Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

VULNUS LACERATUM

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Vulnus laceratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan
sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma
akan terjadi proses peradangan. Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi
sehingga terjadi kerusakan sel-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan
menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekano sensitive (Indos.2010)
2. Etiologi

Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya :


a. Alat yang tumpul.
b. Jatuh ke benda tajam dan keras.
c. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
d. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan.
3. Anatomi dan Pathofisiologi.
a) Kulit.
Ganong (2008) menyatakan “Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan
epidermis, dermis, lemak subkutan. Kulit melindungi tubuh dari trauma dan
merupakan benang pertahanan terhadap bakteri virus dan jamur. Kulit juga
merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jahitan ujung.
syaraf yang saling bertautan”.
a. Epidermis bagian terluas kulit di bagi menjadi 2 bagian lapisan yaitu :
1) Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak ber inti dan
bertanduk.
2) Lapisan dalam ( stratum malfigi ) merupakan asal sel permukaan bertanduk
setelah mengalami proses di ferensiasi .
b. Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari serabut - serabut kolagen
elastin, dan retikulum yang tertanam dalam substansi dasar. Matrik kulit
mengandung pembuluh pembuluh darah dan syaraf yang menyokong nutrisi pada
epidermis. Disekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit. Limfosit sel
masuk dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan infeksi dan instansi
benda-benda asing. Serabut-serabut kolagen, elastin khusus menambahkan sel-sel
basal epidermis pada dermis.
c. Lemak Subkutan
Ganong (2008) menyatakan “Lemak subkutan merupakan lapisan kulit ketiga
yang terletak di bawah dermis. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit
isolasi untuk mempertahankan daya tarik seksual pada kedua jenis kelamin”.
b) Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dengan
sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari serabut silindris yang
mempunyai sifat sama dengan sel dari jaringan lain.semua sel di ikat menjadi berkas-
berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontaktil.
c) Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:
a. Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.
b. Unsur putih serabut saraf.
c. Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan yang
menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf dan
prosesnya di sebut neuron. Sel saraf terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus
dengan nukleus besar dan berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul
(prosesus) timbul dari sel saraf, juluran ini mengantarkan rangsangan rangsangan
saraf kepada dan dari sel saraf.
4. Tipe Penyembuhan luka
Menurut Mansjoer, terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1) Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang
terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
2) Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak
mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang
luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih
kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
3) Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan
terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini
bersih,tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka
yang terakhir.
5. Patofisiologi
Vulnus laserratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan
sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma
akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila
jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat
hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak
berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan
dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka
jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis
luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan
sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan
ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di
atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat
atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.
Mekanik : benda tajam

Kerusakan integritas Traumatic jaringan


kulit

Terputusnya
Rusaknya barier pertahanan
kontinuitas jaringan
primer

Terpapar Kerusakan syaraf


lingkungan perifer

Risiko Tinggi Stimulasineurotransmitter


infeksi (histamine, prostaglandin,
bradikinin)

Nyeri Akut Ansietas

Pergerakan Terbatas

Gangguan Mobilitas Fisik Gangguan Pola Tidur


6. Manifestasi Klinis
Mansjoer (2009) Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah:
a. Luka tidak teratur
b. Jaringan rusak
c. Bengkak
d. Pendarahan
e. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut
f. Tampak lecet atau memer di setiap luka.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan terutama jenis darah lengkap.tujuanya
untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui
laboratorium.
b. Sel – sel darah putih. Leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel
pada lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit diabetes melitus
8. Komplikasi
a. Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot,
saraf, dan pembuluh darah.
c. Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
d. Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
9. Penatalaksanaan
a. PembersihanLuka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meninangkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;
membuang jaringan nekrosis dan debris. Beberapa langkah yang harus diperhatikan
dalam pembersihan luka yaitu :
1. Irigasi dengan sebanyak - banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
mati dan benda asing.
2. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringanmati.
3. Berikan antiseptic
4. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi local
5. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000:398;400)
b. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam
boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak
berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau pertertiam.
c. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal.
d. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada kondisi
luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi,
mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan,
sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah
yang menyebabkan hematom.
e. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
f. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan
jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jWidiyas pengangkatan luka,
usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi
10. Pencegahan
a. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptic,
misalnya alcohol, halogen, yodium, oksidansia, logam berat dan asam berat.
b. Pembersihan luka, Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka, menghindari terjadinya
infeksi, membuang jaringan nekrosis dan debris.
c. Pembalutan luka, luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur
kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat
dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau
pertertiam.
d. Penutupan luka, Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsungoptimal.
e. Pemberian antibiotic, prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik
dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotic.

B. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


1. Pengkajian Primry Survey
a. Airway
1) Kaji dan pertahankan jalan nafas
2) Perhatikan adanya sumbatan jalan nafas
3) Lakukan head till, chin lift jika perlu
4) Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan nafas jika perlu
b. Breathing
1) Kaji respiratory rate
2) Retraksi dinding dada, dengarkan adanya ( wheezing, pengurangan aliran udara
masuk, silent chest)
c. Circulation
1) Kaji frekuensi denyut jantung
2) Kaji intake output
3) Sianosis
4) Perdarahan
5) Capiler Revile
d. Disability
1) Kaji tingkat kesadaran
2) Penurunan Tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan pasien
membutuhkan pertolongan diruang intensive
3) Reflek pupil
e. Ekposure
Lihat adanya jejas atau tidak ,adanya pembengkakan atau tidak ,dan pada saat pasien
stabil dapat ditanyakan riwayat dan pemeriksaan lainnya.
2. Pengkajian Secondary Survey
a. Identitas Klien
Kaji nama ,umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, No.MR, tanggal
masuk rumah sakit. tanggal pengkajian. kaji penanggung jawab klien : nama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Pemeriksaan Fisik
1. Kaji TD, N, S, P
2. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan / tidak
Karakteristik rambut : kaji warna rambut, rontok atau tidak
Kebersihan : bersih / tidak
Palpasi kepala : adan benjolan / tidak
3. Pemeriksaan Mata
Inspeksi : simetris / tidak
Tanda – tanda Radang : Ada / Tidak
Udema palpebra : Ada / Tidak
Rasa sakit : Ada / Tidak
4. Telinga
Inspeksi : Lengkap/ tidak
Tes Pendengaran : baik / tidak
5. Hidung
Simetris atau tidak kiri dan kanan.
6. Mulut dan tenggorokan
Keadaan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi,dan tonsil, tes rasa, dan apakah ada
kesulitan menelan.
7. Leher
Apakah ada pembesaran kelenjer getah bening.
8. Thorak
I : Simetris / tidak
P : Apakah fremitus kiri dan kanan
P : Sonor
A : vesikuler
9. Cardiovaskuler
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba
P : batas jantung normal
A : bunyi jantung normal
10. Payudara
I : simetris atau tidak
P : adanya masa atau tidak
11. Abdomen
I : membuncit atau tidak
P : hepar teraba atau tidak
P : Pekak
A : Bising Usus ( + )
12. Neurologi
Perlu dikaji tingkat kesadaran
13. Ekstermitas
Terdapat udema atau tidak
14. Genetalia
Apakah terpasang kateter
15. Kulit
Apakah ada luka atau tidak ,ukuran dan dalamnya

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
a. Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak
adekuat

4. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Rencaana keperawatan

Tujuan dan Intervensi


kriteria hasil

Nyeri Akut NOC NIC :


Definisi : ·Pain Level, Pain Management
Sensori yang tidak ·Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
menyenangkan dan pengalaman ·Comfort level secara komprehensif
emosional yang muncul secara Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
aktual atau potensial kerusakan 1. Mampu karakteristik, durasi,
jaringan atau menggambarkan mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
adanya kerusakan (Asosiasi Studi nyeri (tahu presipitasi.
Nyeri Internasional): serangan penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal
mendadak atau pelan nyeri, mampu dari ketidaknyamanan.
intensitasnya dari ringan sampai menggunakan 3. Gunakan teknik komunikasi
berat yang dapat diantisipasi tehnik terapeutik untuk mengetahui
dengan akhir yang dapat nonfarmakolo pengalaman nyeri pasien.
diprediksi dan dengan durasi gi untuk 4. Kaji kultur yang
kurang dari 6 mengurangi mempengaruhi respon nyeri.
bulan. nyeri, mencari 5. Evaluasi pengalaman nyeri
Batasan karakteristik : bantuan) masa lampau.
- Laporan secara verbal atau non 2. Melapor 6. Evaluasi bersama pasien dan
verbal kan bahwa tim kesehatan lain tentang
- Fakta dari observasi nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri
- Posisi antalgic untuk berkurang masa lampau.
menghindari nyeri dengan 7. Bantu pasien dan keluarga
- Gerakan melindungi menggunakan untuk mencari dan
- Tingkah laku berhati – hati manajemen menemukan dukungan.
- Muka topeng nyeri 8. Kontrol lingkungan yang
- Gangguan tidur (mata sayu, 3. Mampu dapat mempengaruhi nyeri
tampak capek, sulit atau mengenali seperti suhu ruangan,
gerakan kacau, menyeringai) nyeri (skala, pencahayaan dan kebisingan.
- Terfokus pada diri sendiri intensitas, 9. Kurangi faktor presipitasi
- Fokus menyempit (penurunan frekuensi dan nyeri.
persepsi waktu, kerusakan tanda nyeri) 10. Pilih dan lakukan
proses berpikir, penurunan 4. Menyata penanganan nyeri
interaksi dengan orang dan kan rasa (farmakologi, non
lingkungan) nyaman farmakologi dan inter
- Tingkah laku distraksi, contoh setelah nyeri personal).
: jalan-jalan, menemui orang berkurang. 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
lain dan/atau aktivitas, 5. Tanda untuk menentukan intervensi.
aktivitas berulang-ulang) vital dalam 12. Ajarkan tentang teknik non
- Respon autonom (seperti rentang farmakologi.
diaphoresis, perubahan normal. 13. Berikan analgetik untuk
tekanan darah, perubahan mengurangi nyeri.
nafas, nadi dan dilatasi pupil) 14. Evaluasi keefektifan kontrol
- Perubahan autonomic dalam nyeri.
tonus otot (mungkin dalam 15. Tingkatkan istirahat.
rentang dari lemah kekaku) 16. Kolaborasikan dengan dokter
- Tingkah laku ekspresif jika ada keluhan dan tindakan
(contoh : gelisah, merintih, nyeri tidak berhasil.
menangis, waspada, iritabel, 17. Monitor penerimaan pasien
nafas panjang/berkeluh kesah) tentang manajemen nyeri
- Perubahan dalam nafsu Analgesic Administration
makan dan minum 1. Tentukan lokasi,
- Faktor yang berhubungan : karakteristik, kualitas, dan
Agen injuri (biologi, kimia, derajat nyeri sebelum
fisik,psikologis) pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi.
3. Cek riwayat alergi.
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu.
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri.
6. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian,dan dosis
optimal.
7. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur.
8. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali.
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat.
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

Gangguan pola tidur berhubungan NOC :


NIC
dengan: - Anxiety
Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua, kecemasan, Control
1. Determinasi efek-efek
agen biokimia, suhu tubuh, - Comfort Level
medikasi terhadap pola tidur
pola aktivitas, depresi, - Pain Level
2. Jelaskan pentingnya tidur
kelelahan, takut,kesendirian. - Rest :
yang adekuat
- Lingkungan : kelembaban, Extent and
3. Fasilitasi untuk
kurangnya privacy/kontrol Pattern
mempertahankan aktivitas
tidur, pencahayaan, medikasi - Sleep :
sebelum tidur(membaca)
(depresan,stimulan),kebisinga Extent and
4. Ciptakan lingkungan yang
n.Fisiologis : Demam, mual, Pattern
nyaman
posisi, urgensi urin.
Setelah 5. Kolaburasi pemberian obat
DS: dilakukan tidur
- Bangun lebih awal/lebih tindakan
lambat keperawatan
- Secara verbal menyatakan selama ....
tidak fresh sesudah tidur gangguan
pola tidur
DO
pasien
- Penurunan kemempuan fungsi teratasi
- Penurunan proporsi tidur dengan kriteria
REM hasil:
- Penurunan proporsi pada - Jumlah jam
tahap 3 dan 4 tidur. tidur dalam
- Peningkatan proporsi pada batas
tahap 1 tidur
Normal
- jumlah tidur kurang dari
- Pola
normal sesuai usia
tidur,kualitas
dalam batas
normal
- Perasaan fresh
sesudah
tidur/istirahat
- Mampu
mengidentifik
asi hal-hal
yang
meningkatkan
tidur

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012: 53). Dalam
melaksanakan tindakan perawatan, selain melaksanakannya secara mandiri, harus
adanya kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi merupakan realisasi
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menilai data yang
baru. Implementasi tindakan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: independent
(mandiri), interdependent (bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya: dokter, bidan,
tenaga analis, ahli gizi, apoteker, ahli kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan
dependent (bekerja sesuai instruksi atau delegasi tugas dari dokter). Perawat juga harus
selalu mengingat prinsip 6S setiap melakukan tindakan, yaitu senyum, salam, sapa,
sopan santun, sabar dan syukur. Selain itu, dalam memberikan pelayanan, perawat
harus melaksankannnya dengan displin, inovatif (perawat harus berwawasan luas dan
harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi), rasional, integrated (perawat harus mampu bekerja sama dengan sesama
profesi, tim kesehatan yang lain, pasien, keluarga pasien berdasarkan azas kemitraan),
mandiri, perawat harus yakin dan percaya akan kemampuannya dan bertindak dengan
sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan berhasil (Zaidin, 2003:
84).

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi


dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar,
2003: 50).
6. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan denagn kriteria hasil pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Medika Auskulapius
FKUI.
Willson.J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DENGAN VULNUS LACERATUM
DI RST. TK. III Dr. REKSODIWIRYO PADANG

Disusun Oleh :

Sri Wahyuni Zulkarnaini, S.Kep

(2014901073)

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns. Yulia, S.Kep) (Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020/2021

Anda mungkin juga menyukai