Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS KASUS INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

PADA PASIEN TN.A DENGAN KASUS PANCREATITIS AKUT

Diajukan untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan
Kritis

Dosen Pembimbing:

Santy Sanusi, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Sindy Erma Lestari

402020004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2021
ANALISIS KASUS IGD
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners 8
Kasus : Pancrearitis Akut
Nama Mahasiswa : Sindy Erma Lestari
ANALISIS KASUS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

WAKTU KONDISI PASIEN KET


12 Mei 2020 Seorang pasien laki-laki, usia 36 tahun tiba di
Pkl. 19.00 IGD diantar keluarganya dengan kondisi nyeri
kolik dan muntah terus menerus.
Security mencoba menanyakan nama pasien, dan
masih bisa merespon lemah.
19.05 Masuk ruang triase Menurut keluarga,
Kondisi kesadaran CM, gelisah, demam, pasien sering
tacipneu, takhikardia, diaphoresis, tampak mengeluh nyeri perut
kesakitan memegang perut bagian kiri atas, nyeri kanan atas sejak lama
juga dirasakan ke area punggung bawah, muntah tapi hilang lagi (sejak 1
terus menerus cairan berwarna kuning, tidak ada tahun).
diare, terasa kembung dan mengaku susah Beberapa kali berobat
bernapas. ke puskesmas
TD 90/60 mmHg, frekuensi nadi 112 x/menit, mendapat terapi
frekuensi napas 27 x/menit, suhu 38,5ºC antasida sirup.
Triase ESI 2 Memiliki Riwayat
peminum alcohol,
perokok berat dan
hipertrigliserida
(terakhir 1 mgu lalu Tg
= 225 gr/dl
19.15 Masuk ruang tindakan/resusitasi
Perawat mengatur posisi semi fowler tapi pasien
berteriak kesakitan, kemudian area kaki (lutut)
ditinggikan
Dipasang O2 binasal canule 3 liter/menit
Dipasang lead monitor bedside :
TD 90/60 mmHg, frekuensi nadi 112 x/menit,
frekuensi napas 28 x/menit, suhu 39,5ºC, saturasi
O2 98%
Terdapat nyeri seperti rasa terbakar di
epigastrium dan nyeri pada semua kuadran
apabila abdomen disentuh, tampak kembung dan
sklera tampak ikterik, kulit tubuh kuning.
Tampak tanda culen pada area umbilikus dan
tanda turner pada panggul kiri.
19.15 Pengambilan darah vena untuk pemeriksaan lab 19.45 Hasil lab;
rutin, elektrolit, serum amilase dan lipase dan GDS 60 mg/dl, Hb 12
GDS mg/dl, leukosit 12.000
mm³, PCV 34%,
trombosit 250.000, Na
136, K 4, Cl 86 Ca 5
mg/dl, Mg 1,20 mg/dl,
fosfat 2 mg/dl,
Amilase 180 U/L,
Lipase 210 U/L, SGOT
80 U/L, SGPT 97 U/L,
HDL 30 mg/dl, LDL
230 mg/dl
19.30 Dipasang IV cath no. 16 pada vena radialis kiri 19.40 sudah diberikan
cairan NaCl 0,9%, Dextrose 40% 2 flakon.
Diagnosis sementara : Pancreatitis akut
Program :

 NaCL 0,9% 3000 ml pada 30 menit


pertama, selanjutnya 500 ml/jam
 Monitor intake output tiap jam dan GDS
tiap 3 jam
 Meperidin 3 x 10 mg/IV
 Pantoprazole 30 mg/IV
 Cefixim 3 x 1 gr/IV (skin test hasil (-)
 Sanmol 500 mg drip/infus

Diberikan Calsium Chlorida 10% per IV


19.40 Dipasang urine kateter, produksi urine 200 ml
warna kuning kecoklatan seperti teh.
20.30 Cek GDS 110 mg/dl Kesadaran CM, TD
Monitor TTV 100/80 mmHg,
frekuensi nadi 88
x/mnt, frekuensi napas
22 x/mnt, suhu 38ºC,
tampak keringat
banyak, masih
mengeluh nyeri tapi
tidak kolik. Skala nyeri
5 (0-10)
Rencana dilakukan USG dan CT Scan abdomen
sebelum dipindahkan ke ICU
Diagnosa 1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis.
Keperawatan inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya
napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan)
3. Hipertermi b.d peroses infeksi
DISKUSI
DATA PEMBAHASAN REFERENSI

Triase adalah proses untuk menentukan pasien mana yang harus lebih Guidelines on the
Triase:
diprioritaskan untuk mendapatkan penanganan terlebih dahulu. Implementation of the
Kategori ATS II ATS adalah Australian Triage Scale digunakan untuk memprioritaskan pasien ATS in Emergency
dengan keluhan di Instalasi Gawat Darurat dengan melihat kondisi kegawatan pada pasien. Departments, 2016
pasien nyeri yang Terdapat 5 kategori dalam penilaian ATS yaitu kategori 1, kategori 2, kategori 3,
dirasakan ke area kategori 4, dan kategori 5. Kategori ATS ini ditentukan oleh faktor fisiologis
punggung bawah, (airway, breathing, circulation, and disability).
muntah terus
KATEGORI WAKTU INDIKATOR
menerus cairan
ATS PENANGANAN PERFORMA
berwarna kuning ATS
1 Segera 100%
2 10 menit 80%
3 30 menit 75%
4 60 menit 70%
5 120 menit 70%
Kategori 1 (Segera)
Kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan langsung, kondisi
yang beresiko terjadi kerusakan.
Deskriptor klinis: henti jantung, henti napas, resiko penyumbatan jalan napas,
frekuensi pernapasan <10x/mnt, distress/kesukaran bernapas, tekanan darah <80
mmHg, syok pada bayi/anak, kesadaran GCS <9, kejang, overdosis, dan gangguan
perilaku.

ATS Kategori 2 (10 menit)


Kondisi pasien yang cukup serius atau memburuk, sehingga ada potensi
mengancam jiwa, atau kerusakan sistem organ.
Deskriptor klinis: Resiko jalan napas-stridor berat atau produksi air liur berlebihan
yang membahayakan, distress/kesukaran pernapasan berat, gangguan sirkulasi:
kulit berkeringat, detak jantung < 50 atau >150, hipotensi dengan gangguan
hemodinamika kehilangan darah, nyeri dada, nyeri sangat hebat apapun
penyebabnya, kadar gula darah yang turun atau naik, penurunan respon GCS 9-12
Demam dengan tanda-tanda letargi, hemiparesis, terkena zat asam-basa pada
mata yang perlu penanganan irigasi, trauma lokal berat, preeklampsia, aneurisma
aorta abdominalis, kehamilan ektopik, perilaku agresif.

ATS Kategori 3 (30 menit)


Kondisi pasien yang mengancam yang dapat menyebabkan morbiditas yang
signifikan.
Deskriptor klinis: hipertensi berat, perdarahan, sesak napas sedang, kejang,
muntah terus menerus, dehidrasi, cidera kepala, sepsis, nyeri dada non kardiak,
nyeri perut sedang-berat, trauma ekstremitas, kesadaran GCS >12.

ATS Kategori 4 (60 menit)


Kondisi yang akan memburuk jika tidak ditangani dalam waktu 60 menit.
Deskriptor klinis: perdarahan ringan, aspirasi benda asing, tidak ada masalah
pernapasan, cidera dada tanpa distress pernapasan, kesulitan menelan tanpa
adanya distress pernapasan, cidera kepala ringan tanpa kehilangan kesadaran,
muntah atau diare tanpa ditandai dehidrasi, peradangan mata oleh benda asing,
trauma ekstremitas minor, sendi bengkak.

ATS Kategori 5 (120 menit)


Kondisi yang tidak akan sampai memburuk jika ditangani dalam waktu 120
menit.
Deskriptor klinis: nyeri ringan, gejala ringan dari penyakit ringan, luka lecet.

RINGKASAN PREDIKTOR FISIOLOGIS DEWASA


TRIAGE LEVEL LEVEL LEVEL LEVEL LEVEL
5 LEVEL 1 2 3 4 5
Airways Obstruksi/obs Bebas Bebas Bebas Bebas Australian College For
truksi partial Emergency Medicine
Breathin Respiratory Respiratory Respiratory Tidak Tidak
g distress distress distress terjadi terjadi Last Revised July
berat / tidak sedang ringan respiratory respiratory Version No.06
ada respirasi / distress distress
hipoventilasi
Circulati Gangguan Gangguan Gangguan Tidak Tidak
on hemodinamik hemodinamik hemodinam terjadi terjadi
berat / tidak sedang ik ringan gangguan gangguan
ada sirkulasi hemodinam hemodinam
ik ik
Disability GCS < 9 GCS 9-12 GCS > 12 GCS GCS 15
normal

ATS adalah Australian Triage Scale, suatu penilaian triase melibatkan


masalah yang muncul dan penampilan umum pasien, dan dapat dikombinasikan
dengan pengamatan fisiologi yang bersangkutan. Tanda vital hanya diukur pada
triase bila diperlukan untuk memperkirakan urgensi atau jika waktu cukup. Setiap
pasien yang diidentifikasi sebagai ATS kategori 1 dan 2 harus segera dibawa ke
tempat penilaian dan perawatan yang tepat. Di Australia triase dilakukan oleh staff
yang terlatih dan berpengalaman secara khusus.
Metode triase yang direkomendasikan :
1. Pasien datang ke Triage (keamanan dari bahaya diatas segalanya)
2. Evaluasi cepat ( apakah pasien stabil)
3. Kaji hal berikut : - keluhan utama, penampilan umum, airways, breathing,
circulation, disability (menggunakan skala AVPU)
4. Membedakan prediktor dari hasil yang buruk dari data lain yang
dikumpulkan
5. Mengidentifikasi pasien yang memiliki bukti atau resiko tinggi
6. Mengalokasikan staf untuk pasien, termasuk serah terima singkat
(menetapkan kategori ATS yang sesuai dalam menanggapi hasil penilaian
data klinis)
7. Lanjutkan alur perawatan pasien UGD

Pada kasus ini pasien termasuk dalam ATS kategori 2 karena ditemukan
data:
Diagnosa medis sementara yaitu pankrearitis akut dimana terdapat data bahwa
pasien mengalami tacipneu, takhikardia, diaphoresis, tampak kesakitan
memegang perut bagian kiri atas, nyeri juga dirasakan ke area punggung bawah,
muntah terus menerus cairan berwarna kuning, tidak ada diare, terasa kembung
dan mengaku susah bernapas. Pada ATS kategori 2 ditandai dengan kondisi
pasien yang mengalami distress pernapasan, dan gangguan sirkulasi yaitu
memproduksi keringat yang banyak. Tindakan untuk menangani pasien dalam
ATS Kategori 2 yaitu 10 menit untuk mencegah terjadinya henti napas, waku 10
menit dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan. Indikator
performa pada ATS Kategori 2 ini sebesar 80% yang artinya kinerja perawat
dalam menangani pasien dalam ATS Kategori 2 sebesar 80% sehingga kinerja
perawat harus maksmimal dalam menangani pasien dalam kurun waktu 10 menit.
Komunikasi yang dapat dilakukan kepada pasien :
“Bapak tenang, tarik nafas pelan-pelan, dan posisikan tubuh bapak untuk tetap
rileks setelah itu saya akan membantu bapak untuk berpindah dan mengatur posisi
bapak duduk setengah atau semi fowler”.
Menurut Nyeri perut merupakan salah satu tanda dan gejala dari pankrearitis akut, Bella Simatupang. (2020).
keluarga, pasien biasanya nyeri perut khas berupa nyeri epigastrik dengan onset mendadak (<30 Pankrearitis Akut
sering mengeluh menit), menjalar ke punggung, menghilang dalam < 72 jam.
nyeri perut kanan
atas sejak lama
tapi hilang lagi
(sejak 1 tahun).

Memiliki Riwayat
Penyebab pankrearitis akut diantaranya yaitu memiliki riwayat pengguna (Halodoc, 2019)
peminum alcohol,
alkohol yang dapat menyebabkan duktus kencil di pankreas yang mengalir ke
perokok berat dan
saluran pankreas tersumbat, sehingga menyebabkan pankrearitis akut. Selain itu
hipertrigliserida
tingginya kadar trigliserida dalam darah (hipertigliserida). Adapun nilai normal
(terakhir 1 mgu lalu
trigliserida yaitu <150 mg/dL.
Tg = 225 gr/dl
Pada pasien ini mengalami hipertigliserida, dimana terdapat nilai 225 gr/dL. (Alomedica, 2019)
Trigliserida yang tinggi dipicu oleh asupan lemak yang berlebih dan juga jarang
berolahraga, selain itu memilika riwayat penyakit seperti diabetes, penyakit
ginjal, penyakit liver, dan lain-lain.
Perawat mengatur Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala UEU-Master-11961-
LAMPIRAN.Image.Marked.pdf
posisi semi fowler tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
(esaunggul.ac.id)
pada pasien mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien. Posisi
semi fowler pada pasien pankrearitis akut dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien
dan mempertahankan fungsi pernafasan.
Tujuan posisi fowler :
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi
dada dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi :
1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur
4. Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚)
5. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

Posisi Semi Fowler


Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 150 -600
Tujuan :
1. Mobilisasi
2. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Cara / Prosedur
1. Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat ( 45-900)
2. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh
bagian atas klien lumpuh
3. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya tekanan
di bawah jarak poplital (di bawah lutut)

Komunikasi dengan pasien yang dapat dilakukan yaitu : “Bapak, kami akan menaikan
bagian kepala, mohon kepala dan badan bapak dilemaskan”.
Dipasang O2 Pasien dipasang O2 untuk mengurangi rasa sesak dan diberikan sesuai dengan Ilmi D, dan Milasari.
binasal canule 3 kebutuhan. Penggunaan alat nasal kanul diberikan dengan indikasi pasien. Nasal (2019). Efektivitas Terapi
liter/menit kanul dan nasal kateter merupakan alat terapi oksigen (O2) dengan sistem arus Oksigenasi Nasal Kanul
rendah yang digunakan secara luas. Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen Terhadap Saturasi
ke nasofaring dengan aliran 1-6 liter/ menit dengan fraksi oksigen (O2) (Fi-O Oksigen Pada Penyakit
antara 24-44%). Pemberian oksigen dapat meningkatkan nilai saturasi oksigen. Acute Coronary
Kebutuhan oksigen pada pasien dengan kasus ini 3 liter permenit. Tujuan Syndrome (ACS) Di
pemberian oksigen agar memperbaiki pasokan oksigen ke seluruh tubuh untuk Instalasi Gawat Darurat
mencegah terjadinya hipoksia dan hiperkapnia. Cara menghitung kebutuhan RSUD Ulin Banjarmasin.
oksigen : Journal.umbjm.ac.id/inde
x.php/caring-nursing.
MV = RR x VT x 20% Keterangan : Vol 3 No 2.
= 28 x 500ML x 20% MV : Minute Volume
= 2.800 liter/ mnt VT : Volume Tidal
= (Dibulatkan menjadi 3 RR : Respiration Rate (Frekuensi
liter/mnt) Napas)

Komunikasi yang dapat dilakukan kepada pasien yaitu : “Bapak, kami akan
memasangkan oksigen dibagian hidung bapak, kemudian nanti akan kami fiksasi
supaya tidak terlepas mohon bapak untuk relaks supaya oksigennya efektif terhirup
oleh bapak, nanti atur nafasnya ya pak dengan tarik nafas lalu buang terus
dilakukan seperti itu ya pak”

Dipasang lead
monitor Bedside monitor/ pasien monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk Mengulas Bagian dan Fungsi
memonitor fisiologis pasien.Alat ini biasanya digunakan untuk memonitor secara Pasien Monitor | Alat
bedside :
Kedokteran Indonesia
TD 90/60 continue 4 parameter, yaitu: ECG, tekanan darah, saturasi oksigen dan respiratori

mmHg, rate.
frekuensi nadi Tujuan :
112 x/menit, 1. Sebagai acuan dalam pemasangan bedside monitor
frekuensi napas 2. Menilai tanda-tanda vital pasien
28 x/menit, suhu Didalam kasus disebutkan bahwa hasil anamnesa melalui bedside monitor terdapat
39,5ºC, saturasi hasil TTV (TD, Nadi, Respirasi, Suhu) dan saturasi oksigen.
O2 98%
Brunner & Suddarth.
Keluhan nyeri seperti rasa terbakar di epigastrium dan nyeri pada semua kuadran (2015). Keperawatan
Terdapat nyeri apabila abdomen klien disentuh, merupakan manifestasi klinis dari pankreatitis Medikal Bedah Edisi 8.
seperti rasa akut, dimana terdapat gejala seperti nyeri perut tiba-tiba pada kuadran kiri atas, EGC: Jakarta
terbakar di regio periumbilikal, dan atau epigastrium. Nyeri dirasakan sangat sakit kemudian

epigastrium dan dirasakan semakin konstan. Nyeri menjalar melalui perut ke dada atau punggung

nyeri pada tengah. Nyeri memberat setelah makan atau minum seperti makanan berlemak.

semua kuadran Membaik saat posisi duduk. Keluhan lainnya seperti mual dan muntah memberat

apabila abdomen saat posisi terlentang. Sering juga merasa perut penuh, distensi, feses berwarna

disentuh, tampak pucat, penurunan pengeluaran urin, dan mengalami cegukan. Selain itu bisa juga

kembung dan mengalami sinkop atau demam.

sklera tampak Pada pankreatitis yang disebabkan oleh adanya batu pada saluran empedu akan

ikterik, kulit menyebabkan manifestasi klinis berupa demam. Buang air besar seperti dempul

tubuh kuning. atau berwarna pucat merupakan manifestasi dari adanya penyumbatan saluran
Tampak tanda empedu. Riwayat gejala ini berkorelasi dengan adanya sumbatan di saluran
culen pada area empedu. Feses yang berwarna seperti dempul menunjukkan adanya sumbatan
umbilikus dan saluran empedu. Pankreatitis akut lebih sering diakibatkan oleh adanya komplikasi (Halodoc, 2019)
tanda turner batu empedu dibandingkan penyebab lainnya.
pada panggul Ikterik terlihat pada pankreatitis akibat batu saluran empedu atau akibat efek tekanan
kiri. pada saluran empedu (duktus biliaris komunis) bagian intra pankreas karena edema
kaput pankreas, biasanya bersifat sementara. Pada pankreatitis alkoholik, hepatitis yang
berkaitan dapat menyebabkan ikterik.
Tanda cullen yaitu perubahan warna kebiruan disekitar umbilibus akibat
hemoperitoneum. Selain itu, terdapat tanda gray-turner merupakan perubahan warna
cokelat kemerahan disepanjang sisi yang dihasilkan dari pembedahan darah
retroperitoneal sepanjang jaringan. Lebih umum, pasien mungkin memiliki eritema
kemerahan dipanggul sekunder untuk eksudat pankreas extravasated.
Pancrearitis Akut Anatomi pankreas
Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin.
Bagian eksokrin mengeluarkan larutan encer alkalis serta enzim pencernaan
melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran cerna. Dia antara sel-sel
eksokrin di seluruh pankreas tersebar kelompok-kelompok atau “pulau” sel
endokrin yang dikenal sebagai pulau (islets) Langerhans. Sel endokrin pankreas
yang terbanyak adalah sel β (beta), tempat sintesis dan sekresi insulin, dan sel α
(alfa) yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta), yang lebih jarang adalah tempat
sintesis somatostatin (Sherwood L, 2009).

Jaringan penyusun pankreas (Guyton dan Hall, 2006) terdiri dari:


1. Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang
disebut sebagai asinus/Pancreatic acini merupakan jaringan yang
menghasilkan enzim pencernaan ke dalam duodenum.
2. Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans/Islet of
Langerhans yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan
insulin dan glukagon ke dalam darah.
Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2010) yaitu:
1. Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon
2. Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon insulin
3. Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin
4. Sel F atau PP (paling jarang), menghasilkan polipeptida pankreas.

Pankreatitis akut adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim
pankreas diaktivasi secara prematur dan mengakibatkan autodigestif pankreas.
Pankreatitis mungkin bersifat akut atau kronis, dengan gejala ringan sampai berat.
Pankreatitis merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang
dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga
penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap
berbagai pengobatan. Secara klinis pankreatitis akut ditandai oleh nyeri perut yang
akut disertai dengan kenaikan enzim dalam darah dan urin. Pada pankreatitis akut
bersifat reversibel jika stimulus pemicunya dihilangkan; pankreatitis kronik
diartikan sebagai desktruksi parenkim eksokrin pankreas yang bersifat ireversibel.
Tanda-tanda kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan segera seperti
masalah pada jalan napas, pernapasan, serta sirkulasi. Pada pasien dengan
kecurigaan pankreatitis akut, sangat sering terjadi dehidrasi sehingga perlu
diwaspadai kemungkinan syok hipovolemik. Anamnesis untuk menilai status
kesadaran, riwayat mual dan muntah hebat, riwayat buang air kecil terakhir dapat
dilakukan bila pasien dicurigai mengalami syok.
Selanjutnya, anamnesis yang mengarah pada kecurigaan pankreatitis akut seperti
adanya nyeri hebat pada regio abdomen atas yang timbul tiba-tiba (akut), bersifat
persisten biasanya di sekitar epigastrium dan dapat menjalar ke punggung. Nyeri
dapat pula dirasakan pada regio abdomen kanan atas, bersifat difus, atau menjalar
ke sisi kiri, bergantung pada daerah pankreas yang mengalami inflamasi. Gejala
lain dapat pula berupa mual dan muntah, serta gelisah, agitasi, lebih nyaman pada
posisi supinasi.
Selain itu, penting untuk menanyakan riwayat perjalanan penyakit, riwayat
penyakit sebelumnya, serta gaya hidup misalnya pernah didiagnosis dengan
hipertrigliseridemia, riwayat menderita batu empedu, dan riwayat konsumsi
alkohol.
Tabel Etiologi Pancrearitis Akut
Metabolik Mekanis Vaskuler Infeksi
Alkoholisme Trauma Syok Paroritis
Hiperlipoproteine Batu empedu Atheroembolisme Coxsackievirus
mia
Hiperkalsemia Jejas iatrogenik Poliarteritis Mycoplasma
nodosa pneumoiniae
Obat –obatan
Pasca ERCP
Genetik

Terdapat klasifikasi mengenai pankrearitis akut, diantaranya :


1. Pankreatitis akut tipe intertisial
Secara makroskopik, pankreas membengkak secara difus dan tampak pucat.
Tidak didapatkan nekrosis atau perdarahan atau bila ada,minimal sekali.
Secara mikroskopik, daerah intersitial melebar karena adanya edema
ekstraselular, disertai sebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear (PMN).
Saluran pankreas dapat terisi dengan bahan-bahan purulen. Tidak
didapatkan destruksi asinar.
2. Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik
Secara makroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai dengan
perdarahan dan inflamasi. Tanda utama adalah adanya nekrosis lemak pada
jaringan-jaringan di tepi pankreas, nekrosis parenkim dan pembuluh-
pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan dan dapat mengisi
ruangan retroperitoneal. Bila penyakit berlanjut, dapat timbul abses atau
daerah-daerah nekrosis yang berdinding, yang subur untuk timbulnya
bakteri sehingga dapat menimbulkan abses yang purulen. Gambaran
mikroskopis adalah adanya nekrosis lemak dan jaringan pankreas, kantong-
kantong infiltrat yang meradang dan berdarah ditemukan tersebar pada
jaringan yang rusak dan mati.
Patogenesis Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut dimulai sebagai suatu proses autodigesti di dalam kelenjar akibat
aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel asinar
pankreas. Enzim ini dikeluarkan melalui duktus pankreas. Gangguan sel asinar
pankreas dapat terjadi karena beberapa sebab :
1. Obstruksi duktus pankreatikus. Penyebab tersering obstruksi adalah batu
empedu kecil (microlithiasis) yang terjebak dalam duktus. Sebab lain adalah
karena plug protein (stone protein) dan spasme sfingter Oddi pada kasus
pankreatitis akibat konsumsi alkohol.
2. Stimulasi hormon Cholecystokinin (CCK) sehingga akan mengaktivasi
enzim pankreas. Hormon CCK terstimulasi akibat diet tinggi protein dan
lemak (hipertrigliseridemia) dapat juga karena alkohol.
3. Iskemia sesaat dapat meningkatkan degradasi enzim pankreas. Keadaan ini
dapat terjadi pada prosedur operatif atau karena aterosklerosis pada arteri di
pankreas. Gangguan di sel asinar pankreas akan diikuti dengan pelepasan
enzim pankreas, yang selanjutnya akan merangsang sel-sel peradangan
(makrofag, neutrofil, sel-sel endotel) untuk mengeluarkan mediator inflamasi
(bradikinin, platelet activating factor (PAF) dan sitokin proinflamasi (TNF- ,
IL-1 beta, IL-6, IL-8 dan intercellular adhesive molecules (ICAM 1) serta
vascular adhesive molecules (VCAM) sehingga menyebabkan permeabilitas
vaskular meningkat, teraktivasinya sistem komplemen, dan
ketidakseimbangan sistem trombofibrinolitik (perdarahan). Neutrofil
mempermudah pelepasan superoksida dan enzim proteolitik (Cathepsins B,
D, dan G; kolagenase; serta elastase). Kondisi tersebut akhirnya memicu
terjadinya gangguan mikrosirkulasi, stasis mikrosirkulasi, iskemia dan
nekrosis sel-sel pankreas. Kejadian di atas tidak saja terjadi lokal di pankreas
tetapi dapat pula terjadi di jaringan/organ vital lainnya sehingga dapat
menyebabkan komplikasi lokal maupun sistemik.
Gambar 1.1 Patogenesis Pankrearitis Akut

Progresi pankreatitis akut dapat dibagi menjadi 3 fase berurutan, yaitu:


1. Inflamasi lokal pankreas
2. Peradangan sistemik atau systemic inflammatory response syndrome
(SIRS)
3. Disfungsi multi organ atau multiorgan dysfunctions (MODS). Berat
ringannya pankreatitis akut tergantung dari respons inflamasi sistemik
yang diperantarai oleh keseimbangan sitokin proinflamasi dan
antiinflamasi, dan ada tidaknya infeksi baik lokal maupun sistemik. Pada
keadaan dimana sitokin proinflamasi lebih dominan daripada sitokin
antiinflamasi (IL-10, IL-1 receptor antagonist (IL- 1ra)) dan soluble TNF
receptor (sTNFR) keadaan yang terjadi adalah pankreatitis akut berat.

Gambar 1.2 Pathway Pankrearitis


Algoritma Sukadena, Putu. (2017).
Gambar 1.3 Algoritma Penanganan Awal Pankrearitis Akut (0-72 Jam)
pankrearitis akut Pankrearitis Akut.
Denpasar : Erlangga
Penatalaksanaan Pankreatitis Akut Ringan
Penatalaksanaan pada pasien pankreatitis akut meliputi non-operasi dan operasi. Pada tiga hari
pertama penting untuk menentukan tingkat keparahan pankreatitis, memberikan terapi suportif dan
evaluasi respons terapi. Pasien dengan skor APACHE > 8, komorbid berat dan gagal organ perlu
dirawat di ruang perawatan intensif. Hidrasi intravena agresif sedini mungkin, kontrol nyeri, dan
bowel rest merupakan salah satu penatalaksanaan non-operasi. Pankreatitis akut ringan dapat
dirawat di rumah tapi kebanyakan memerlukan perawatan di rumah sakit. Nutrisi dan hidrasi dapat
diberikan melalui cairan yang jernih dan kontrol nyerinya dengan narkotik oral. Hal ini perlu
dilakukan karena kehilangan cairan sering akibat muntah, penurunan intake oral, cairan pada ruang
ketiga, peningkatan kehilangan cairan melalui respirasi, dan diaphoresis.
Hidrasi akan mencegah komplikasi serius dari nekrosis pankreatik. Hidrasi yang agresif
dilakukan dalam 12-24 jam perawatan dengan monitoring hematokrit, BUN, dan kreatinin.
Pemberian cairan dengan cairan Ringer Laktat lebih baik dibandingkan dengan Normal salin 0,9%
oleh karena dapat lebih merusak sel asinar pankreas dan menimbulkan gap non-anion, serta
hiperkloremia asidosis metabolik. Awalnya diberikan 20 ml per kg dalam waktu 60 sampai 90
menit. Lalu diikuti 250-500 ml per jam untuk 48 jam selanjutnya untuk mempertahankan urine
output 0,5 ml per kg/jam dan menurunkan kadar BUN. Hati-hati apabila ada komorbid penyakit
jantung dan ginjal.
Pada kondisi usus harus diistirahatkan dalam waktu yang lama dapat diberikan nutrisi parenteral.
Akan tetapi, nutrisi parenteral dapat menyebabkan atrofi jaringan limfoid usus (GALT),
terganggunya fungsi limfosit sel T dan sel B, menurunnya aktivitas kemotaksis lekosit dan fungsi
fagositosis, serta meningkatnya permeabilitas dinding usus yang dapat mempermudah terjadinya
translokasi bankteri, endotoksin, dan antigen yang masuk ke dalam sirkulasi.
Meta analisis menunjukkan nutrisi melalui nasojejunal dapat menurunkan infeksi, menurunkan
intervensi bedah, dan memperpendek lama perawatan di rumah sakit dibandingkan melalui
nasogastric tube (NGT). Hal ini karena pemberian nutrisi melalui NGT lebih berisiko menyebabkan
pneumonitis aspirasi dan meningkatkan sekresi enzim. Nasogastrik dan nasojejunal memiliki
keamanan dan efektivitas yang mirip. Pemberian cairan oral dapat dilakukan bila nyeri sudah
terkontrol atau tidak memerlukan obat-obatan narkotik. Diet yang dianjurkan yaitu bentuk cair atau
padat lunak kemudian bertahap dengan rendah lemak diet regular. Pada pankreatitis akut berat
diberikan nutrisi enteral. Nutrisi parenteral dapat diberikan apabila nutrisi enteral tidak bisa
diberikan. Nutrisi enteral dapat ditunda pada pasien syok, perdarahan gastrointestinal masif,
obstruktif intestinal, fistula jejunum, dan enteroparalisis berat.
Dalam 48-72 jam perawatan dilakukan monitoring keadaan pasien. Tekanan darah, denyut nadi,
saturasi oksigen, jumlah urin diperiksa setiap satu hingga dua jam. Kebutuhan cairan tubuh dinilai
setiap 6 jam selama 24-48 jam.1 Jika terjadi hipotensi, hipoksemia, atau oligouria yang
menunjukkan tidak responsif terhadap pemberian cairan, maka sebaiknya dikirim ke unit intensif.
Pemeriksaan fisik dilakukan setiap 4-8 jam, perhatikan adanya gangguan status mental atau
kekakuan pada perut yang dapat menunjukkan abdominal compartment syndrome atau cairan dalam
rongga ketiga. Pemeriksaan darah lengkap, kalsium, magnesium, glukosa serum, dan tingkat BUN
sebaiknya diperiksa setiap 12 jam (tergantung kondisi pasien). Computed tomography (CT) awal
dilakukan setelah 72-96 jam dari onset sakit. CT dapat diulang apabila respon terhadap standar
terapi tidak bagus untuk mengevaluasi komplikasi atau perburukan pankreatitis. Hasil dari
pemeriksaan CT dapat dinilai berdasarkan CT Severity Indeks (CSI). Skor ≥5 menunjukkan
mortalitasnya 15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan skor dibawah.
Penatalaksanaan bedah sering dilakukan pada pankreatitis yang berhubungan dengan batu
empedu. Kolesistektomi pada dalam 48 jam setelah keluhan dapat mengurangi waktu dirawat di
rumah sakit.7 Selain itu, kolesistektomi yang dilakukan seawal mungkin tidak meningkatkan risiko
komplikasi sekunder dari operasi. Operasi tidak dilakukan pada pankreatitis akut nekrosis sampai
inflamasinya berkurang dan akumulasi cairan tidak lagi meningkatkan ukurannya. Penatalaksanaan
operasi melalui ERCP berkorelasi dengan koledokolitiasis. Tetapi konsensus menyarankan
pelaksanaan ERCP tidak rutin dilakukan. Pada kolangitis akut atau serum bilirubin >5 mg/dl ERCP
masih bermanfaat. ERCP dapat digunakan mengidentifikasi disrupsi ductus pankreatik pada
pankreatitis akut berat dan intervensi pada sindrom dislokasi ductus.
ERCP dapat mengurangi perkembangan pankreatitis akut menjadi berat jika dilakukan prosedur
ini dalam 72 jam setelah masuk rumah sakit.6 ERCP juga dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya kolangitis sebesar 61%. Komplikasi yang ditimbulkan dalam 24 jam setelah dirawat di
rumah sakit dengan ERCP lebih rendah dibandingkan dengan tidak dilakukan prosedur ini yaitu
15%:54%. Selain itu, ERCP juga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pada komplikasi
pankreatitis akut hingga 96,97%. Tetapi sebaiknya prosedur ini tidak dilakukan pada pankreatitis
akut berat9. ERCP dengan sphincterotomy dapat menurunkan mortalitas hingga 4%. Pada
pankreatitis akut berat atau nekrosis infeksi atau koleksi cairan persisten diperlukan aspirasi
perkutan dengan bantuan CT atau operasi debridement.

Pengambilan Diagnosis Pankreatitis Akut -


Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mencari kelainan pada darah itu Alomedika (2019)
darah vena untuk
sendiri dan untuk memantau perkembangan penyakit. Hasil pemeriksaan
pemeriksaan lab
laboratorium memiliki batas normal yang berbeda antara pria dan wanita. Berikut
rutin, elektrolit,
merupakan penjelasannya :
serum amilase
1. GDS yaitu kadar gula darah dikatakan terlalu tinggi
dan lipase dan
jika melebihi 200 mg/dL (hiperglikemia). Nilai normal kadar GDS
GDS.
a. Sebelum makan : sekitar 70-130 mg/dL
GDS 60 mg/dl,
b. Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL
Hb 12 mg/dl,
c. Gula darah puasa selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL
Leukosit 12.000
d. Gula darah menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL
mm³,
Gula darah tinggi juga dapat terjadi bila sel-sel tubuh tidak sensitif terhadap insulin, sehingga
Amilase 180 U/L,
gula dari darah tidak dapat masuk ke dalam sel untuk diproses. Tanda-tanda kadar gula darah
Lipase 210 U/L, terlalu tinggi adalah badan terasa lelah, nafsu makan sangat tinggi, bobot tubuh berkurang,
HDL 30 mg/dl, sering merasa haus, dan sering buang air kecil.

LDL 230 mg/dl Tanda dan gejala ketika kadar gula darah terlalu rendah (di bawah 40 mg/dL),
antara lain:
a. Bicara melantur
b. Sulit konsentrasi
c. Tidak mampu berdiri atau berjalan
d. Otot berkedut
e. Kejang
2. Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi. Kadar HB normal bagi
pria sekitar 13,8-17,2 g/dL. Sedangkan untuk wanita sekitar 12,1-15,1 g/dL.
Pada kasus pankrearitis akut tanda dan gejala yang akan terjadi salah satunya
adalah penurunan Hb yang menyebabkan tekanan darah menjadi rendah, hal
ini terjadi ketika pankrearitis akut memburuk dan mempengaruhi organ lain
seperti jantung, paru-paru dan ginjal.
3. Leukosit adalah sel darah putih yang berfungsi untuk membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari system kekebalan
tubuh. Leukosit normal akan berubah seiring dengan bertambahnya usia,
sehingga menjadi 3.500-10.500 per microliter.
Leukosit tinggi ditandai dengan gejala-gejala seperti:
a. Demam
b. Tubuh terlasa letih dan lemas
c. Berkeringat pada malm hari
d. Lebih mudah mengalami memar dan perdarahan
e. Berat badan turun drastic
f. Kulit gatal-gatal dan muncul ruam
g. Sesak
4. Amilase serum, biasanya akan meningkat setelah 6-12 jam onset hingga 3-5
hari (hingga ≥3 kali lipat dari nilai normal). Beberapa keadaan lain yang dapat
meningkatkan kadar enzim amilase yaitu gagal ginjal, kolesistitis, kelainan
kelenjar saliva, gangguan di tuba fallopi.
5. Serum lipase biasanya meningkat lebih spesifik pada pankreatitis
dibandingkan amilase dan kadarnya dapat menetap hingga 12 hari.
Pemeriksaan darah perifer lengkap dan C-reactive protein (CRP) untuk
menilai leukositosis, hemokonsentrasi, dan penanda inflamasi.
6. Profil lipid yang terdiri atas kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida untuk
mengevaluasi kemungkinan etiologi yang mendasari
Dipasang IV Kanulasi intravena (IV) adalah teknik di mana kanula ditempatkan di dalam vena
cath no. 16 pada untuk memberikan akses vena. Tujuan utama terapi intravena adalah
vena radialis kiri mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
cairan NaCl vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,
0,9%, Dextrose mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki
40% 2 flakon. keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk
Diagnosis pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral (Hidayat,
sementara : 2008).
Pancreatitis akut Adapun tujuan pemasangan IV line diantaranya : Mempertahankan atau
Program : mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak,
dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral,
memperbaiki keseimbangan asam-basa, memperbaiki volume komponen-
komponen darah, memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam
tubuh, memonitor tekanan vena sentral (CVP), memberikan nutrisi pada saat sistem
pencernaan ketika diistirahatkan.
Cara pemasangan iv line yaitu sebagai berikut :
1. Tempatkan tourniquet vena di atas lengan pasien yang tidak dominan, dan
pilih tempat untuk pemasangan kateter IV. Vena pilihan untuk kateterisasi
meliputi vena sefalika atau basilik, diikuti oleh jaringan vena tangan dorsal
(lihat gambar di bawah).
Gambar Penyisipan untuk kanulasi IV
Ariningrum, D, dan
2. Pasang perlak alas di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infus. Subandono, J. (2018). Buku
3. Memasang infus set pada kantung infuse : Pedoman Keterampilan
a. Buka tutup botol cairan infus Klinis
b. Tusukkan pipa saluran udara, kemudian masukkan pipa saluran infus. Pemasangan Infus. Fakultas
c. Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan keluar dengan membuka kran selang Kedokteran Universitas
sehingga tidak ada udara pada saluran infus, lalu dijepit dan jarum ditutup Sebelas Maret Surakarta
kembali. Tabung tetesan diisi sampai ½ penuh.
d. Gantungkan kantung infus beserta salurannya pada tiang infus.
Gambar 1. Membuang udara dalam saluran infus

4. Cucilah tangan dengan antiseptik atau air sabun yang mengering, lalu keringkan
5. Lengan pasien bagian proksimal dibendung dengan torniquet

Gambar 2. Memasang torniquet

6. Gunakan sarung tangan steril, kemudian lakukan desinfeksi daerah tempat suntikan
menggunakan larutan antiseptik (larutan alkohol 70%)
Gambar 3. desinfeksi area tusukan

7. Jarum diinsersikan ke dalam vena dengan bevel jarum menghadap ke atas, membentuk sudut
30-40 terhadap permukaan kulit.

Gambar 4. Bevel jarum menghadap ke atas

8. Bila jarum berhasil masuk ke dalam lumen vena, akan terlihat darah mengalir keluar.

Gambar 5. Jarum masuk lumen vena, darah terlihat mengalir keluar


9. Turunkan kateter sejajar kulit. Tarik jarum tajam dalam kateter vena (stylet) kira-kira 1 cm ke
arah luar untuk membebaskan ujung kateter vena dari jarum agar jarum tidak melukai
dinding vena bagian dalam. Dorong kateter vena sejauh 0.5 – 1 cm untuk menstabilkannya.

Gambar 6. Tangan kanan menarik stylet ke arah luar, sambil tangan kiri memfiksasi vena

10. Tarik stylet keluar sampai ½ panjang stylet. Lepaskan ujung jari yang memfiksasi bagian
proksimal vena. Dorong seluruh bagian kateter vena yang berwarna putih ke dalam vena.

Gambar 7. Tarik stylet keluar, kemudian dorong seluruh bagian kateter ke dalam vena

11. Torniket dilepaskan. Angkat keseluruhan stylet dari dalam kateter vena.
12. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya dengan kantung infus atau
kantung darah.

Gambar 8. Hubungkan infus set dengan kateter vena


13. Penjepit selang infus dilonggarkan untuk melihat kelancaran tetesan.

Gambar 9. Penjepit selang infus : (kiri) posisi dikencangkan, (kanan) posisi dilonggarkan
14. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit menggunakan plester.
15. Tetesan diatur sesuai dengan kebutuhan.
16. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan plester.
Gambar 10. Tutup dengan kassa steril, fiksasi dengan plester dan bidai
17. Buanglah sampah ke dalam tempat sampah medis, jarum dibuang ke dalam sharp disposal
(jarum tidak perlu ditutup kembali).
18. Bereskan alat-alat yang digunakan.
19. Cara melepas infus : bila infus sudah selesai diberikan, plester dilepas, jarum dicabut dengan
menekan lokasi masuknya jarum dengan kapas alkohol, kemudian diplester.

Komunikasi yang disampaikan kepada pasien : “bapak, sekarang saya akan


melakukan pemasangan IV line di tangan bapak. Tujuannya untuk memudahkan
dalam pemeberian cairan infus dan memudahkan dalam pemberian obat-obatan
yang diperlukan oleh bapak”.

Cairan NaCl 0,9% merupakan cairan yang bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat
kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-
Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) (Perry &
Potter, 2005).
Dextrose 40% dapat diindikasikan sebagai tata laksana dan pencegahan
hipoglikemia, nutrisi parenteral dan rehidrasi, serta sebagai pelarut dari produk obat
lain. Indikasi dari pemberian dextrose adalah untuk sumber kalori dan penggantian
cairan tergantung dari tonisitas cairan tersebut. Selain itu, larutan dextrose juga
dapat digunakan untuk melarutkan obat, baik untuk pemberian secara bolus
intravena, maupun melalui drip infus.
Pada pasien dengan kekurangan cairan berat dan bermanifestasi hipotensi dan
takikardia, penggantian cairan yang lebih cepat (bolus) lebih dipilih (rekomendasi
kondisional, moderate quality of evidence). Larutan ringer laktat lebih dipilih
dibandingkan kristaloid isotonik untuk penggantian cairan (rekomendasi
NaCl 0,9%
kondisional, moderate quality of evidence). Kebutuhan cairan sebaiknya dinilai
3000 ml pada
ulang dalam 6 jam pertama dan untuk 24-48 jam berikutnya. Tujuan hidrasi agresif
30 menit
adalah untuk menurunkan blood urea nitrogen (rekomendasi kuat, moderate
pertama,
quality of evidence).
selanjutnya 500
ml/jam
Petidin (pethidine) atau meperidin hidroklorida adalah anti nyeri yang termasuk
dalam golongan narkotika. Obat ini biasanya diaplikasikan untuk menghilangkan
Dextrose 40% 2
Hamzah Pratama. (2016).
nyeri yang bersifat sedang sampai berat terutama pada saat selesai operasi atau
flakon
Tatalaksana Pankreatitis
pada saat proses kelahiran. Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan
Akut.
analgesia obstetrik dan sebagai obat praanestetik (Farmakologi dan Terapi,
2016:224). Obat ini menimbulkan efek pada susunan saraf pusat dan otot polos CDK-238/ Vol.43 No.3.
sehingga selain berperan sebagai antinyeri, petidin juga dapat digunakan untuk
sedasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa petidin dapat mengurangi spasme
otot polos, konstipasi dan menekan refleks batuk. Pada kasus disebutkan bahwa
klien mengalami nyeri seperti rasa terbakar di epigastrium dan nyeri pada semua
(Alomedika, 2019)
kuadran apabila abdomen disentuh dengan skala nyeri 5 (0-10).

Pantoprazole adalah obat golongan Proton Pump Inibitor (PPI) yang digunakan
untuk meredakan gejala meningkatnya asam lambung seperti sakit maag dan gejala
refluks asam lambung. Pantoprazole bekerja dengan cara menghambat sel-sel di
lapisan lambung untuk menghasilkan asam lambung, sehingga produksi asam
lambung berkurang. Dengan berkurangnya asam lambung, luka (tukak) pada
lambung dan erosi pada esofagus dapat dicegah atau dipercepat penyembuhannya.
 Meperidin
3 x 10 mg/IV
Cefixim adalah antibiotik golongan cephalosporin generasi ketiga. Cefixime
merupakan antibiotik yang memiliki spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram
negatif dan gram positif. Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi saluran
pernafasan, infeksi kulit dan jaringan lunak, serta infeksi saluran kemih (ISK) dan
kelamin. Obat ini bekerja sebagai bakterisidial atau lebih penivillin-binding
(Halodoc, 2019)
proteins (PBP) yang menghambat transpeptidasi tahap terakhir dari sintesis
peptidoglikan di dinding sel bakteri, sehingga menghambat biosintesis dan
mencegah pembentukan dinding sel yang mengakibatkan kematian sel bakteri.

Sanmol infusion adalah obat yang digunakan sebagai penurun demam untuk segala usia dan
pereda nyeri seperti  sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan lainnya. Sanmol infusion mengandung
Pantoprazole 30 paracetamol, obat yang memiliki aktivitas sebagai antipyretic sekaligus analgetic. Paracetamol yang

mg/IV dikenal juga dengan nama acetaminophen adalah obat yang digunakan sebagai analgetic (pereda
nyeri) dan antipiretik (penurun demam) yang bisa diperoleh tanpa resep dokter. Meskipun

 paracetamol memiliki efek anti inflamasi, obat ini tidak dimasukkan sebagai obat NSAID, karena
efek anti inflamasinya dianggap tidak signifikan.

Cara kerja paracetamol yang diketahui sekarang adalah dengan cara
menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX). Enzim ini berperan pada
pembentukan prostaglandin yaitu senyawa penyebab nyeri. Dengan dihambatnya
Cefixim 3 x 1
kerja enzim COX, maka jumlah prostaglandin pada sistem saraf pusat menjadi
gr/IV skin test
berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri berkurang. Paracetamol
hasil (-)
menurunkan suhu tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di pusat
pengendali suhu tubuh di otak. Pada kasus disebutkan bahwa pasien mengalami
hipertermi dengan suhu 390C.
Sanmol 500 mg
drip/infus
Diberikan Kalsium Klorida adalah obat yang digunakan dalam pengobatan hypocalcemia, yaitu kondisi Siti, N Dan Rahayu, E.
kesehatan di mana tubuh memiliki kadar kalsium rendah. Kalsium berperan penting untuk kesehatan
Calsium (2017). Pemeriksaan
tulang, otot, sistem saraf dan jantung. Kalsium Klorida juga dapat digunakan untuk mengobati
Chlorida 10% Kadar Kalsium Pada
Hipoparatiroidisme (kurangnya produksi hormon paratiroid), kekurangan vitamin D dan mencegah
per IV terjadinya hypocalcemia pada saat transfusi darah. Pada kasus disebutkan bahwa pasien mengalami
Masyarakat Dengan Pola
hypocalsemia dimana nilai Ca 5 mg/dL, sedangkan Kadar kalsium darah dalam serum Makan Vegetarian. Jurnal
keadaan normal 9-11 mg/dl. Sainhealth Vol. 1 No. 1
Edisi Maret
Dipasang urine Pemasangan urine kateter yaitu memasukan selang karet atau plastik melalui Astuti, T, dkk. (2015).
kateter, produksi uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. Tujuan pemasangan Buku Panduan Praktikum
urine 200 ml kateter urine adalah menghilangkan distensi kandung kemih, sebagai Laboratorium Kebutuhan
warna kuning penatalaksanaan kandung kemih inkompeten, mendapatkan spesimen urine steril, Dasar Manusia KDM
kecoklatan sebagai pengkajian jumlah residu urine bila kandung kemih tidak mampu untuk Semester II. Jakarta :
seperti teh. dikosongkan secara lengkap. Indikasi pemasangan kateter urine diantaranya yaitu Unisulla Press
pasien dengan retensi/incontinensia urine, pasien yang akan dilakukan foto
kandung kemih, pasien pre dan post operasi besar, pasien dengan penurunan
kesadaran. Kontraindikasi dilakukan pemasangan kateter urine yaitu pasien dengan
infeksi pada saluran kemih, dan pasien dengan stictur uretra.
Pada kasus diatas disebutkan bahwa produksi urine 200 ml warna kuning
kecoklatan seperti teh.
Cek GDS 110 GDS yaitu kadar gula darah dikatakan terlalu tinggi jika melebihi 200 mg/dL
mg/dl (hiperglikemia). Nilai normal kadar GDS
Monitor TTV a. Sebelum makan : sekitar 70-130 mg/dL
b. Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL
c. Gula darah puasa selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL
d. Gula darah menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL

Pada pukul 20.30 GDS klien yaitu 110 mg/dL (gula darah klien normal). Monitor
TTV : Kesadaran CM, TD 100/80 mmHg, frekuensi nadi 88 x/mnt, frekuensi napas
22 x/mnt, suhu 38ºC, tampak keringat banyak, masih mengeluh nyeri tapi tidak
kolik. Skala nyeri 5 (0-10).
Rencana USG Abdomen didapatkan pembesaran difus dan pankreas hipoekoik. Nurcahyadi, A. (2015).
dilakukan USG Melalui USG dapat dinilai keberadaan batu empedu yang mungkin menjadi Pankreatitis Akut Dengan
dan CT Scan penyebab pankrearitis akut. Kebanyakan pankrearitis akut disebabkan oleh adanya Serum Amilase 1071.90
abdomen batu empedu yang diketahui dengan cara pemeriksaan USG abdomen. U/L Dan Serum Lipase
sebelum CT Scan adalah prosedur pemeriksaan medis dengan menggunakan 1111.00 U/L: Sebuah
dipindahkan ke kombinasi teknologi rontgen atau sinar-X dan system computer khusus untuk Laporan Kasus
ICU melihat kondisi dalan tubuh dari berbagai sudut dan potongan. CT Scan sangat
penting dilakukan pada pankreatitis akut untuk menegakkan diagnosis sekaligus
menilai adanya komplikasi intraabdomen dan menilai derajat keparahan penyakit.
Aspirasi perkutan CT-guided dengan pewarnaan gram dan kultur dilakukan bila
terdapat kecurigaan terjadinya nekrosis pankreas terinfeksi.
Pemeriksaan CT scan memiliki indikasi. Ada dua secara umum yaitu initial
imaging dan follow up imaging. Pada pemeriksaaan awal dilakukan apabila diagnosis
pankreatitis akut tidak jelas, pasien dengan hiperamilasemia, pankreatitis akut dengan
gejala klinis yang berat, distensi abdomen, demam, Ranson skor >3, pasien yang gagal
membaik setelah >72 jam, serta perubahan akut status klinis.
Komunikasikan kepada pasien :
Perawat : “bapak, rencananya kita akan memindahkan bapak ke ruang ICU.
Tujuannya untuk menghindari perburukan kondisi pada bapak. Di ruang ICU bapak
akan terpantau secara intensive
Pasien : “baik sus”.
Perawat : ”tetapi pak sebelum kita memindahkan bapak, kita akan
melakukan pemeriksaan USG dan CT scan pada bagian perut bapak. Tujuannya
untuk mengetahui penyebab sakit yang sedang dirasakan oleh bapak ya pak”.
Pasien : “baik sus, saya mengikuti saja bagaimana baiknya”.
Perumusan Diagnosa pertama yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
Tim Pokja SDKI DPP
diagnosa pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma). Pada kasus pankrearitis
PPNI (2016). Standar
Keperawatan : akut manifestasi klinis yang muncul diantaranya nyeri perut khas berupa nyeri
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut epigastrik dengan onset mendadak (<30 menit), menjalar ke punggung, menghilang
Indonesia: Definisi dan
b.d agen dalam < 72 jam dan ikterus yang menunjukkan adanya kolangitis yang
Indikator Diagnostik
pencedera berhubungan dan meningkatan kemungkinan batu empedu. Pada kasus diatas klien
(Edisi 1) Cetakan III
fisiologis (mis. mengalami nyeri seperti rasa terbakar di epigastrium dan nyeri pada semua
(Revisi). Jakarta: DPP
inflamasi, kuadran apabila abdomen disentuh.
PPNI
iskemia, Berdasarkan diagnosa yang pertama terdapat gejala tanda mayor diantaranya
neoplasma) untuk data subjektif mengeluh nyeri, untuk data objektif terdapat tampak meringis,
2. Pola nafas gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan bersikap protektif (misal waspada, posisi
tidak efektif b.d menghindari nyeri). Selain itu, terdapat gejala tanda minor, untuk data objektif
hambatan upaya tekanan darah meningkat, pola napas berubah. Dari kedua gejala tanda mayor dan
napas (mis. minor, tanda dan gejala tersebut terdapat pada klien sehingga diagnosa nyeri akut
nyeri saat diangkat sebagai diagnosa yang pertama.
bernapas, Diagnosa kedua yang muncul yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan
kelemahan otot dengan hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan) pernapasan). Pada kasus diatas klien mengalami sulit bernafas akibat nyeri perut
3. Hipertermi yang menjalar hingga ke epigastrium, klien tampak takipnea dengan R :
b.d proses 28x/menit, klien juga terpasang O2 binasal canule 3 liter/menit.
infeksi Tanda dan gejala mayor pada diagnosa yang kedua yaitu adanya pola napas
abnormal (seperti takipnea) dan peggunaan alat bantu napas. Sehingga diagnosa
yang kedua dapat diangkat.
Diagnosa ketiga yang muncul yaitu hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi. Pada kasus diatas klien mengalami perubahan suhu yang abnormal dari
38,50C – 39,50C. Klien juga mendapatkan terapi obat sanmol 500 mg drip/infus.
Tanda dan gejala mayor pada diagnosa hipertermi yaitu untuk data objektif
suhu tubuh diatas nilai normal. Sedangkan tanda dan gejala minor untuk data
objektif terdapat takikardi dan takipnea. Berdasarkan tanda dan gejala data mayor
dan minor klien mengalami tanda tersebut, sehingga diagnosa tersebut dapat
diangkat.

Anda mungkin juga menyukai