Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN CCSA1

ASMA

PRESEPTEE:

Aulia indah pramesti

NIM. 18301043

PRESEPTOR AKADEMIK:

Ns. M. ZUL'IRFAN, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2021
KONSEP DASAR TEORI

A. ASMA
Asma merupakan penyakit heterogen berkarakteristik gangguan inflamsi kronik saluran
nafas, ditandai gejala pernafasan antara lain mengi, sesak nafas, rasa berat di dada, dan batuk
yang intensitasnya bervariasi dari waktu ke waktu, disertai keterbatasan aliran udara ekspirasi
yang bervariasi. Penyakit inflamasi kronis saluran nafas yang mengakibatkan episode berulang
berupa wheezing, sesak napas, dan batuk yang biasannya terjadinya di malam hari atau pada pagi
hari. Terdapat beberapa penggolongan asma berdasarkan karakteristiknya atau fenotip asma, yaitu
asma alergi, asma non alergi, asma late onset, asma dengan keterbatasan aliran udara yang
persisten, dan asma dengan obesitas.

1. DEFINISI ASMA ALERGI


Asma alergi adalah inflamsi kronik saluran napas, dimana gejala asma akan muncul
akibat paparan suatu allergen. Fenotipe asma yang paling mudah dikenali, dimulai pada masa
kanak- kanak dan dikaitkan dengan riwayat penyakit alergi masa lalu dan atau dan keluarga
seperti eksim, thinitis alergi, alergi makanan, atau alergi obat. Pencetus serangan asma dapat
disebabkan oleh sejumlah factor antara lain allergen, virus, zat iritan yang dapat menginduksi
respons inflamasi. Inflamasi akibat alergi ditandai dengan aktivitas sek mukosa yang bergantung
pada IgE dan inflitrasi eosinofil yang diatur oleh peningkatakan jumlah CD4+, dan Th2 yang
beraktivitas.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan cirri bronkospasme periodic
(kontraksi spasme pada saluran nafas). (iman somantri,2008)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronki
berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (smeltzer, Suzanne c,2002)

2. ETIOLOGI
Faktor pencetus adalah alergen, infeksi ( terutama saluran napas bagian atas ), iritan, cuaca,
kegiatan jasmani, refluks, gastroesofagus, dan psikis.
1. AlergenYaitu protein, serbuk sari, spora jamur, bulu halus, bulu binatang, makanan, debu, dll.
2. Infeksi saluran nafasBerupa virus respiratori synchitial virus (RSV) dan virus influenza.
3. IritasiBisa didapatkan dari hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan polutan
udara, air dingin dan udara dingin.
4. Perubahan cuaca yang ekstrim
5. Refleks gastroesopagusYaitu iritas trakeobrinkhiale oleh isi lambung.
6. Aktifitas yang berlebihan
7. Psikologis/emosional
8. Obat-obatan
9. Linkungan kerja
10. Polusi udara
11. Pengawet makanan.

3. PATOFISIOLOGI
Infeksi merusakan dinding bronkhials, sehingga akan menyebabkan struktur penunjang
dan meningkatnya produksi sputum kental yang akhirnya akan menobstruksi bronkus. Dinding
secara permanen menjadi distensi oleh batuk yang berat. Infeksi meluas ke jaringan
peripbronkial, pada kondisi ini timbulah saccular bronchiectasis. Setiap kaliu dilatasi sputum
kental akan berkumpul dan akan menjadi abses paru, eksudat keluar secara bebas melalui
bronkus. Bronkietasis biasanya terlokalisasi dan mempengaruhi lobus atau segmen paru lobus
bawah merupakan area yang Paling sering terkena.Retensi dari sekret dari sekret dan timbul
obstruksi pada akhirnya akan menyebabkan obstruksi dan colaps (atelektasis) alveoli distal.
Jaringan parut (fibrosis) terbentuk sebagai reaksi peradangan akan menggantikan fungsi dari
jaringan paru. Pad asaat ini kondisi klien berkembang ke arah insufiensi pernapasan yang di
tandai dengan menurunnnya kapasityas vital (vital capacity), penurunan ventilasi, dan
peningkatan rasio residual volume terthadap kapasitas total paru. Terjadi kerusakan pertukaran
gas dimana gas inspirasi saling bercampur dan juga terjadi hipoksemia.Pencetus serangan yaitu
berupa alergen, emosi, stress, obat-obatan, infeksi,dll dapat menimbulkan reaksi antigen dan
antibodi kemudian dikeluarkannya substansi vasoaktif/sel mast ( histamin, bradikinin,
anafilatoksin, prostaglandin), setelah itu terjadikontraksi otot polos (bronkospasme), peningkatan
permeabilitas kapiler (adema, mukosa, hipersekresi), dan sekresi mukus meningkat kemudian
obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk, dispnea, dan mengi.
4. KLASIFIKASI
Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat penyakit,
antara lain :
a. Tahap I : Intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu
2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
3) Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
4) Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode eksaserbasi
5) PEF atau FEV1 : ≥ 80% dari prediksi Variabilitas < 20%
6) Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol :
Obat untuk mengurangi gejala intermitten dipakai hanya kapan perlu inhalasi jangka pendek β2
agonis
7) Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid oral mungkin
dibutuhkan.

b. Tahap II : Persisten ringan


Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
1) Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari
2) Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
4) PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi Variabilitas 20-30%
5) Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian mungkin perlu bronkodilator jangka panjang ditambah
dengan obat-obatan antiinflamasi (terutama untuk serangan asma malam hari).

c. Tahap III : Persisten sedang


Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala harian
2) Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
4) Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
5) PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi Variabilitas > 30%
6) Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilatorjangka panjang
(terutama untuk serangan asma malam hari)

d. Tahap IV : Persisten berat


Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala terus-menerus
2) Gejala eksaserbasi sering
3) Gejala serangan asma malam hari sering
4) Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
5) PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi
6) Variabilitas > 30%

5. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim
Danokusumo (2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
a. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Wheezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada
Rongen paru
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.

MANIFESTASI

a. Dispnea parah dengan ekspirasi memanjang


b. Wheezing
c. Batuk produktif, kental dan sulit keluar
d. Penggunaan otot bantu nafas
e. Sianosis, takikardi, gelisah dan pulsus paradoksus
f. Hiperkapnia
g. Anoreksia
h. Diaphoresis

Karakteristik gejala dari bronkiektasi antara lain sebagai berikut :

a. Batuk kronik dan produksi sputum purulen kehitaman


b. Sejumlah besar dari klien mengalami hemoptisis (50-70%dan dapat disebabkan oleh
pendarahan mukosa jalan nafas yang rapuh atau adanya inflamasi)
c. Pneumonia berat
d. Clubbing finger, terjadi akibat insufisiensi pernafasan
e. Asimptomatik, pada beberapa kasus.
Bronkietaksis tidak dapat secara cepat di diagnosis, karna gejala- gejalanya mungkin akan
menyerupai bronchitis kronis. Tanda yang definitive dari bronkiektasis adalah riwayat batuk
produktif dalam jangka waktu lama, dengan sputum yang secara tetap negative terhadap basil
turberkel. Diagnosis ditegakan berasalkan hasil bronkografi, brokoskopi, CT- Scan yang akan
menunjukan ada tidaknya dilantasi bronkeal. Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran
nafas ini dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada
tertekan, dan batuk.

6. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel

Farmakologi, obat anti asma :

a. Bronchodilator

Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol

b. Antikolinergin

Iptropiem bromid (atrovont)

c. Kortikosteroid

Predrison, hidrokortison, orodexon.

d. Mukolitin

BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.


MCP ASMA

ND1 : Ketidakefektifan pola napas b/d ND2: ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d
keletihan otot pernapasan sekresi yang tertahan

Data subjektif: Data subjektif :

- Pasien menegeluh napasnya terasa - Pasien mengeluh napasnya terasa sesak


sesak saat beraktivitas saat aktivitas.

Data objektif: Data objektif:

- Dipnea - Pasien tampak batuk dan sulit


- Pernafasan cuping hidung mengeluarkan sulit mengeluarkan dahak
- Retraksi dinding dada - Dipnea
- Pernapasan cuping hidung(+) - Takipnea
- Menggunakan otot bantu napas - Napas cepat dan dalam
- Napas cepat dan dangkal - Tampak retraksi dinding dada
- Perubahan pola napas - Pernapasan cuping hidung
- Terdengar bunyi mengi

ND3 : Gangguan pertukaran gas b/d ND4 : Gangguan perfusi jaringan


keletihan otot pernapasan
ganggua Data subjektif :
Data subjektif :
- Pasien mengatakan sesak saat beraktivitas
- Pasien mengeluh pusing
- Pusing Data objektif :

Data objektif : - Tampak menggunakan otot pernapasan


- Sesak napas
- Dipnea - Napas cepat dan dalam
- Napas cuping hidung (+) - Adanya bunyi wheezing di kedua lapang
- Pola napas abnormal ( kecepatan, paru
irama dan kedalaman) - Terdengar suara mengi
- Napas cepat dan dalam - Pasien tampak pucat
- Warna kulit abnormal (pucat)
ND5 : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen

Data subjektiv :

- Sesak saat beraktivitas dan melakukan kerja


berat

Data objektif :

- Pasien tampak batuk


- Sesak napas
- Dipnea setelah melakukan kegiatan
- Napas cepat dan dalam
- Pasien sulit mengeluarkan dahak.
- Perubahan elektrokardiogram
- Keletihan
- Ketidaknyaman setelah beraktivitas
- Dispnea setelah beraktivitas

-
WOC ASMA
MCP KASUS

MD: ASMA

Key Assesment:

- Sesak napas
- Batuk berdahak putih agak kental
- Riwayat asma sejak 20 tahun yang
lalu
- Ttv : TD: 140/80 mmHg
- Nadi : 94 kali/ mnt
- RR : 28 kali/mnt
- Bunyi suara napas tambahan
Wheezing dan mengi
- Riwayat alergi

ND1: ketidakefektifan pola napas b/d ND2: Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d
keletihan otot pernapasan sekresi yang tertahan

DS: DS:

- Pasien mengeluh napasnya terasa - Pasien mengeluh napasnya terasa sesak


sesak saat beraktivitas saat beraktivitas

DO: DO:

- Menggunakan otot bantu napas - Pasien tampak batuk dan sulit


- Pernapasan cuping hidung mengeluarkan sulit mengeluarkan
- Retraksi dinding dada dahak
- Takipnea - Dipnea
- Dispnea - Takipnea
- Napas cepat dan dangkal - Napas cepat dan dalam
- Tampak retraksi dinding dada
- Pernapasan cuping hidung
- Terdengar suara mengi dan wheezhing
INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


o
1. Ketidakefektifan pola napas Tanda minor a. Mengetahui dan
b/d keletihan otot pernapasan a. Pernapasan cuping hidung memastikan
b. Ekskrusi dada berubah kepatenan jalan
Tanda mayor napas dan
a. Dispnea pertukaran gas
b. Penggunaan otot bantu yang adekuat
pernapasan b. Menghindari
c. Pola napas abnormal penekanan pada
d. Pase ekspirasi memanjang jalan napas untuk
meminimalkan
Intervensi : penyempitan
(menageman jalan napas) jalan napas
1. Observasi c. Meningkatkan
a. Monitor status pengetahuan dan
pernapasan dan menstabilkan pola
oksigenasi sebagaiman napas
mestinya
b. Monitor sputum
2. Mandiri
a. Instruksikan bagaimana
batuk efektif
b. Posisikan untuk
meringankan sesak napas
c. Lakukan fisioterapi
dada,sebagaimana
mestinya
d. Ajarkan pasien
bagaimana
mengguanakan inhaler
sesuai resep sebagaimana
mestinya
3. Edukasi
a. Ajarkan pasien batuk
efektif
b. Buang secret dengan
memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau
menyedot lender
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi bronkodilator
ekspektoran mukolitik
(Manageman Asma)
1. Observasi
a. Monitor frekuensi dan
keadaan napas
b. Monitor bunyi napas
tambahan
2. Mandiri
a. Berikan posisi
semifowlor 30-45
3. Edukasi
a. Anjurkan bernapas
lambat dan dalam
b. Ajarkan mengidentifikasi
dan menghindar pemicu
4. Kolaborasi
-

2. Ketidakefektifan bersihan Tanda minor a. Mencegah


jalan napas b/d sekresi yang a. Dispnea obstruksi/ aspirasi
tertahan b. Pola napas berubah . suction
c. Frekuensi napas berubah dilakukan bila
Tanda mayor pasien tidak
a. Batuk tidak efektif mampu
b. Tidak mampu batuk dan mengeluarkan
mengeluarkan sputum sekresi
c. Sputum berlebihan b. Membantu
d. Bunyi napas tambahan mengencerkan
mengi, wheezing dan ronki secret sehingga
kering mudah
dikeluarkan
Intervensi
(Monitor pernapasan)
1. Observasi
a. Monitor kecepatan,irama,
dan kedalaman dan sulit
bernapas
b. Monitor suara napas
tambahan seperti ngorok
dan mengi
c. Monitor sekresi
pernapasan pasien
d. Monitor keluhan sesak
napas pasien, termaksud
kegiatan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak
napas
2. Mandiri
a. Buka jalan napas dengan
menggunakan meaver
chin lift atau jaw thrust
dengan tepat
b. Kaji perlunya penyedotan
pada jalan napas dengan
auskultasi suara ronki
paru- paru.
c. Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan
penggunaan otot- otot
bantu napas, dan retraksi
pada otot supraclaviculas
dan interkosta.
3. Edukasi
a. Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
a.

3. Gangguan pertukaran gas b/d Tanda minor a. Penurunan bunyi


keletihan otot pernapasan a. Dispnea napas indikasi
b. Bunyi napas tambahan mengi dan
Tanda mayor wheezing
a. Pusing indikasi
b. Napas cuping hidung ketidakefekttifan
c. Pola napas abnormal membersihkan
d. Warna kulit abnormal(pucat) jalan napas
sehingga otot
Intervensi aksesori
(pemantauan respirasi) digunakan dan
1. Observasi kerja pernapasan
a. Monitor frekuensi, irama, meningkat
kedalaman dan upaya
napas
b. Monitor batuk efektif
c. Monitor pola napas
d. Monitor kemampuan
batuk efektif
e. Monitor adanya produksi
sputum
f. Monitor adanya sputum
produksi sputum
g. Auskultasi bunyi napas
2. Mandiri
a. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
b. Dokumentasikan hasil
pantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantaun
4. Kolaborasi
-

4. Resiko ketidakefektifan Tannda mayor a. Mengupayakan


perfusi jaringan perifer a. Warna kulit pucat ttv pasien tetap
stabil
Intervensi b. Mengetahui ada
(monitor tanda-tanda vital) tidaknya tanda-
tanda dari
1. Observasi dehidrasi pada
a. Monitor irama dan laju pasien
pernapasan c. Mengetahui
b. Monitor suara paru- paru perubahan
c. Monitor pola pernapasan pernapasan klien
abnormal
d. Monitor warna kulit, suhu
dan kelembaban
e. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan

5. Intoleransi aktivitas b/d Tanda minor a. Memaksimalkan


ketidakseimbangan antara a. Dispnea saat beraktivitas bernapas dan
suplai dan kebutuhan oksigen b. Merasa tidak nyaman saat menurunkan kerja
dan setelah aktivitas napas,memberika
n kelembaban
Intervensi pada membrane
(terapi oksigen) mukosa, dan
membantu
1. Observasi pengenceran
a. Monitor aliran oksigen sekret.
b. Monitor peralatan
oksigen untuk
memastikan bahwa alat
tersebut tidak
mengganggu upaya
pasien untuk bernapas
2. Mandiri
a. Pertahankan kepatenan
jalan napas
b. Bersihkan mulut, hidung,
dan sekresi trakea dengan
tepat
3. Edukasi
a. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
penggunaan oksigen di
rumah
4. Kolaborasi
a. Konsultasikan dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan selama
kegiatan dan atau tidur

Anda mungkin juga menyukai