Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan
Pasien pada kasus ini didiagnosis dengan demam tifoid. Hal ini didapatkan
dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis didapatkan keluhan utama demam yang dirasakan sejak 4 hari SMRS,
demam dikatakan naik turun, naik terutama sore harinya. Keluhan lain nyeri ulu
hati, mual, muntah setiap kali makan sebanyak 4 kali dengan konsistensi
makanan dan cairan warna putih, darah (-), tidak ada nafsu makan sejak 3 hari
terahir, lemas (+). Keluhan mimisan, gusi berdarah, BAB hitam, BAK merah
darah disangkal. BAB dan BAK masih normal.
Berdasarkan hasil anamnesis, terdapat beberapa diagnosis banding yang
dapat dipertimbangkan pada pasien yaitu demam tifoid, akibat infeksi dengue
dan malaria.
Pada demam tifoid, demam muncul tiba-tiba biasanya meningkat terutama
pada sore hingga malam hari (febris remiten), gangguan gastrointestinal meliputi
bibir kerin, lidah kotor (tifoid tongue), muntah, diare kemudian menjadi obstipasi
bahkan gangguan kesadaran (delirium, stupor, koma, atau psikosis). Pada demam
akibat virus dengue, Demam biasanya bersifat tinggi, mendadak, terus menerus
selama 2 – 7 hari. Demam bersifat bifasik 2-7 hari, dimana demam mendadak
tinggi selama beberapa hari (fase demam), kemudian suhu mendadak turun pada
hari ke-3 atau ke-4 (fase kritis) dan naik kembali pada hari ke-5 atau 7 (fase
pemulihan). Pada malaria, demam biasanya bersifat periodic dengan periode
demam, menggigil dan berkeringat. Pada malaria, periode bebas demam
bergantung pada jenis plasmodium yang menginfeksi. Pada pasien, periode bebas
demam hanya terjadi sebentar jika sudah meminum parasetamol dan akan naik
kembali dalam waktu < 6 jam. Dari pola demam pada kasus mengarah sesuai

17
pada demam tifoid, selain itu juga ada gejala gangguan gastrointestinal seperti
mual dan muntah.
Pada pemeriksaan fisik, tanda vital ditemukan masih dalam batas normal.
Pemeriksaan fisik yang bermakna pada pasien yaitu adanya tifoid tongue, nyeri
tekan R. Epigastric. Temuan pada pemeriksaan fisik tersebut, menunjukkan
kemungkinan mengarah demam tifoid. Pada demam tifoid gangguan
gastrointestinal meliputi bibir kering disertai lidah kotor, berselaput putih, dan
tepi hiperemis. Perut kembung, lien membesar, lunak, dan nyeri tekan.
Hasil pemeriksaan penunjang pasien pada saat MRS yaitu darah lengkap,
NS1, dan widal dari pemeriksaan tersebut yang bermakna PLT pasien turun yaitu
20.000, hasil widal titer O, H, BO dan BH yaitu 1/320, dimana mengalami
peningkatan 4 kali lipat semua titer.
Demam tifoid dapat menyebabkan terjadinya trombositopenia pada
pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan widal aglutinin O dan H yang
digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Makin tinggi titer, makin besar
kemungkinan menderita demam tifoid. Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada
akhir minggu ke-1 demam kemudian meningkat secara cepat dan mencapai
puncak pada minggu ke-4 serta tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase
akut mula-mula timbul aglutinin O dan diikuti aglutinin H. Orang yang sembuh,
aglutinin O masih dijumpai setelah 4-6 bulan sedangkan aglutinin H menetap
lebih lama 9-12 bulan. Jika titer O sekali periksa 1/320 atau terjadi kenaikan titer
4 kali, diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H dikaitkan dengan
pasca imunisasi atau infeksi masa lampau sedangkan Vi untuk deteksi pembawa
kuman (karier).

18

Anda mungkin juga menyukai