Anda di halaman 1dari 33

PANDUAN SKRINING PASIEN

LOGO RS

RUMAH SAKIT ……………..


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya Panduan
Skrining Pasien di Rumah Sakit ……. dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan.

Panduan Skrining Pasien disusun sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan melalui skrining pasien sejak kontak pertama dengan tujuan mengetahui kondisi
dan kebutuhan pasien agar pelayanan dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan dokter /
petugas kesehatan segera mengambil keputusan asuhan yang akan diberikan pada pasien

Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit ……. adalah dalam rangka pemberian pelayanan
yang cepat dan tepat di Instalasi Gawat Darurat, dengan melakukan identifikasi kondisi
pasien dan menetapkan tingkat derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan
kedaruratan

Panduan ini akan dievaluasi kembali untuk dilakukan perbaikan / penyempurnaan bila
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim
Penyusun, yang dengan segala upaya telah berhasil menyusun Panduan Skrining Pasien
untuk dijadikan acuan dalam pelayanan skrining pasien di RS ……….

Jakarta, ….,Juni 2022

Direktur rumah sakit ……..

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. ii
BAB I DEFINISI .....................................……………………………………… 1
BAB II RUANG LINGKUP...............................……………………………….. 2
BAB III KEBIJAKAN …………………………………………………………. 4
BAB IV TATA LAKSANA ...........……………………………………………... 6
A. Alur Skrining...................................................................................... 6
B. Skrining Visual................................................................................... 9
C. Skrining Via Telepon.......................................................................... 13
D. Skrining dengan Pemeriksaan Penunjang........................................... 14
E. Skrining Penerimaan Pasien Rawat Inap ( Preventif, paliatif, 16
kuratif, rehabilitatif)
F. Kriteria diagnosis ………………………………………………. 18
BAB V DOKUMENTASI...................................................................................... 22

ii
LAMPIRAN -1
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR …../PER-DIR/ RS…./
…./2022
TENTANG
AKSES DAN KESINAMBUNGAN
PELAYANAN

PANDUAN SKRINING PASIEN

BAB I
DEFINISI

1. Skrining adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengidentifikasi apakah


kebutuhan dan kondisi pasien dapat dipenuhi oleh sumber daya atau fasilitas yang ada
di rumah sakit yang dilakukan pada kontak pertama dengan pasien
2. Skrining visual adalah proses identifikasi terhadap kebutuhan pasien yang dilakukan
pada kontak pertama dengan pasien, dengan melihat secara langsung
keadaan/kondisi pasien
3. Skrining via telepon adalah adalah proses identifikasi terhadap kebutuhan pasien
yang dilakukan pada kontak pertama dengan pasien, melalui media telepon
4. Skrining dengan pemeriksaan penunjang adalah proses identifikasi terhadap
kebutuhan pasien yang dilakukan dengan melakukan pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, radiologi, elektrokardiografi
5. Skrining non medis adalah skrining yang dilakukan oleh petugas rumah sakit selain
dokter dan perawat pada kontak pertama dengan pasien
6. Skrining medis adalah skrining yang dilakukan oleh dokter dan/ atau perawat pada
kontak pertama dengan pasien melalui kriteria triase
7. Triase adalah adalah proses penilaian pasien berdasarkan tingkat kegawatan dan jenis
penyakitnya untuk ditentukan apakah pasien perlu ditangani dengan segera dan
ditentukan tempat penanganannya

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Rumah sakit menetapkan tata cara penerimaan pasien melalui proses skrining baik untuk
rawat inap, rawat jalan agar sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang telah
diidentifikasi sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit bergantung
pada informasi yang diperoleh tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining
pada kontak pertama.
Skrining penerimaan pasien dilaksanakan melalui:
● jalur cepat (fast track) kriteria triase,
● evaluasi visual atau pengamatan,
● atau hasil pemeriksaan fisis,
● psikologis,
● laboratorium klinis,
● atau diagnostik imajing sebelumnya sebelumnya.
Skrining dapat dilakukan di luar rumah sakit seperti ditempat:
● pasien berada,
● di ambulans,
● atau saat pasien tiba di rumah sakit.
Keputusan untuk mengobati, mentrasfer atau merujuk dilakukan setelah hasil hasil skrining
selesai dievaluasi. Bila rumah sakit mempunyai kemampuan memberikan pelayanan yang
dibutuhkan serta konsisten dengan misi dan kemampuan pelayanannya maka
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan.
Skirining khusus dapat dilakukan oleh RS sesuai kebutuhan seperti skrining infeksi (TBC,
PINERE, COVID19, dll), skrining nyeri, skrining geriatri, skrining jatuh atau skrining
lainnya. Keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk dibuat setelah ada evaluasi
hasil skrining. Bila rumah sakit mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan serta konsisten dengan misi dan kemampuan pelayanannya maka
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan.

Cara melakukan skrining terdiri dari:


1. Skrining secara visual
a. Skrining secara visual dapat menggunakan penilaian visual, kriteria triase, atau
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, psikologik, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik imaging sebelumnya
b. Skrining dilakukan pada pasien yang datang langsung ke rumah sakit oleh
petugas/staf rumah sakit yang pertama kontak dengan pasien
2. Skrining melalui telepon
Pada pasien yang tidak datang langsung ke rumah sakit, skrining dapat dilakukan
melalui telepon baik oleh petugas informasi atau petugas IGD (misal pada pasien yang
akan dirujuk ke RS ……. )

3. Jenis Skrining terdiri dari :


a. Skrining Non Medis
 Skrining dilakukan oleh semua petugas rumah sakit selain dokter dan
perawat, yaitu petugas bagian umum (satpam, petugas parkir, petugas
kebersihan/tata graha, dsb) maupun petugas kesehatan lain (analis
laboratorium, radiografer, apoteker, asisten apoteker, fisioterapi, dsb)
 Skrining non medis dilakukan pada saat pasien tiba dirumah sakit atau saat
pasien mendaftar di poliklinik rawat jalan untuk menentukan pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, yang dapat dipenuhi oleh
rumah sakit

b. Skrining Medis
 Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium dan diagnostik imaging)
sebelumnya, dilaksanakan di instalasi gawat darurat, yang dilakukan tenaga
yang kompeten yaitu dokter atau perawat terlatih.
BAB III
KEBIJAKAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN
Rumah sakit menetapkan tata cara penerimaan pasien melalui proses skrining baik
untuk rawat inap, rawat jalan agar sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
telah diidentifikasi sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit.
(1) Skrining dapat dilakukan di dalam maupun diluar rumah sakit.
(2) Penerimaan pasien dilaksanakan untuk menyesuaikan kebutuhan pasien
rumah sakit bergantung pada informasi yang diperoleh tentang kebutuhan
pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak pertama, skrining dapat
melalui: jalur cepat (fast track) kriteria triase, evaluasi visual atau
pengamatan, atau hasil pemeriksaan fisis, psikologis, laboratorium klinis,
atau diagnostik imajing sebelumnya sebelumnya.
(3) Skrining dapat dilakukan di luar rumah sakit seperti ditempat: pasien
berada, di ambulans, atau saat pasien tiba di rumah sakit.
(4) Skirining khusus dapat dilakukan oleh RS sesuai kebutuhan seperti skrining
infeksi (TBC, PINERE, COVID19, dll), skrining nyeri, skrining geriatri,
skrining jatuh atau skrining lainnya
(5) Rumah Sakit menetapkan pelaksanaan skrining baik di dalam maupun di luar
rumah sakit termasuk pemeriksaan penunjang yang diperlukan/spesifik untuk
menetapkan mengobatai, mentransfer atau merujuk setelah hasil skrining
selesai dievalasi.
(6) Rumah Sakit mengatur kapan skrining dilakukan, yaitu sejak kontak pertama
atau via telepon oleh petugas yang terlatih untuk mendapatkan informasi
apakah kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan sumber daya yang tersedia
di rumah sakit atau perlu dirujuk sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien
(7) Skrining dapat terjadi di tempat pasien, ambulans atau waktu pasien tiba di
rumah sakit, selanjutnya dilakukan evaluasi hasil skrining dalam mengambil
keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk pasien, Rumah Sakit
akan menerima pasien jika mempunyai kemampuan memberikan pelayanan
dan jika rumah sakit tidak mempunyai kemampuan pelayanan maka pasien
akan di rujuk
(8) Rumah sakit menentukan tes diagnostik sebelum pasien akan di berikan
pelayanan baik pada pasien Rawat Inap atau terdaftar di unit Rawat Jalan
(9) Rumah Sakit akan merujuk pasien ke fasilitas pelayanan yang dapat
memenuhi kebutuhan pasien jika rumah sakit tidak mampu memenuhi
kebutuhan pasien
(10) Rumah Sakit akan mentransfer/merujuk pasien apabila pasien dalam kondisi
stabil sesuai dengan diagnosa penyakitnya dan didokumentasikan
(11) Semua staf klinis yang memberikan asuhan pada pasien akan diberikan
pelatihan tentang skrining
(12) Pada pasien dengan kasus kriminal, maka harus melibatkan petugas keamanan agar
pasien dan petugas rumah sakit dapat terlindungi dari orang luar atas tindakan lebih
lanjut kepada pasien
(13) Direktur Rumah Sakit menetapkan proses admisi pasien rawat inap dilakukan
skrining kebutuhan pasien untuk menetapkan kebutuhan pelayanan pasien akan
pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif yang diprioritaskan
berdasarkan kondisi pasien dan dapat menentukan pelayanan yang sesuai dengan
prioritas kebutuhan pasien
(14) kriteria prioritas untuk menentukan pasien yang membutuhkan pelayanan di unit
khusus/spesialistik (misalnya unit luka bakar atau transplantasi organ) atau
pelayanan di unit intensif (misalnya ICU, ICCU, NICU, PICU, pascaoperasi).
(15) Kriteria prioritas meliputi kriteria masuk dan kriteria keluar menggunakan
parameter diagnostik dan atau parameter objektif termasuk kriteria berbasis
fisiologis.
BAB IV
TATALAKSANA

Skrining dapat dilaksanakan dengan menggunakan kriteria triase, penilaian visual,


pemeriksaan fisik atau berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, psikologik, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik imaging sebelumnya.
Pencocokan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung dari
informasi yang diperoleh saat melakukan skrining tentang kebutuhan pasien, biasanya pada
kontak pertama.
Pasien yang akan dirawat atau terdaftar untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan adalah
mereka yang kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber daya dan misi rumah
sakit yang diidentifikasi melalui proses skrining.
Informasi yang didapat melalui proses skrining penting dalam membuat keputusan yang
tepat tentang apakah pasien dapat dilayani atau harus dirujuk.

A. Alur Skrining.

1. Skrining di tempat Pasien


Pasien di rumah/ditempat rujukan dilakukan skrining pada saat pasien
menghubungi petugas RS.
 bila pasien membutuhkan pelayanan khusus (perawatan intensive) maka
skrining dilakukan oleh perawat/dokter IGD.
 Bila pasien tidak membutuhkan pelayanan khusus maka petugas Front Office
dapat mengarahkan pasien untuk datang ke rumah sakit dan didaftarkan sebagai
pasien rawat jalan.

2. Skrining di Ambulans

Pada saat pasien berada dalam ambulans maka skrining dilakukan di dalam
Ambulans oleh perawat/dokter IGD, agar dapat diputuskan apakah keadaan pasien
sesuai dengan kemampuan sumber daya rumah sakit.

6
3. Skrining di Front Office

Penerimaan pasien dilaksanakan untuk menyesuaikan kebutuhan pasien rumah


sakit bergantung pada informasi yang diperoleh tentang kebutuhan pasien dan
kondisinya lewat skrining pada kontak pertama, skrining dapat melalui: jalur cepat
(fast track) kriteria triase
Pada saat pasien tiba di rumah sakit dan melakukan pendaftaran maka petugas
Front office melakukan skrining untuk pasien yang memerlukan fast track seperti
pasien yang dicurigai TB dan pasien Geriatri dengan permaslahan/ gangguan > dari
dua masalah.
Pasien dewasa yang datang dengan keluhan batuk berdahak lebih dari 2 minggu
atau dengan keluhan batuk berdarah maka diarahkan ke klinik khusus TB/dr
spesialis paru atau spesialis lainnya yang sesuai dengan keinginan pasien, pasien
dimotivasi untuk menggunakan masker dan dicatat di buku khusus serta
mendapatkan nomer kecil agar segera mendapatkan pelayanan/ fast traac untuk
menghindari terjadinya penularan lebih banyak.
Pasien dengan usia diatas 60 tahun dengan lebih dari satu keluhan dan kondisi /
kemandirian kirang maka diberikan nomer tunggu kecil pada poliklinik yang dituju
agar segera mendapatkan pelayanan.
4. Skrining pasien diduga covid -19
Pada era pandemic Covid-19 skrining dilakukan untuk seluruh pasien yang datang
ke RS …… dengan tahapan awal :
a. Seluruh pasien/ keluarga pasien/ pengunjung dilakukan skrining dengan cara
mengukur suhu tubuh dengan menggunakan alat digital jika tidak ada gejala
panas, batuk, pilek, pasien riwayat kontak, probabel COVID pasien diarahkan
sesuai tujuan pasien, jika diketekuman gejala atau tanda-tanda tersebut
diarahkan ke IGD Covid/ poli covid
b. Pasien wajib menggunakan masker
c. Pasien/ pengunjung/ keluarga pasien dll dianjurkan untuk cuci tangan
d. Tetap menjaga jarak minimal 1 meter.
e. Skrining penerimaan pasien yang bersisi antara lain:
1) Informasi klinis :
 Riwayat demam dalam 14 hari terakhir, jika Ya ukur suhu dan
tuliskan / tidak
7
 Gejala lain pada pasien : batuk/ sakit tenggorokan/ pilek/ sesak napas/
sakit kepala/ nyeri otot/ menggigil/ lemah/ malaise
2) Riwayat paparan
 Dalam 14 hari terakhir terdapat riwayat : perjalanan atau tinggal
dinegara / wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi local:
sebutkan Negara/ kota …….
 Kotak dengan kasus konfirmasi/ probable VOCIV-19
 Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan
dengan pasien terkonfirmasi COVID-19?
3) Apakah pernah menjalani pemeriksaan PCR Swab dengan hasil positif atau
Rapid Test dengan hasil reaktif, jika ya sebutkan
4) Tindak lanjut :
 Tedapat jawaban ya pada salah satu poin diatas maka pasien diarahkan
ke poli respiratorik
 Tidak terdapat jawaban ya pada salah satu poin diatas, pasien/
pengunjung diarahkan ke Front Office/ sesuai tujuan
5) Waktu dilakukan pengkajian: tanggal, bulan, tahun serta jam
6) Tanda tangan dan nama pasien/ pengantar pasien dan petugas skrining.
7) Skrining pada pasien Rawat Inap / rencana tindakan maka pasien dilakukan
protokol untuk dilakukan Foto thorak/ tidak mutlak dan tes rapid covid-19.
8

B. Skrining Visual

1. Skrining Non Medis


Skrining ini dilakukan oleh petugas rumah sakit selain dokter dan perawat yang
berkontak langsung dengan pasien pertama kali datang.

a. Petugas Umum (Satpam, Parkir, Tata graha, Petugas lain)


1) Melaksanakan skrining secara visual
2) Mengamati pasien yang masuk ke dalam ruang lingkup RS ……., bila
melihat ada pasien yang menunjukkan tanda –tanda kegawatan seperti ;
sesak, Panas tinggi, nyeri perut hebat, lemas, pucat, muntah-muntah, dll.
Maka petugas membantu dan mengarahkan untuk skrining Covid-19 dan
pasien doarahakan sesuai hasil skrining awal ke IGD Non Covid untuk
dilakukan Triage di IGD atau IGD Covid untuk dilakukan tatalaksana
selanjutnya.
3) Bila ada pasien membutuhkan bantuan, petugas non medis menanyakan
keluhan pasien tersebut (sambil melihat apakah ada kegawatan atau tidak
pada pasien). Bila ada kegawatan pasien dibantu dan diarahkan ke IGD dan
bila tidak ada kegawatan dan pasien ingin berobat diarahkan ke bagian
pendaftaran.
Contoh:
Khusus pasien dengan bergejala / riwayat skrining ada jawaban ya
maka pasien diarahakan langsung ke poli covid/ IGD Covid dan
diterima oleh petugas dengan standar APD Level 3
Petugas: Selamat Pagi/ Siang/ Malam bu, ada yang bias saya bantu?
(sambil mengamati kondisi pasien)
Pasien: Selamat Pagi/ Siang/ Malam pak… Saya mau berobat,
pendaftaran dimana ya?
Petugas: (bila pasien terlihat sakit) ibu ada keluhan apa, sepertinya
ibu terlihat pucat/ nyeri?
(bila pasien terlihat baik arahkan ke pendaftaran)
Pasien : Kepala saya pusing dan saya muntah-muntah berulang
Petugas: Kalau begitu ibu sebaiknya ke IGD untuk mendapatkan
perawatan yang cepat, mari ibu saya antar. (Bantu pasien
hingga sampai ke IGD agar dapat dilakukan Triage di IGD)
4) Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan membantu
pasien hingga sampai ke IGD atau petugas menghubungi perawat IGD agar
perawat IGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.
b. Petugas Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi

1) Melaksanakan skrining secara visual


2) Mengamati setiap pasien yang mau melakukan pemeriksaan laboratorium
dan rontgen, petugas dapat melakukan pemeriksaan pasien seperti suhu dan
nadi, bila pada pasien terlihat kegawatan seperti: nyeri hebat, pucat, lemas,
sesak, demam, nadi lemah dll, maka tanyakan keluhan pasien dan apakah
pasien sudah berobat atau belum.
3) Bila pasien belum berobat dan datang hanya untuk pemeriksaan maka
sarankan pasien agar berobat ke IGD untuk mendapatkan pengobatan dan
tindak lanjut di IGD.
4) Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan DPJP
untuk kegawatan pasien agar dapat ditindaklanjuti.
5) Setiap pasien yang diarahkan ke IGD, petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke IGD, dengan menggunakan kursi roda bila diperlukan.
c. Petugas Farmasi

1) Melaksanakan skrining secara visual


2) Mengamati setiap pasien yang memberikan resep di apotik, bila pasien
terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak dll, maka
tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.
3) Bila pasien belum berobat maka arahkan pasien agar berobat ke IGD agar
mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di IGD.
4) Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan DPJP
untuk kegawatan pasien agar dapat ditindak lanjuti.
5) Jika pasien sudah berobat dan menyerahkan resef segera layani/ pelayanan
dipercepat, pasien ditanyakan kuat/ tidak dipersilahkan duduk untuk
menunggu obat yang segera akan dipersiapkan.
d. Petugas Admission

1) Melaksanakan skrining secara visual


2) Menanyakan tujuan kedatangan pasien dan memberikan penjelasan tentang
jenis-jenis pelayanan,waktu pelayanan dan nama dokter praktek di RS …….
3) Melakukan skrining berdasarkan atas keluhan pasien, atau secara kasat mata
dicurigai ada kegawatan.
4) Bila ada keluhan batuk berdahak lebih dari 2 minggu, maka petugas
admission memberikan masker dan memberikan nomor awal (fast track)
5) Bila usia pasien lebih dari 60 tahun da nada gangguan lebih dari dua fungsi,
maka petugas admission memberikan nomor awal (fast track)
11
6) Bila ada kegawatan diminta untuk segera masuk ke IGD agar dapat
ditindak lanjuti oleh perawat atau dokter jaga yang bertugas saat itu
(Triage).
7) Bila pasien hamil dan mempunyai keluhan di sekitar kehamilan, contoh;
Ketuban pecah, kontraksi, perdarahan, dll, maka pasien diminta untuk ke
Ruang Bersalin agar dapat ditindak lanjuti oleh bidan atau dokter jaga yang
bertugas saat itu.
8) Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas menghubungi perawat IGD
agar perawat IGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.
2. Skrining Medis

a. Perawat
1) Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yang berkontak
pertama dengan pasien
2) Skrining medis oleh perawat dilakukan oleh perawat poli ibu, poli anak,
poli lain-lain, serta perawat yang kontak pertama kali dengan pasien.
3) Ketika kontak pertama kali oleh pasien maka perawat menanyakan keluhan
pasien, sambil melihat kondisi pasien apakah ada kegawatan atau tidak.
4) Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka perawat dapat
mengarahkan apakah pasien dapat ke pendaftaran (bila pasien dalam
kondisi sehat dan membutuhkan pengobatan) atau diarahkan ke IGD atau
Kamar Bersalin sesuai dengan keluhan pasien (bila pasien terdapat
kegawatan)
b. Dokter

1) Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan


pasien.
2) Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien-
pasien asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan kesehatan serius.
3) Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau
mortalitas penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus yang
ditemukan.
4) Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis, pemeriksaan
fisik, psikologik, laboratorium klinik ataudiagnostik imajing.
12
5) Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim atau
sebelum pasien tiba di IGD, bias dilakukan via telepon maupun datang
sendiri.
6) Bila pasien rujukan dilakukan dengan penjemputan, maka skrining
dilakukan ketika tim medis sampai di tempat penjemputan.
7) Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan
dan fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan
tepat.
C. Skrining melalui Telepon

Skrining via telepon dapat dilakukan oleh petugas informasi, petugas IGD (perawat
dan dokter IGD) atau petugas kamar bersalin (bidan atau dokter) sebelum pasien
datang ke rumah sakit.
1. Skrining oleh petugas informasi
a. Skrining ini dilakukan saat petugas informasi menerima telepon dari pasien dan/
atau keluarga pasien yang menanyakan tentang pelayanan yang disediakan oleh
rumah sakit …….
b. Petugas informasi menanyakan mengenai jenis pelayanan yang dicari oleh
pasien atau menanyakan keluhan yang dirasakan pasien untuk kemudian
mengarahkan kepada jenis pelayanan yang sesuai
c. Apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien
maka pasien didaftarkan sebagai pasien rawat jalan
d. Apabila rumah sakit tidak dapat menyediakan pelayanan yang dibutuhkan oleh
pasien, maka petugas informasi mengarahkan pasien untuk berobat ke rumah
sakit lain yang menyediakan fasilitas tersebut.
e. Apabila keluhan pasien berhubungan dengan kehamilan maupun tidak
berhubungan dengan kehamilan maka petugas informasi menghubungkan
telepon pasien ke IGD untuk mendapatkan informasi lebih lanjut

2. Skrining oleh Petugas IGD

a. Skrining oleh petugas IGD dilakukan pada pasien yang akan dirujuk ke rumah
sakit ……. atau pada pasien non rujukan yang membutuhkan informasi medis
lebih lanjut
b. Skrining dilakukan oleh perawat dan/ atau dokter jaga IGD. Untuk pasien
13
rujukan, dokter jaga IGD harus melakukan skrining terhadap kondisi pasien
dengan dokter jaga dari fasilitas kesehatan/ rumah sakit yang merujuk
c. Jika rumah sakit dapat memenuhi pelayanan perawatan yang dibutuhkan, sesuai
kebutuhan dan kondisi pasien, maka pasien bisa ditransfer dari tempat asal
rujukan ke rumah sakit …….
d. Petugas menerima telepon dari pasien/ keluarga pasien/ orang awam penolong
pasien dan tanyakan kebutuhan/ keluhan pasien saat ini. Tanyakan pula keadaan
pasien saat ini sadar/ tidak sadar, terdapat cidera/ tidak, terdapat perdarahan
aktif/ tidak, terdapat keterbatasan gerak/ tidak.
e. Terima telepon dari petugas rumah sakit atau fasilitas kesehatan perujuk dan
tanyakan keluhan pasien saat ini. Tanyakan pula keadaan umum pasien, tanda-
tanda vital pasien, pemeriksaan fisik yang abnormal, hasil pemeriksaan
penunjang (bila ada), terapi/ tindakan yang sudah dilakukan serta alat bantu yang
terpasang (bila ada).
f. Informasikan kepada pihak penelfon untuk kembali menghubungi bagian
informasi rumah sakit ……± 10 menit kemudian untuk memastikan ada atau
tidaknya pelayanan yang dibutuhkan pasien.
g. Segera hubungi unit terkait untuk menanyakan ketersediaan jenis pelayanan
yang dibutuhkan pasien.
D. Skrining dengan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada saat pasien dirawat Inap dapat dilakukan
dalam melengkapi proses skrining adalah sebagai berikut:
1. Seluruh pasien di era Covid- 19 / pandemi.
a. Pasien rencana rawat inap dilakukan pemeriksaan thorak foto.
b. Periksa laboratorium sesuai dengan standar PPK
c. Pasien dilakukan tes rapid covid-19 , jika hasil positif lanjut tes swab PCR.
d. Pemeriksaan lain sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien
e. Pelayanan khusus di pelayanan covid -19 RJ, Gadar, Rawat Inap.
2. Kasus Anak
a. Pemeriksaan Hematologi: Darah Rutin 1 (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit,
Trombosit)
b. Pemeriksaan lain sesuai indikasi
14
3. Kasus Umum
a. Hematologi: Darah Rutin 1 (Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Trombosit)
b. Kimia Klinik Standar : SGOT, SGPT
c. EKG (untuk pasien jantung & pasien dewasa usia > 35 tahun)
d. Pemeriksaan lain sesuai indikasi

4. Perawatan Geriatri
a. Darah Rutin 1 (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit, Trombosit)
b. Glukosa Darah Sewaktu
c. Kimia Klinik Standar : Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT)
d. EKG, Rontgen Thorax

5. Perawatan Perinatologi
a. Hematologi Rutin
b. Glukosa Darah Sewaktu

6. Perawatan NICU
a. Darah Rutin 1 (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit, Trombosit)
b. Glukosa Darah Sewaktu
c. CRP dan IT:IM Ratio
d. Radiologi : Thoracoabdomen.
e. Analisa Gas Darah + elektrolit.
7. Perawatan ICU/PICU
a. Hematologi: Darah Lengkap
b. Gula Darah Sewaktu
c. Analisa Gas Darah
d. Kimia Klinik Standar : Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT
e. Pemeriksaan EKG
f. Pemeriksaan Foto Rontgen Thorax
8. Perawatan Pra Operatif
a. Untuk Golongan Operasi Sedang :
1) Hematologi Rutin 1
2) PT / APTT
3) Gula Darah Sewaktu
15
b. Untuk Golongan Operasi Besar :
1) Hematologi Rutin 1
2) PT / APTT
3) Ureum / Creatinin
4) SGOT / SGPT
5) Rontgen : FotoThorax
6) EKG
7) Konsul Pre Operatif : dokter Spesialis Anestesi
Apabila hasil pemeriksaan penunjang di atas didapatkan nilai yang tidak normal, maka
petugas laboratorium/ radiologi segera menginformasikan kepada perawat atau dokter
pada instalasi terkait untuk segera ditindaklanjuti.
E. Skrining Penerimaan Pasien Rawat Inap
a. Preventif:
 Yaitu suatu rangkaian terapi untuk menvegah terjadinya suatu penyakit
atau komplikasi penyakit
 Contoh:
 Pada pasien dengan luka robek yang luas diberikan ATS
 Bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B diberikan Hepatitis B
Immunoglobulin (HBIg)
 Pemberian injeksi vitmain K pada bayi baru lahir
 Pemberian antibiotik profilaksis sesuai kebutuhan/ kondisi pasien
 Pada kasus-kasus pasien yang membutuhkan ruangan isolasi
(Contoh: TB Paru, varicella, HMFD, Difteri, Covid-19 dll)
b. Paliatif :
Yaitu suatu perawatan untuk memberikan kenyamanan dan mengurangi
kesakitan pada pasien yang secara medis sudah tidak dapat disembuhkan,
misalnya kanker stadium akhir. Perawatan paliatif dilakukan di ruangan khusus
paliatif atau di ruangan perawatan biasa dan hanya diberikan terapi suportif
untuk memberikan kenyamanan pada akhir kehidupan sesuai dengan prinsip
pelayanan tahap terminal.
Contoh kasus pasien paliatif: kanker stadium 4, hepatoma, gagal ginjal end
stage, stroke dengan iskemik luas, AIDS, CHF dengan low EF, PPOK yang
sudah ketergantungan ventilator.
16
Pasien paliatif/ tahap terminal utamanya ditempatkan pada ruangan dengan
kapasitas perawatan 1 orang (sendiri), agar privasi lebih diperhatikan dan dapat
selalu ditunggu oleh keluarganya dan lebih leluasa jika akan melakukan
kegiatan kerohanian. Namun jika keluarga pasien menolak atau ruangan
dengan kapasitas 1 orang penuh, pasien dapat ditempatkan di ruang perawatan
biasa dan berlaku tata tertib penunggu seperti pasien ruang perawatan yang
lain.
c. Rehabilitatif :
Yaitu suatu perawatan untuk mengembalikan fungsi fisik maupun psikis pasien agar
dapat kembali menjadi beraktivitas semaksimal mungkin sesuai kemampuannya.
Contoh: Pasien stroke yang dirawat dilakukan terapi rehabilitasi, pasien vertigo yang
dirawat dilakukan terapi rehabilitatif untuk seterusnya dapat dilanjutkan di rumah.
d. Kuratif.
Yaitu suatu rangkaian pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit
atau pengendalian penyakit. Misalnya pasien diare dilakukan perawatan untuk
mengatasi dehudrasinya, pasien apendisitis dilakukan apendektomi. Pada
perawatan kuratif, pasien ditempatkan di ruangan sebagai berikut:
- Pasien anak ditempatkan di ruangan perawatan anak, kecuali pasien VIP
keatas dapat ditempatkan diruangan yang tersedia meskipun bukan di
bangsal perawatan anak
- Pasien dewasa umum ditempatkan di ruangan perawatan umum, kecuali
pasien VIP keatas dapat ditempatkan diruangan yang tersedia meskipun
bukan di bangsal perawatan umum.
- Pasien kebidanan diutamakan ditempatkan di ruangan kebidanan, kecuali
pasien VIP keatas dapat ditempatkan diruangan yang tersedia meskipun
bukan di bangsal kebidanan.
- Pasien kebidanan dengan komplikasi ditempatkan di VK. Misalnya pasien
dengan HAP, PEB, kontraksi, dll

17
Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap
Hipertensi Emergency  Tekanan darah > 180/ 120
 Ada gejala pusing, mual, muntah, sesak,
pandangan kabur, kelemahan anggota gerak
Ketoasidosis Diabetikum  Sesak
 GDS > 250
 Keton serum positif
Appendicitis akut  Nyeri perut kanan bawah
 Leukosit meningkat
 Demam
Colic renal  Nyeri pinggang
 Mual, muntah
 BAK keruh, berwarna kemerahan
Acute Coronary Syndrome  Nyeri dada
 Hasil pemeriksaan enzim jantung meningkat
 Ada perubahan gelombang ST pada EKG
Stroke akut  Ada defisit neurologis
 Onset <24 jam
Bronkhopenumonia  Sesak tidak membaik dengan 2x inhalasi
 Demam
 Terdapat ronkhi paru pada pemeriksaan fisik
Katarak Senilis  Pre op dengan penyulit DM, Hipertensi
 Anatomi mata kecil
Trauma mata  Laserasi kornea
 Laserasi bulbus oculi
 Mengancam visual
Glaucoma akut  Penurunan penglihatan
 Edema kornea
 TIO > 21
 Gangguan airway
Pentonsilar abses  Gangguan airway
 Risiko sepsis
 Disfagia
 Nyeri berat
Epistaksis  Perdarahan massif
 Hipertensi tak terkontrol
 Observasi perdarahan lanjut
Prolonged pregnancy  Hamil ≥ 41 minggu

Myoma uteri  Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm


 Telah terjadi perdarahan berulang
 Hb ≤ 8,0 mg/dl
Preeclampsia  Tekanan darah ≥ 160/110
 Proteinuria ≥ + 2
 Terdapat tanda awal kejang
 IUGR
 Peningkatan SGPT/SGOT
 Penurunan Angka trombosit
Abortus  Perdarahan ≥ 150 cc
 Keluar jaringan
 Syok hemoragis
Hemiparesis gravidarum  Keton urin +
 Keadaan umum lemah
 Intake makan tidak adekuat
Abnormal uterine bleeding  Hb ≤ 8 mg/dl

DHF  Trombosit < 100.000


 Tekanan darah < 100/70 mmHg (presyok)
 Perdarahan spontan
 Muntah
Dyspepsia  Muntah
 Nyeri dada karena gastro esophageal reflux
desease
 Dehidrasi
Diare  Dehidrasi sedang – berat
 Muntah sampai tidak ada obat yang bisa masuk
 Pre-syok TD <100/60
Serangan asma akut  Keluhan tidak membaik dengan 2x nebulizer
 Respirasi rate >40

Pasien yang memerlukan penanganan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat inap, dokter
wajib memberikan edukasi dan didokumentasikan dalam formulir KIE

20
PREVENTIF KURATIF REHABILITAT PALIATIF
IF
o Pada pasien dengan o Hipertensi Emergency o Pasien o Kanker
luka robek yang o Ketoasidosis stroke stadium 4
luas diberikan ATS Diabetikum yang o Hepatoma
o Bayi yang lahir o Appendicitis akut dirawat o Gagal ginjal
dari ibu dengan o Colic renal dilakukan end stage
Hepatitis B o Acute Coronary terapi o Stroke
diberikan Hepatitis Syndrome rehabilita dengan
B Immunoglobulin o Stroke akut si iskemik/
(HBIg) o Bronkhopenumonia o Pasien perdarahan
o Pemberian injeksi vertigo luas
o Katarak Senilis
vitamin K pada yang o AIDS
o Trauma mata
bayi baru lahir dirawat o CHF dengan
o Glaucoma akut
o Pemberian dilakukan low EF
o Pentonsilar abses
antibiotik terapi o PPOK yang
o Epistaksis rehabilita
profilaksis sudah
o Pada kasus-kasus o Prolonged pregnancy tif ketergantung
pasien yang o Myoma uteri o Kasus an ventilator.
membutuhkan o Preeclampsia lain yang
ruangan isolasi o Abortus memerlu
(Contoh: TB Paru, o Hemiparesis kan
varicella, HMFD, gravidarum tindakan
Difteri, dll) o Abnormal uterine rehabilita
o Pasien suspek, bleeding tif
kontak erat, o DHF
probable, o Dyspepsia
terkonfirmasi o Diare
Covid-19 ( perlu o Serangan asma akut
tatlaksana khusus
dari alur, SDM
yang menangani
dan perawatan/
tindakan)

21
F. ALUR PASIEN DAN SKRINING PADA KONDISI PANDEMI COVID-19.
Pasien masuk ke Rumah Sakit melalui pintu utama yakni dapat melalui IGD atau
melalui area rawat jalan. Proses masuknya pasien melalui pintu utama tersebut dapat
melalui tiga cara yaitu:
1. ALUR
a. Langsung ke Rumah Sakit (atas permintaan pasien sendiri dan tanpa
perjanjian). Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui mekanisme ini harus
melalui proses skrining. Bila dari hasil skrining dicurigai COVID-19 maka
pasien diarahkan menuju triase IGD atau rawat jalan khusus COVID-19.
Sebaliknya bila dari skrining tidak dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan
menuju triase IGD atau rawat jalan non COVID-19 sesuai kebutuhan pasien.
b. Melalui rujukan (dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau
(Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)). 
a) Rujukan pasien suspek atau konfirmasi COVID-19 tidak perlu dilakukan
skrining dan langsung diarahkan ke triase COVID-19.
b) Rujukan pasien kasus non COVID-19 yang dengan hasil pemeriksaan
COVID-19 negatif atau yang belum dilakukan pemeriksaan COVID-19
tetap harus melewati proses skrining.
c. Melalui registrasi online. Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui registrasi
online diharuskan mengisi kajian mandiri terkait COVID-19, bila terindikasi
gejala COVID-19 langsung diarahkan ke triase rawat jalan COVID-19.
Sedangkan pasien dengan hasil assessment tidak terkait COVID-19 tetap
melalui proses skrining (Isian kajian mandiri terlampir).
Bagan 1: Alur Pasien

2. SKRINING
a. Skrining merupakan proses penapisan pasien di mana seorang individu
dievaluasi dan disaring menggunakan kriteria gejala dan riwayat epidemiologis,
untuk menentukan pasien tersebut masuk ke dalam kategori dicurigai COVID-
19 atau bukan.
b. Tujuan skrining: 
a) Memisahkan pasien yang dicurigai COVID-19 dengan pasien non
COVID-19.
b) Mengurangi pajanan untuk pasien lain, pengunjung dan petugas Rumah
Sakit.
c) Membantu mencegah penyebaran penyakit di dalam fasilitas kesehatan.
d) Memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) digunakan sesuai
pedoman penggunaan APD.
e) Untuk memastikan tepat tempat, tepat penanganan dan tepat SDM yang
menangani.
c. Skrining dilakukan pada semua orang yang mengunjungi Rumah Sakit (pasien,
petugas Rumah Sakit atau pengunjung Rumah Sakit lainnya)

3. SKRINING PADA PASIEN DAN PENGUNJUNG


      Langkah-langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah:
a. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60
detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
b. Semua pasien WAJIB menggunakan masker. 
c. Penilaian cepat (quick assessment COVID-19):
a) Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermal gun. 
b) Pertanyaan sederhana: 
1) Gejala klinis: demam (suhu badan >38 C) atau riwayat demam dan
o

gejala gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas, nyeri tenggorokan),


anosmia dan ageusia
2) Riwayat epidemiologis: 
 Dalam 14 hari sebelum gejala klinis muncul pasien melakukan
perjalanan atau tinggal di daerah/negara yang terjangkit COVID-
19.
 Dalam 14 hari sebelum gejala muncul ada riwayat kontak dengan
orang yang terkonfirmasi COVID-19. 
 Dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala klinis pasien yang tinggal
wilayah/ negara terjangkit COVID-19 di melakukan kontak
langsung dengan orang yang demam atau mengalami gangguan
pernapasan.
 Kontak erat
3) Riwayat pemeriksaan tes COVID-19 sebelumnya (jika ada). 
4) Seseorang suspek COVID-19 bila dari hasil penilaian cepat didapatkan
memenuhi minimal satu kriteria riwayat epidemiologis dan/atau gejala
klinis.

Bagan 2. Skrining COVID-19 Pasien Rawat Jalan dan IGD

4. SKRINING PADA PETUGAS RUMAH SAKIT


a. Langkah-langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah: 
a) Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d
60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
b) Semua petugas WAJIB menggunakan masker. 
c) Penilaian cepat (quick assessment COVID-19): 
1) Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermal gun. 
2) Melakukan pengisian kajian mandiri.
b. Proses skrining tetap harus memperhatikan jarak antar individu >1 meter.
c. Bila dari hasil skrining pasien/ pengunjung dan petugas Rumah Sakit dicurigai
COVID-19 maka pasien/ pengunjung dan petugas Rumah Sakit tersebut
diarahkan ke pelayanan COVID-19.
d. Bila dari hasil skrining pengunjung dan petugas Rumah Sakit tidak memenuhi
kriteria kecurigaan COVID-19, maka bisa langsung ke tempat yang ingin
dituju.
e. Bila dari hasil skrining pasien tidak memenuhi kriteria kecurigaan COVID-19
maka langsung diarahkan untuk lanjut ke triase IGD atau poliklinik rawat jalan
non COVID.
f. Bagi pasien dalam keadaan gawat darurat yang tidak memungkinkan dilakukan
skrining, maka pasien tersebut dikelompokan ke dalam pasien suspek COVID-
19 sampai dapat dibuktikan hasilnya negatif. 
g. Bangunan untuk tempat skrining dapat berupa bangunan sementara, bangunan
yang sudah ada, atau tenda sederhana. Untuk tempat skrining harus dipastikan
memiliki ventilasi alami yang memadai.

5. RAWAT JALAN DAN IGD


a. Skrining
Langkah awal dalam identifikasi individu yang diduga atau dikonfirmasi
COVID-19 adalah dengan skrining semua pengunjung pada titik kontak
pertama.
a) Semua pengunjung yang datang ke rumah sakit diwajibkan menggunakan
masker, akan diarahkan cuci tangan dan dilakukam pengukuran suhu tubuh
menggunakan termogun oleh security. Selanjutnya semua pengunjung
yang sudah cuci tangan dan diukur suhu diarahkan ke perawat.
b) Pada tempat cuci tangan dan skrining oleh perawat diberikan penanda
jarak minimal 1 meter pada antrian.
c) Perawat terlatih akan memberikan beberapa pertanyaan yang harus
dijawab oleh pengunjung sesuai dengan form skrining. 
d) Perawat mendokumentasikan pada form skrining COVID-19 secara
manual atau dapat juga mendokumentasikan secara elektronik
menggunakan google formulir.
e) Ruang tunggu dilaksanakan terpisah dengan ruang tunggu pasien non
COVID-19, jarak antar kursi diatur minimal 1 meter dan diberikan
penanda berupa tanda silang pada kursi.
f) Pasien IGD Covid ditempatkan terpisah dengan pasien non Covid, tempat
tidur di IGD Covid diberikan jarak minimal 1 meter (diusahakan 1.8
meter), keluarga pasien ditempatkan di ruang tunggu terpisah dengan
penunggu pasien IGD non Covid, ruang tunggu dengan memiliki sirkulasi
udara yang baik dengan jendela yang dapat dibuka lebar.
g) Sesuai hasil skrining pasien akan ditetapkan sebagai :
1) Pasien non Covid-19 akan diarahkan ke poliklinik/ IGD non Covid-
19/sesuai tujuan
2) Suspek akan diarahkan ke poliklinik transit
3) Probable/terkonfirmasi akan diarahkan ke IGD Covid-19
h) Skrining berikutnya dilaksanakan saat pasien dinyatakan memerlukan
rawat inap dan sudah ditangani berdasarkan tingkat kegawatannya. 
6. SKRINING RAWAT INAP
a. Semua pasien rencana rawat inap harus dilakukan skrining dengan dilakukan
pemeriksaan :
a) Rontgen/ CT thorax 
b) Darah tepi 
c) CRP 
d) Rapid antibodi
b. Jika hasil rontgen ditemukan pneumonia atau GGO ATAU rapid antibodi
reaktif, atau dari gejala klinis dan laboratorium (limfopenia, CRP
meningkat) mendukung ke arah suspek COVID-19, maka dinyatakan pasien
SUSPEK → rawat di rawat inap transit, dan pasien dilakukan pemeriksaan
swab PCR
c. Jika hasil rontgen/ CT NORMAL dan rapid antibodi non reaktif gejala klinis
dan laboratorium tidak mendukung ke arah suspek COVID-19, maka pasien
dirawat di ruang non covid. 
d. Jika pasien sudah membawa hasil swab POSITIF (konfirmasi) maka dirawat
di Ruang isolasi Covid-19.
BAB V
DOKUMENTASI

1. Skrining lewat telepon dilakukan dokumentasi dalam formulir skrining lewat telepon
untuk dilakukan monitoring dan evaluasi setiap bulannya dalam laporan kinerja Instalasi
Gawat darurat.
2. Pencatatan proses skrining di Front Office dilakukan dalam catatan khusus untuk
memantau jumlah pasien dan pelaksanaan fast track pada pasien geriatri dan pasien
tuberculosis, atau pasien/ kasus lain yang memerlukan fast track/ pelayanan cepat tanpa
antrian, untuk dilakukan monitoring dan evaluasi setiap bulan.
3. Skrining pada pasien dengan diduga/ ada tanda-tanda kearaha Covid-19 dengan
menggunakan formnulir skirining Covid untuk menetukan tata laksana dan tindak lanjut.
4. Skrining di IGD dengan melakukan Triage dicatat dalam berkas rekam medis pada
asesmen gawat darurat, dan dilakukan pencatatan untuk dilaporkan setiap bulan dalam
laporan Instalasi gawat darurat.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : … juni 2022

DIREKTUR,

dr. …………………….

22

Anda mungkin juga menyukai