Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demensia ( demensia senil, sindroma otak kronis ) lebih merupakan gejala dan

bukanlah suatu kondisi penyakit yang jelas. Biasanya bersifat progesif dan ireversibel dan

bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan. Ditandai dengan penurunan umum

umum fungsi intelektual yang bisa meliputi kehilangan ingatan, kemampuan penalaran

abstrak, pertimbangan dan bahasa, terjadi perubahan keperibadian dan kemampuan

menjalankan aktifitas hidup sehari-hari semakin memburuk.

Penyakit Alzheimer biasanya timbul pada usia setelah 65 tahun dan menimbulkan

demensia senilis. Namun penyakit ini dapat muncul lebih dini dan me¬nyebabkan

demensia prasenilis. Tampaknya terdapat predisposisi genetik untuk penyakit ini,

terutama pada penyakit awitan dini. Pada 1% sampai 10% kasus, biasanya diderita 0 %

bayi, angka prevalensi berhubungan erat dengan usia. Bagi individu diatas 65 tahun

penderita dapat mencapai 10%, sedang usia 85 tahun angka ini meningkat mencapai

47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia, maka penyakit Alzheimer menjadi

penyakit yang bertambah banyak.

Penyakit Alzheimer kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer atau

demensia senil jenis Alzheimer, dibandingkan mereka yang meninggal akibat sebab-

sebab lain, pada otak pasien yang meninggal akibat penyakit Alzheimer terjadi penurunan

sampai 90% kadar enzim yang berperan dalam pembentukan asetikolin, kolin

asetiltransferase. Dengan demikian, dengan tidak adanya asetilkolin paling tidak ikut

berperan menyebabkan penyakit Alzheimer seperti : mudah lupa dan mengalami


penurunan fungsi kognitif. Pada para pengiap penyakit ini, neurotransmitter lain juga

tampaknya berkurang.
BAB II
TOERITIS

A. KONSEP DEMENSIA
1. Defenisi
Demensia adalah jenis penyakit gangguan otak. Sel-sel otak akan mati secara
bertahap seiring dengan bertambahnya usia. Namun, sel-sel otak penderita demensia
akan mati dengan cepat dan volume otak mereka akan menyusut, menyebabkan
kerusakan parah terhadap fungsi otak.Pasien penderita demensia bukan saja bisa
menjadi pelupa, tetapi juga memiliki masalah dengan pemahaman, bahasa,
pembelajaran, perhitungan, dan penilaian. Kepribadian dan perilaku mereka juga bisa
berubah.
Ada tiga kategori utama demensia:
 Penyakit Alzheimer (AD) merupakan jenis demensia yang paling umum.
Penyebab AD belum diketahui dengan jelas saat ini, dan merupakan proses
degenerasi yang progresif.
 Demensia vaskular dipicu oleh stroke dan gangguan serebrovaskular yang
menyebabkan kerusakan otak.Degenerasi bisa terjadi secara tiba-tiba dan cepat.
20% dari pasien penderita demensia termasuk ke dalam kategori ini.
 Jenis lain dari demensia bisa disebabkan oleh depresi, kurangnya asupan nutrisi,
hipotiroidisme, dan keracunan obat. Dalam kasus ini, pasien bisa meringankan
kondisi kesehatan mereka dengan pengobatan tertentu. Beberapa demensia bisa
disebabkan oleh gangguan lain seperti penyakit Parkinson dan AIDS, dll.
2. faktor risiko Demensia
 Usia:Demensia umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Risiko
demensia meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia.
 Riwayat kesehatan keluarga: Orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga
yang pernah menderita demensia memiliki faktor risiko yang lebih besar.
 Jenis kelamin: Demensia lebih sering terjadi pada wanita, sebagian besar terjadi
karena wanita hidup lebih lama daripada pria.
 Gaya hidup: Orang yang menderita tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang
tinggi atau diabetes, dll, memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia
jika mereka tidak mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan kondisi
kesehatan mereka.
 Gangguan kognitif: Orang dengan gangguan kognitif karena berbagai macam
gangguan atau faktor lainnya memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena
demensia di tahun-tahun selanjutnya.
 Tingkat pendidikan: Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan tingkat
pendidikan yang lebih rendah memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena
demensia. Mungkin saja orang yang berpendidikan tinggi melakukan lebih
banyak latihan mental, yang melindungi otak mereka dari proses degenerasi.
3. Cara untuk mencegah Demensia
Sejauh ini, belum ada cara yang diketahui bisa mencegah penyakit Alzheimer.
Namun, langkah-langkah berikut ini bisa membantu mengurangi risiko dan
memperlambat proses degenerasi otak pada para manula:
1. Pertahankan keaktifan mentalKegiatan yang merangsang mental, seperti membaca
dan bermain catur, bisa melindungi Anda dari demensia atau meningkatkan
kemampuan Anda untuk mengatasi perubahan yang berkaitan dengan demensia.
Tampaknya permainan mahyong merupakan kegiatan yang merangsang mental
seseorang. Namun, jika Anda telah memainkan mahyong sejak muda, maka
permainan tersebut akan menjadi latihan refleks semata dan bukannya latihan
mental, dan mungkin tidak terlalu efektif untuk mencegah demensia.
2. Pertahankan pola makan yang sehat Pola makan yang seimbang bisa menjaga
kesehatan pembuluh darah, mengurangi kemungkinan tekanan darah tinggi dan
kadar kolesterol yang tinggi, sehingga menurunkan risiko demensia vaskular.
Studi menunjukkan bahwa pola makan dengan mengurangi konsumsi daging dan
meningkatkan konsumsi ikan, sayuran, dan minyak zaitun bisa mengurangi risiko
demensia secara signifikan.
3. Cukupi asupan vitamin B12, C, dan EKurangnya vitamin B12 bisa menyebabkan
demensia. Jika Anda tidak mengonsumsi banyak ikan, daging, telur atau susu,
maka Anda harus mengonsumsi suplemen vitamin B12. Vitamin C & E
merupakan antioksidan yang bisa melindungi neuron dan pembuluh darah untuk
mencegah demensia.
4. Berolahraga secara teratur
Selain tetap aktif secara mental, olahraga secara teratur juga bisa membantu
mengurangi risiko demensia.
5. Hindari rokok dan penyalahgunaan alcohol
Keluar dari kebiasaan buruk ini untuk mencegah kerusakan pembuluh darah dan
organ tubuh lainnya.
4. Penyebab Demensia
Penyebab demensia belum bisa diidentifikasi hingga saat ini. Penelitian telah
menunjukkan bahwa dua jenis perubahan sel otak biasanya terjadi pada penderita
demensia. Perubahan ini termasuk plak (gumpalan protein yang biasanya tidak
berbahaya yang disebut beta-amiloid) dan kusut (serat yang kusut, terdiri dari protein
abnormal yang disebut protein tau). Keduanya bisa menyebabkan kematian sel otak.
Namun, penyebab kondisi ini masih belum diketahui hingga saat ini. Selain itu,
demensia bisa terjadi ketika pembuluh darah di otak rusak, baik karena tersumbat
atau pecah, yang menghalangi pasokan darah ke otak. Orang yang mengalami stroke
ringan (berskala kecil atau bersifat sementara) mungkin tidak menyadari bahwa
pembuluh darah dan sel-sel otak mereka sudah rusak, dan memiliki faktor risiko
terkena demensia yang lebih tinggi.Beberapa demensia, seperti yang disebabkan oleh
kurangnya vitamin B12 karena menjadi vegetarian untuk jangka waktu yang lama,
mungkin bisa disembuhkan dengan pengobatan tertentu.
5. Gejala-gejala Demensia
Pada umumnya, kita percaya bahwa daya ingat menurun seiring dengan
bertambahnya usia; oleh karena itu, demensia bisa saja tidak dikenali dengan baik
pada stadium awal penyakit. Jika Anda melihat bahwa anggota keluarga atau teman
Anda mengalami dua dari gejala-gejala berikut ini, cobalah untuk membujuknya
pergi ke dokter sesegera mungkin. Jika diperlukan, dokter akan merujuknya ke
spesialis untuk tindakan pemeriksaan lebih lanjut.
Gejala demensia mencakup:
1. Kehilangan ingatan jangka pendek dan sering melupakan percakapan atau janji,
yang bisa memengaruhi aktivitas atau kemampuan kerja sehari-hari
2. Kesulitan dalam melakukan tugas biasa sehari-hari
3. Masalah berbahasa, kesulitan berkomunikasi dengan orang lain
4. Penilaian yang buruk
5. Disorientasi waktu dan tempat. Bingung tentang waktu, tanggal atau tempat
6. Masalah dengan pemikiran dan perhitungan
7. Perubahan suasana hati dan perilaku
8. Kehilangan inisiatif
9. Lupa tempat menaruh barang-barang
10. Perubahan kepribadian
6. Cara untuk mendeteksi dan mendiagnosis Demensia
Untuk memastikan kemungkinan kondisi lainnya yang bisa menyebabkan gejala
yang sama, dokter akan melakukan serangkaian tes untuk mendiagnosis demensia
serta melakukan anamnesis dan pemeriksaan kondisi mental secara terperinci.
a. Tes darah: untuk membantu memastikan adanya gangguan lain seperti
hipotiroidisme atau kekurangan vitamin B12, dll.
b. Evaluasi perilaku dan uji kognitif: Sejumlah tes terstruktur untuk mengukur
ingatan dan keterampilan mental, untuk menentukan apakah ada penyakit
demensia.
c. Pemindaian MRI (pencitraan resonansi magnetik): Menggunakan medan dan
gelombang radio magnetik untuk membuat citra otak secara terperinci, untuk
membantu mengidentifikasi ukuran dan perubahan struktural otak serta masalah
lainnya, seperti gumpalan darah atau tumor di otak.
d. Pemindaian PET (Tomografi Emisi Positron): Jenis pencitraan yang bisa
mendeteksi kelainan beta-amiloid di otak. Pemindaian ini dilakukan dengan
menyuntikkan sejumlah kecil zat radioaktif (pelacak) ke dalam vena. Pelacak
diangkut menuju otak untuk mendeteksi beta-amiloid. Pemindaian ini membantu
untuk mengevaluasi tingkat keparahan kondisi kesehatan dan respons pasien
terhadap obat-obatan.
7. Tindakan pengobatan terhadap Demensia
Saat ini, belum ada obat yang pasti untuk menyembuhkan penyakit demensia.
Namun, ada dua jenis pengobatan yang bisa membantu menunda kematian sel otak
dan memperlambat penurunan kognitif.
a. Penghambat kolinesterase
Obat-obatan ini mencakup donepezil, rivastigmine, dan galantaminBekerja
dengan meningkatkan kadar neurotransmitter yang terlibat dalam fungsi otak.
Obat-obatan ini tampaknya sangat bermanfaat bagi orang-orang yang menderita
demensia stadium awal hingga menengah. Efek samping yang bisa terjadi berupa
diare, mual, dan muntah.
b. Memantin
Obat ini melindungi sel-sel otak terhadap aktivitas glutamat yang tidak normal,
sejenis neurotransmitter yang terlibatdalam fungsi otak. Diyakini bahwa glutamat
dalam kadar yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Memantin
membantu memperlambat kerusakan demensia bagi orang-orang yang menderita
demensia stadium menengah hingga berat dengan mengatur aktivitas glutamat.
Kadang-kadang dokter bisa meresepkan memantin bersama dengan penghambat
kolinesterase untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Efek samping yang bisa
terjadi berupa pusing dan rasa cemas.
Dokter juga mungkin meresepkan obat untuk membantu memperbaiki
gejala kesehatan yang ada, seperti insomnia, rasa cemas, depresi, halusinasi, dan
delusi, dll.Selain itu, ada terapi non-obat lainnya yang efektif bagi para penderita
demensia. Terapi ini mencakup terapi orientasi realitas, pelatihan kognitif,
stimulasi multi-indera, psikologis, dan perilaku. Terapi ini bisa meningkatkan
suasana hati dan perilaku pasien, meningkatkan fungsi kerja dan keterampilan
yang tersisa, serta membantu kemandirian mereka dalam hidup sehari-hari.
8. Komplikasi dari Demensia
Penderita demensia merasakan degenerasi fungsi kognitif, daya ingat,
kemampuan berpikir dan berbahasa secara bertahap. Pada akhirnya, mereka tidak
akan bisa mengurus diri sendiri dan sangat tergantung kepada orang lain, hingga
hanya bisa terbaring di tempat tidur. Para penderita demensia mengalami pola
masalah dan kecepatan penurunan kemampuan yang berbeda-beda. Demensia
umumnya diklasifikasikan menjadi tiga stadium utama. Stadium awal bisa
berlangsung sekitar 3 tahun dan stadium menengah bisa berlangsung selama 3 tahun
lagi.
Gejala dalam stadium menengah meliputi:
 Respons yang lambat
 Penurunan kemampuan analitik
 Kehilangan daya ingat yang parah, tidak mampu untuk mengurus diri sendiri
dan tergantung kepada orang lain
 Mengalami hambatan untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru
 Masalah berbahasa
 Menjadi emosional, mudah marah, dan mengalami masalah kejiwaan seperti
halusinasi atau delusi
 Berkeliaran di jalan, bingung tentang siang dan malam hari
Orang dengan demensia berat bisa saja:
 Tidak bisa memahami atau berkomunikasi dengan orang lain
 Tidak bisa mengenali anggota keluarga
 Tidak bisa melakukan kegiatan biasa sehari-hari, seperti makan dan mandi
 Kehilangan kendali usus dan kandung kemih
 Mengalami kesulitan untuk menelan, berjalan, atau bahkan hanya bisa
terbaring di tempat tidur.
9. Cara untuk merawat pasien penderita Demensia
Pasien penderita demensia membutuhkan dukungan dan perhatian dari anggota
keluarga mereka. Tim medis akan memandu anggota keluarga untuk merawat pasien.
Ada kelompok pasien dan organisasi amal yang menyediakan kursus pelatihan bagi
anggota keluarga. Berikut adalah beberapa kiat untuk merawat penderita demensia:
a) Perawatan harian
 Menetapkan jadwal bagi pasien, agar pasien tidak bingung karena kehilangan
daya ingat. Misalnya, menetapkan waktu makan dan jadwal kegiatan. Cobalah
untuk menghindari kegiatan yang drastis di malam hari.
 Pilih hal-hal yang pasien sukai, seperti pakaian dan makanan.
 Bantu pasien untuk merawat kebersihan diri dan kerapiannya. Dorong pasien
untuk melakukan hal-hal sederhana seperti berpakaian dan menyikat gigi.
Bantu pasien hanya bila diperlukan.
 Pilih pakaian yang mudah dikenakan oleh pasien, seperti pakaian dengan
jumlah kancing yang sedikit. Tempatkan tanda di lemari atau laci sehingga
pasien bisa mengambil berbagai hal dengan mudah.
b) Lingkungan
 Gunakan tanda yang berukuran besar dan jelas untuk membantu pasien
mengenali tempat dan waktu, seperti jam dan kalender yang berukuran besar.
 Tempatkan lampu di rumah atau di samping tempat tidur, sehingga pasien
tidak akan merasa cemas saat bangun di tengah malam.Lampu ini juga bisa
mencegah pasien tersandung.
 Cobalah untuk tidak mengubah lingkungan sekitar rumah, terutama kamar
mandi, toilet, dan dapur.
 Jangan pindah rumah, karena lingkungan yang baru bisa menyebabkan rasa
bingung dan takut.
c) Teknik komunikasi
 Berbicara secara perlahan kepada pasien. Gunakan kalimat pendek dan
langsung. Katakan satu titik kunci saja dalam satu kalimat. Jangan membuat
hal-hal menjadi rumit.
 Ajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Biarkan pasien menjawab ya atau
tidak. Beri cukup waktu bagi pasien untuk memikirkan jawabannya. Ulangi
pertanyaan jika pasien lupa.
 Jika pasien tidak bisa langsung menjawab pertanyaan, bersabarlah dan pasien
untuk mengekspresikan pendapat dan perasaannya. Jika pasien masih tidak
bisa menjawab, jangan memaksanya. Coba dan ulangi lagi.
 Gunakan bahasa tubuh. Lakukan kontak mata saat Anda berbicara atau
mendengarkan pasien. Berikan tanggapan seperti menganggukkan kepala.
d) Lainnya
 Jika pasien menolak untuk ikut serta dalam kegiatan, jangan memaksanya.
 Jika Anda ingin pasien melakukan hal-hal yang tidak dikenalnya atau pergi ke
tempat yang asing, berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk
beradaptasi dengan lingkungan baru, atau tinggal bersama dengan dirinya
hingga pasien merasa tidak asing dengan lingkungan sekitarnya.
Memberikan perawatan kepada penderita demensia merupakan tugas yang
menantang secara fisik dan emosional. Jika ada anggota keluarga yang tidak lagi
mengenal diri Anda dan tidak bisa mengingat waktu yang kalian habiskan
bersama, Anda tentu akan merasa tertekan.Saat Anda belajar tentang bagaimana
cara untuk merawatnya, Anda bisa bergabung dengan kelompok pendukung,
berbagi perasaan dan pengalaman Anda dengan orang lain, serta mengatasi
tantangan bersama-sama
B. KONSEP PENYAKIT ALZHEIMER
1. Pengertian
Penyakit Alzheimer (AD) kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer
atau demensia senile jenis Alzheimer (SDAT). Penyakit ini menyebabkan sedikitnya
50% semua demensia yang diderita lansia. Kondisi ini merupakan penyakit
neurologis degeneratif, priogresif, ireversibel, yang muncul tiba-tiba dan ditandai
dengan penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan prtilaku efek. Penyakit
Alzheimer ini bukan merupakan penyakit yang hanya diderta oleh lansia. Pada 1 %
sampai 10% kasus, awitannya pada usia baya dan karenanya disebut demensia
awitan-dini
2. Etiologi
Usia dan riwayat keluarga adalah factor risiko yang sudah terbukti. Bila anggota
keluarga paling tidak satu famili lain ada yang menderita penyakit ini maka
diklasifikasikan sebagai “familial”. Komponen yang nonspesifik meliputi pencetus
lingkungan dan determinan genetic

3. Patofisiologi
Adanya kelainan neurotransmitter dan enzim-enzim yang berkaitan dengan
metabolisme tersebut. Tampaknya adanya penurunan dari kolin asetiltransferase
(enzim yang mensintesis asetilkolin). Otopsi otak penderita menunjukkan
pengurangan neurotransmitter asetilkolin yang bermakna, beberapa otak akan sangat
jelas pada korteks serebri, hipokampus dan amigdala. Hal lain yang masih terus
diselidiki oleh para peneliti adalah neurotransmitter peptida, oleh karena somastatin
menurun pada otak penderita. Factor tambahan lagi yang juga masih dalam
penyelidikan adalah neurotoksisitas dari aluminium. Dimana teori keracunan
aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neurotoksik, maka dapar
menyebabkan perubahan neurofibliar pada otak. Perdisposisi genetic juga ikut
berperan dalam penyakit ini, dimana cacat pada kromosom 21 yang mana orang-
orang dengan sindrom down, yang mempunyai kromosom 21, kemudian menderita
penyakit ini pada usia 40 tahun. Penyedik mengenali suatu gen yang mengkodekan
protein precursor amilod (APP), yaitu di mana segmen dari protein ini ditemukan
pada inti plak neural. Molekul yang terdiri dari badan sel dan dipecah oleh protein
lain. Protein yang ditemukan pada plak adalah potongan abnormal dari APP, terdiri
dari 42 asam amino, yang entah bagaimana tidak menjadi pecah tetapi justru
menumpuk dalam konsentrasi yang besar di dalam otak pasien-pasien.
4. Manifestasi klinis
Gejala – gejala Alzheimer :
1.       Jangkauan perhatian singkat
2.      Penurunan kontrol usus-besar atau kandung kemih
3.      Depresi
4.      Disorientasi
5.      Pelupa (khususnya tentang kejadian-kejadian actual)
6.      Tidak mampu berbicara secara jelas
7.      Lekas marah, sikap bermusuhan atau paranoid
8.      Kehilangan spontanitas
9.      Kemerosotan mental
10.  Menolak melakukan pekerjaan-pekerjaan rutin.
5. Penatalaksanaan
Pemeriksaan diagnostik
1.      Scan otak, seperti PET,BEAM,MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang
mengalami penurunan metabolisme yang merupakan karakteristik dari DAT.
2.      B12 : dapat menemukan secara nyata adanya kekurangan nutrisi
3.      Tes deksametason depresan (DST): untuk menangani stress
6. Pencegahan
1. Pertahankan rutinitas sehari-hari
2. Pasanglah peringatan pada suatu kalender yang sangat besar dan selalu dapat
terlihat oleh si penderita.
3. Buatlah daftar tugas-tugas harian yang harus dikerjakan untuk penderita
Alzheimer dan mintalah dia untuk mengecek daftar itu setelah mereka selesai
mengerjakannya.
4. Taruhlah kembali barang-barang pada tempatnya semula setelah dipakai untuk
menolong penderita Alzheimer menemukan barang-barang tersebut ketika mereka
membutuhkannya (sebeb ingatan mereka sangat lemah).
5. Pasanglah peringatan keamanan (seperti matikan kompor) pada tempat yang
sesuai diseluruh rumah.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Adapun pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan penyakit Alzheimer
diantaranya :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status
perkawinan, golongan darah, dan hubungan pasien dengan penanggung jawab.
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit apa saja yang pernah diderita pasien,
baik penyakit yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya penyakit
Alzheimer, maupun yang tidak.
b) Riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien saat ini, dalam
kasus ini penyakit Alzheimer
c) Riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang lain, baik yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
penyakit Alzheimer maupun yang tidak.
3) Pengkajian PsikoSosial Spiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien menglami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan pasien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan mudah marah, dan
tidak kooperatif. Perubahan yang terpenting pada pasien dengan penyakit
Alzheimer adalah penurunan kognitif dan memori (ingatan).
4) Aktivitas/istirahat
Gejala : merasa lelah
Tanda : siang/malam gelisah tidak berdaya, gangguan pola tidur. Letargi:
penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biaasa, hobi, ketidakmampuan
untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/mengikuti acara program TV.
5) Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit vaskuler sentral serebral/sistemik, hipertensi, episode
emboli (merupakan factor predisposisi).
6) Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut situasi/orang khayalan. kehilanagan multiple,
perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Duduk dan menonton yang lain. Menyembunyikan ketidakmampuan
(banyak alas an tidak mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan
membuka buku namun tanpa membacanya).
7) Eliminasi
Gejala : Dorongan berkemih (dapat mengindikasikan kehilangan tonus otot)
Gejala : Inkontinensia urine/feses, cenderung konstipasi/impaksi dengan diare.
8) Makanan/cairan
Gejala : Perubahan dalam pengecapan, napsu makan, mengingkari terhadap rasa
lapar/kebutuhan untuk makan. Kehilangan berat badan.
Tanda : Kehilangan kemampuan untuk mengunyah. Tampak semakin kurus
(tahap usia lanjut)
9) Higiene
Gejala : perlu bantuan/tergantung pada orang lain.
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang
kurang, kebiasaan pembersihan buruk. Lupa untuk pergi ke kamar mandi, lupa
langkah-langkah yang perlu dillakukan untuk buang air, atau tidak dapat
menemukan kamar mandi.
10) Neurosensori
Gejala : pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
dan/atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondrial tentang kelelahan, diarea,
pusing, atau kadang-kadang sakit kepala.
Tanda : kerusakan komunikasi : afasia dan diafasia, kesulitan dalam menemuklan
kata-kata yang benar (terutama kata benda);bertanya berulang-ulang atau
percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti : terpenggal-penggal,
atau bicaranya tidak terdengar.  
11) Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius (mungkin menjadi factor
predisposisi/factor akselerasinya). Trauma kecelakaan (jatuh, luka bakar)
Tanda : ekimosis, laserasi. rasa bermusuhan/menyerang orang lain.
12) Interaksi sosial
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan
Tanda : Kehilangan kontrol social, perilaku tidak tepat
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Sindrom stress relokasi b/d perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
2) Perubahan proses pikir b/d degenerasi/neuron ireversibel
3) Perubahan sensori-persepsi b/d perubahan resepsi, transmisi dan/atau integritas
sensori
4) Perubahan pola tidur b/d perubahan pada sensori
5) Kurang perawatan diri b/d penurunan kognitif/keterbatasan fisik.
6) Perubahan pola eliminasi b/d ketidak mampuan menentukan letak kamar mandi/
mengenali kebutuhan
7) Koping keluarga tak efektif b/d tingkah laku pasien yang tidak menentu.
C.      INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Intervensi Rasional
1 Sindrom stress relokasi b/d
1.      Tempatkan pada ruangan
1.      perawatan dirumah sakit
perubahan dalam aktivitas pribadi jika mungkin dan mengubah aktivitas rutin
kehidupan sehari-hari bergabung dengan orang pasien dapat menimbulkan
terdekat dalam aktivitas peningkatan masalah tingkah
perawatan, waktu makan dst. laku bahkan pda orang
dengan gangguan kognitif
sekali pun.

2.      Tentukan jadwal aktivitas


2.      konsistensi memberikan
pasien yang wajar dan jaminan dan mungkin
masukkan dalam kegiatan mengurangi kebingungan
rutin rumah sakit sebisa dan meningkatkan rasa
mungkin. kebersamaan.
3.      menurunkan “rasa
terkejut”
3.      Berikan penjelasan,
informasi yang menyenangkan
mengenai kegiatan/peristiwa.
4.      Pertahankan dalam keadaan
4.      Menenangkan situasi dan
tenang. memberi pasien waktu untuk
memperoleh kendali
terhadap perilaku dan
emosinya
5.      Memberikamn keyakinan,
5.      Beri dorongan dengan menurunkan stress,
penggunaan sentuhan jika meningkatkan kualitas
pasien tidak mengalami hidup.
paranoid atau sedang
mengalami agitasi sesaat.

2 Perubahan proses pikir b/d


1.      Lakukan pendekatan dengan
1.      Pendekatan yang terburu-
degenerasi/neuron cara perlahan dan tenang. buru dapat mengancam
ireversibel pasien bingung yang
mengalami kesalahan
persepsi atau perasaan
terancam oleh imajinasi
2.      Tatap wajah ketika orang dan/atau situasi
bercakap-cakap dengan pasien tertentu.
2.      Menimbulkan perhatian,
terutama pada orang-orang
3.      Panggil pasien dengan dengan gangguan perceptual.
namanya. 3.      Nama merupakan bentuk
identitas diri dan
menimbulkan pengenalan
4.      Gunakan suara yang agak terhadap realita dan individu
rendah dan berbicara dengan
4.      Meningkatkan
perlahan pada pasien. kemungkinan pemahaman.
Ucapan yang tingi dan suara
yang keras menimbulkan
stress/marah yang
kemungkinan dapat
mencetuskan memori
konfrontasi sebelumnya dan
menjadi provokasi respons
marah.
3 Perubahan sensori-persepsi
1.      Anjurkan untuk
1.      Dapat meningkatkan
b/d perubahan resepsi, menggunakan kacamata, alat masukan sensori,
transmisi dan/atau bantu pendengaran sesuai membatasi/menurunkan
integritas sensori. keperluan. kesalahan interpretasi
stimulasi.
2.      Berikan lingkungan yang
2.      Membantu untuk
tenang dan tidak kacau jika menghindari masukan
diperlukan seperti musik yang sensori penglihatan /
lembut, gambar/dinding cat pendengaran yang
sederhana. berlebihan dengan
mengutamakan kualitas yang
tenang, konsisten.
3.      Tingkatkan keseimbangan
3.      Menjaga mobilitas (yang
fungsi fisiologis dengan dapat menurunkan risiko
menggunakan bola lantai, terjadinya atrofi atau
tangan menari dengan disertai osteoporosis pada tulang)dan
musik memberikan kesempatan
yang berguna untuk interksi
dengan orang lain.
4.      Dapat meningkatkan
persepsi terhadap diri
4.      Berikan sentuhan dalam cara sendiri.
perhatian
4 Perubahan pola tidur b/d
1.      Hindari penggunaan
1.      Resiko gangguan sensori,
perubahan pada sensori “pengikatan” secara terus meningkatkan agitasi dan
menerus menghambat waktu istirahat.
2.      Peningkatan kebingungan,
2.      Evaluasi tingkat disorientasi dan tingkah laku
stress/orientasi sesuai yang tidak kooperatif dapat
perkembangan hari demi hari. melanggar pola tidur yang
mencapai tidur pulas.
3.      Meningkatkan relaksasi
dengan perasaan mengantuk.
4.      Karena aktivitas fisik dan
3.      Berikan makanan kecil sore mentalyang lama
harui, susu hangat, mandi dan mengakibatkan kelelahan
masase punggung. yang dapat meningkatkan
4.      Berikan kesempatan untuk kebingungan, aktivitas yang
beristirahat/tidur terprogram tanps stimulasi
sejenak,anjurkan latihan saat berl;ebihan yang
siang hari, turunkan aktivitas meningkatkan waktu tidur.
mental/fisik pada sore hari.
5 Kurang perawatan diri b/d
1.      Identifikasi kesulitan dalam
1.      Memahami penyebab yang
penurunan berpakaian/perawatan diri, mempengaruhi pilihan
kognitif/keterbatasan fisik. seperti keterbatasan gerak intervensi/strategi
fisik, apatis/depresi;
penurunan kognitif atau
temperatur ruangan. 2.      Kehilangan sensori dan
2.      Perhatikan adanya tanda- penurunan fungsi bahasa
tanda non-verbal yang mungkin menyebabkan
fisiologis. pasien mengungkapkan
kebutuhan perawatan diri
dengan cara nonverbal,
seperti terengah-engah.
3.      Pekerjaan yang tadinya
mudah (mis. Berpakaian,
3.      Beri banyak waktu untuk mandi) sekarang menjadi
melakukan tugas. terhambat karena adanya
penurunan keterampilan
motorik dan perubahan
kognitif dan perubahan fisik.
4.      Meningkatkan
kepercayaan, dapat
4.      Bantu untuk mengenakan menurunkan perasaan
pakaian yang rapi/berikan kehilangan dan
pakaian yang rapi dan indah. meningkatkan kepercayaan
untuk hidup
5.      Sesuai dengan
perkembangan penyakit,
5.      Identifikasi kebutuhan akan kebutuhan akan kebersihan
kebersihan diri dan berikan dasar mungkin dilupakan.
bantuan sesuai kebutuhan
dengan perawatan
rambut/kuku/kulit bersihkan
kacamata dan gosok gigi.
6 Perubahan pola eliminasi
1.      Kaji pola sebelumnya dan
1.      Memberikan informasi
b/d ketidak mampuan bandingkan dengan pola yang mengenai perubahan yang
menentukan letak kamar sekarang. mungkin memerlukan
mandi/ mengenali pengkajian/intervensi
kebutuhan 2.      Letakkan tempat tidur dekat
2.      Meningkatkan
dengan kamar mandi jika orientasi/penemuan kamar
memungkinkan. Buat tanda mandi. Inkontinensia
tertentu/pintu berkode khusus. mungkin disertai
Berikan cahaya yang cukup ketidakmampuan untuk
terutama malam hari. menemukan tempat
berkemih/defekasi.
3.      Buat program latiha
3.      Menstimulasi kesadaran
defekasi/kandung kemih. pasien, meningkatkan
Tingkatkan parttisipasi pasien pengaturan fungsi tubuh dan
sesuai tingkat kemampuannya. membantu menghindari
kecelakaan.
4.      Hindari perasaan yang
4.      Hal yang terburu-buru
diburu-buru . tersebut dapat diterima
sebagai suatu instruksi      
yang menimbulkan keadaan
marah dan tidak kooperatif
dengan aktifitas
7 Koping keluarga tak
1.      Libatkan semua orang
1.      Dapat memudahkan beban
efektif b/d tingkah laku terdekat dalam pendidikan dan terhadap penanganan dan
pasien yang tidak menentu perencanaan perawatan pasien adaptasi di rumah.
di rumah.
2.      Buat prioritas. 2.      Membantu untuk membuat
satu pesan tertentu dan
memfasilitasi pemecahan
3.      Diskusikan kemungkinan masalah yang ada.
adanya isolasi. Berikan
3.      Kepercayaan bahwa
penguatan kebutuhan terhadap individu dapat menemukan
system dukungan. semua kebutuhan pasien
meningkatkan risiko
4.      Berikan umpan balik  yang penyakit fisik/mental.
positif terhadap setiap usaha
4.      Memberikan keyakinan
yang dilakukannya. pada individu bahwa mereka
sedang melakukannya
dengan cara yang terbaik.
D.      EVALUASI
1. Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan diri sendiri.
2. Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber
pribadi/komunitas yang dapat memberikan bantuan.
3. Mampu mengenali perubahan dalam berpikir/tingkah laku dan factor-faktor
penyebab jika memungkinkan
4. Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,
ancaman dan kebingungan
5. Mampu mendemonstrasikan respons yang meningkat/sesuai dengan stimulasi
6. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang (melamun)
7. Mampu menerima kondisi orang yang dicintai dan mendemonstrasikan
tingkah laku koping yang positif dalam mengatasi keadaan
8. Mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Kasus Alzheimer
Tn. Rudi (65 tahun) seorang juru gambar dirawat di rumah sakit karena keluarganya
tidak mampu lagi mengendalikan perilaku bermasalahnya. Menurut kelurganya, ia sering
mengalami masalah dalam mengingat detail pekerjaan. Selain itu masalah yang tampak di
rumah yaitu dimana ia menjadi keras kepala dan bahkan bersikap kasar secara verbal dan
fisik terhadap orang lain ketika ia merasa terganggu. Ia juga kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-harinya seperti mandi dan berpakaian. Pada pemeriksaan neurologis
menunjukkan bahwa ia mengalami disorientasi terhadap tempat dan waktu. Ia mengalami
kesulitan dalam tes ingat sederhana, gagal mengingat salah satu dari enam objek yang
diperlihatkan padanya sepuluh menit sebelumnya, tidak dapat mengingat nama orang tua atau
saudara kandungnya. Bicaranya tidak jelas dan penuh dengan frase yang tidak berarti. Dari
hasil pemeriksaan neurologis tersebut pasien didiagnosa menderita demensia tipe Alzheimer.
Terapi yang diberikan adalah obat-obat antipsikotik.

A. Pengelompokan data
DS :
- Menurut keluarganya, ia sering mengalami masalah dalam mengingat detail dalam
pekerjaan
- Ia menjadi semakin keras kepala dan bahkan bersikap kasar secara verbal dan fisik
terhadap orang lain ketika ia merasa terganggu
- Ia juga kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya seperti mandi dan
berpakain
DO :
- Pada pemeriksaan neurologis menunjukkan bahwa ia mengalami disorientasi
terhadap tempat dan waktu
- Ia mengalami kesulitan dalam tes ingatan sederhana, gagal mengingat salah satu
dari enam objek yang diperlihatkan padanya sepuluh menit sebelumnya, tidak
dapat mengingat nama orang tua atau saudara kandungnya
- Bicaranya tidak jelas dan penuh dengan frase yang tidak berarti
- Dari hasil pemeriksaan neurologis tersebut pasien didiagnosa menderita demensia
tipe Alzheimer

B.     Analisa data


No Tanda dan Gejala Etiologi Problem
1. DS : Defisit kognitif, Gangguan
         Menurut keluarganya, ia sering Gangguan persepsi sensori
mengalami masalah dalam Sensori
mengingat detail dalam pekerjaan
DO :
         Pada pemeriksaan neurologis
menunjukkanbahwa ia mengalami
disorientasi terhadap tempat dan
waktu
         Ia mengalami kesulitan dalam tes
ingatan sederhana, gagal mengingat
salah satu dari enam objek yang
diperlihatkan padanya sepuluh
menit sebelumnya, tidak dapat
mengingat nama orang tua atau
saudara kandungnya
         Dari hasil pemeriksaan neurologis
tersebut pasien didiagnosa
menderita demensia tipe Alzheimer

2. DS : Ketidakmampuan Resiko terhadap


        Ia menjadi semakin keras kepala untuk mengenal trauma
dan bahkan bersikap kasar secara bahaya dalam
verbal dan fisik terhadap orang lain lingkungan
ketika ia merasa terganggu
DO:
         Dari hasil pemeriksaan neurologis
tersebut pasien didiagnosa
menderita demensia tipe Alzheimer
3. DS : - Perubahan proses Gangguan
DO : pikir komunikasi
         Bicaranya tidak jelas dan penuh verbal
dengan frase yang tidak berarti
4. DS : Kerusakan Defisit perawatan
         Ia juga kesulitan dalam pemenuhan Kognitif diri
kebutuhan sehari-harinya seperti
mandi dan berpakain
DO :
         Dari hasil pemeriksaan neurologis
tersebut pasien didiagnosa
menderita demensia tipe Alzheimer
C.    Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan defisit kognitif, gangguan
sensori
2.      Resiko terhadap trauma berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengenal
bahaya dalam lingkungan
3.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir
4.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan kognitif
D.    Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan 1
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan defisit kognitif, gangguan sensori
  Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, terjadi
peningkatan memori dengan kriteria hasil :
         Pasien dapat menunjukkan kemampuan meningkatkan memori, orientasi dan
berkurangnya gelisah
  Intervensi
1.      Perkenalkan namanya
R/ membantu mengingat hal yang penting atau mendasar
2.      Buat jadwal kegiatan
R/ pasien dapat mengingat kegiatan dan waktu
3.      Pajang foto keluarga, teman, dan rumah
R / mengingat diri dan keluarga
4.      Lakukan latihan memori yang sederhana
R / membantu meningkatkan memori pasien
5.      Kaji orientasi pasien
R / mengidentifikasi kemampuan orientasi pasien
6.      Panggil pasien dengan namanya
R / mengingat namanya sendiri
7.      Pemberi perwatan sebaiknya orang yang sama
R / mudah mengingat dan lebih kooperatif
8.      Lakukan pekerjaan yang mudah secara rutin
R/ melatih orientasi pasien
Diagnosa keperawatan 2
Resiko terhadap trauma berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengenal
bahaya dalam lingkungan

  Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak terjadi


trauma dengan kriteria hasil :
         Tidak mengalami trauma
         Keluarga mengenali risiko potensial di lingkungan
  Intervensi
1.      Kaji derajat gangguan kemampuan atau kompetensi, munculnya tingkah laku yang
impulsif.
R / mengidentifikasi resiko potensial dilingkungan dan mempertinggi kesadaran
sehingga pemberi asuhan lebih sadar akan bahaya
2.      Hilangkan atau minimalkan sumber bahaya dalam lingkungan.
R / seseorang dengan gangguan kognitif merupakan awal untuk mengalami trauma
sebagai akibat ketidakmampuan untuk bertanggung jawab terhadap keamanan
3.      Alihkan perhatian pasien keitka berperilaku berbahaya
R / mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya trauma
4.      Kenakan pakaian sesuai lingkungan fisik atau kebutuhan individu
R / perlambatan proses metabolisme secara umum mengakibatkan penurunan suhu
tubuh.
5.      Lakukan pemantauan terhadap efek samping obat
R / pasien mungkin tidak dapat melaporkan tanda atau gejala dan obat dapat dengan
mudah menimbulkan kadar toksisitas pada lansia
Diagnosa keperawatan 3
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir
  Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, terjadi
peningkatan dalam perilaku komunikasi yang efektif dengan kriteria hasil:
         membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan
         meningkatkan kemampuan berkomunikasi
  Intervensi:
1.      Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi
R/ Gangguan bicara ada pada banyak klien yang mengalami penyakit Alzheimer
2.      Menentukan cara-cara komunksi seperti mempertahankan kontak mata
R/ Mempertahankan kontak mata akan membuat klien tertarik selama komunikasi
3.      Letakkan bel/lampu panggilan ditempat yang mudah dijangkau dan berikan
penjelasan cara menggunakannya
R/ Ketergantungan klien pada ventilator akan lebh baik, rileks, perasaan aman, dan
mengerti bahwa selama menggunakan ventilator perawat akan memenuhi segala
kebutuhannya
4.      Buatlah catatan dikantor perawatan tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara
R/ Mengingatkan staf perawat untuk berespons dengan klien selama memberikan
perawatan
5.      Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien
memberikan informasi tentang keluarganya
R/ Keluarga dapat merasakan akrab dengan berada dekat klien selama berbicara
6.      Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa
R/ ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkataan latihan
percakapan
Diagnosa keperawatan 4
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan kognitif
  Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dalam waktu 2 x 24 jam,
terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri dengan kriteria hasil :
         klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri
         Mengidentifikasikan individu / keluarga yang dapat membantu
  Intervensi
1.      Kaji kemampuan dan tingkat penurunan kemampuan melakukan ADL
R/ membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan
individual
2.      Hindari aktifitas yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu
R / klien dalam keadaan cemas dan tergantung. Hal ini dilakaukan untuk mencegah
frustasi dan harga diri klien
3.      Ajarkan dan dukung klien selama aktifitas
R / dukungan pada klien selama aktifitas dapat meningkatkan perawatan diri
4.      Gunakan pagar disekeliling tempat tidur
R / memberi bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bentuan orang lain
serta mencegah klien mengalami trauma
5.      Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum, dan meningkatkan aktifitas
R / menigkatkan latihan dan menolong mencagah konstipasi

DAFTAR PUSTAKA
- Brunner & suddarth.2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 1. Jakarta:
EGC.
-  Doenges E. Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
- Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
- Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
- Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.
Jakarta:EGC
- Lumbantobing, Prof.DR.dr.SM. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan
Demensia. Jakarta : FKUI
- Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
- Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006.  Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.
- Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
- Muttaqin, Arif. 2002. Asuhan Keprawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
- Nugroho, Wahyudi. 2002. Keperawatan Gerontik & Geriatik. Jakarta : EGC
- Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
- Tarwoto dan Wartonah, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Sagung Seto
- http://yulianafransiska.wordpress.com/2009/03/15/alzheimer-dementia-pada-
penyakit-alzheimer/

Anda mungkin juga menyukai