkan
sampel ke rumah sakit
.. p.-..ik""an membutuhkan waktu kurang lebih 2 (dua) jam
ietelah sampel diterima petugas laboratorium rumah sakit
d. setelah naiit laai hasil dikirim ke Klinik VCT untuk
mengetahui status HIV sekaligus dilakukan konseling
pasca/ post test
e. hasil akan dibuka bersama dengan Konselor HIV
(6) Untuk pemeriksaan laboratorium menggunakan reagen rapid test
tidak dikenakan biaya
(7) Untuk pemeriksaan CD 4 dan Anti HIV ELLISA di rujuk ke
[,aboratorium Rujukan.
I Penyelenggaraan
(1) Setiap rumah sakit harus melaksanakan Program
penatalaksanaan pasien HIV secara optimal
(2) Pelaksanan Program HIV/AIDS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui pembentukan tim pelaksana program
HIV/AIDS di rumah sakit
(3) Susunan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (21 terdiri atas :
a. klinisi (dokter)
b. konselor (Psikolog)
c. keperawatan
d. petugas farmasi (Instalasi Farmasi)
e. staff Rekam Medis
f. petugas laboratorium (lnstalasi Patologi Klinik)
(a) Tim pelaksana program HIV/AIDS mempunyai tugas dan fungsi :
a. membantu direktur dalam menetapkan kebijakan tentang
penatalaksanaan HIV/AIDS
b. membantu direktur dalam menetapkan Pedoman dan
Panduan penatalaksanaan HIV/AIDS
c. membantu direktur dalam pelaksanaan penatalaksanaan
HIV/AIDS
d. membantu direktur dalam mengawasi dan mengevaluasi
penatalaksanaan HIV/AIDS
e. melakukan koordinasi baik interna,l maupun eksternal rumah
sakit yang berkaitan dengan HIV/AIDS
f. melaporkan kegiatan pelaksanaan prograrn HIV/AIDS ke
direktur.
BAB V
LOGISTIK
DitetaPkan di :
Purworelo
Pada tanggal :ZFebruari 2018
Direktur RSU5 Or. Tjitrowardojo Purworejo
ARIFIN, M.Kes
Utama Muda
/
NrP.19580223 198510 1 002
f\r