Anda di halaman 1dari 3

Nama lengkap: erossantos william bongga

Nim / jurusan: 01406180010 / ims1

Me and my self & me and my life

1. Permasalahan

Saya berasal dari keluarga broken home. Orang tua saya bercerai pada saat saya masih balita, sehingga
saya kemudian dibesarkan oleh paman dan bibi saya. Mereka membesarkan saya seperti anak mereka sendiri
bahkan sampai saat ini. Meskipun saya tinggal bersama dengan orang tua angkat, saya masih merasakan tidak
adanya cinta dan kasih sayang dari mereka. Terlihat dari cara mereka memperlakukan saya dengan anak mereka itu
sangat berbeda. Hal ini membuat saya menjadi merasa tidak ada yang mencintai dan mengasihi saya.

Setiap orang pasti ingin di cintai dan dikasihi termasuk saya. Sehingga saya akan melakukan yang terbaik
untuk orang lain agar saya bisa di terimah oleh mereka. Kualitas diri yang tinggi membuat saya menjadi orang yang
sangat tidak mentoleransi adanya kekurangan dalam diri saya. Sehingga jika saya melakukan kesalahan, hal ini akan
membuat saya menjadi orang yang memiliki rasa bersalah yang tinggi (guilty) dan membuat saya kadang hilang
harapan. Untuk mengatasi rasa cemas dan bersalah itu saya sering menggunakan defence mechanism melupakan
(represi) dan membenarkan (rasionalisasi) masalah tersebut. Hal ini saya lakukan untuk menenangkan diri sendiri dan
membuat saya menjadi tidak terlalu memikirkan kesalahan tersebut sehingga saya kembali bersemangat lagi. Namun
hal ini tidak bertahan lama, terkadang saya menjadi kepikiran lagi dan menjadi tidak semangat lagi.

Relasi saya dengan orang tua kandung saya bisa dikatakan tidak harmonis. Terlihat dari komunikasi yang
saya bangun itu sangat jarang dan kalaupun itu ada, komunikasi tersebut dilandasi dengan motivasi yang tidak benar.
Saya menghubungi orang tua kandung saya jika saya sedang dalam kekusahan saja. Kebiasaan ini sudah
berlangsung lama hingga sampai sekarang ini masih belum bisa melakukan komunikasi yang baik dengan orang tua
kandung. Hal ini membuat relasi saya dan orang tua menjadi kurang baik, ditambah lagi jika saya mengingat
kenangan masa lalu dimana mereka meninggalkan saya. Terkadang muncul rasa benci dan dendam kepada mereka
jika kembali mengingat masa lalu.

2. Strategi

Saya mencoba untuk memperbaiki relasi saya dengan orang tua kandung dengan belajar untuk memaafkan
mereka. Tentu dalam memaafkan ini tidaklah muda. Saya mencoba belajar untuk mengasihi dengan cara tidak
mendendam dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Hal ini jelas hanya bisa terwujud jika saya memiliki kasih
dalam diri saya. Hanya karena anugerahnya saya bisa memiliki kasih. Untuk itu saya harus memiliki relasi yang benar
terlebih dahulu dengan tuhan dan selalu berdoa agat roh kudus mau menyucikan hati saya untuk terus mau belajar
serta melaksanakan firman-nya. Sehingga kasih yang benar akan terwujud dalam relasi saya dengan orang-orang di
sekitar saya, termasuk orang tua saya.

Saya tahu bahwa masalah yang ada dalam diri saya ini adalah masalah yang tidak mudah untuk saya hadapi
sendiri. Untuk itu saya mengajukan diri untuk konseling di hope. Salah satu support sistem yang disediakan tc untuk
mengenali dan mengatasi pergumulan dan permasalahan rumit yang kita hadapi. Saya sebelumnya sudah konseling
di hope tapi konseling tersebut sudah 2 tahun yang lalu dengan permasalahan yang saya hadapi sebagai mahasiswa
baru. Namun kali ini saya konseling karena saya merasa masalah dalam diri saya tidak bisa saya hadapi sendiri.

3. Langkah konkret

Langkah konkret yang saya lakukan untu memperbaiki relasi saya dengan orang tua kandung adalah dengan
menghubungi mereka minimal 1x seminggu untuk menceritakan sukacita dan duka cita yang saya alami selama
perkuliahan offline maupun online berlangsung. Kegiaatan ini saya lakukan pada sore hari sehabis kelas. Tidak lupa,
saya juga mengunjungi keluarga yang ada di kampung untuk melihat kondisi mereka. Terutama untuk keluarga papa
dan keluarga mama. Saya melakukan hal ini 1x sebulan sekalian membawakan uang titipan papa kepada keluarga
yang ada di kampung. Saya senang hubungan keluarga saya bisa kembali membaik. Terlihat dari komunikasi dan
relasi yang saya bangun. Saya juga selalu berpesan kepada keluarga di papa dan mama yang ada di kampung untuk
selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap pergumulan yang di hadapi. Mereka melihat rencana Tuhan yang sungguh
indah dari perjalanan hidup saya. Saya bersyukur bisa menjadi berkat untuk mereka meskipun saya belum bisa
memberikan kebutuhan material kepada mereka.

Langkah konkrret kedua yang saya lakukan adalah mengikuti konseling untuk mencari jalan keluar dari
pergumulan saya. Dari konseling yang saya lakukan, saya mendapati bahwa saya adalah pribadi yang sering
memaksakan kehendak kepada orang lain dan saya juga sering terlarut dalam pikiran saya jika saya melakukan
kesalahan. Konselor menyarankan saya untuk mencatat setiap perasaan yang mengganggu saya setiap kali saya
merasa down. Konselor juga mengingatkan saya bahwa hal tersebut hanya ada dalam pikiran saya, sehingga saya
seharusnya menyadari bahwa hal tersebut adalah pikiran saya saja, bukan sesuatu yang kenyataan. Selama
konseling berlangsung saya juga merasakan bahwa banyak hal yang membuat saya menjadi kahwatir, terutama tugas
dan tanggungjawab yang diberikan kepada saya tidak dapat saya laksanakan dengan maksimal. Saya menyadari
bahwa saya tidak harus membuat semua orang menerima saya dan mencintai saya. Saya tidak harus memaksakan
kehendak saya kepada orang lain, saya harus berani berkata tidak jika hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang
menurut saya benar. Saya harus menyadari batasan saya dan menerima setiap kekurangan yang ada pada diri saya
untuk saya jadikan sebagai pelajaran agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

4. Evaluasi

Dalam menjalankan komitmen saya yaitu menjaga relasi dengan keluarga dan melawan perasaan-perasaan
yang membuat saya menjadi down, saya harus berintegritas dalam menjalankan komitmen tersebut. Terutama jika
perasaan akan tidak adanya harapan muncul kebali. Semua masalah dan pergumulan ini bisa saya jalani hanya
karena anugerah Tuhan yang senantiasa mengingatkan saya akan adanya harapan dan harapan itu sungguh ada
melalui setiap support sistem dan komunitas tempat saya bertumbuh. Selama perkuliahan online ini berlangsung,
mungkin relasi saya dengan komunitas TC menjadi sedikit lebih longgar, tapi teknologi dan perangkat yang saya miliki
masih bisa membuat saya menjalin relasi dengan komitas TC. Saya sangat bersyukur di tengah pandemic ini saya
masih bisa memiliki relasi yang baik dengan komunitas saya, terlebih lagi dengan keluarga saya.
5. Dokumentasi

Gambar 2 BuktI Video Call bersama papa

Gambar 1video call bersama Papa Gambar 2 Video Call bersama Mama

Gambar 3 Foto bersama keluarga di kampung halaman Gambar 4 Foto bersama adik tiri

Anda mungkin juga menyukai